Anda di halaman 1dari 13

940

ABSTRAK

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP LANSIA TENTANG PENYAKIT


DERMATITIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BATUA
KOTA MAKASSAR

*Maria Sumaryati*

Dosen tetap Akademi Keperawatan Sandi Karsa


Makassar

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan lansia tentang pentingnya


kesehatan kulit pada lansia diwilayah kerja Puskesmas Batua Kota Makassar, berdasarkan
umur,agama, pendidikan dan .Penelitian ini di lakukan dengan membagikan kuesioner kepada
25 responden yang dipilih dengan teknik accidental sampling dan penyajian hasil dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi.
Dari hasil penelitian Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Lansia Tentang Penyakit
Dermatitis di Wilayah kerja Puskesmas Batua Kota Makassar” menunjukkan bahwa
pengetahuan lansia tentang pentingnya kesehatan kulit, terbukti dari 25 responden yang
termasuk dalam kategori cukup sebanyak 20 orang dengan persentase 80,0%, dan yang
termasuk dalam kategori kurang sebanyak 5 orang dengan persentase 20,0%.
Pengetahuan adalah hasil dari tahu sedangkan sikap adalah keadaan mental dan saraf
yang dapat diatur ,keduanya diatas di pengaruhi oleh 2 faktor yaitu pendidikan dan umur.
Kesimpulan yang di ambil dari penelitian ini yaitu Semua responden memiliki
Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Lansia Tentang Penyakit Dermatitis DiWilayah
Kerja .
Kata kunci: Pengetahuan, Sikap, Lansia, dan Dermatitis

Pendahuluan
Latar Belakang

Dermatitis adalah kelainan pada kulit mempunyai dermatitis (alergi kulit),


dengan gejala subjektif berupa rasa gatal dan (Rahimah,dkk, 2014).
secara objektif ditandai bercak, ruam atau Keberhasilan pembangunan adalah
peradangan. Gejalanya bisa berupa warna cita-cita suatu bangsa yang terlihat dari
kemerahan akibat pelebaran pembuluh peningkatan taraf hidup dan Umur Harapan
darah, sembab atau lebam akibat Hidup (UHH) atau Angka Harapan Hidup
penimbunan cairan pada jaringan, penebaan (AHH). Namun peningkatan UHH ini dapat
kulit dan tanda garukan serta perubahan mengakibatkan terjadinya transisi
warna kulit. epidemiologi dalam bidang kesehatan akibat
Angka kejadian alergi di berbagai meningkatnya jumlah angka kesakitan
dunia dilaporkan meningkat drastis dalam karena penyakit degeneratif. Perubahan
beberapa tahun terakhir. World Health struktur demografi ini diakibatkan oleh
Organization (WHO), memperkirakan di peningkatan populasi lanjut usia (lansia)
dunia terdapat 50 juta manusia menderita dengan menurunnya angka kematian serta
asma. BBC melaporkan penderita alergi di penurunan jumlah kelahiran, (Kemenkes
Eropa ada kecenderungan meningkat pesat. RI,2013).
Angka kejadian alergi meningkat tajam Seiring meningkatnya derajat
dalam 20 tahun terakhir. Setiap saat 30% kesehatan dan kesejahteraan penduduk akan
orang berkembang menjadi alergi. Anak usia berpengaruh pada peningkatan UHH di
sekolah lebih dari 40% mempunyai 1 gejala Indonesia. Berdasarkan laporan PBB, pada
alergi, 20% mempunyai asma, 6 juta orang tahun 2000-2005 UHH adalah 66,4 tahun
(dengan persentase populasi lansia tahun
941

2000 adalah 7,74%), angka ini akan Sakit Umum di Indonesia tahun 2011,
meningkat pada tahun 2045-2050 yang (Syarif,dkk,2014).
diperkirakan UHH menjadi 77,6 tahun Berdasarkan data yang diperoleh dari
(persentase populasi lansia tahun 2045 Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas
adalah 28,68%). Kesehatan Kota Makassar, diperoleh
Begitu pula dengan laporan Badan gambaran 10 penyakit utama untuk semua
Pusat Statistik (BPS) terjadi peningkatan golongan umur di kota Makassar dan
UHH. Pada tahun 2000 UHH di Indonesia penyakit dermatitis dan eksim berada pada
adalah 64,5 tahun (dengan persentase urutan kedua dari sepuluh penyakit tersebut
populasi lansia adalah 7,18%). Angka ini dengan jumlah kejadian 97.318 (14,60%),
meningkat menjadi 69,43 tahun pada tahun (Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun
2010 (dengan persentase populasi lansia 2012).
adalah 7,56%) dan pada tahun 2011 menjadi Berdasarkan data yang di peroleh dari
69,65 tahun (dengan persentase populasi Bidang Pelayanan Kesehatan Puskesmas
lansia adalah 7,58%, (Kemenkes RI,2013) Batua terdapat 62,48% lansia yang
Dermatitis merupakan kelainan kulit mengalami dermatitis,dimana dengan jumlah
yang sering dijumpai dalam praktek sehari- lansia >50 tahun yang mengalami gangguan
hari. Dari segi praktis penanganannya, kulit infeksi sebanyak 71 orang sedangkan
kelainan ini dapat dimasukkan dalam lansia yang mengalami penyakit kulit alergi
kelompok kelainan yang responsif terhadap sebanyak 547 orang.
steroid.Faktor-faktor yang dapat memicu
terjadinya penyakit dermatitis adalah baik Tujuan Penelitian
itu faktor dari luar (eksogen) misalnya; 1. Untuk mengetahui gambaran tingkat
bahan kimia (contoh: air, suhu), pengetahuan dan sikap lansia tentang
mikroorganisme (contoh: Bakteri, jamur), penyakit dermatitis di Wilayah Kerja
maupun faktor dari dalam (endogen), Puskesmas Batua Makassar.
misalnya; dermatitis atopic. 2. Untuk mengetahui gambaran tingkat
Keparahan dari kelainan kulit akibat pengetahuan lansia tentang penyakit
dermatitis tergantung daya imunitas dermatitis.
penderita, diakibatkan karena keparahan 3. Untuk mengetahui gambaran sikap
dari reaksi satu orang berbeda dengan orang lansia tentang penyakit dermatitis
yang lainnya meskipun penyebabnya sama.
Tetapi apabila seseorang yang menderita Tinjauan Umum Tentang Lansia
penyakit dermatitis yang sudah parah maka 1. Pengertian
pada kulitnya yang terserang akan terjadi Lanjut usia merupakan istilah tahap
kelepuhan dan sangat berbahaya bagi kulit akhir dari proses penuaan. Dalam
Kejadian dermatitis di Amerika mendefinisikan batasan penduduk lanjut
Serikat, Eropa, Jepang, Australia, dan negara usia menurut Badan Koordinasi
Industri lain memiliki prevalensi dermatitis Keluarga Berencana Nasional ada tiga
atopik 10 sampai 20% pada anak dan 1-3% aspek yang perlu dipertimbangkan
terjadi pada orang dewasa. Sedangkan di yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan
Negara Agraris misalnya China, Eropa aspek sosial (BKKBN 1998).
Timur, Asia Tengah memiliki prevalensi Secara biologis penduduk lanjut
Dermatitis Atopik lebih rendah. Berdasarkan usia adalah penduduk yang mengalami
data gambaran kasus penyakit kulit dan proses penuaan secara terus menerus,
subkutan lainnya merupakan peringkat yang ditandai dengan menurunnya daya
ketiga dari sepuluh penyakit utama dengan tahan fisik yaitu semakin rentannya
86% adalah dermatitis diantara 192.414 terhadap serangan penyakit yang dapat
kasus penyakit kulit di beberapa Rumah menyebabkan kematian. Hal ini
disebabkan terjadinya perubahan dalam
942

