Anda di halaman 1dari 11

KONSEP HUKUM INDONESIA DI MASA SEKARANG

Oleh : Sri Pujiningsih


Dosen Fakultas Hukum Universitas Pekalongan
E-mail: spningsih@ymail.com

Abstrak

Walaupun sistem hukum Indonesia dilihat dari sejarahnya berasal dari Rechtstaat,
tidak bisa dipungkiri bahwa sistem Rule of Law juga melengkapi sistem hukum
yang ada, sehingga konsep hukum Indonesia modern sekarang ini adalah sistem
campuran antara sistem hukum Rechstaat dan Rule of Law.

Kata Kunci : Konsep Hukum, Indonesia, masa sekarang

A. Latar Belakang
Bicara istilah hukum merupakan sesuatu hal yang tidak asing di telinga
kita. Apabila kita mulai membicarakan hukum sebagai sarana, maka sebenarnya
kita telah memasuki pembicaraan mengenai hukum sebagai konsepsi
yang
modern. Hal ini dikarenakan hukum merupakan suatu kebutuhan masyarakat
sehingga ia bekerja dengan cara memberikan petunjuk tingkah laku kepada
manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Ia merupakan pencerminan kehendak
manusia tentang bagaimana seharusnya masyarakat itu dibina dan kemana harus
1
diarahkan.
Secara tradisional dikenal berbagai sistem hukum ( sistem kontinental,
anglo saksis, sosialis, Islam dan sebagainya ). Sistem-sistem ini
dibedakan
berdasarkan sumberhukum yang dijadikan dasar atau sendi utama sistem
kaidahnya. Sistem kontinental menempatkan peraturan hukum tertulis sebagai
sumber utama sistemkaidahnya. Sistem anglo saksis menempatkan putusan
hakim atau yurisprudensi sebagai sumber utama sistem kaidahnya. Islam dan
sistem hukum dari agama lainnya, menempatkan wahyu Tuhan sebagai sumber
2
atau dasar sistem kaidahnya.
Ide negara hukum di zaman modern lebih menempatkan konsep
”rechtsstaat” dan ”the rule of law”. Dimana konsep negara hukum telah
1
Prof.Dr.Esmi W.,SH,MS, Pranata Hukum Sebuah Telaah Sosiologis, Penerbit
PT.Suryandaru Utama,2005, hal. 21
2 Bagir Manan, Teori Perundang-undangan, Jakarta, September 1996

135
dikembangkan di Eropa Kontinental antara lain oleh Immanuel Kant, Paul
Laband, Julius stahl, Fichte, menggunakan istilah Jerman Yaitu “rechsstaat”,
sedangkan konsep negara hukum yang dikembangkan dalam tradisi Anglo
Amerika yang dipelopori A.V. Dicey disebut dengan “The Rule of Law”.
Konsep dalam istilah “Rechtsstaat”menurut F. Julius Stahl mencakup
empat elemen yaitu :
1. Perlindungan hak asasi manusia
2. Pembagian Kekuasaan
3. Pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan
4. Peradilan tata usaha Negara
Sedangkan dalam istilah “the rule of law” menurut A.V. Dicey mencakup
tiga elemen yaitu :
1. Supremasi Aturan Hukum
2. Kedudukan yang sama di depan hukum
3. Jaminan hak-hak asasi manusia
Tumbuh dan berkembangnya konsep Rule of Law pertama
kali diterapkan di Negara-negara yang menganut common law sistem
seperti Inggris dan Amerika Serikat, dimana kedua negara tersebut
mengejawantahkannya sebagai perwujudan dari persamaan hak,
kewajiban, dan derajat dalam suatu negara di hadapan hukum. Hal
tersebut berlandaskan pada nilai-nilai hak asasi manusia, bahwasanya
setiap warganegara dianggap sama di hadapan hukum dan berhak
dijamin hak asasi manusianya melalui sistem hukum dalam negara
tersebut. Pokok ajaran dari rule of law adalah terciptanya tatanan
keadilan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, dimana rakyat
bisa memperoleh kepastian hukum, rasa keadilan, rasa aman, dan
dijamin hak-hak asasinya. Hal ini mengandung makna, rasa keadilan
yang kembali kepada rakyat, bukan kepada kekuasaan dan para
penguasa yang menciptakan hukum.
Sebagai negara yang menganut civil law sistem, Indonesia
mengedepankan hukum positif sebagai patokan dalam menjalankan
tugas-tugas negara dan juga dalam sistem peradilannya. Apabila

