Anda di halaman 1dari 27

Status Ujian

SEORANG PASIEN DENGAN SERANGAN PANIK

Oleh :
Yunita Batara Paarrang
14014101215
Masa KKM: 8 Agustus – 4 September 2016

Penguji :
dr. Frida M. Agu, Sp.KJ

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2016
LEMBAR PERSETUJUAN PASIEN LAYAK SEBAGAI PASIEN LAPORAN
KASUS

Seorang Pasien dengan Gangguan Psikotik Akut

Telah disetujui untuk menjadi Pasien Laporan Kasus pada Agustus 2016

Penguji,

dr. Frida M. Agu, Sp.KJ

1
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Yunita Batara Paarrang


NRI : 14014101215
Masa KKM : 8 Agustus – 4 September 2016

Dengan ini menyatakan bahwa saya benar-benar telah melakukan wawancara psikiatri
terhadap pasien ujian saya.

Manado, Agustus 2016

2
S

LEMBAR PENGESAHAN

Status Ujian Dengan Judul :

“SEORANG PASIEN DENGAN DIAGNOSIS


GANGGUAN PANIK”

Oleh :
Yunita Batara Paarrang
14014101215
Masa KKM: 8 Agustus – 4 September 2016

Telah dibacakan, dikoreksi, dan disetujui pada tanggal Agustus 2016

Penguji :

dr. Frida M. Agu, Sp.KJ

3
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...............................................................................................................2


STATUS UJIAN .........................................................................................................3
I. IDENTITAS PASIEN ...............................................................................................3
II. RIWAYAT PSIKIATRIK .......................................................................................3
III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI ...........................................….....................4
IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTALIS ..............................................................8
V. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LEBIH LANJUT ................................................11
VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA ............................................................13
VII. FORMULASI DIAGNOSTIK ............................................................................13
VIII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL ..........................................................................14
IX. PROBLEM ...........................................................................................................14
X. PERENCANAAN TERAPI ...................................................................................15
XI. PROGNOSIS ........................................................................................................16
XII. EDUKASI ...........................................................................................................16
XIII. DISKUSI ............................................................................................................16
XIV. WAWANCARA PSIKIATRI ............................................................................18
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................21

LAMPIRAN ..............................................................................................................22

4
STATUS UJIAN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. AW
Umur : 65 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Warembungan, 14 November 1951
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan terakhir : SKP
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku/ Bangsa : Minahasa / Indonesia
Agama : Katolik
Alamat sekarang : Warembungan
Tanggal pemeriksaan : 25 Agustus 2016
No. Telepon : 08134079***

II. RIWAYAT PSIKIATRIK


Riwayat psikiatri diperoleh dari autoanamnesis dengan pasien, Ny. AW, 65 tahun,
perempuan, agama Katolik, suku Minahasa, pendidikan terakhir SKP.

A. Keluhan utama
Jantung berdebar-debar.

B. Riwayat Gangguan Sekarang


Pasien diantar keluarga dengan keluhan utama jantung berdebar-debar.
Keluhan ini dirasakan sekitar 1 tahun yang lalu setelah pasien menjalani operasi
kandung empedu di RS Prof. Kaundou Malalayang. Keluhan ini tidak selalu
muncul sepanjang hari tetapi sering muncul secara tiba-tiba. Jantung
berdebar-debar ini dirasakan sudah sangat mengganggu kehidupan pasien. Selain
5
Jantung berdebar-debar, pasien juga mengalami sesak nafas dan pasien juga merasa
takut mati. Pasien mengatakan sangat mencemaskan masa depan anak satu-satunya
takut terjadi sesuatu padanya. Pasien juga merasa takut saat mendengar bunyi
ambulans dan takut juga saat mendengar orang0orang atau tetangga dekat rumah
ada yang meninggal. Pasien mengatakan jika sedang serangan, kadang-kadang
hingga berkeringat dingin, gelisah dan pasien juga merasa seperti akan mati dan
takut jika hal-hal buruk akan terjadi padanya. Pasien juga sudah tidak bisa
mendekorasi atau memasang bunga di rumah orang yang berduka yang awalnya
merupakan salah satu pekerjaan pasien. Pasien cepat sekali merasa bersalah
terhadap dirinya meskipun bukan salah pasien sendiri seperti tidak meminjamkan
uang kepada saudaranya karena masih ada kebutuhan yang penting.Saat terjadi
serangan, pasien mengaku sulit untuk berkonsentrasi saat bekerja. Hal ini dirasakan
sangat mengganggu pekerjaan pasien di Rumah.