struktur dan fungsi sel, jaringan, serta kebebasan, kemandirian dan sebagainya
sistem organ. Secara ekonomi, (3) Kebutuhan sosial (social needs)
penduduk lanjut usia lebih dipandang adalah kebutuhan untuk bermasyarakat
sebagai beban dari pada sebagai sumber atau berkomunikasi dengan manusia
daya. lain melalui paguyuban, organisasi
Organisasi Kesehatan Dunia profesi, kesenian, olah raga, kesamaan
(WHO) menggolongkan lanjut usia hobby dan sebagainya (4) Kebutuhan
menjadi 4 yaitu : Usia pertengahan harga diri (esteem needs) adalah
(middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia kebutuhan akan harga diri untuk diakui
(elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua akan keberadaannya, dan (5) Kebutuhan
(old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua aktualisasi diri (self actualization needs)
(very old) diatas 90 tahun. Namun adalah kebutuhan untuk
demikian masih terdapat perbedaan mengungkapkan kemampuan fisik,
dalam menetapkan batasan usia rohani maupun daya pikir berdasar
seseorang untuk dapat dikelompokkan pengalamannya masing-masing,
ke dalam penduduk lanjut usia. Dalam bersemangat untuk hidup, dan berperan
penelitan ini digunakan batasan umur 56 dalam kehidupan.
tahun untuk menyatakan orang lanjut Sejak awal kehidupan sampai
usia. berusia lanjut setiap orang memiliki
2. Kebutuhan Hidup Lanjut Usia kebutuhan psikologis dasar. Kebutuhan
Setiap orang memiliki kebutuhan tersebut diantaranya orang lanjut usia
hidup. Orang lanjut usia juga memiliki membutuhkan rasa nyaman bagi dirinya
kebutuhan hidup yang sama agar dapat sendiri, serta rasa nyaman terhadap
hidup sejahtera. Kebutuhan hidup orang lingkungan yang ada. Tingkat
lanjut usia antara lain kebutuhan akan pemenuhan kebutuhan tersebut
makanan bergizi seimbang, tergantung pada diri orang lanjut usia,
pemeriksaan kesehatan secara rutin, keluarga dan lingkungannya. Jika
perumahan yang sehat dan kondisi kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak
rumah yang tentram dan aman, terpenuhi akan timbul masalah-masalah
kebutuhan-kebutuhan sosial seperti dalam kehidupan orang lanjut usia yang
bersosialisasi dengan semua orang akan menurunkan kemandiriannya.
dalam segala usia, sehingga mereka
mempunyai banyak teman yang dapat 3. Faktor Kesehatan
diajak berkomunikasi, membagi a. Faktor kesehatan meliputi keadaan
pengalaman, memberikan pengarahan fisik dan keadaan psikis lanjut usia
untuk kehidupan yang baik. Kebutuhan b. Faktor kesehatan fisik meliputi
tersebut diperlukan oleh lanjut usia agar kondisi fisik lanjut usia dan daya
dapat mandiri. tahan fisik terhadap serangan
Kebutuhan tersebut sejalan dengan penyakit. Faktor kesehatan psikis
pendapat Maslow dalam yang meliputi penyesuaian terhadap
menyatakan bahwa kebutuhan manusia kondisi lanjut usia.
meliputi (1) Kebutuhan fisik 4. Kesehatan fisik
(physiological needs) adalah kebutuhan Faktor kesehatan meliputi keadaan
fisik atau biologis seperti pangan, fisik dan keadaan psikis lanjut usia.
sandang, papan, seks dan sebagainya. Keadaan fisik merupakan faktor utama
(2) Kebutuhan ketentraman (safety dari kegelisahan manusia. Kekuatan
needs) adalah kebutuhan akan rasa fisik, panca indera, potensi dan
keamanan dan ketentraman, baik kapasitas intelektual mulai menurun
lahiriah maupun batiniah seperti pada tahap-tahap tertentu. Dengan
kebutuhan akan jaminan hari tua, demikian orang lanjut usia harus
943

