Oleh :
SALMAN ALFARISY,S.Pd
NIP.19751118 200801 1 001
SMA N 1 Tanjungtiram.
i
ABSTRAK
ketuntasan belajar kimia siswa pada pokok bahasan termokimia, dan bagaimana
Model unjuk kerja yang dilakukan adalah model proses dalam bentuk siklus-
ii
pembelajaran kimia dan alternatif pemecahannya. Penelitian ini dilakukan sebanyak 2
siklus.
tingkat penguasaan (TP) 20,00% siswa yang memiliki tingkat penguasaan yang
tergolong kurang; 52,50% yang tergolong cukup; 17,50% yang tergolong baik dan
10,00% siswa yang memiliki tingkat penguasaan sangat baik. Berdasarkan tingkat
ketuntasan belajar menunjukkan 20,00% siswa yang belum tuntas dan 80,00% yang
telah tuntas. Dengan demikian secara kelas dikatakan siswa belum mencapai
ketuntasan belajar. Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II sebesar 81,38 % .
penguasaan yang tergolong cukup; 65,00% yang tergolong baik dan 15,00% siswa
yang memiliki tingkat penguasaan sangat baik. Berdasarkan tingkat ketuntasan belajar
menunjukkan seluruh siswa (100%) yang telah tuntas dengan nilai ≥ 65%. Dengan
iii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapakan terima kasih kepada :
tindakan kelas (PTK), dan rekan-rekan seprofesi yang telah memberi kesempatan dan
Penulis menyadari sepenuhmya bahwa penulisan laporan PTK ini masih jauh dari
kesempurnaan, hal ini dikarenakan oleh keterbasan kemampuan penulis. Untuk itu
kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi kesempurnaan PTK
ini.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga PTK ini dapat memenuhi dari salah satu
persyaratan yang telah ditentukan, dan bermanfaat bagi penulis khususnya dan
Penulis
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................( i)
ABSTRAKSI........................................................................................................(ii)
KATA PENGHANTAR.......................................................................................(iv)
DAFTAR ISI.........................................................................................................(v)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATARBELAKANGMASALAH..............................................(1)
2.3.KETUNTASAN BELAJAR.............................................................(8)
2.4.PEMBELAJARAN KOOPERATIF.................................................(9)
2.5.STAD.................................................................................................(13)
2.6.TERMOKIMIA.................................................................................(15)
2.7.PTK....................................................................................................(25)
2.8.KERANGKA KONSEPTUAL........................................................(28)
v
BAB III METODE PENELITIAN
4.2.PENJELASAN PERSIKLUS.........................................................(35)
4.4. PEMBAHASAN............................................................................(44)
A .KESIMPULAN................................................................................(47)
B .SARAN............................................................................................(47)
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
konsep yang abstrak bagi siswa, dan bahkan mereka tidak dapat mengenali konsep-
konsep kunci atau hubungan antar konsep yang diperlukan untuk memahami konsep
tersebut. Akibatnya, siswa tidak membangun pemahaman konsep-konsep kimia yang
fundamental pada awal mereka belajar kimia.
Termokimia adalah bagian dari ilmu kimia yang mempelajari secara khusus
tentang perubahan energi yang terlibat dalam reaksi kimia dan merupakan salah satu
konsep dari ilmu kimia yang cukup berat dan sulit dipahami siswa karena disamping
harus bisa memahami konsep perubahan energi, siswa juga harus dapat menghitung
harga-harga dari perubahan energi yang terjadi. Selain membutuhkan pemahaman
belajar, pada materi ini juga membutuhkan ketekunan dan ketelitian serta banyak
latihan.
Kenyataan di lapangan siswa kurang memahami Termokimia serta kurang
terlatih dalam menyelesaikan soal-soal perhitungannya. Hal ini dapat dilihat dari hasil
ulangan pada pokok bahasan ini dari 3 kelas hanya satu kelas yang mencapai
ketuntasan belajar secara klasikal yaitu kelas XI PMS-1 dengan ketuntasan 97%,
sedangkan tiga kelas yang lain belum menunjukkan hasil yang memuaskan apalagi
mencapai ketuntasan secara klasikal yaitu :
Kelas XI PMS-2 ketuntasan klasikal 48%
Kelas XI PMS-3 ketuntasan klasikal 86,97%
Hasil yang diperoleh dari tiga kelas sangat rendah di bawah 50% padahal satu kelas
dikatakan berhasil jika ketuntasannya 85%.