Menurut pasien gejala-gejala ini muncul beberapa bulan setelah menjalani operasi
batu empedu. Pada saat wawancara, pasien tampak kooperatif. Sikap tubuh pasien
terlihat rileks dan bersedia menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya

1. Riwayat Gangguan Psikiatrik


Pasien tidak pernah berobat atau kontrol di Poliklinik Jiwa sebelumnya.

2. Riwayat Gangguan Medis


Pasien menderita penyakit batu empedu yang sudah dioperasi.

3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif


Pasien tidak memiliki riwayat merokok dan minum alkohol.

6
III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
1. Riwayat prenatal dan perinatal.
Pasien merupakan anak ketiga, dari lima bersaudara. Pasien lahir
normal dirumah sakit dibantu oleh dokter. Pasien lahir cukup bulan dan
dalam keadaan sehat. Pasien tidak lahir biru (sianosis) ataupun kuning
(ikterus) Berat badan lahir tidak diingat pasien.

2. Riwayat masa kanak awal (usia 0 – 3 tahun)


Pada stadium oral, pasien mengkonsumsi ASI. Pasien akan menangis
jika dalam keadaan haus jika tidak segera diberi ASI.
Pada stadium anal (1-3 tahun), pasien diajarkan BAB di toilet ( Toilet
training), saat merasa ingin BAB pasien akan bilang pada ibu pasien dan
pasien dibersihkan oleh ibu pasien setelah pasien BAB.
Pada stadium uretral, Pasien memperoleh toilet training dari
orangtuanya. Pasien juga diajari untuk mampu BAK di toilet dan tidak
mengompol di celana seperti saat pasien masih lebih kecil.
Pada stadium kepercayaan dasar lawan ketidak percayaan dasar, pasien
dekat dengan kedua orangtuanya.
Stadium otonomi lawan rasa malu dan ragu-ragu, pasien diajarkan untuk
tidak boleh berkelahi dengan saudaranya.
Pada stadium inisiatif lawan rasa bersalah (usia 3-5 tahun), inisiatif
untuk bermain dan belajar pasien ada.

3. Riwayat masa kanak pertengahan (usia 4 – 11 tahun)


Pada stadium falik, pasien sudah menyadari bahwa pasien berjenis
kelamin perempuan. Setelah pasien mengetahui identitas seksualnya adalah
perempuan, pasien mulai berpakaian seperti anak perempuan dan setelah
diajarkan, memperhatikan, mengikuti kebiasaan berpakaian ibu. Saat kecil
pasien dekat dengan kedua orang tuanya dan saudara-saudaranya.

7
Pada stadium latensi, Pasien adalah anak yang baik dan suka membantu
orang tua. Pasien sudah mulai bisa bersosialisasi dengan teman-teman
seusianya di sekolah dan di sekitar rumah. Selama bersekolah pasien
berangkat ke sekolah bersama kakak-kakaknya. Pasien merupakan anak
yang senang ke sekolah dan sering mendapat juara di kelasnya.
Pada stadium industri lawan inferioritas (usia 6-11 tahun), pasien senang
dalam hal belajar, melakukan tugas kelas dengan baik. Pasien
menyelesaikan pendidikan sekolah dasar tanpa ketinggalan kelas. Pasien
menyelesaikan Sekolah Dasar selama 6 tahun. Pasien jarang untuk keluar
bermain bersama teman-temannya.