menyesuaikan diri kembali dengan c. Sintesis Protein (Kolagen dan


ketidak berdayaannya. Kemunduran Elastin)
fisik ditandai dengan beberapa serangan Jaringan seperti kulit dan kartilago
penyakit seperti gangguan pada kehilangan elastisitasnya pada
sirkulasi darah, persendian, sistem lansia. Proses kehilangan elastisitas
pernafasan, neurologik, metabolik, ini dihubungkan dengan adanya
neoplasma dan mental. Sehingga perubahan kimia pada komponen
keluhan yang sering terjadi adalah protein dalam jaringan tersebut.
mudah letih, mudah lupa, gangguan d. Keracunan Oksigen
saluran pencernaan, saluran kencing, Teori tentang adanya sejumlah
fungsi indra dan menurunnya penurunan kemampuan sel di dalam
konsentrasi. Hal ini sesuai dengan tubuh untuk mempertahankan diri
pendapat Joseph J. Gallo mengatakan dari oksigen yang mengandung zat
untuk menkaji fisik pada orang lanjut racun dengan kadar yang tinggi,
usia harus dipertimbangkan tanpa mekanisme pertahan diri
keberadaannya seperti menurunnya tertentu
pendengaran, penglihatan, gerakan yang e. Sistem Imun
terbatas, dan waktu respon yang Kemampuan system imun
lamban. mengalami kemunduran pada masa
5. Batasan Lanjut Usia penuaan. Walaupun demikian,
WHO menggolongkan lanjut usia kemunduran kemampuan system
berdasarkan usia kronologis/biologis yang terdiri dari system limfatik
menjadi 4 kelompok yaitu usia dan khususnya sel darah putih, juga
pengetahuan (middle age) antara usia 45 merupakan faktor yang
sampai 59 tahun, lanjut usia (elderly) berkontribusi dalam proses
berusia antara 60 dari 74 tahun, lanjut penuaan.
usia tua (old) usia 75-90 tahun, dan usia f. Mutasi Somatik (Teori Error
sangat tua (very old) di atas 90an tahun. Catastrophe)
Sedangkan Nugroho (2000) Terkadang sudah umum diketahui
menyimpulkan pembagian umur bahwa radiasi dan zat kimia dapat
berdasarkan pendapat beberapa ahli, memperpendek umur, sebaliknya
bahwa yang disebut lanjut usia adalah menghindari terkenanya radiasi
orang yang telah berumur 65 tahun ke atau tercemar zat kimia yang
atas (Lilik, 2011) bersifat karsinogenik atau toksik
6. Teori Biologi dapat memperpanjang umur.
a. Teori Seluler g. Kerusakan Akibat Radikal Bebas
Kemampuan sel hanya dapat Radikal Bebas (RB) dapat
menambah dalam jumlah tertentu terbentuk di dalam bebas, dan di
dan kebanyakan sel-sel tubuh dalam tuuh di fagosit (pecah), dan
“diprogram” untuk menambah 50 sebagai produk sampingan di dalam
kali. rantai pernafasan di dalam
b. Teori “Genetik Clock” mitokondria.
Menurut teori ini menua telah h. Perubahan-Perubahan yang Terjadi
diprogram secara genetic untuk Pada Lansia
species-species tertentu. Tiap Semakin bertambahnya umur
species mempunyai di dalam nuclei manusia, terjadi proses penuaan
(inti selnya) suatu jam genetic yang secara degeneratif yang akan
telah di putar menurut suatu berdampak pada perubahan-
replikasi tertentu. perubahan pada diri manusia, tidak
hanya perubahan fisik, tetapi juga
944

kognitif, perasaan, sosial, dan kelainan, usia pasien dan sebagainya,


seksual. contohnya:
a. Berdasarkan lokasi kelainan
Tinjauan Umum Tentang Dermatitis misalnya dermatitis manus,
1. Pengertian dermatitis seboroik, dermatitis
Derrmatitis ialah kelainan kulit perioral, dermatitis popok,
yang subyektif ditandai oleh rasa gatal dermatitis perianal, akrodermatitis,
dan secara klinis terdiri atas ruam dermatitis generalisata, dan
polimorfi yang umumnya berbatas tidak sebagainya.
tegas. Gambaran klinisnya sesuai b. Berdasarkan kondisi kelainan
dengan stadium penyakitnya. Kadang- misalnya dermatitis akut, subakut
kadang terjadi tumpang tindih dan kronis atau dermatitis
penggunaan istilah eksim dengan madidans (membasah) dan
dermatitis. Sebagian ahli menyamakan dermatitis sika (kering)
arti keduanya, sebagian lain c. Berdasarkan penyebab misalnya
mengartikan eksim sebagai salah satu dermatitis kontak iritan, dermatitis
bentuk dermatitis, yakni dermatitis kontak alergik, dermatitis
atopik tipe infantil. Untuk itu, istilah medikamentosa, dermatitis
dermatitis tampak lebih tepat alimentosa, dermatitis venenata,
Menurut Ardhie (2014) Dermatitis dermatitis stasis, dan sebagainya.
ialah kelainan kulit yang subyektif d. Berdasarkan usia misalnya
ditandai oleh rasa gatal dan secara klinis dermatitis infantil, dan sebagainya.
terdiri atas ruam polimorfi yang e. Berdasarkan bentuk kelainan
umumnya berbatas tidak tegas. misalnya dermatitis numularis, dan
Gambaran klinisnya sesuai dengan sebagainya.
stadium penyakitnya. Dalam penanganan disarankan
Dermatitis atau yang sering disebut untuk menggunakan istilah dermatitis,
ekzema adalah peradangan kulit dengan ditambah dengan satu kata lain untuk
morfologi khas namun penyebabnya menggambarkan kemungkinan
bervariasi. Kulit yang mengalami penyebab atau mendeskripsikan kondisi,
dermatitis memiliki ciri warna contohnya dermatitis atopik
kemerahan, bengkak, vesikel kecil impetigenisata, dermatitis
berisi cairan dan pada tahap akut medikamentosa madidans, dan
mengeleuaarkan cairan .Pada tahap sebagainya. Istilah impetigenisata
kronis kulit menjadi bersisik, menunjukkan adanya infeksi sekunder
mengalami likenifikasi, menebal, tretak yang ditandai oleh adanya pus, pustul,
dan berubah warna, (Jeyaratnam & Koh, bula purulen, krusta berwarna kuning
2010). tua, pembesaran kelenjar getah bening
Istilah eksematosa digunakan untuk regional, leukositosis, dan dapat disertai
kelainan yang ‘membasah’ (kata eksim demam. Dermatitis ada yang didasari
berasal dari bahasa Yunani ‘ekzein’ oleh faktor endogen, misalnya
yang berarti ‘mendidih’) yang ditandai dermatitis atopik, dermatitis kontak, dan
adanya eritema, vesikel, skuama dan sebagainya.
krusta, yang menunjukkan tanda akut. Kebanyakan penyebab dermatitis
Sedangkan adanya hiperpigmentasi dan ini belum diketahui secara pasti. Bila
likenifikasi menunjukkan tanda kronik. ditinjau dari jenis kelainannya, maka
Untuk penamaan dermatitis, dermatitis atopik adalah dermatitis yang
berbagai klasifikasi sudah diajukan paling sering dibahas, mengingat
antara lain berdasarkan kondisi insidennya yang cenderung terus
kelainan, lokasi kelainan, bentuk meningkat dan dampak yang dapat
945