Ketidaktahuan kegunaan kimia dalam praktek sehari-hari juga menjadi
penyebab siswa cepat bosan dan tidak tertarik pada pelajaran kimia, disamping
pengajar yang monoton serta metode yang kurang bervariasi dan hanya berpegang
pada buku-buku paket saja.
Pradigma belajar bagi siswa menurut jiwa kurikulum 2013 adalah siswa aktif
mencari bukan lagi menerima. Berkaitan hal berikut, pembelajaran harus
dikembangkan berbasis kegiatan, bersifat interaktif, dan partisipasif yang memotivasi
siswa dalam mencapai kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD)
Banyak cara yang dapat digunakan untuk mempengaruhi proses belajar
menjadi dinamis dan efektif, diantaranya dengan menimbulkan motivasi dan
3
keterlibatan siswa secara langsung dalam belajar. Salah satu cara untuk dapat
menumbuhkan semangat dan keterlibatan siswa dalam belajar sebagai upaya
meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa
belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen ( Slavin dalam Isjoni 2010
: 15 ). Melalui pembelajaran kooperatif siswa didorong untuk bekerja sama secara
maksimal sesuai dengan keadaan kelompoknya.
Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, namun
siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut
keterampilan kooperatif. Ketrampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan
hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan
mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok. Sedangkan peranan tugas
dilakukan dengan membagi tugas antar anggota kelompok selama kegiatan.
Terdapat beberapa variasi model yang diterapkan dalam pembelajaran
kooperatif, diantaranya adalah sebagai berikut: Student Teams Achievement Division
(STAD), Jigsaw, Investigasi Kelompok (Group Investigation), Number Heads
Together (NHT) dan Team Games Tournament (TGT). Pembelajaran STAD, mengacu
kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa
setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa dalam suatu kelas
tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4 - 5 orang, setiap kelompok
haruslah heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, tinggi, sedang, dan rendah.
Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain
untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama
lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, atau melakukan diskusi.
Diharapkan dengan pembelajaran STAD dapat meningkatkan motivasi, minat dan rasa
percaya siswa dalam belajar kimia, dan diharapkan dapat meningkatkan kekompakan
untuk menuntaskan materi pelajaran dengan kerjasama.
Berdasarkan uraian di atas, untuk menjawab permasalahan yang ada maka
masalah ini penting untuk diteliti melalui suatu penelitian tindakan kelas dengan judul
“ PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK
MENINGKATKAN KETUNTASAN BELAJAR SISWA KELAS XI IPA-2 PADA
POKOK BAHASAN TERMOKIMIA SMA NEGERI 1 TANJUNGTIRAM ”.
4
6
7
Dari uraian di atas, tergambar dengan jelas bahwa proses belajar yang
dilakukan oleh siswa merupakan aktivitas yang kompleks dan berkaitan dengan
masalah-masalah praktis yang bersumber dari dalam diri siswa dan diluar dirinya.
Demikian juga dalam proses belajar mengajar kimia, banyak faktor yang
mempengaruhi siswa maupun gurunya sendiri.
menerus. Secara spesifik, hasil belajar adalah suatu kinerja (performance) yang
diindikasikan sebagai suatu kapabilitas (kemampuan) yang telah diperoleh.
sama dengan 75% rata-rata hasil penilaian sub sumatif, sumatif dan kokurikuler lebih
besar atau sama dengan 69%, dikatakan siswa telah tuntas di dalam belajarnya
(Suryosubroto, 1997).
Ditinjau dari segi teorinya kooperatif ini sangat membantu siswa dalam
mencapai tujuan belajar tetapi fakta di lapangan menunjukkan masih banyak
pengajar/guru di lapangan jarang sekali menggunakan model pembelajaran kooperatif
ini, hal ini tidak dapat dipungkiri dikarenakan anggapan bahwa menggunakan model
kooperatif dipandang lebih sukar dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
Guru banyak mencari cara yang dirasakannya lebih mudah dan lebih efisien untuk
dirinya tetapi bukan untuk siswanya.
