Oleh:
Dita Nur Habibah G4A015128
Ahmad Agus Faisal G4A015129
2017
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun Oleh:
Mengetahui,
Dosen Pembimbing,
Angka mortalitas shock sampai saat ini masih cukup tinggi. Kejadian shock juga
Penanganan shock bersifat segera dan mendesak. Selain itu, pengenalan terkait
jenis shock menjadi kunci kesuksesan penanganan shock. Hal ini dikarenakan
masing-masing jenis shock dan penanganan yang tepat menjadi kunci dalam
Terapi cairan dalam shock adalah suatu bagian yang bersifat fundamental.
Akan tetapi, tidak semua shock ditangani dengan cara sama dalam hal terapi
cairan. Beberapa kondisi shock memerlukan terapi cairan yang adekuat bahkan
berlebih akan tetapi hal tersebut akan mengakibatkan perburukan pada kondisi
shock lainya. Sehingga, penanganan terapi cairan yang tepat menjadi hal yang
A. Keseimbangan Cairan
ADH, aldosteron dan atrial natriuretic peptide. Total cairan tubuh adalah 60%
BB yang terdiri dari cairan intasel 40% BB dan cairan ekstrasel 20% BB
sel darah merah 3% BB. Kompartemen cairan tubuh dipengaruhi oleh tekanan
onkotik dan tekanan hidrostatik. Tekanan hidrostatik ini akan yang akan
0.5.
3. Cairan khusus yaitu cairan yang bersifat hipertonis, misal: NaCl 3%,
sirkulasi darah. Pada syok tujuan resusitasi cairan adalah untuk memulihkan
perfusi jaringan dan pengiriman oksigen ke sel (DO2) agar tidak terjadi
iskemik jaringan yang berakibat gagal organ. Volume cairan pengganti yang
ruang distribusi cairan pengganti yang tergantung kadar koloid dan Na+
dalam keberhasilan tidak berbeda jauh namun untuk perbedaan pada risiko
efek fisiologis dan klinis yang penting pada pasien akut, khususnya terhadap
asidosis metabolik hiperkloremik dan cedera ginjal dan peran koloid tidak
jaringan. Shock terdiri dari tiga stadium, yaitu (Soenarjo and Hasan, 2013):
1. Stadium kompensasi
2. Stadium dekompensasi
terhadap katekolamin.
turun.
3. Stadium irreversible
akan habis terutama pada jantung dan hepar tubuh kehabisan energi.
Manifestasi Klinis: Tekanan darah tak terukur, nadi tak teraba, anuria,
Hasan, 2013).
Berdasarkan penyebabnya shock dibagi menjadi empat, yaitu shock
1. Shock hipovolemik
a. Definisi
b. Etiologi
a) Obstruksi intestinal
b) Luka bakar
2) Perdarahan masif
(Guyton, 2010).
d. Terapi
pastikan jalan nafas baik, nilai ventilasi, bila perlu berikan bantuan
pemasangan saluran intra vena dengan jarum besar (no. 14 atau 16) ,
yang kedua dalam jumlah dan waktu yang sama) jika masih belum
cc/kgBB/jam jika Hb > 8 gr% cukup observasi vital sign namun jika
2011).
2. Shock kardiogenik
a. Definisi
b. Etiologi
2010).
2010).
c. Patofisiologi
Dari siklus ini dapat ditelusuri bahwa siklus syok kardiogenik ini
jantung itu sendiri. Hal yang dapat dilakukan pada kasus shock
3. Syok Distributif
a. Definisi
b. Etiologi
oleh infeksi bakteri gram negatif aerobik yaitu Escherichia coli dan
Klebsiella.
c. Patofisiologi
mati didalam tubuh host. Hal ini mengakibatkan efek pada banyak
hal ini Nitrit Oxide (NO) termasuk berperan sebagai mediator pada
inflamasi dari sel mast dan basofil. Agen yang paling banyak
kontak dari suatu agen yang menghasilkan IgE. Histamin dan platelet
menurunnya darah perifer, aliran balik vena, dan cardiac output. Syok
neurogenik terjadi setelah suatu trauma pada saraf spinal atau setelah
atau 16) dengan target 1-2 liter dalam 1-2 jam. Apabila tidak ada
vasokonstriktor.
spinal.
2) Syok Septik.
a) Pasien dewasa harus mendapat 1-2 liter normal saline pada awal
liter.
bag)
cc/kgBB.
4. Syok Obstruktif
a. Definisi
kanan, karena adanya kompresi pada jantung. Hal ini dapat terjadi
b. Etiologi
lambat atau tidak mengalir, yang sering terjadi pada orang yang berada
pada satu posisi tertentu dalam waktu yang cukup lama, sehingga saat
c. Patofisiologi
Syok obstruktif dapat disebabkan oleh tamponade jantung, emboli
(Alexander, 2009).
d. Terapi
(Bongard, 2010).
volume intravaskular.
menit
jantung.
III. DAFTAR PUSTAKA
Dries DJ (ed). 2012. Fundamental Critical Care Support. Society of Critical Care
Medicine. 5th:7-1.
John, R.H., Brohi, K., Dutton, R.P., Hauser, C.J., Holcomb, J.B., Kluger, Y.,
Jones, K.M., Parr, M.J., Rizoli, S.B., Yukioka, T., Hoyt, D.B., dan Bouillon,
B. The Coagulopathy of Trauma: A Review of Mechanisms. The Journal of
Trauma, Injury, Infection and Critical Care. 2008; 748-754.
Kolte, Dhaval., Sahil Khera., Wilbert S.A., Marjan M.,Chandrasekar P., Sachin
S., Diwakar J., William G., Ali A., William H. F., and Gregg C. F. Trends in
Incidence, Management, and Outcomes of Cardiogenic Shock Complicating
ST‐Elevation Myocardial Infarction in the United States. Journal of the
American Heart Assosiation. 2014. 3 (1)
Levy, Bruno. Olivier Bastien. Karim Bendjelid. Alain Cariou. Tahar Chouihed.
Alain Combes et al. Experts Recommendations for the Management of
Adult Patients with Cardiogenic Shock. Annals of Intesive Care. 2015; 5; 17
Mack, E H. 2013. Neurogenic Shock. The Open Pediatric Medicine Journal (7)
16:18
McDermid, Robert C., Karthik R., Adam R., Andrew D.S., and Sean M.B.
Controversies in Fluid Therapy: Type, Dose and Toxicity. World Journal
Critical Care Medicine. 2014; 3(1);24-33
Nduka OO, Parrillo JE. 2009. The Pathophysiology of Septic Shock. Crit Care
Clin 25: 677–702.
Ouweneel, D.M., jasper V.S., Jacqueline L., Krischan D.S., Engstrom et al.
Extracorporeal life support during cardiac arrest and cardiogenic shock: a
systematic review and meta-analysis. Intensive Care Medicine. 2016; 42
(12); 1922-1934
Santry, Heena P., and Hasan B.A.Fluid Resuscitation: Past, Present and The
Future. HHS Public Access. 2016; 33 (3); 229-241
Soenarjo and Heru D.J. 2013. Anestesiologi Edisi Kedua. Semarang: Bagian
Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran UNDIP.