136
konsep negara hukum Indonesia dengan civil law sistemnya diterapkan
sesuai dengan prinsip-prinsip idealnya maka rule of law sudah pasti
akan dapat terwujud. Dan civil law sistem yang dianut merupakan
sistem yang telah menjadi dasar tata hukum di sini. Rule of law yang
menjadi konsep hukum dan keadilan dari negara-negara common law
merupakan suatu tatanan yang sifatnya baru bagi sistem hukum kita
saat ini.
Negara hukum sebagai suatu konsep sebenarnya tidak
terbatas pada perkembangan negara modern. Sebab dalam setiap
masyarakat, baik pada masyarakat yang masih sederhana tingkat
perkembangannya sampai pada masyarakat yang perkembangannya
sudah sangat tinggi, selalu terdapat hukum. Ungkapan seorang filosof
Yunani kuno Cicero, yang mengatakan Ubi Societas ubi ius ( dimana
ada masyarakat, di situ ada hukum ) dapat memberikan gambaran
bahwa pada setiap masyarakat manusia, lepas dari persoalan seberapa
sederhana keadaannya atau utama seberapa tinggi kemajuannya, pasti
terdapat hukum. Kendatipun corak atau kerumitan dari hukum yang
ada dan berlaku memang berbeda-beda pada masyarakat-masyarakat
yang berbeda tingkat kemajuannya, namun tetaplah di situ ada hukum.
Dari hal demikian dapat disimpulkan bahwa setiap negara sampai batas
3
tertentu merupakan negara hukum.

B. Rumusan Masalah
Bahwa Indonesia adalah sebuah negara yang berdiri
sebagai negara ”rechsstaat” ( negara hukum ) yang tidak terlepas dari
empat elemen tersebut di atas, dimana di dalam rule of law-pun
sebenarnya tercakup di dalamnya. Akan tetapi dalam
perkembangannya kebutuhan akan terciptanya tatanan keadilan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, dimana rakyat bisa memperoleh
kepastian hukum, rasa keadilan, rasa aman, dan dijamin hak-hak
asasinya sepertinya merupakan kebutuhan yang sekarang ini sifatnya
3
S. Anwary, 1001, Penegakan Negara Hukum Di Republik Indonesia,
(http://www.isepsamra.or.id/ penegakan%20supremasi20hukum%20RI.doc. )

137
mendesak. Setelah tercetusnya reformasi, negeri ini kembali mencari
bentuk pijakan, apakah tetap dengan mempertahankan sistem
rechtsstaat-nya atau pada akhirnya akan beralih menggunakan rule of
law ?
C. Pembahasan
1. Konsep Dasar Negara Hukum
Bangsa Indonesia sudah terbiasa dengan pernyataan bahwa
Indonesia adalah negara hukum atau negara berdasarkan hukum.
Pernyataan ini memang merujuk pada pernyataan tertulis di dalam
penjelasan Undang-Undang Dasar 1945. Di dalam Penjelasan Umum
Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan : ”Indonesia ialah negara yang
berdasar atas hukum ( rechtsstaat ) dan ”Negara Indonesia berdasar
atas hukum ( rechtsstaat ), tidak berdasarkan kekuasaan belaka
( machtstaat )”. Persoalan yang kemudian timbul, ialah perihal
konotasi atau tafsir terminologi rechtsstaat ( negara hukum ) yang
dianut oleh Indonesia ini, yakni apakah mengacu pada konsep negara
hukum menurut model Eropa Kontinental ataukah mengacu pada
4
model yang berkembang di negara-negara Anglo Saxon.
Pernyataan bahwa Indonesia adalah negara hukum,
sebagaimana dijelaskan dalam penjelasan UUD 1945, menunjukkan
kearifan yang luar biasa pada para founding father kita. Sebagai
bangsa ( rakyat ) yang selama berabad-abad terjajah yang tidak
memiliki kekuasaan secara merdeka untuk mewujudkan cita-cita dan
aspirasinya, dan baru saja merebut kekuasaan tersebut dari penjajah,
namun kita mabuk pada kekuasaan, bahkan mengingatkan kepada kita
semua akan bahaya dari kekuasaan. Meskipun mereka menyadari
bahwa tanpa adanya kekuasaan tidaklah mungkin terbentuk negara
Indonesia dan karenanya juga untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan
sebagai bangsa yang merdeka, namun disadari benar bahwa kekuasaan
selalu bermuka dua. Selanjutnya