11
Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong-
royong harus diterapkan yaitu :
1. Saling ketergantungan positif
2. Tanggung jawab perseorangan.
3. Tatap muka
4. Komunikasi antara anggota
5. Evaluasi proses kelompok
Ada empat pendekatan yang biasa digunakan oleh guru dalam pembelajaran
kooperatif yaitu :
1. Jigsaw
2. Investigasi Kelompok (IK)
3. Pendekatan Struktural
4. Student Teams Achievement Division (STAD)
terdiri siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Selain itu
dipertimbangkan kriteria heterogenitas lainnya, seperti jenis kelamin, dan ras.
- Tahap Penyajian Materi
Penyajian materi dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD pada awalnya di
perkenalkan melalui penyajian kelas. Penyajian materi dilakukan oleh guru
menggunakan media, umumnya melalui pengajaran secara langsung atau dengan
ceramah dan diskusi.
- Tahap Kegiatan Kelompok
Dalam kerja kelompok, guru membagikan lembar kegiatan siswa (LKS) kepada
setiap siswa sebagai bahan yang akan dikerjakan. Dalam kerja kelompok, setiap
siswa berbagi dalam mengerjakan tugas-tugas dan selanjutnya saling memberi
informasi hasil pekerjaannya.
- Tahap Tes Hasil Belajar
Ide dibalik skor perkembangan individu adalah memberikan kesempatan setiap
siswa untuk meraih prestasi bagi dirinya dan kelompoknya berdasarkan prestasi
sebelummya. Cara perhitungan skor perkembangan individu (sumbangan untuk
skor kelompok) disajikan pada tabel 2.2.
Tabel 2.2. Skor Perkembangan Individu
Nilai
No Nilai Hasil Belajar
Perkembangan
1 Lebih dari 10 poin dibawah skor dasar 5
2 10 poin hingga 1 poin dibawah skor dasar 10
3 Skor dasar sampai 10 poin diatasnya 20
4 Lebih 10 poin di atas skor dasar 30
5 Hasil /nilai sempurna (untuk tidak berdasar skor) 30
2.6. Termokimia
Termokimia adalah bagian dari ilmu kimia yang mempelajari secara khusus
tentang perubahan energi yang terlibat dalam reaksi kimia. Energi dapat didefinisikan
sebagai kemampuan untuk melakukan kerja atau menghasilkan kalor. Hukum
kekekalan energi menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat
dimusnahkan. Yang dapat berlangsung adalah perubahan dari bentuk energi yang satu
16
ke bentuk energi yang lain. Misalnya Energi listrik diubah menjadi energi kalor,
Energi kimia di ubah menjadi energi listrik, dan lain-lain.
Dalam reaksi-reaksi kimia, perubahan energi pada umumnya berlangsung
dalam bentuk perubahan kalor. Itulah sebabnya kita mengenal apa yang disebut reaksi
eksoterm yaitu reaksi yang melepaskan kalor, dan reaksi endoterm yaitu reaksi yang
menerima kalor.
Reaksi eksoterm adalah suatu reaksi yang berlangsung karena adanya energi
yang berpindah dari sistem ke lingkungan (dari dalam keluar) dan akibatnya energi
sistem akan berkurang. Dapat juga dikatakan reaksi eksoterm adalah reaksi yang
melepaskan, membebaskan, mengeluarkan, memberikan atau menghasilkan kalor.
Dengan harga ΔH = negatif (-). Reaksi endoterm adalah suatu reaksi yang berlangsung
karena adanya energi yang berpindah dari lingkungan ke sistem (dari luar kedalam)
dan akibatnya energi sistem bertambah.Dapat juga dikatakan reaksi endoterm adalah
reaksi yang menyerap, menerima, membutuhkan, memerlukan atau menarik kalor. ΔH
= positif (+)
Sedangkan sistem adalah zat atau proses yang sedang dipelajari atau diamati
perubahan energinya. Dan lingkungan adalah segala sesuatu diluar sistem dengan apa
sistem mengadakan pertukaran energi. Hal ini dapat dinyatakan dengan gambar
sebagai berikut :
Lingkungan
Sistem Sistem
Kalor Kalor Kalor Kalor
EKSOTERM ENDOTERM
Gambar 2.1.
Suatu sistem memiliki energi tertentu. Energi yang tersimpan didalam suatu
sistem disebut energi dalam. Jika suatu sistem menerima energi, maka energi dalam
sistem itu akan bertambah, dan jika suatu sistem melepaskan energi maka energi
dalam sistem itu akan berkurang. Antara sistem dan lingkungan dapat terjadi
pertukaran kalor. Akan tetapi pada suatu sistem yang ter isolasi (tersekat) tidak dapat
terjadi pertukaran kalor.