4. Riwayat masa kanak akhir dan remaja


Pada stadium genital, pasien berteman dengan teman sebayanya tetapi
bersosialisasi dengan teman sebayanya. Pasien mulai mempunyai
ketertarikan terhadap lawan jenis. .
Pada stadium identitas lawan difusi peran (11 tahun – akhir remaja),
pasien menunjukkan senang bermain dan akrab dengan saudaranya. Pasien
adalah orang yang jarang bergaul sehingga pasien tidak memiliki teman
dekat, rajin mengerjakan tugasnya dan menyelesaikannya sendiri. Setelah
tamat SMP, pasien melanjutkan ke tingkat SMA dan menyelesaikan studi
dengan tepat waktu. Pasien tidak pernah terlibat masalah yang berarti di
dalam sekolahnya. Pada masa ini pasien mulai tertarik dengan lawan
jenisnya.
Pada stadium keintiman lawan isolasi (21 tahun - 40 tahun) pasien
sudah menikah dan pasien memiliki hubungan yang harmonis dengan
keluarganya.

5. Riwayat masa dewasa


a. Riwayat pendidikan

8
Sejak SD pasien selalu naik kelas dan selesai tepat waktu. Pasien
masuk SD umur 5 tahun dan merupakan siswa yang baik. Setelah tamat
SD pasien melanjutkan ke jenjang SPK dan melewati masa tersebut
dengan biasa-biasa saja, dan dengan prestasi yang baik karena pasien
sering mendapat juara di kelasnya. Setelah itu pasien sudah tidak
melanjutkan sekolahnya.

b. Riwayat pekerjaan.
Pasien bekerja sebagai wiraswasta. Membuat kue serta makanan,
mendekorasi serta usaha depot air minum.

c. Riwayat psikoseksual.
Orientasi Pasien baik (menyukai lawan jenis).

d. Riwayat perkawinan.
Pasien sudah menikah.

e. Kehidupan beragama.
Pasien beragama Katolik, setiap hari Minggu pasien masuk gereja,
dan rutin mengikuti ibadah.

f. Aktifitas sosial.
Hubungan pasien dengan keluarga dan temannya baik. Pasien
memang jarang bersosialisasi dengan tetangga sekitar rumah pasien.

g. Riwayat pelanggaran hukum.


Pasien tidak pernah terlibat dengan masalah hukum. Pasien sangat
berpegang teguh terhadap nilai dan norma yang berlaku dalam
masyarakat.

9
h. Situasi kehidupan sekarang
Pasien tinggal di rumahnya bersama suami dan anaknya.

i. Denah rumah pasien

Kamar Tidur Dapur

Ruang
Makan

Kamar
Mandi
Kamar Tidur

Ruang
Kamar Tidur
Tamu

Teras rumah

j. Riwayat keluarga.
Pasien tinggal dengan keluarganya yaitu suami dan 1 anaknya.
Orang tua pasien sudah meninggal, selama masih hidup hubungan
pasien dengan orang tunya adalah baik. Hubungan pasien dengan
saudara kandungnya baik.

10
GENOGRAM

Keterangan :

Meninggal

Pria

Wanita

Pasien

k. Persepsi Pasien tentang Diri dan Kehidupannya


Pasien ingin segera sembuh dan perasaan takutnya hilang.

IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTALIS


A. Deskripsi umum
1) Penampilan

11
Pasien adalah seorang perempuan, tampak sesuai usianya. Berkulit sawo
matang, rambut warna pirang karena smer rambut. Penampilan rapi dengan
menggunakan pakaian kemeja dan celana.

2.) Perilaku dan aktivitas psikomotor


Selama wawancara, pasien duduk tenang. Pasien dapat merespon saat
diucapkan salam. Pasien tidak menghindari kontak mata dan perhatian pasien
tidak mudah terpengaruh oleh sekitar.

3.) Kesadaran
Compos mentis

4.) Sikap terhadap pemeriksa


Pasien kooperatif pada wawancara dan menjawab setiap pertanyaan yang
diberikan oleh pemeriksa.

