Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebagai Negara berkembang, Indonesia perlu mengupayakan adanya persaingan yang

tangguh dikalangan dunia usaha. Hal ini sejalan dengan kondisi global di bidang perdagangan

dan investasi. Daya saing yang semacam itu telah lama dikenal dalam sistem Hak Atas

Kekayaan Intelektual (HAKI). Era globalisasi, inilah yang bisa dibilang menjadi salah satu

penyebab palanggaran Hak Kekayaan Intelektual (HAKI). Layaknya bom waktu yang sewaktu-

waktu bisa meledak dan efek ledakannya bisa mengenai seluruh yang ada disekitarnya.

Kemajuan disegala sektor, khususnya bidang industri dan perdagangan menjadi salah satu

korban dari globalisasi. Arus industrialisasi yang semakin tinggi dan arus perdagangan yang

dituntut ketepatan dan kecepatan dalam bertransaksi adalah sebagiannya. Dan tentu saja

banyak permasalahan yang timbul di dalamnya, karena di setiap hal positif pasti ada sisi

negatifnya. Sebagai contoh adalah dalam hal “Industri Musik” (Music Industry) khususnya

dalam perdagangan kaset / DVD / VCD terkadang masyarakat yang posisinya sebagai

konsumen lebih memilih harga yang relatif murah ketimbang yang mahal. Meski tentu saja

yang mahal lebih punya kualitas tinggi.

Beberapa saat yang lalu, tepatnya pada bulan Juli 2012 seperti dikutip di situs

jogja.okezone.com Pemerintah melalui Direktorat Penyidikan Direktorat Jenderal Hak Kekayaan

Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) menangani 44 kasus

pelanggaran hak kekayaan inteletual (HKI) per Mei 2012. Ke-44 kasus tersebut terkait dengan

domain HKI, yakni kasus pelanggaran hak cipta, paten, merek, desain industri, dan Rahasia

Dagang. Dan menurut Direktur Penyidikan Kementerian Hukum dan HAM, Mohammad Adri,
mengatakan, dari 44 kasus pelanggaran HKI tersebut, kasus yang paling banyak adalah kasus

pelanggaran merek yang mencapai 27 kasus. Terbanyak kedua, kasus pelanggaran desain

industri (7 kasus) dan kasus hak cipta (4 kasus). Sisanya kasus paten dan Rahasia Dagang.

Pada kali ini penulis akan membahas tentang bagaimana cara menyelesaikan sengketa dalam

Rahasia Dagang.

1.2. Rumusan Masalah


1. Pengertian Rahasia Dagang, serta perbedaan Rahasia Dagang dengan HAKI lainnya dan

bagaimana perlindungan hukumnya ?


2. Bagaimana penyelesaian sengketa terhadap pelanggaran Rahasia Dagang?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Rahasia Dagang, serta perbedaan Rahasia Dagang dengan HAKI

lainnya dan bagaimana perlindungan hukumnya.

Menurut Undang-Undang No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang (UURD),

khususnya pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa “Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak

diketahui oleh umum di bidang teknologi dan/ atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena

berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia Dagang.”

Sedangkan yang dimaksud dengan hak Rahasia Dagang adalah hak atas Rahasia Dagang yang

timbul berdasarkan Undang-Undang Rahasia Dagang. Berdasarkan pengertian di atas, maka

dapat dilihat bahwa Rahasia Dagang adalah sebuah informasi yang sangat berharga untuk

perusahaan, karenannya harus dijaga kerahasiaannya. Keberhargaan informasi ini, karena

informasi tersebut dapat mendatangkan keuntungan ekonomis kepada perusahaan 1.

Adapun Perbedaan antara “Rahasia Dagang” dengan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI)

lainnya sebagai berikut :

a) Bentuk HAKI lain tidak bersifat rahasia. Bentuk HAKI lain mendapat perlindungan karena

merupakan sejenis kekayaan yang dimiliki orang lain. Memang, kecuali kalau informasi

mengenai suatu penemuan diungkapkan, perlindungan paten tidak dapat diperoleh dari negara.

Kalau karya-karya yang dilindungi hak cipta atau sebuah merek tidak digunakan secara umum,

maka tidak ada nilai komersialnya. Rahasia Dagang mendapat perlindungan karena sifat

1
Adrian Sutedi, “Hak Atas Kekayaan intelektual”, 2009, Jakarta, Sinar Grafika. hal. 122.
rahasianya menyebabkan informasi itu bernilai. Rahasia Dagang terdiri informasi yang hanya

bernilai komersial kalau kerahasiannya tidak hilang.

b) Rahasia Dagang mendapat perlindungan meskipun tidak mengandung nilai kreativitas atau

pemikiran baru. Yang penting adalah Rahasia Dagang tersebut tidak diketahui secara umum.