4Natangsa Surbakti, Konstruksi Konseptual Dan Yuridis Negara Hukum Indonesia, MIH
UMS, 2005

138
untuk mengendalikan kekuasaan tersebut dipilihlah hukum, sebab
hanya melalui hukum, kekuasaan tersebut dapat dijalankan secara adil.
Namun negara hukum tidak pernah lahir hanya dari dengan pernyataan
bahwa Indonesia adalah negara hukum, artinya negara hukum akan
terwujud bila kita melakukan upaya konkrit untuk mewujudkannya.
Dengan demikian membangun negara hukum merupakan bagian dari
pembangunan bangsa dan negara sebagai konsekuensi dari pernyataan
5
Indonesia negara hukum.
Apabila dilihat dalam kerangka formal, yakni sebagaimana
dapat diidentifikasi dari UUD 1945 ( sebelum perubahan ), maka
negara hukum menurut UUD 1945 mempunyai tujuh unsur, yaitu :
1). Hukumnya bersumber pada pasal dan adanya peningkatan hukum
( stufenbouw desrecht ) sebagaimana disebutkan oleh Hans Kelsen
dalam teori stufenbau. Dengan menggunakan sistem konstitusi.
Sistem ini didasarkan pada alasan, bahwa UUD 1945 yang terdiri
dari Pembukaan, Batang Tubuh dan Penjelasan hanya memuat
aturan-aturan pokoknya saja, sedangkan peraturan lebih lanjut
dibuat oleh organ negara, sesuai dengan dinamika pembangunan
dan perkembangan serta kebutuhan masyarakat.
2). Kedaulatan rakyat
Tentang kedaulatan rakyat ini diatur dalam Pembukaan UUD 1945
dan Pasal 1 ( 2 ) ”Kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilakukan sepenuhnya oleh MPR”.
3). Persamaan hak/ persamaan hukum ( Pasal 27 ( 1 ) UUD 1945 )
4). Kekuasaan kehakiman yang bebas dari kekuasaan lain ( eksekutif )
5). Adanya organ pembentuk undang-undang ( Presiden dan DPR )
6). Sistem pemerintahannya ( Presiden ) sebagai mandataris MPR
Menurut Sri Sumantri, Indonesia, sistem pemerintahannya berada
di tengah-tengah, yaitu antara sistem parlementer dan sistem
presidensiil, hal ini dapat dilihat dimana Indonesia ada kabinet tapi
menterinya bertanggungjawab kepada presiden ( tidak kepada

5Prof. Dr. IS. Sunanto, SH, Sinopsis Bahan Kuliah Pembinaan Lembaga Dan Pranata
Hukum, MIH Unsoed Purw okerto, 2006