B. Mood dan Afek


 Mood : Eutimia
 Afek : Luas
 Keserasian : Serasi

C. Karakteristik bicara
 Kualitas : spontan, artikulasi jelas dan volume sedang. Pasien
menjawab dengan suara dan intonasi yang jelas.
 Kuantitas : pasien dapat menjawab pertanyaan dengan sesuai dan tepat
 Hendaya berbahasa: tidak ada hendaya dalam berbahasa

D. Gangguan Persepsi
Halusinasi auditorik dan visual (-).

12
E. Pikiran
- Proses pikir : Koheren, pasien menjawab sesuai pertanyaan,
jawaban pasien relevan.
- Isi pikir : Tidak ada waham. Preokupasi atau pemusatan
pikiran terhadap ide tertentu tidak ditemukan.

F. Kesadaran dan fungsi kognitif


a. Tingkat kesadaran : Kompos mentis
b. Orientasi
- Orientasi waktu : baik
- Orientasi tempat : baik
- Orientasi orang : baik
c. Daya konsentrasi : cukup
d. Perhatian : Pasien dapat memusatkan perhatian saat
wawancara.
e. Daya ingat :
- Jangka panjang : baik
- Jangka pendek : baik
- Segera : baik
f. Kemampuan baca dan tulis
Pasien mampu membaca dan menulis dengan jelas.
g. Kemampuan visuospasial
Baik. Pasien dapat menggambar lingkaran, persegi dengan jelas.
h. Intelegensi dan daya informasi
Baik, pertanyaan dijawab dengan baik.
i. Daya nilai
Daya nilai sosial : Baik
Uji daya nilai : Baik
Penilaian realitas : Baik
j. Tilikan
13
Tilikan 6 : pasien menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya
disertai motivasi untuk mencapai perbaikan.

k. Taraf dapat dipercaya


Penjelasan pasien dapat dipercaya.

V. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LEBIH LANJUT


A. Status Internus
Keadaan umum : Cukup
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital : T : 130/80 mmHg, N : 88x/m, R : 20x/m,
S : 36,5ºC
Kepala : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterus -/-.
Thoraks : Cor: S I-II reguler, bising (-)
Pulmo: Rhonki -/-, Wheezing -/-
Abdomen : Datar, lemas, bising usus (+) normal
Hepar/Lien : tidak teraba
Ekstremitas : Edema (-), akral hangat

B. Status neurologis
GCS : E4M6V5
TRM : Tidak ada
Mata : Gerakan normal, pupil isokor +/+, refleks cahaya +/+

Pemeriksaan Nervus Kranialis


a. Nervus Olfaktorius (N.I)

14
Dilakukan untuk menilai fungsi penciuman pasien. Pasien
diinstruksikan untuk menutup mata dan menyebutkan nama bahan yang
tercium.Hasilnya memberi kesan normal.
b. Nervus Optikus (N.II)
Dilakukan untuk memeriksa ketajaman penglihatan. Kedua mata pasien
diperiksa secara bergantian dan pasien diinstruksikan untuk
menyebutkan nama barang atau tulisan di sekitar ruangan. Hasilnya
visus normal.
c. Nervus Okulomotoris (N.III), Nervus Troklearis (N.IV), dan
Nervus Abducens (N.VI)
Selama wawancara berlangsung dapat diamati bahwa pasien memiliki
gerakan bola mata yang wajar (pasien mampu melirikkan bola matanya
ke kiri dan ke kanan).
d. Nervus Trigeminus (N.V)
Selama wawancara berlangsung terlihat pasien dapat tersenyum dan
wajah simetris.
e. Nervus Facialis (N.VII)
Selama wawancara berlangsung terlihat bahwa pasien dapat tersenyum
dan wajah simetris.
f. Nervus Vestibulokoklearis (N.VIII)
Selama wawancara berlangsung, pasien mampu untuk menjawab
pertanyaan dengan tepat. Hal ini memberi kesan bahwa pendengaran
pasien normal. Saat berjalan pasien terlihat stabil dan tidak terjatuh
g. Nervus Glossofaringeus (N.IX) dan Nervus Vagus (N.X)
Artikulasi pasien jelas, kemampuan menelan normal.
h. Nervus Aksesorius (N.XI)
Selama wawancara berlangsung terlihat bahwa pasien dapat
menggerakkan kepalanya ke kiri dan kanan, hal ini menandakan bahwa
fungsi Nervus Aksesorius pasien dalam keadaan normal
i. Nervus Hipoglosus (N.XII)
15
Tidak ada deviasi saat pasien menjulurkan lidah.