17
Apabila reaksi berlangsung pada tekanan tetap dan jenis kerja yang
menyertainya hanya kerja ekspansi, maka perubahan entalpi reaksi sama dengan
jumlah kalor yang diserap atau dibebaskan:
ΔH = qp ; dengan qp = kalor reaksi pada tekanan tetap
Oleh karena reaksi kimia pada umumnya berlangsung pada tekanan tetap,
maka kalor reaksi selalu dituliskan sebagai perubahan entalpi. Jadi, jika suatu system
membebaskan kalor sebesar q kj pada tekanan tetap, maka entalpi system berkurang
sebesar q kj. Sebaliknya, jika system menyerap kalor sebesar q kj pada tekanan tetap,
maka entalpi system bertambah sebesar q kj.
2. Persamaan Termokimia
Persamaan termokimia adalah persamaan reaksi yang mengikut sertakan
perubahan entalpinya. Oleh karena kalor reaksi sesuai dengan jumlah zat yang
bereaksi, maka penulisan kalor reaksi harus dikaitkan dengan koefisien reaksinya.
Kalor reaksi juga bergantung pada wujud zat-zat yang terlibat dalam reaksi.
Contoh :
1. Pada pembentukan 1 mol air dari gas hidrogen dengan gas oksigen dibebaskan 286
kj. Kata “dibebaskan” menyatakan bahwa reaksi tergolong eksoterm. Oleh karena
itu, ΔH = -286 kj untuk setiap mol air yang terbentuk. Persamaan termokimianya
adalah :
H2(g) + ½ O2(g) H2O(l) ΔH = -286 kj
atau
2H2(g) + O2(g) 2H2O(l) ΔH = -572 kj
2. Untuk menguraikan 1 mol amonia menjadi gas nitrogen dan gas hidrogen
diperlukan kalor 46 kj. Kata “diperlukan” menunjukkan bahwa reaksi tergolong
endoterm. Oleh karena itu, ΔH = +46 kj untuk setiap mol amonia yang diuraikan.
Persamaan termokimianya adalah :
NH3(g) ½N2(g) + 1½H2(g) ΔH = +46 kj
atau
2NH3(g) N2(g) + 3H2(g) ΔH = +92 kj
Contohnya :
Reaksi pembentukan 1 mol air
H2(g) + ½O2(g) H2O(l) ΔH = -285,85 kj
Reaksi penguraian adalah kebalikan dari reaksi pembentukan. Oleh karena itu,
sesuai dengan azas kekekalan energi, nilai entalpi penguraian sama dengan entalpi
pembentukannya, tetapi tandanya berlawanan.
Contoh :
Diketahui ΔHf H2O(l) = -286 kj mol-1, maka entalpi penguraian H2O(l)
menjadi gas hidrogen dan gas oksigen adalah +286 kj mol-1
H2O(l) H2(g) + ½O2(g) ΔH = +286 kj
Sepotong besi mempunyai kapasitas kalor 5,5 J K-1. Berapa joule diperlukan untuk
memanaskan besi itu dari 250C hingga 550C.
Jawab : q = C.Δt
= 5,5 J K-1 x 30 K
= 165 J
Jika kapasitas kalor dari kalorimeter diketahui, maka rumus yang dipakai :
q reaksi + q kalorimeter + q larutan = 0
atau
q reaksi = - (q kalorimeter + q larutan)
Contoh soal :
Sebanyak 7,5 gram kristal LiOH ditambahkan ke dalam kalorimeter yang berisi 120
gram air. Setelah kristal LiOH itu larut, ternyata suhu kalorimeter beserta isinya
naik dari 23,250C menjadi 34,90C. Jika diketahui Mr LiOH = 24, dan kalor jenis
larutan = 4,2 Jg-1 0C-1, kapasitas kalor kalorimeter = 11,7 J 0C-1
Tentukan entalpi pelarutan LiOH dalam air.
LiOH(s) Li+ (aq) + OH-(aq) ΔH = … .. ?