139
parlemen ). Sistem presidensiil pemerintahan di Republik
Indonesia terbatas pada hak presiden membentuk pemerintahan
( Kabinet ) yaitu mengangkat atau memberhentikan Menteri-
menteri Kabinet ( Pasal 17 UUD 1945 ).
7). Presiden memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-
Undang Dasar ( Pasal 4 UUD 1945 ) akan tetapi kedudukan
presiden tetap di bawah MPR sebagai pemegang Kedaulatan
Rakyat ( Pasal 1 ayat 2 UUD 1945 ) dan Pemegang Kekuasaan
Negara yang tertinggi ( Bab III Penjelasan tentang UUD 1945
mengenai Kekuasaan Negara ).
Setelah ada perubahan UUD 1945, ciri-ciri formal negara
hukum Indonesia tersebut mengalami pergeseran, dimana susunan
bagian dalam UUD 1945 hanya terdiri dari Pembukaan dan Pasal-
pasal saja, sedangkan penjelasan dihilangkan. Salah satu unsur dari
ke-tujuh tersebut di atas yang mengatur ketentuan tentang Negara
Indonesia adalah negara hukum dimasukan menjadi materi pasal
dalam UUD 1945.
Menurut Oemar Seno Adji, negara hukum Indonesia
memiliki ciri-ciri khas Indonesia. Oleh karena Pancasila
merupakan dasar pokok dan sumber hukum, maka negara hukum
Indonesia dapat pula dinamakan Negara Hukum Pancasila. Ciri
utama Negara Hukum Pancasila adalah diakuinya kebebasan
beragama ( freedom of religion ). Konsep kebebasan beragama di
Indonesia selalu dalam konotasi positif, artinya tidak ada tempat
bagi ateisme atau propaganda anti agama. Sebagai perbandingan,
di USA, konsep freedom of religion ini baik positif maupun
negatif. Demikian juga di negara-negara sosialis/ komunis, di
negara-negara ini konsep freedom of religion memberikan juga
jaminan konstitusional terhadap propaganda anti agama. Ciri lain
Negara Hukum Indonesia ialah tidak adanya pemisahan yang rigid
dan mutlak antara agama dan negara, karena agama dan negara
berada dalam hubungan yang harmonis. Keadaan ini berbeda

140
dengan di Amerika serikat yang menganut doktrin pemisahan
agama dan gereja secara ketat. Dengan berpegang pada prinsip
wall of separation, maka doa dan praktek keagamaan di sekolah-
6
sekolah dipandang sebagai sesuatu yang inkonstitusional.
Menurut Padmo Wahyono, hukum merupakan suatu alat
atau wahana untuk menyelenggarakan kehidupan negara atau
ketertiban dan menyelenggarakan kesejahteraan sosial.
Berdasarkan asas kekeluargaan di dalam Pancasila, maka hukum
7
Indonesia mempunyai tiga fungsi :
1. Menegakkan demokrasi
2. Mewujudkan keadilan sosial
3. Menegakkan perikemanusiaan yang didasarkan pada
Ketuhanan Yang Maha Esa dan dilaksanakan secara adil
dan beradab.
Selain itu UUD 1945 menyatakan bahwa kedaulatan berada
di tangan rakyat ini berarti bahwa rakyatlah yang berperan sentral
dalam penentuan hak dan nasib kehidupan bangsa ini. Ini berarti
bahwa pemilik kedaulatan adalah rakyat, artinya lembaga-lembaga
yang dibentuk untuk menjalankan atau mewakili kepentingan
rakyat, apabila pembentukannya dan bekerjanya tidak sesuai
dengan aspirasi rakyat dapat dibubarkan dan dicabut
kekuasaannya. Dengan demikian nampak bahwa konsep demokrasi
dan hukum erat hubungannya satu sama lain. Supremasi hukum
merupakan kondisi yang sangat dibutuhkan terhadap keberadaan
dan berfungsi nilai-nilai demokratis.
2. Konsep Negara Hukum Indonesia Sekarang
Dengan dilatarbelakangi budaya, sosial dan politik,
mengakibatkan di Indonesia secara serentak berlaku berbagai
sistem hukum. Ada sistem hukum adat, Islam, dan kontinental (