Fungsi sensorik : tidak terganggu

Fungsi motorik : kekuatan otot 5 5


5 5
tonus otot N N
N N
Refleks fisiologis : (+) normal
Refleks patologis : (-)

C. Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang pada pasien ini.

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Berdasarkan anamnesis didapatkan pasien perempuan, berusia 65 tahun dan sudah
menikah. Pendidikan terakhir SKP setara dengan sekolah kejuruan, agama Katolik,
suku Minahasa, dengan keluhan utama pasien merasa jantung berdebar-debar. Pasien
mengeluh sering merasakan jantung berdebar-debar. Keluhan ini dirasakan sekitar 1
tahun yang lalu. Keluhan ini tidak selalu muncul sepanjang hari tetapi sering muncul
secara tiba-tiba. Rasa jantung berdebar-debar ini dirasakan sudah sangat mengganggu
kehidupan pasien. Selain rasa jantung berdebar-debar, jika sedang serangan pasien juga
merasakan sesak napas, kadang-kadang hingga berkeringat dingin, gelisah dan pasien
juga merasa seperti akan mati dan takut jika hal-hal buruk akan terjadi padanya.

Menurut pasien gejala-gejala ini muncul saat pasien telah menjalani operasi
kandung empedu 1 tahuntang lalu di RS Pof. Kandou.

16
VII. FORMULASI DIAGNOSTIK
Berdasarkan anamnesis didapatkan pasien datang dengan keluhan rasajantung
berdebar-debar yang dirasakan sekitar 1 tahun yang lalu setelah menjalani operasi..
Keluhan ini tidak selalu muncul sepanjang hari tetapi sering muncul secara tiba-tiba
dan sangat mengganggu kehidupan pasien. Keluhan yang dirasakan pasien secara
klinik cukup bermakna dan gejala klinis tersebut menimbulkan hendaya, distress dan
disfungsi pada pasien, maka gejala ini dapat dimasukkan dalam kategori gangguan
jiwa. Tidak ditemukan adanya gejala psikotik seperti waham, halusinasi pada pasien
ini. Oleh karena itu, gejala yang didapatkan dari anamnesis dan pemeriksaan
dimasukkan dalam kategori non-psikotik, yaitu gangguan mood.
Pada aksis I, ditemukan adanya rasa jantung berdebar, sesak napas, napas pendek
rasa seperti akan mati dan takut mendengar jika ada yang meninggal dan mendengar
suara ambulans. Kriteria diagnostik pasien ini adalah gangguan panik
Pada aksis II, ciri kepribadian skizoid. Pasien adalah tipe orang yang lebih suka
melakukan kegiatan sendirian, lebih nyaman bekerja sendiri, dan hanya mempunyai
sedikit teman.
Pada aksis III, (-)
Pada aksis IV, Pasien hanya mempunyai satu anak, pasien takut tidak ada yang
menjaganya jika sakit.

Pada aksis V, Global Assesment of Functioning (GAF) scale, Current 80-71


Gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan dan
sekolah. HLPY : 90-81 Gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari
masalah harian yang biasa.

VIII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL


Aksis I : Gangguan panik dengan agorafobia (F 40.01)
Aksis II : Ciri kepribadian skizoid
Aksis III : (-)
Aksis IV : Masalah primary support group (keluarga)

17
Aksis V : GAF current 80-71 Gejala sementara dan dapat diatasi,
disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan dan sekolah. GAF Scale High Level
Past Year (HLPY) 90-81 Gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak
lebih dari masalah harian yang biasa.