Jawab :
q reaksi = -(q larutan + q kalorimeter)
q larutan = m.c.Δt
= (120 + 7,5)gram x 4,2 Jg-10C-1 x (34,9 - 23,25)0C
= 6238,6 J
21
q kalorimeter = C.Δt
= 11,7 J0C-1 x (34,9 – 23,25)0C
= 136,3 J
maka :
q reaksi = - (6238,6 + 136,3) J
= - 6374,9 J
kalor tersebut dibebaskan pada pelarutan 7,5 gram LiOH. Pada pelarutan LiOH (24
g) akan dibebaskan kalor sebanyak;
24 gram
6374 J = – 20269,7 J mol-1 = – 20,4 kJ mol-1
7,5 gram
jadi, ΔH pelarutan LiOH = -20,4 kJ mol-1
Dan reaksi diatas dapat dituliskan dengan diagram tingkat energi sebagai
berikut :
N2(g) + 2O2(g)
ΔH2
ΔH1
2NO(g) + O2(g)
ΔH3
2NO2 (g)
Jawab :
Perubahan entalpi energi ikata rata-rata reaksi tersebut dapat dihitung sebagai berikut:
ΔH = (D H-H + D F-F ) – (2D H-F)
= (1 mol x 432 kj/mol + 1 mol x 154 kj/mol) - (2 mol x 565 kj/mol)
= - 544 kj
Jadi, jika 1 mol H2(g) dan 1 mol F2(g) bereaksi membentuk 2 mol HF(g) dilepaskan
energi sebesar 544 kj.
karbon dioksida, CO2(g). gas ini bersama-sama dengan uap air yang berada diatmosfer
dapat menyebabkan efek rumah kaca.
Ciri khas PTK adalah adanya siklus-siklus yang merupakan suatu pemecahan
menuju praktek pembelajaran yang lebih baik. Menurut Wardhani (2007) langkah-
langkah dalam PTK merupakan suatu daur atau siklus yang terdiri dari :
1. Merencanakan perbaikan (Planning)
2. Melaksanakan tindakan (Acting))
3. Mengamati (Observasing)
4. Melakukan refleksi (Reflecting)
refleksi dan menelaah berbagai dokumen yang terkait, dari hasil analisis dipilih dan
dirumuskan masalah yang paling mendesak dan mungkin dipecahkan oleh guru.
Masalah kemudian dijabarkan secara operasional agar dapat memandu usaha
perbaikan.
Setelah masalah dijabarkan, langkah berikutnya adalah mencari/
mengembangkan cara perbaikan, yang dilakukan dengan mengkaji teori dan hasil
penelitian relevan, berdiskusi dengan teman sejawat dan pakar, serta menggali
pengalaman sendiri. Berdasarkan hasil yang dicapai dalam langkah ini, dikembangkan
cara perbaikan atau tindakan yang sesuai dengan kemampuan dan komitmen guru,
kemampuan siswa, sarana dan fasilitas yang tersedia, serta iklim belajar dan iklim
kerja di sekolah.
Pelaksanaan tindakan dimulai dengan mempersiapkan rencana pembelajaran
dan skenario tindakan termasuk bahan pelajaran dan tugas-tugas, menyiapkan alat
pendukung/sarana lain yang diperlukan, mempersiapkan cara merekam dan
menganalisis data, serta melakukan simulasi pelaksanaan jika diperlukan. Dalam
pelaksanaan tindakan atau perbaikan, observasi dan interpretasi dil secara simultan.
Aktor utama adalah guru, namun guru dapat dibantu oleh alat perekam data atau
teman sejawat sebagai pengamat.
Langkah–langkah penelitian tindakan kelas secara umum diperlihatkan pada
gambar 2.1 berikut.
28
Identifikasi
Masalah
Perencanaan
Refleksi Aksi
Observasi
Perencanaan Ulang
Refleksi
Observasi
Aksi
30
31
Siklus II
1. Perencanaan
Prosedurnya sama seperti siklus I. Rencana tindakan pada siklus II disusun
berdasarkan hasil refleksi dan analisis data pada siklus I.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini kegiatan yang dilaksanakan adalah melaksanakan skenario kegiatan
yang telah direncanakan.
3. Observasi dan Evaluasi
Kegiatan observasi dan evaluasi yang dilaksanakan sama dengan siklus I dan
pelaksanaan observasi juga tetap dibantu oleh mitra kolaborasi. Hasil observasi
dan evaluasi ditindak lanjuti dengan analisis untuk bahan refleksi.
4. Refleksi
32
Kegiatan refleksi ini dilaksanakan pada setiap akhir pertemuan selama siklus II
dengan mengamati secara rinci segala sesuatu yang terjadi di kelas pada pertemuan
siklus II.