ditimbulkan pada kualitas hidup pasien peningkatan IgE spesifik, yang


maupun keluarganya. dikenal sebagai DA tipe intrinsik.
Diagnosis DA ditegakkan
2. Macam-Macam Dermatitis berdasarkan gambaran klinis dan
a. Dermatitis Atopik (DA) adanya riwayat atopik (dalam
Dermatitis Atopik (DA) keluarga maupun sendiri). Secara
adalah kelainan kulit kronis yang klinis, terdapat 3 fase/bentuk yang
sangat gatal, umum dijumpai, lokasi dan morfologinya berubah
ditandai oleh kulit yang kering, sesuai dengan pertambahan usia.
inflamasi dan eksudasi, yang Pada fase bayi lesi terutama pada
kambuh-kambuhan. Kelainan wajah, sehingga dikenal sebagai
biasanya bersifat familiar, dengan eksim susu. Pada fase anak,
riwayat atopi pada diri sendiri terutama pada daerah lipatan kulit,
ataupun keluarganya. khususnya lipat siku dan lutut.
Istilah atopi berasal dari kata Pada fase dewasa lebih sering
atopos (out of place). Atopi ialah dijumpai pada tangan, kelopak
kelainan dengan dasar genetik mata dan areola mammae.
yang ditandai oleh kecenderungan Penyebab pasti kekhususan pada
individu untuk membentuk distribusi anatomi ini belum
antibodi berupa imunoglobulin E diketahui.
(IgE) spesifik bila berhadapan Terdapat beberapa kriteria
dengan alergen yang umum untuk menegakkan diagnosis DA
dijumpai, serta yaitu kriteria Hanifin dan Rajka,
kecenderungan,untuk kriteria Williams, kriteria UK
mendapatkan penyakit-penyakit Working Party, SCORAD (the
asma, rhinitis alergika dan DA, scoring of atopic dermatitis) dan
serta beberapa bentuk urtikaria. EASI (the eczema area and
Berbagai faktor dapat memicu severity index).Selama 2 dekade
DA, antara lain alergen makanan, terakhir ini, berbagai upaya
alergen hirup, berbagai bahan dilakukan untuk membuat standar
iritan, dan stres. Besar peran evaluasi DA. Idealnya, kriteria ini
alergen makanan dan alergen hirup harus efisien, sederhana,
ini masih kontroversial. Meski komprehensif, konsisten, dan
pada pasien DA kerap dijumpai fleksibel. Selain itu juga dapat
peningkatan IgE spesifik terhadap menilai efektivitas terapi yang
kedua jenis alergen ini, tidak selalu diberikan. Tetapi, kriteria yang
dijumpai korelasi dengan kondisi sering digunakan karena relatif
klinisnya. Hasil tes positif terhadap praktis ialah kriteria Hanifin dan
suatu alergen, tidak selalu Rajka.
menyatakan alergen tersebut b. Dermatitis Seboroik (DS)
sebagai pemicu DA, tetapi lebih Dermatitis Seboroik (DS)
menggambarkan bahwa pasien merupakan dermatitis dengan
telah tersensitasi terhadapnya. distribusi terutama di daerah yang
Secara umum, alergen makanan kaya kelenjar sebasea. Lesi
lebih berperan pada DA usia dini. umumnya simetris, dimulai di
Seiring dengan penambahan usia, daerah yang berambut dan meluas
maka peran alergen makanan akan meliputi skalp, alis, lipat nasolabial,
digantikan oleh alergen hirup. belakang telinga, dada, aksila dan
Selain itu, memang terdapat sekitar daerah lipatan kulit. Penyebab pasti
20% penderita DA tanpa DS belum diketahui, walaupun
946