IX. PROBLEM
A. Organobiologi :-
B. Psikologi : Pasien sering merasakan gangguan panik.
C. Lingkungan dan sosial ekonomi : Tidak ada masalah gangguan lingkungan dan
sosial ekonomi

X. PERENCANAAN TERAPI
A. Psikofarmako
- Fluoxetine 20 mg 1x1 tablet (pagi hari)
- Clobazam 10 mg 3x1 tablet

B. Psikoterapi
Terapi kognitif perilaku melakukan restrukturisasi kognitif, yaitu
membentuk kembali pola perilaku dan pikiran yang irasional dan
menggantinya dengan yang lebih rasional.

C. Konseling
a. Terhadap pasien
 Memberikan edukasi terhadap pasien agar memahami gangguannya lebih
lanjut, cara pengobatannya, efek samping yang kemungkinan muncul, serta
pentingnya kepatuhan dan keteraturan minum obat.
 Memberikan motivasi kepada pasien agar pasien tidak merasa putus asa
dan agar semangat juangnya tetap ada.
b.Terhadap keluarga pasien
18
Dengan psiko-edukasi yang menyampaikan informasi kepada
keluarga mengenai berbagai kemungkinan penyebab penyakit,
perjalanan penyakit, dan pengobatan sehingga keluarga dapat
memahami dan menerima kondisi pasien untuk minum obat dan kontrol
secara teratur serta mengenali gejala-gejala kekambuhan.

XI. PROGNOSIS
 Ad vitam : dubia ad bonam
 Ad fungsionam : dubia ad bonam
 Ad sanationam : dubia ad bonam

XII. EDUKASI
Dianjurkan kepada keluarga agar dapat memberikan dukungan dan perhatian
yang lebih selama masa pengobatan. Memberikan konseling yang teratur kepada
pasien untuk mencegah dan mengatasinya, serta pola pikir pasien agar membantu
pasien untuk dapat melakukan pengobatan yang teratur.

XIII. DISKUSI
A. Diagnosis
Di antara beberapa gangguan cemas yang dikenal, gangguan panik merupakan
gangguan yang lebih sering dijumpai akhir – akhir ini. Angka prevalensi sepanjang
hidup gangguan panik dilaporkan 1.5% sampai 5% sedangkan serangan panik
sebanyak 3% sampai 5.6%. Diagnosis pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis
dan pemeriksaan status mental. Dari anamnesis ditemukan gejala-gejala yang berkaitan
dengan serangan panik. Dalam kasus ini ditemukan gejala jantung berdebar, gelisah,
dan anxietas antisipatorik.
Formulasi diagnostik berdasarkan DSM V. Kriteria diagnostik gangguan panik
dengan agorafobia berdasarkan DSM-V, yaitu :
A. Serangan panik yang berulang. Serangan panik adalah gelombang yang
menimbulkan ketakutan tiba-tiba secara intens mengakibatkan
19
ketidaknyamanan yang mencapai puncak dalam beberapa menit dimana empat
(atau lebih) dari gejala berikut :
1. Palpitasi, jantung berdebar, kecepatan jantung meningkat
2. Berkeringat
3. Gemetar atau berguncang
4. Sesak nafas atau tertahan
5. Perasaan tercekik
6. Nyeri dada
7. Mual atau gangguan perut
8. Perasaan pusing, bergoyang, melayang atau pingsan
9. Menggigil atau perasaan panas
10. Parestesia (mati rasa atau sensasi geli)
11. Derealisasi (perasaan tidak realitas) atau depersonalisasi (bukan merasa diri
sendiri)
12. Ketakutan kehilangan kendali atau menjadi gila
13. Rasa takut mati
B. Setidaknya salah satu serangan telah dialami 1 bulan (atau lebih) dari salah satu
atau kedua berikut :
1. Kekhawatiran terus-menerus atau khawatir tentang serangan panik tambahan
atau konsekuensi (seperti :kehilangan kontrol, mengalami serangan jantung,
“menjadi gila”).
2. Perubahan maladaptif yang signifikan dalam perilaku yang terkait dengan
serangan (seperti :perilaku yang dirancang untuk menghindari serangan panik,
seperti menghindari latihan atau situasi asing.
C. Gangguan ini tidak disebabkan efek fisiologis zat (penyalahgunaan obat, obat)
atau kondisi medis lain (seperti : hipertiroid dan gangguan jantung paru)
D. Gangguan ini tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan mental lain (serangan
panik tidak hanya terjadi dalam menanggapi situasi sosial yang ditakuti, seperti
pada gangguan kecemasan sosial, dalam menanggapi objek fobia dibatasi oleh
situasi, seperti fobia spesifik, dalam menanggapi obsesi, seperti gangguan
20
obsesif-kompulsif, dalam menanggapi pengingat peristiwa traumatis, seperti
gangguan stress pasca trauma atau dalam menanggapi perpisahan seperti
gangguan cemas perpisahan.