6 Oemar Seno Adji, dalam Muhammad Tahir Azhary, 1992, Negara Hukum Suatu studi
tentang prinsip-prinsipnya Dilihat dari Segi Hukum Islam, Implementasinya pada Periode Negara
Madinah dan Masa Kini, Jakarta: Bulan Bintang, hal. 69.
7Ibid, hal. 70

141
yang dibawa semasa penjajahan Belanda ). Meskipun kehadiran
hukum adat dan hukum Islam tetap diakui dan dalam bidang-
bidang tertentu diterima sebagai hukum positif yang dipertahankan
baik di dalam maupun di luar pengadilan, tetapi dalam kerangka
pembangunan hukum nasional, pengaruh sistem kontinental
menempati urutan utama.Sistem hukum nasional Indonesia di masa
depan akan lebih bertumpu pada sistem hukum tertulis yang diatur
8
dalam peraturan perundang-undangan. Asas-asas dan kaidah
hukum adat dan hukum Islam secara berangsur-angsur akan
terserap atau ditransformasikan ke dalam sistem hukum nasional
yang didasarkan pada sistem peraturan perundang-undangan atau
sekurang-kurangnya ditetapkan sebagai bagian dari hukum positif
oleh berbagai peraturan perundang-undangan. Tetapi sama sekali
tidak berarti bahwa di masa depan tidak akan ada lagi kaidah-
kaidah hukum tidak tertulis. Hukum tidak tertulis akan tetap hadir
atau tumbuh baik dalam bentuk hukum adat baru, penerimaan
masyarakat atau hukum Islam yang belum ditransformasikan ke
dalam sistem hukum tertulis serta berbagai hukum tidak tertulis
9
yang bersumber pada yurisprudensi.
Dari pernyataan di atas, maka dapat dikatakan bahwa
sebuah negara hukum seperti Indonesia dengan sistem civil law
bisa saja mewujud ke dalam rule of law dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Sebenarnya ini tercermin dalam hukum
positif Indonesia yang telah merumuskan sejumlah hak masyarakat
pencari keadilan yang terlibat dalam proses peradilan pidana.
Secara umum dapat dikatakan bahwa hak yang diberikan kepada
pencari keadilan dalam sistem peradilan Indonesia tidak tertinggal
dari negara-negara lain, dan umumnya mengikuti norma dan
prinsip dalam instrumen Internasional. Akan tetapi dalam

8Bagir Manan, Dasar-dasar Perundang-undangan Indonesia, Ind Hill, Jkt, 1992


9 Op.Cit, Bagir Manan, 1996

142
kenyataannya banyak peristiwa para penegak hukum dalam
kewenangan yang dijalankan telah disalahgunakan sehingga
merugikan hak para pencari keadilan.
Pada hakekatnya konsep negara hukum Indonesia yang
ideal juga mencakup rasa keadilan dari masyarakat dan melindungi
hak-hak asasi setiap warga negara Indonesia. Akan tetapi, sampai
sekarang rule of law bisa jadi belum terwujud karena dipengaruhi
faktor manusia sebagai pelaksananya belum menjalankan
sebagaimana mestinya.
Untuk mewujudkan rule of law paling tidak negara
Indonesia harus memenuhi kriteria antara lain :
1). Hukum yang dijalankan harus memenuhi rasa keadilan dalam
masyarakat.
Hukum yang diciptakan harus responsif terhadap tuntutan akan
rasa keadilan rakyat dan hukum yang diciptakan tidak
terintervensi unsure-unsur politik, ekonomi, dan kepentingan
kelompok tertentu.
2). Sistem peradilan dijalankan secara jujur, adil dan bersih dari
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
Sistem demikian nampaknya belum dijalankan oleh para
penegak hukum yang terlibat dalam sistem peradilan.
3). Meningkatkan akses publik.
Tidak jarang sistem pemeriksaan di pengadilan mendapatkan
kendala, salah satunya tersangka dengan sengaja mempersulit
pemeriksaan. Ini berakibat polisi sebagai penyidik
menggunakan berbagai upaya baik yang lazim maupun tidak
lazim agar penyelesaian dapat berjalan cepat. Sehingga untuk
mewujudkan rule of law, akses publik ke peradilan perlu
ditingkatkan.
Untuk mewujud pada Negara rule of law ini sebenarnya
menjadi bagian dari strategi pembangunan hukum yang responsive
dan kritis. Dengan merujuk pada pemikiran John Henry Marryman