Misalnya, sebuah sistem kerja yang efektif, barangkali tidak begitu kreatif, tetapi keefektifan

dan kerahasiaannya menyebabkan informasi itu bernilai komersial.

c) Bentuk HAKI lain selalu berupa bentuk tertentu yang dapat ditulis, digambar atau dicatat

secara persis sesuai dengan syarat pendaftaran yang ditetapkan oleh instansi pemerintah.

Rahasia Dagang tidak semestinya ditulis. Yang penting, bukan bentuk tulisan atau pencatatan

informasi yang persis, tetapi penggunaan konsep, ide atau informasinya sendiri yang dapat

diberikan kepada pihak lain secara lisan. Hal ini berbeda dengan hak paten atau merek 2.

Meskipun ada perbedaan antara Rahasia Dagang dengan bentuk HAKI lainnya, akan

tetapi dari perbedaan tersebut ternyata masih ada hubungan tumpang tindih. Hubungan

tumpah tindih ini, sangat jelas dalam hal paten. Kalau sebuah perusaan mempunyai suatu

penemuan, mereka dapat memilih antara menjaga kerahasiaan dari prinsip yang mendasari

penemuan tersebut atau mempatenkan penemuan itu. Kalau perusahaan tersebut memilih

untuk menjaga kerahasiaan penemuannya, informasi itu mendapat perlindungan hukum selama

kerahasiaannya tidak hilang. Sebaliknya apabila perusahaan tersebut memilih untuk

mempatenkan penemuan-nya, maka sifat kerahasiaannya hilang, namun perusahaan tersebut

memperoleh perlindungan paten selama jangka waktu terbatas. Selama masa berlaku paten

berakhir, perlindungan untuk penemuan tersebut juga hilang. Bagaimanapun juga, pemegang

hak atas paten diberikan jaminan perlindungan selama masa berlaku yang terbatas.

2
H. OK. Saidin, “Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights)”, 1995, Jakarta,
Rajawali Pers, hal. 453.
Perlindungan dari hukum Rahasia Dagang juga membawa risiko bahwa hak itu akan

hilang sejalan dengan hilangnya sifat kerahasiaan informasi tersebut. Namun demikian, untuk

penemuan yang mudah dibongkar atau dianalisis dan diproduksi ulang, perlindungan paten

adalah jenis perlindungan yang lebih aman, meskipun ada jangka waktu perlindungan yang

terbatas. Tentu ini tidak menjadi soal, manakala langkah invensi dapat dilakukan secara terus-

menerus terhadap paten tersebut sehingga ketika hak itu akan berakhir sudah dapat

dimintakan paten baru. Subjek hak atas Rahasia Dagang adalah pemilik rahasia itu sendiri

pemilik Rahasia Dagang dapat menggunakan dan memanfaatkan Rahasia Dagang tersebut

maupun mencegah pihak lain untuk menggunakannya. Akan tetapi, seperti halnya dengan jenis

HAKI lain, si pemilik juga boleh memberi lisensi kepada pihak lain untuk menggunakan Rahasia

Dagang itu selama jangka waktu tertentu, melalui perjanjian lisensi. Perjanjian lisensi

menimbulkan kewajiban bagi si penerima lisensi untuk menjaga kerahasiaannya.

Rahasia Dagang juga perlu mendapatkan perlindungan hukum kebutuhan akan

perlindungan hukum terhadap Rahasia Dagang sesuai dengan salah satu ketentuan dalam

Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights (Persetujuan TRIPs) yang

merupakan lampiran dari Agreement Establishing the World Trade Organization on Trade

Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia), sebagaimana telah

diratifikasi oleh Indonesia dengan UU No. 7 Tahun 1994. Adanya perlindungan tersebut akan

mendorong lahirnya temuan atau invensi baru yang meskipun diperlakukan secara rahasia,

tetap mendapat perlindungan hukum, baik dalam rangka kepemilikan, penguasaan, maupun

pemanfaatannya oleh penemunya. Untuk mengelola administrasi Rahasia Dagang, pada saat ini

pemerintah menunjuk Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia c.q. Direktorat Jenderal

Hak Atas Kekayaan Intelektual untuk melakukan pelayanan di bidang Hak Atas Kekayaan

Intelektual. Undang-Undang Rahasia Dagang No. 30 Tahun 2000 memberikan ruang lingkup
perlindungan Rahasia Dagang yaitu meliputi metode produksi, metode pengolahan, metode

penjualan, atau informasi lain di bidang teknologi dan/atau bisnis yang memiliki nilai ekonomi

dan tidak diketahui oleh masyarakat umum. Suatu Rahasia Dagang akan mendapatkan

perlindungan apabila informasi tersebut sejatinya bersifat rahasia, mempunyai nilai ekonomi,

dan dijaga kerahasiaannya melalui upaya-upaya sebagaimana mestinya :

 Bersifat rahasia, maksudnya bahwa informasi tersebut hanya diketahui oleh pihak

tertentu atau tidak diketahui secara umum oleh masyarakat.