banyak faktor dianggap berperan, predisposisi genetik, kelainan fisiologi


termasuk faktor hormonal, genetik dan biokimia kulit, disfungsi
dan lingkungan. DS dianggap imunologis, interaksi psikosomatik dan
merupakan respons inflamasi disregulasi atau ketidakseimbangan
terhadap organisme Pityrosporum sistem saraf otonom, sedangkan faktor
ovale. ekstrinsik meliputi bahan yang bersifat
Secara klinis kelainan ditandai iritan dan kontaktan, alergen hirup,
dengan eritema dan skuama yang makanan, mikroorganisme, perubahan
berbatas relatif tegas. Skuama dapat temperatur, dan trauma.
kering, halus berwarna putih Mikroorganisme utamanya adalah
(dikenal sebagai pitiriasis sika) Staphylococcus aureus (SA). Pada
sampai berminyak kekuningan. DS penderita DA didapatkan perbedaan
umumnya tidak disertai rasa gatal. yang nyata pada jumlah koloni
Bentuk yang banyak dikenal dan Staphylococcus aureus dibandingkan
dikeluhkan pasien adalah ketombe orang tanpa atopik. Adanya kolonisasi
atau dandruft. Walaupun demikian, Staphylococcus aureus pada kulit
masih terdapat kontroversi para dengan lesi ataupun non lesi pada
ahli. Sebagian mengganggap penderita dermatitis atopik, merupakan
dandruft adalah bentuk DS ringan, salah satu faktor pencetus yang penting
tetapi sebagian lagi berpendapat pada terjadinya eksaserbasi, dan
tidak. merupakan faktor yang dikatakan
Pada beberapa kasus, kelainan mempengaruhi beratnya penyakit.
DS sulit dibedakan dari DA. Faktor-faktor risiko terjadinya
Sebagai pegangan dapat dikatakan dermatitis secara umum antara lain
bahwa adanya kelainan di lengan predisposisi genetik, sosioekonomi,
dan tungkai lebih mengarah pada polusi lingkungan, jumlah anggota
DA, sedangkan kelainan di ketiak keluarga. Sedangkan faktor-faktor
lebih mengarah kepada DS. Pada pencetus terjadinya dermatitis secara
DS umumnya tidak dijumpai rasa umum antara lain alergen, bahan iritan,
gatal. Berbeda dengan DA, pada infeksi, faktor psikis dan lainlain.
kelainan DS di daerah lipatan kulit, Faktor-faktor yang umum terkait
sering dijumpai infeksi sekunder dengan dermatitis yaitu:
baik infeksi bakteri maupun a. Suhu dan Kelembaban
kandida. Lingkungan terdapat beberapa potensial
bahaya yang perlu diperhatikan seperti
3. Faktor Risiko dan Pencetus kelembaban udara dan suhu udara.
Dermatitis atopik merupakan suatu Kelembaban udara dan suhu udara yang
penyakit keradangan kulit yang kronik, tidak stabil dapat mempengaruhi
ditandai dengan rasa gatal, eritema, terjadinya dermatitis kontak.
edema, vesikel, dan luka pada stadium Kelembaban rendah menyebabkan
akut, pada stadium kronik ditandai pengeringan pada epidermis.
dengan penebalan kulit (likenifikasi) b. Usia
dan distribusi lesi spesifik sesuai fase Kulit manusia mengalami degenerasi
DA, keadaan ini juga berhubungan seiring bertambahnya usia. Sehingga
dengan kondisi atopik lain pada kulit kehilangan lapisan lemak
penderita ataupun keluarganya. diatasnya dan menjadi lebih kering.
Penyebab dermatitis tidak diketahui Kekeringan pada kulit ini memudahkan
dengan pasti, diduga disebabkan oleh bahan kimia untuk menginfeksi kulit,
berbagai faktor yang saling berkaitan sehingga kulit menjadi lebih mudah
(multifaktorial). Faktor intrinsik berupa terkena dermatitis. Kondisi kulit
947

mengalami proses penuaan mulai dari perorangan dapat mencegah penyebaran


usia 40 tahun. Pada usia- tersebut, sel- kuman dan penyakit, mengurangi
sel kulit lebih sulit untuk menjaga paparan pada bahan kimia dan
kelembapannya`karena menipisnya kontaminasi, dan melakukan
lapisan basal. Produksi sebum menurun pencegahan alergi kulit, kondisi kulit
tajam, hingga banyak sel mati yang dan sensitifitas terhadap bahan kimia.
menumpuk karena pergantian sel
menurun. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan
c. Jenis kelamin 1. Pengertian
Jenis kelamin adalah perbedaan yang Pengetahuan adalah hasil dari tahu
tampak antara laki-laki dan perempuan dan ini terjadi setelah orang melakukan
dilihat dari segi nilai dan tingkah laku. penginderaan terhadap suatu objek
Dalam hal penyakit kulit perempuan tertentu. Penginderaan terjadi melalui
dikatakan lebih berisiko mendapat panca indera manusia, yakni
penyakit kulit dibandingkan dengan penglihatan, pendengaran,penciuman,
pria. Dibandingkan dengan pria, kulit rasa, raba. Sebagian besar pengetahuan
wanita memproduksi lebih sedikit didapat melalui mata dan telingan
minyak untuk melindungi dan menjaga (Alfianur, 2013).
kelembapan kulit, selain itu juga kulit Pengetahuan merupakan bagian
wanita lebih tipis daripada kulit pria dari cognitif domain yang secara rinci
sehingga lebih rentan untuk menderita diuraikan sebagai berikut :
penyakit dermatitis, terlihat dari a. Knowledge bila seseorang hanya
beberapa penelitian. mampu menjelaskan secara garis
d. Ras besar apa yang telah dipelajari.
Faktor individu yang meliputi jenis b. Comprehension bila seseorang
kelamin, ras dan keturunan merupakan berada pada tingkat pengetahuan
pendukung terjadinya dermatitis. Ras dasar dan dapat menerangkan
Manusia adalah karakteristik luar yang kembali secara mendasar ilmu
diturunkan secara genetik dan pengetahuan yang telah dipelajari.
membedakan satu kelompok dari
kelompok lainnya. Bila dikaitkan
c. Application bila seseorang telah
mampu menggunakan yang telah
dengan penyakit dermatitis, ras
dipelajari dari satu situasi untuk
merupakan salah satu faktor yang ikut
diterapkan pada situasi yang lain.
berperan untuk terjadinya dermatitis.
Kulit putih lebih rentan terkena d. Analysis bila kemampuan
dermatitis dibandingkan dengan kulit seseorang telah meningkat sehingga
hitam. ia dapat menerangkan bagian-
e. Riwayat Penyakit Kulit Sebelumnya bagian yang menyussun suatu
Dalam melakukan diagnosis dermatitis bentuk pengetahuan tertentu dan
kontak dapat dilakukan dengan berbagai menganalisa hubungan satu dengan
cara diantaranya adalah dengan melihat yang lainnya.
sejarah dermatologi termasuk riwayat e. Synthesis bila seseorang disamping
keluarga, aspek pekerjaan atau tempat mempunyai kemampuan untuk
kerja, sejarah alergi (misalnya alergi menganalisis, ia pun dapat
terhadap obat-obatan tertentu) dan menganalisis kembali kebentuk
riwayat penyakit sebelumnya. sendiri atau kebentuk yang lainnya.
f. Personal Hygiene f. Evaluation bila seseorang telah
Kebersihan Perorangan adalah konsep mampu untuk mengetahui secara
dasar dari pembersihan, kerapihan dan menyeluruh dari semua bahan yang
perawatan badan. Kebersihan telah dipelajari
948