143
dalam bukunya The Civil Law Tradition yang menyebut adanya
dua tradisi dan strategi pembangunan hukum. Yakni, pembangunan
hukum yang kritis-responsif dan pembangunan hukum yang
ortodoks. Pembangunan hukum kritis-responsif adalah pembangunan
hukum yang dianut di Negara-negara Anglo Saxon yang Negara
hukumnya disebut the rule of law, sedangkan pembangunan hukum
ortodox merupakan pembangunan hukum yang dilakukan di Negara-
negara Eropa Kontinental yang Negara hukumnya disebut rechtsstaat.
Di Negara Anglo Saxon ( the rule of law ), hakim diberi kebebasan
untuk tak terbelenggu dan boleh keluar dari ketentuan undang-undang
guna mencari keadilan serta menciptakan hukum sendiri, sehingga
produk hukum menjadi responsive. Sebaliknya, di Negara-negara
Eropa Kontinental ( Rechtsstaat ), hakim hanya boleh menerapkan
hukum sesuai bunyi undang-undang, sehingga produk hukumnya
10
menjadi ortodoks.

D. Penutup
Prinsip-prinsip utama di dalam Negara hukum yang harus
dipenuhi adalah : Negara harus tunduk pada hukum; Pemerintah
menghormati hak-hak individu; Peradilan yang bebas dan tidak
memihak. Prinsip-prinsip di atas pada zaman sekarang makin
dirasakan mutlak diperlukan dalam setiap negara demokrasi.
Sebagai negara hukum yang menganut rechtsstaat, negara
kita tidak bisa menutup sebelah mata, karena tuntutan akan nilai-nilai
keadilan sehingga negara Indonesia juga perlu menerapkan the rule of
law, dengan alasan apabila hukum dipahami secara kaku dan sempit
dalam arti perundang-undangan semata, niscaya pengertian negara
hukum yang dikembangkan juga bersifat sempit dan terbatas serta
belum tentu menjamin keadilan secara substantif. Dengan demikian
konsep rechsstaat dan rule of law bersifat saling melengkapi.

10 http://ranapattae.blogspot.com/2008/01/aktualisasi-nilai-nilai-aliran-hukum_16.html

144
DAFTAR PUSTAKA

- Manan, Bagir, Dasar-dasar Perundang-undangan Di Indonesia, Ind


Hill, Jakarta, 1992

- Surbakti, Natangsa, Konstruksi Konseptual Dan Yuridis Negara


Hukum Indonesia, MIH UMS, 2005

- Sunanto, IS, Sinopsis Bahan Kuliah Pembinaan Lembaga dan Pranata


Hukum, MIH, Unsoed Purwokerto, 2006
- Tahir Azhari, Muhammad, Negara Hukum Suatu Studi tentang
Prinsip-prinsipnya Dilihat dari segi Hukum Islam,
Implementasinya pada Periode Negara Madinah dan Masa Kini,
Jakarta, Bulan Bintang, 1992
- Warrasih, Esmi, Pranata Hukum Sebuah Telaah sosiologis, Penerbit
PT.Suryandaru Utama, 2005

- Winarta, Frans H., Sinar Harapan, Kamis, 24 Juni 2004

- Http://www.isepsamra.or.id/penegakan%20supremasi20hukum%20RI.
doc

- Http://ranapattae.blogspot.com/2008/01/aktualisasi-nilai-nilai-
aliran-hukum_16.html

145

Anda mungkin juga menyukai