 Mempunyai nilai ekonomi, maksudnya bahwa sifat kerahasiaan informasi tersebut

dapat digunakan untuk menjalankan kegiatan usaha yang bersifat komersial atau dapat

meningkatkan keuntungan secara ekonomi


 Informasi dianggap dijaga kerahasiaannya, apabila pemilik atau para pihak yang

menguasainya telah melakukan langkah-langkah yang layak dan patut.

Dalam ranah HAKI pada dasarnya perlindungannya berintikan pengakuan terhadap hak

atas kekayaan dan hak untuk menikmati kekayaan itu dalam waktu tertentu. Artinya selama

waktu tertentu pemilik atau pemegang hak atas HAKI dapat mengijinkan atau melarang untuk

mengetahui atau menyebarluaskan informasi (Rahasia Dagang).

2.2. Bagaimana penyelesaian sengketa terhadap pelanggaran Rahasia Dagang.

Pelanggaran terhadap Rahasia Dagang terjadi apabila seseorang dengan sengaja

mengungkapkan Rahasia Dagang, mengingkari kesepakatan atau mengingkari kewajiban

tertulis atau tidak tertulis untuk menjaga Rahasia Dagang yang bersangkutan. Untuk mengatasi

adanya pelanggaran tersebut maka amat diperlukan perlindungan hukum bagi pemilik dan atau

pemegang HAKI yang bersangkutan. Apabila seseorang merasa pihak lain telah melanggar hak

Rahasia Dagang yang dimilikinya, maka ia sebagai pemegang hak Rahasia Dagang atau pihak

lain sebagai penerima lisensi dapat menggugat siapapun yang dengan sengaja dan tanpa hak
Rahasia Dagang. Sebagai contoh, menurut pasal 4 UURD ”pemilik hak Rahasia Dagang memiliki

hak untuk menggunakan sendiri Rahasia Dagang yang dimilikinya, memberikan lisensi atau

melarang pihak lain untuk menggunakan Rahasia Dagang atau mengungkapkan Rahasia

Dagang itu kepada pihak ketiga untuk kepentingan yang bersifat komersial”. Jika seorang buruh

melakukan pelanggaran Rahasia Dagang, maka upaya hukum yang dapat ditempuh oleh

pemilik Rahasia Dagang (pengusaha) antara lain melalui lembaga peradilan umum baik itu

secara perdata maupun pidana, melalui arbitrase, atau menggunakan alternatif penyelesaian

sengketa. Bila melalui lembaga peradilan umum, pengusaha dapat mengajukan tuntutan secara

perdata terlebih dahulu, apabila tidak berhasil baru kemudian mengajukan tuntutan secara

pidana. Selain itu, para pihak dapat mengajukan kepada pengadilan agar persidangan dilakukan

secara tertutup.

Secara perdata, buruh dapat dikenakan tuntutan telah melakukan wanprestasi (jika

masih bekerja di tempat pemilik rahasia dagang) atau perbuatan melawan hukum. Dasar

hukum untuk melakukan penuntutan wanprestasi adalah klausula perjanjian mengenai

kewajiban melindungi Rahasia Dagang yang terdapat dalam perjanjian kerja. Klausula

perjanjian tersebut dapat menjadi dasar hukum dalam melakukan penuntutan berdasarkan

pasal 1338 KUHPerdata yang menyatakan semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku

sebagai undang-undang bagi yang membuatnya. Sedangkan untuk perbuatan melawan hukum,

dasar hukumnya adalah pasal 1365 KUHPerdata. Tuntutan atas dasar wanprestasi lebih mudah

dalam hal pembuktian dibandingkan dengan perbuatan melawan hukum karena berdasarkan

pada perjanjian kerja yang memuat mengenai rahasia dagang.

Secara pidana, tuntutan dapat dilakukan berdasarkan UU Rahasia Dagang dan Kitab

Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). Tuntutan yang dapat dilakukan berdasarkan UU

Rahasia Dagang, dasar hukumnya adalah pasal 13 dan pasal 17(1), yaitu diancam pidana
penjara paling lama 2 tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta

rupiah). Terhadap pelanggaran rahasia dagang berdasarkan UU No. 30 Tahun 2000 tentang

Rahasia Dagang, hanya dapat dilakukan tuntutan apabila ada aduan dari pihak yang merasa

dirugikan (pasal 17(2)). Jadi pelanggaran rahasia dagang merupakan delik aduan.