g. Mengukur pengetahuan dapat organisme respons, sehingga teori


dilakukan dengan wawancara atau ini disebut dengan teori SOR.
angket yang menanyakan tenyang a. Bentuk Perilaku
isi materi yang ingin diukur dari Berdasarkan teori SOR tersebut,
subyek penelitian atau responden. maka perilaku manusia dapat
Kedalaman pengetahuan yang ingin dikelompokan menjadi dua, yaitu:
kita ketahui atau kita ukur dapat b. Perilaku tertutup (convert behavior)
disesuaikan dengan tingkat-tingkat adalah respon seseorang terhadap
tersebut diatas. Mengukur stimulus dalam bentuk terselubung
pengetahuan seseorang tentang atau tertutup (convert). Respon atau
apapun hanya dapat diukur dengan reaksi terhadap stimulus ini masih
membandingkan orang tersebut terbatas pada perhatian,
dalam kelompoknya dalam arti persepsi,pengetahuan atau
luas. kesadaran, dan sikap yang terjadi
pada orang yang menerima
Tinjauan Umum Tentang Sikap stimulus tersebut dan belum dapat
Menurut Rosyidah (2014) sikap adalah diamati secara jelas oelh orang lain.
penilaian (dapat berupa pendapat) seseorang c. Perilaku terbuka (overt behavior)
terhadap stimulus atau objek. Setelah adalah respon seseorang terhadap
seseorang mengetahui stimulus atau objek, stimulus dalam bentuk tindakan
proses selanjutnya akan menilai atau nyata atau terbuka. Respon
bersikap terhadap stimulus atau objek terhadap stimulus tersebut sudah
kesehatan tersebut. Oleh sebab itu, indikator jelas dalam bentuk tindakan atau
terhadap sikap kesehatan sejalan dengan praktek (practice), yang dengan
pengetahuan kesehatan yakni: mudah dapat diamati atau dilihat
1. Sikap terhadap sakit dan penyakit oleh orang lain.
2. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup d. Ranah Perilaku
sehat Perilaku manusia sangatlah
3. Sikap terhadap kesehatan lingkungan kompleks dan mempunyai ruang
lingkup yang luas. Bloom yang
Tinjauan Umum Tentang Perilaku dikutip oleh Alfianur (2013)
1. Pengertian Perilaku membagi Perilaku itu dalam tiga
Menurut Notoatmodjo yang dikuti domain ( ranah/kawasan )
dalam Rosyidah (2014), Perilaku adalah meskipun kawasan-kawasan
tindakan atau aktivitas dari manusia itu tersebut tidak mempunyai batasan
sendiri yang bentangan sangat luas yang jelas dan tegas. Ketiga
antara lain: berjalan, berbicara, kawasan tersebut adalah
menangis, tertawa, bekerja, kuliah, Knowledge (pengetahuan), attitude
menulis, membaca, dan sebagainya. (sikap), dan practice (tindakan).
Dari uraian ini dapat disimpulkan e. Praktik atau Tindakan
bahwa yang dimaksud perilaku manusia Menurut Rosyidah (2014) setelah
adalah semua kegiatan atau aktivitas seseorang mengetahui stimulus atau
manusia, baik yang diamati langsung objek kesehatan, kemudian
maupun yang tidak dapat diamati oleh mengadakan penilaian atau
pihak luar. pendapat terhadap apa yang
Notoatmodjo merumuskan bahwa diketahui, proses selanjutnya
perilaku merupakan respon atau reaksi diharapkan ian akan melaksanakan
seseorang terhadap stimulus atau mempraktikan apa yang
(rangsangan dari luar). Perilaku manusia diketahui atau disikapinya (dinilai
terjadi melalui proses: Stimulus baik). Inilah yang disebut praktik
949

kesehatan, atau dapat juga disebut Jenis penelitian yang digunakan


perilaku kesehatan. Oleh sebab itu adalah penelitian kualitatif tentang
indikator kesehatan mencakup hal- pengetahuan dan sikap lansia tentang
hal yakni: penyakit dermatitis. Penelitian ini
1) Tindakan sehubungan dengan menggunakan quisioner yang dibuat sendiri
penyakit. oleh peneliti dimana peneliti membagi
2) Tindakan pemeliharaan dan pertanyaan untuk mengkaji tingkat
peningkatan kesehatan. pengetahuan sebanyak 15 butir dan untuk
3) Tindakan kesehatan sikap ada 10 butir pertanyaan.
lingkungan.
Hasil Dan Pembahasan
Setelah dilakukan pengumpulan
Kerangka Konsep ,pengolahan dan penyajian data,maka
Berdasarkan pemikiran diatas maka peneliti akan melakukan pembahasan hasil
disusunlah pola pikir variabel yang akan penelitian.Penelitian ini bertujuan untuk
diteliti : mendapatkan gambaran pengetahuan dan
Variabel Independen Variabel Dependen sikap lansia tentang penyakit dermatitis di
Puskesmas Batua Kota Makasar.Dari hasil
Pengetahuan penelitian maka didapatkan hasil berikut
yang akan di bahas:
Penyakit 1. Pengetahuan Lansia Tentang Dermatitis
Sikap Dermatiti Salah satu sifat dari manusia adalah
s keingintahuan tentang sesuatu dorongan
untuk memenuhi keingintahuan tersebut
Tindakan menyebabkan seseorang melakukan
upaya-upaya pencaharian serangkaian
pengalaman-pengalaman selama proses
interaksi dengan lingkungannya yang
Keterangan: intinya akan menghasilkan suatu
pengetahuan.
: Variabel yang diteliti Pengetahuan adalah hasil dari tahu
dan ini terjadi setelah orang melakukan
: Variabel yang diteliti penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui
:Variabel yang tidak diteliti panca indera manusia, yakni
penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa, raba. Sebagian besar pengetahuan
Variabel Penelitian didapat melalui mata dan telingan
Variabel yang akan diteliti pada penelitian (Alfianur, 2013).
ini : Pengetahuan dapat juga di
a. Pengetahuan Lansia pengaruhi oleh beberapa faktor,yaitu:
b. Sikap Lansia a. Usia semakin tua maka tingkat
Jenis dan Metode Penelitian kematangan dan kekuatan seseorang
Penelitian ini menggunakan metode semakin berkurang atau menurun dalam
pendekatan deskriptif dengan rancangan berfikir dan bekerja,serta semakin tua
penelitian Cross Sectional merupakan umur seseorang tingkat pengetahuan
rancangan penelitian yang pengukuran atau seseorang akan lambat laun menurun.
pengamatannya dilakukan secara simultan b. Berpikir dan bertindak
pada satu saat (sekali waktu), (Hidayat, c. Pengalaman dapat diperoleh dari
2012). pengalaman sendiri maupun orang lain
950