B. Ciri Kepribadian
Ciri gangguan kepribadian ada berbagai macam yaitu ciri gangguan
kepribadian khas, skizoid, paranoid, skizotipal, emosi tak stabil,
obsesif-kompulsif, histrionik, cemas menghindar, dependen, narsistik, ambang
dan pasif agresif. Pada penderita mengarah ke ciri kepribadian skizoid.5
Ciri-ciri gangguan kepribadian skizoid meliputi: 5
A. Pelepasan diri dari hubungan sosial dan kemampuan ekspresi emosi
terbatas, bersifat pervasif sejak dewasa muda. Diikuti oleh 4 atau lebih
gejala berikut:
1. Tidak memiliki minat atau hubungan dekat dengan siapapun
2. Selalu memilih aktivitas seorang diri
3. Minat yang sedikit terhadap pengalaman seksual
4. Merasakan kesenangan yang sedikit
5. Tidak memiliki teman dekat
6. Tidak acuh terhadap pujian
7. Emosi yang dingin
B. Tidak terjadi selama skizofrenia, gangguan bipolar atau gangguan depresi
disertai psikotik lainnya.

C. Terapi
Penderita diterapi dengan obat Fluoxetin 20 mg 1x1 diminum pagi hari.
Fluoxetine merupakan obat golongan SSRI (Selective Serotonine Reuptake
Inhibitors). SSRI merupakan obat psikotropik pertama yang dianggap memiliki
desain obat rasional, karena cara kerjanya benar-benar spesifik pada suatu
target biologi tertentu dan memberikan efek berdasarkan target tersebut. Oleh
21
karena itu SSRI digunakan secara luas hampir semua negara sebagai lini
pertama pengobatan antipanik.2
SSRI dapat diberikan selama 2-4 minggu dan dosisnya dapat ditingkatkan
secara bertahap tergantung pada kebutuhan.Semua jenis SSRI yang dikenal saat
ini memiliki efektifitas yang baik dalam menangani gangguan panik.Salah
satunya, memiliki paruh waktu yang panjang sehingga cocok digunakan untuk
penderita yang kurang patuh minum obat.Selain itu waktu paruh yang panjang
dapat meminimalisirkan efek withdrawal yang dapat terjadi ketika penderita
lelah atau tiba-tiba mengehentikan penggunaan SSRI. Fluoxetin secara efektif
menghambat reuptake serotonin presinaptik, dengan efek minimal atau tanpa
efek sama sekali terhadap reuptake norepinefrin atau dopamin. Selain itu
penderita juga direncanakan terapi psikofarmaka yaitu Clobazam yang
merupakan golongan benzodiazepine yang memiliki potensiasi inhibisi neuron
dengan GABA sebagai mediatornya untuk menimbulkan sedasi,
menghilangkan rasa cemas, dan keadaan psikosomatik yang ada hubungannya
dengan rasa cemas. Pada penderita diberikan clobazam 10 mg 3 x 1.2
Berdasarkan teori bahwa perilaku manusia diakibatkan oleh cara berpikir
tentang diri dan perannya di dunia, maka perilaku maladaptif dapat diarahkan
dan dikembangkan ke arah perilaku yang lebih adaptif dan lebih sehat, melalui
CBT (Cognitive Behavioral Therapy). Pasien diajak untuk melakukan
rekstrukturisasi kognitif, yaitu membentuk kembali pola perilaku dan
mengganti pikiran yang irasional. Pemilihan jenis ini berdasarkan kondisi
pasien saat itu, motivasi individu, kepribadiannya, serta pertimbangan dokter
yang akan melakukannya. Jenis terapi ini akan berhasil bila motivasi pasien
tinggi serta bersedia bekerja sama dengan terapis atau dokter.1

XIV. WAWANCARA PSIKIATRI


Wawancara dilakukan di rumah pasien pada tanggal 25 Agustus 2016 pukul 19.00
WITA.