Pelanggaran terhadap rahasia dagang dalam KUHP masuk ke dalam lingkup kejahatan.

Dasar hukum yang digunakan adalah pasal 322 ayat 1 KUHP dimana dinyatakan bahwa bagi

orang yang dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpannya karena jabatan atau

pekerjaannya baik itu yang sekarang ataupun yang dulu dapat diancam pidana penjara paling

lama 9 bulan atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah. Jika pelanggaran rahasia dagang

tersebut dilakukan setelah buruh itu tidak lagi bekerja di perusahaan tersebut dan ia berada

pada waktu dimana ia masih harus menjaga rahasia dagang tersebut maka ketentuan dalam

KUHP yang digunakan tidak lagi pasal 322 ayat 1, tetapi menggunakan pasal 323 ayat 1. Pasal

323 ayat 1 menyatakan bagi orang yang dengan sengaja memberitahukan hal-hal khusus

tentang suatu perusahaan dagang, kerajinan atau pertanian, dimana ia bekerja atau dahulu

bekerja, yang seharusnya dirahasiakan, diancam pidana penjara paling lama 9 bulan atau

denda paling banyak sembilan ribu rupiah. Dalam pasal 323 ayat 2 disyaratkan pula adanya

pengaduan dari pengusaha untuk dapat mengajukan tuntutan (delik aduan).

Melihat pada peraturan perundangan di bidang perburuhan, maka pelanggaran rahasia

dagang yang dilakukan oleh buruh dapat mengacu pula pada Keputusan Menteri Tenaga Kerja

RI (KepmenTK) No. 150/Men/2000 tanggal 20 Juni 2000. Dalam Kepmen. TK tersebut pada

pasal 18 ayat 1 (j), dinyatakan bahwa buruh yang melakukan tindakan membongkar atau

membocorkan rahasia perusahaan atau mencemarkan nama baik pengusaha dan atau keluarga

pengusaha yang seharusnya dirahasiakan kecuali untuk kepentingan negara, dapat diberikan

ijin kepada pengusaha untuk melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap buruh
tersebut. Ijin PHK ini diberikan oleh P4 (Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan) Daerah

untuk PHK perorangan atau P4 Pusat untuk PHK massal.

Ketentuan dalam KepmenTK tersebut terdapat pula dalam undang-undang tenaga kerja

yang baru, yaitu Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Dalam pasal

158 ayat (1) huruf i dinyatakan bahwa pengusaha dapat memutuskan hubungan kerja terhadap

pekerja atau buruh dengan alasan telah dilakukannya kesalahan berat membongkar atau

membocorkan rahasia perusahaan yang seharusnya dirahasiakan kecuali untuk kepentingan

negara. Kesalahan berat tersebut harus dibuktikan oleh pengusaha dengan kejadian pekerja

atau buruh tertangkap tangan, ada pengakuan dari pekerja atau buruh yang bersangkutan,

atau bukti lain berupa laporan kejadian yang dibuat oleh pihak yang berwenang di perusahaan

yang bersangkutan dan didukung oleh sekurang-kurangnya dua orang saksi.

BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang teknologi

dan/ atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga

kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia Dagang. Adapun perbedaan yang terdapat pada Rahasia

dagang terhadap HAKI lainnya yakni bersifat rahasia, tidak perlu kreativitas serta tidak

semestinya ditulis. Ruang lingkup perlindungan Rahasia Dagang meliputi metode produksi,

metode pengolahan, metode penjualan, atau informasi lain di bidang teknologi dan/atau bisnis

yang memiliki nilai ekonomi dan tidak diketahui oleh masyarakat umum. Suatu Rahasia Dagang

akan mendapatkan perlindungan apabila informasi tersebut sejatinya bersifat rahasia,

mempunyai nilai ekonomi, dan dijaga kerahasiaannya melalui upaya-upaya sebagaimana

mestinya. Jika seorang melakukan pelanggaran terhadap Rahasia Dagang, maka upaya hukum

yang dapat ditempuh oleh pemilik Rahasia Dagang (pengusaha) antara lain melalui lembaga

peradilan umum baik itu secara perdata maupun pidana, melalui arbitrase, atau menggunakan

alternatif penyelesaian sengketa sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

3.2. Saran

 Implementasi rahasia dagang lebih ditegaskan lagi agar tidak terjadi sebuah

pelanggaran.
 Dipermudah sumber-sumber informasi mengenai rahasia dagang agar masyarakat luas

menjadi lebih mudah memahami dan mengetahui hal-hal terkait rahasia dagang.
 Lebih diperhatikan dan diperkuat lagi mengenai dasar hukum dan aturan-aturan

mengenai rahasia dagang.

Anda mungkin juga menyukai