d. Tingkat pendidikan dapat menambah Penelitian ini memiliki keterbatasan


wawasan atau pengetahuan seseorang. yang dapat di perbaiki peneliti
Hasil penelitian menunjukan selanjutnya:
bahwa, dari 25 responden yang diteliti, a. Pada penelitian ini responden yang
terdapat 20 responden (80,0%) yang kurang memperhatikan pertanyaan
berpengetahuan tentang dermatitis sehingga peneliti harus
cukup dan 5 responden (20,0%) yang menjabarkan supaya responden
berpengetahuan kurang. Hasil penelitian dengan pertanyaan yang diberikan
ini sama dengan hasil penelitian b. Kelemahan / keterbatasan ini hanya
sebelumnya yang dilakukan oleh Mithia terbatas menggambarkan pada
Rahimah (2013) dimana didapatkan tingkat pengetahuan dan sikap
bahwa sebagian besar responden lansia tentang dermatitis.
memiliki pengetahuan yang baik c. Dalam penelitian hanya
tentang dermatitis. menggambarkan pengetahuan dan
Salah satu penyebab penyakit sikap lansia tentang dermatitis
dermatitis adalah kurangnya kebersihan tanpa adanya tindak lanjut terhadap
diri ,lingkungan,jenis kelamin,umur penelitian yang di peroleh.
rumah serta kurang mandi ataupun 2. Sikap Lansia Tentang Dermatitis
makanan. Menurut Rosyidah (2014) sikap adalah
Tingkat pendidikan dapat ikut penilaian (dapat berupa pendapat)
menentukan atau mempengaruhi mudah seseorang terhadap stimulus atau objek.
tidaknya seseorang menerima Setelah seseorang mengetahui stimulus
pengetahuan, semakin tinggi pendidikan atau objek, proses selanjutnya akan
maka akan lebih mudah menerimai menilai atau bersikap terhadap stimulus
informasi tentang keesehatan. atau objek kesehatan tersebut. Sikap
Kesimpulan Dari Hasil Penelitian merupakan respon yang masih tertutup
yang di lakukan di puskesmas Batua terhadap suatu rangsangan dari luar diri
Kota Makassar bahwa tingkat subyek dan sikap juga merupakan efek
pengetahuan lansia tentang dermatitis positif atau negatif terhadap objek
dominan masuk dalam kategori psikologis (Notoatmodjo, 2003).ahuan
cukup,karena sebagian dari jumlah yang dimiliki orang.Pengetahuan
lansia rata-rata berpendidikan mengenai suatu objek tidak sama
SMA,pola pikir lansia yang cukup dengan sikap terhadap objek
baik,pemahaman tentang dermatitis itu.Pengetahuan saja belum menjadi
yang cukup . Dan kategori kurang hal penggerak ,seperti halnya pada sikap
ini di sebabkan karena rasa tidak ingin ,pengetahuan mengenai sesuai objek
tahu responden hal ini di sebabkan baru menjadi sikap apabila
karena kurangnya minat membaca, pengetahuan itu disertai kesiapan untuk
faktor usia yang semakin bertambah dan bertindak sesuai dengan pengetahuan
faktor gaya hidup seperti lingkungan, terhadap objek tersebut. (Purwanto,
pekerjaan sehingga pengetahuan lansia 1998).
kurang mengenai dermatitis. Sikap adalah suatu pandangan tetapi
Pengetahuan tidak termasuk dalam dalam hal ini masih berbeda dengan suatu
kategori baik karena jumlah lansia yang pengetahuan yang di miliki orang
berpendidikan Perguruan Tinggi .Pengetahuan saja belum menjadi penggerak
sebanyak 4 orang,karena faktor usia ,seperti halnya pada sikap.
yang mempengaruhi kegiatan lansia Hasil penelitian menunjukan bahwa dari
untuk berobat diPuskesmas. 25 responden yang diteliti, terdapat 21
Pengetahuan dapat di peroleh melalui responden (84,0%) yang memiliki sikap
media massa,pengalaman dan informasi. yang cukup terhadap penyakit dermaititis
951