22
Keterangan:
A : Pemeriksa
B : Pasien

A: Selamat malam Ibu, kita dengan dokter muda Yunita, ini dgn ibu sapa?
B: Malam dokter, iya ini ibu AW
A: Bagaimana kabarnya bu?
B: Puji Tuhan sehat-sehat dokter.
A: Umur berapa ibu?
B: 65 tahun
A: Ibu boleh tau tempat tanggal lahir dimana?
B: Lahir di Warembungan 14 November 1951
A: Ibu asal mana dang?
B: Dari Warembungan, Minahasa
A: Kerja apa dang ibu skarang?
B: Kita bikin-bikin kukis dok
A: Jadi apa yang ibu rasa dang skarang?
B: ja rasa tape jantung berdebar-debar, tako tako kwa, ilang timbul begitu, rupa
kalo skarang nda talalu dapa rasa mar biasanya dalam satu hari selalu ada tu rasa tako
itu muncul.
A: oh begitu. Biasanya ada pencetus apa ibu sampe muncul tu rasa tako?
B: nda ada pencetus apa-apa. Tiba-tiba tape jantung berdebar-debar, banapas cepat
kong pendek
B: semenjak qt habis operasi kong mulai. Pas qt persiapan operasi tape anak kasian
ja pulang bale dari bandara padahal dia baru di terima kasian, sementara training. So
bayar pendaftaran sampai 14 juta. Kong habis operasi qt ba priksa lagi kage qt ada sakit
mar normal dokter. Kong habis itu dokter sarankan qt pgi d ratumbuysang mar tape
anak bilang siapa yang mo jaga pa mama disana?
A: jadi oma takut ndk ada yang jaga pa oma dang kalau sakit lagi?
B: Iyo dok.
23
A: Kong selain tu gejala-gejala tadi ada le yang ibu rasa?
B: Ja rasa gelisah le
A: Kalo di banya-banya orang ibu ja rasa tako nda?
B: Oh iyo, kita nda bisa cuma sendiri kong pigi tampa yang banya orang, dapa rasa
rupa mo pingsan.
A: Ini gejala-gejala ini ibu rasa mengganggu pekerjaan ato nda talalu
berpengaruh?
B: Pengaruh no di pekerjaan, kita jadi susah konsentrasi kalo pas serangan
A: Kong bagaimana sampe ibu tau musti berobat pa psikiater?
B: Itu kita pe dokter langganan yang kase usul. Dokter bilang kita rupa ba
cemas-cemas jadi baiknya ba kontrol pa psikiater. Awalnya kita nimau karna kalo
berobat pa psikiater biasanya orang gila mar dokter bilang justru orang gila itu yang so
nimau ke psikiater jadi kita iko jo no dokter pe saran.
A: Betu itu bu. Kalo orang normal itu datang ke psikiater sendiri. Kalo orang gila
so nda ada kesadaran mo datang pa psikiater. Oke dang ibu, makase banya for ibu pe
waktu ne, maaf so mengganggu.
B: sama-sama dok, nda mengganggu kwa.

24
DAFTAR PUSTAKA
1. Elvira S, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2010.
2. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik (Psychotropic
Medication) . Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. Jakarta.
2014.
3. Kaplan H, Sadock B, Grebb J. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku
Psikiatri Klinis Jilid I. Binarupa Aksara Publisher. 2010.
4. Kaplan and Saddock. Comprehensive Textbook Of Psychiatri. 7th Ed.
Lippincott Wiliams and Wilkins. Philadelphia, 2004.
5. American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical manual of mental
disorders.5th edition.2009. American Psychiatric Publishing.

25
LAMPIRAN

26

Anda mungkin juga menyukai