Abstract
Peanut (Arachis hypogaea L.) is one of the leading commodities and also as a
source of vegetable protein which is important in Indonesia. Roasted peanut is
obtained as a result of processing without the use of peanut oil. This study aims to
analyze the financial feasibility roasted peanut industry with methods of Net
Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B / C Ratio), Internal Rate of
Return (IRR), Break Even Point (BEP), Payback Period (PP) and find out the
sensitivity of company to increase operating costs, declining revenues, and a
combination of both methods Sensitivity Analysis. The results showed that the
CV TDS Garuda Partner financially viable, with NPV Rp. 350,394,111.00; Net B
/ C ratio equal to 2.15 and IRR of 49.36%, and Payback Period within a period of
2.002 years. Sensitivity increase in operating expenses respectively by 10%, 15%
and 20% and the decrease in revenue of 10% and 15% is still worth the effort. The
critical point for the NPV obtained at 30% operational increase of Rp.
5,813,718.00 and a decrease in revenue of 18% of Rp.18.420.615, 00.
IRR = i1 +
NPV 1
(i2 − i1 )
NPV 1 − NPV 2
Keterangan:
NPV1 = NPV yang bernilai positif
NPV2 = NPV yang bernilai negatif
i1 = tingkat suku bunga saat NPV bernilai positif
i2 = tingkat suku bunga saat NPV bernilai negatif
BT
BEP =
BV
1−
R
Keterangan.
BT = biaya tetap total
BV = biaya variabel
R = total penerimaan (revenue)
Investasi awal
PP =
Jumlah Net Benefit / n tahun
6. Analisis Sensitivitas
Suatu rencana proyek yang sudah diputuskan untuk dilaksanakan
berdasarkan pada perhitungan serta berdasarkan pada evaluasi (NPV, PP dan
IRR) namun dalam kenyataan tidak menutup kemungkinan terjadi kesalahan yang
disebabkan oleh kenaikan harga. Dengan adanya kemungkinan tersebut maka
harus diadakan analisis kembali untuk melakukan penyesuaian perubahan dari
kenaikan harga tersebut. (Djamin, 1993).
Tujuan dilakukan analisis kepekaan adalah untuk mengetahui kemungkinan
yang akan terjadi terhadap hasil analisis proyek bila ada suatu kesalahan atau
perubahan dalam dasar penghitungan.
Beberapa parameter yang dapat menyebabkan perubahan pada usaha kacang
oven, yaitu dengan menggunakan kenaikan biaya operasional dan penurunan
penerimaan sebesar 10%, 15% dan 20% serta gabungan antara kenaikan biaya
operasional 10% dan penurunan penerimaan sebesar 10% ; peningkatan biaya
operasional sebesar 20% dan penurunan penerimaan sebesar 20%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3. Analisis Sensitivitas
Sensitivitas Kelayakan Usaha Industri Kacang Oven terhadap Kenaikan
Biaya Operasional.
Dalam menganalisis sensitivitas industri kacang oven ini, diasumsikan
bahwa perubahan hanya terjadi pada biaya produksi yaitu dengan kenaikan
sebesar 10%, 15%, dan 20%. Sedangkan kondisi lain-lain dianggap tetap (Ceteris
paribus). Sehingga kenaikan biaya produksi dianggap tidak mening katkan jumlah
produksi kacang oven.
Tabel 2. Estimasi sensitivitas kelayakan usaha industri kacang oven terhadap kenaikan
biaya operasional (10%) pada tingkat suku bunga 16% per tahun.
Pada tabel 5 diatas menunjukkan bahwa NPV > 0, Net B/C ratio > 1 dan
nilai IRR > 16% sehingga dapat disimpulkan bahwa industri kacang oven tidak
peka terhadap penurunan penerimaan sebesar 10% dan layak untuk dilanjutkan.
Tabel 6. Estimasi sensitivitas kelayakan usaha industri kacang oven terhadap penurunan
penerimaan (15%) pada tingkat suku bunga 16% per tahun.
Tabel 7. Estimasi sensitivitas kelayakan usaha industri kacang oven terhadap kenaikan
biaya operasional (10%) serta penurunan penerimaan (10%) pada tingkat suku
bunga 16% per tahun.
Tabel 8. Estimasi sensitivitas kelayakan usaha industri kacang oven terhadap kenaikan
biaya operasional (20%) serta Penurunan Penerimaan (15%) pada tingkat suku
bunga 16% per tahun.
DAFTAR PUSTAKA