dan 4 responden (16,0%) yang memiliki masuk dalam kategori cukup karena
sikap yang kurang terhadap penyakit partisipasi lansia dalam mengikuti
dermatitis. Bloom dalam Notoatmodjo penyuluhan kesehatan tentang
(2003), mengemukakan bahwa pengetahuan dermatitis,sering berkunjung ke
sangat penting dalam memberikan wawasan puskesmas batua untuk berobat,dan
terhadap sikap dan perbuatan seseorang. kategori kurang disebabkan oleh diri
Hasil penelitian ini sama dengan pribadi responden yang cenderung tidak
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh peduli dan malas dalam memperhatikan
Fatmawati (2013) pada para pekerja pabrik kebersihan dirinya serta banyaknya
di Ciputat Timur dimana didapatkan bahwa, informasi-informasi dari media
responden memiliki sikap yang baik untuk ,lingkungan, faktor umur lansia yang
menghindari ataupun penanganan terhadap semakin tua.Dan dikatakan belum
penyakit dermatitis. Sikap seseorang lebih masuk dalam kategori baik karena sikap
banyak dipengaruhi melalui proses belajar lansia masuk di pengaruhi oleh faktor
dibandingkan dengan proses pembawaan usia yang menyebabkan lansia jarang
atau hasil perkembangan dan berkujung ke puskesmas Batua.
kematangan.Sikap responden yang kurang
dipengaruhi oleh kurangnya motivasi dalam
diri responden yang menjaga kebersihan Kesimpulan
kulit dalam menjaga penyakit dermatitis Dari hasil penelitian dengan judul “
,karena lansia tidak diberikan penyuluhan Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap
tentang menjaga kebersihan kulit dalam Lansia Tentang Penyakit Dermatitis di
mencegah penyakit dermatitis. Wilayah Kerja Puskesmas Batua Kota
Sikap kurang ini dapat menimbulkan Makassar” tahun 2015 menunjukkan bahwa
efek yang lebih serius yaitu terjadinya 1. Didapatkan bahwa pengetahuan
kanker kulit.Sikap belum merupakan suatu Lansia Tentang Dermatitis di Wilayah
tindakan atau aktivitas ,akan tetapi Kerja Puskesmas Batua Kota Makassar
predisposisi tindakan atau perilaku.Sikap cukup baik.
yang dilakukan oleh lansia dalam penelitian 2. Didapatkan bahwa sikap Lansia
ini bukanlah sesuatu yang sudah dilakukan Tentang Dermatitis di Wilayah Kerja
,tetapi merupakan gambaran atau refleksi Puskesmas Batua Kota Makassar
yang akan dilakukan lansia tersebut.Media dominan positif.
mempunyai peranan penting dalam 3. Setelah dilakukan penelitian tentang
penyampaian informasi, adanya informasi gambaran pengetahuan dan sikap lansia
baru mengenai suatu hal yang memberikan tentang Dermatitis diWilayah Kerja
landasan kognitif baru bagi terbentuknya Puskesmas Batua Makassar Kota
sikap terhadap hal tersebut(Saifuddin,2008). Makassar dapat disimpulkan bahwa
Dilihat juga dari sifat sikap menurut kelompok umur responden terbanyak
Heri Purwanto (1998), sikap dapat pula adalah 60-65 tahun sebanyak 15 orang,
bersifat positif dan pula bersifat negatif: umur 66-70 tahun sebanyak 7 orang,
a. Sifat positif kencenderungan tindakan dan umur 71-75 tahun 3 orang, dan ting
adalah mendekati menyenangi kat pengetahun responden tentang
mengharapkan objek tertentu. dermatitis yang terbanyak adalahh 20
b. Sikap negatif terdapat kecendrungan orang dengan kategori cukup, 5 orang
untuk menjauhi menghindari dengan kategori kurang dan sikap
,membenci, dan tidak menyukai objek positif lansia tentang dermatitis
tertentu. sebanyak 20 orang dan sikap negatif 5
Kesimpulan dari hasil penelitian orang. Dengan demikian dapat
yang di lakukan di puskesmas batua disimpulkan bahwa pengetahuan dan
makassar bahwa sikap lansia dominan sikap lansia tentang dermatitis cukup
952

hanya ada beberapa responden yang Jilid 1. Ed 3. Media Aesculapius.


kurang dalam pengetahuan dan Jakarta
sikapnya dalam menjaga kebersihan Nogroho, W. (2000). Keperawatan gerontik.
kulit dalam mencegah penyakit Ed 2. EGC. Jakarta.
dermatitis. Noor, N. N. (1999). Dasar epidemiologi.
Rineka cipta. Jakarta.
Nursalam. (2003). Konsep dan penerapan
Saran metodologi penelitian lmu
keperawatan. Salemba medika.
1. Penelitian ini menjadi pengalaman yang Jakarta.
sangat berharga bagi peneliti dalam Pudjiastuti, S. S. & Utomo, B. (2003).
rangka menerapkan ilmu pengetahuan Fisioterapi pada lansia. EGC.
di masyarakat khususnya dalam bidang Jakarta.
kesehatan. Potter & Perry. (2000). Fundamental
2. Hasil penelitian ini di harapkan dapat keperawatan. Ed 4.Terjemahan
menambah wawasan dalam Yasmin, A., Made, S., Dian, E., et
mengembangkan ilmu pengetahuan, al. 2005. EGC. Jakrta.
khususnya di bidang kesehatan serta Quick, L. (2007). Mengajak anda
dapat dijadikan sumber informasi dalam mewujudkan impian hari tua, sehat,
meningkatkan derajat kesehatan. mandiri dan bahagia (on line).
3. Penelitian ini diharapkan mampu www.fortunestar.co.id Diakses 29
menjadi sumbangan pemikiran dan januari 2007.
mampu memperluas ilmu pengetahuan Smeltzer, S. C & Bare, B.G.(2001). Buku
serta memberikan manfaat bagi ajar keperawatan medikal bedah.
masyarakat khususnya dibidang Ed 8. Terjemahan Agung W,
kesehatan. Monica , H.Y Kuncara. 2002 EGC.
Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA

Alkatiri, J. (1999). Penyakit jantung


koroner. Universitas Hasanudin.
Makassar. 14.
Almatsier, S. ( 2001). Prinsip dasar ilmu
gizi. Penerbit gramedia pustaka
utama. Jakarta.
Corwin, E.J. (2001). Buku saku
patofisiologi. Terjemahan Brahm,
U. 2001. EGC. Jakarta.
Guyton & Hall. (2000). Fisiologi
kedokteran. Ed 9. Terjemahan
Irawati, s., Ken, A., Alex, S. 1997.
EGC Jakarta.
Gallo, J., Reichel, W., Andersen, L. M.
(2007). Buku saku gerontologi. Ed
2. EGC.Jakarta
Manjoer, A., Triyanti, K., Safitri, R., et al.
(2001). Kapita selekta kedokteran.

Anda mungkin juga menyukai