HASIL PENELITIAN
Model unjuk kerja yang dilakukan adalah model proses dalam bentuk siklus-
35
36
Tabel 4.1
Siklus I (Pertama)
Tabel 4.2
Siklus II (Kedua)
4.3.1. Siklus I
Tabel 4.3
Tingkat Penguasaan Siswa Pada Siklus I
Nilai TP F % Keterangan
60 60% 8 20,00% Kurang
65 65% 5 12,50% Cukup
70 70% 14 35,00% Cukup
75 75% 2 5,00% Cukup
80 80% 4 10,00% Baik
85 85% 3 7,50% Baik
90 90% 2 5,00% Baik Sekali
95 95% 2 5,00% Baik Sekali
Jumlah 40 100%
Mean 72,00
Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada
siklus I sebesar 72,00. Berdasarkan tingkat penguasaan (TP) 20,00% siswa yang
cukup; 17,50% yang tergolong baik dan 10,00% siswa yang memiliki tingkat
20,00% siswa yang belum tuntas dan 80,00% yang telah tuntas. Dengan demikian
dilakukan dua orang teman sejawat, diperoleh hasil (lampiran )sebagai berikut :
39
Tabel 4.4
Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus I
Tabel 4.5
Aktivitas Guru Selama Pembelajaran Pada Siklus I
No Kategori Aspek yang Diamati Pengamat I Pengamat II
1 Penampilan mengajar Baik Baik
2 Penyajian materi dari segi :
- Inisiasi Baik Sangat Baik
- Pengembangan Konsep Baik Baik
- Memandu Kegiatan Aplikasi Konsep Baik Baik
- Pemantapan Konsep Baik Baik
- Cara Penilaian/Penghargaan Cukup Cukup
3 Bagaimana guru berinteraksi dengan siswa Baik Baik
4 Memotivasi siswa dalam diskusi kelompok Baik Baik
41
Tabel 4.6
Penghargaan Kelompok Pada Siklus I
Kelompok Rata-rata Penghargaan/Kategori
A 26,0 Hebat
B 18,0 Baik
C 22,0 Baik
D 22,0 Baik
E 20,0 Baik
F 16,0 Baik
G 18,0 Baik
H 18,0 Baik
Interpretasi
disampaikan oleh anggota kelompok. Karena materi awal belum begitu dikuasai,
4.3.2. Siklus II
Tabel 4.7
Tingkat Penguasaan Siswa Pada Siklus II
Nilai TP F % Keterangan
65 65% 0 0,00% Cukup
70 70% 1 2,50% Cukup
75 75% 7 17,50% Cukup
80 80% 18 45,00% Baik
85 85% 8 20,00% Baik
90 90% 6 15,00% Baik Sekali
Jumlah 40 100%
Mean 81,38
Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada
siklus II sebesar 81,38. Berdasarkan tingkat penguasaan (TP) 20,00% siswa yang
memiliki tingkat penguasaan yang tergolong cukup; 65,00% yang tergolong baik
dan 15,00% siswa yang memiliki tingkat penguasaan baik sekali. Berdasarkan
tingkat ketuntasan belajar menunjukkan seluruh siswa (100%) yang telah tuntas
dengan nilai ≥ 65%. Dengan demikian secara kelas dikatakan siswa telah
pengamatan yang dilakukan dua orang teman sejawat, diperoleh hasil (lampiran )
sebagai berikut :
43
Tabel 4.8
Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus II
Tabel 4.9
Aktivitas Guru Selama Pembelajaran Pada Siklus II
Tabel 4.10
Penghargaan Kelompok Pada Siklus II
Interpretasi
yakni peningkatan aktivitas dan ketuntasan belajar siswa secara individu maupun
kelompok super.
4.4. Pembahasan
Pada siklus I, rata-rata hasil belajar siswa sebesar 72,00 dengan nilai
tertinggi 95 dan nilai terendah 60. Berdasarkan tingkat penguasaan dan daya serap
siswa terhadap materi pelajaran menunjukkan 20,00% siswa yang belum tuntas
dan 80,00% yang telah tuntas, sehingga disimpulkan pada siklus I secara kelas
45
II, hasil belajar siswa meningkat dengan rata-rata sebesar 81,38 dengan nilai
tertinggi 90 dan nilai terendah 65 serta ketuntasan siswa baik secara individu
Tabel 4.11
Ringkasan Ketuntasan dan Hasil Belajar Siswa
Berikut grafik peningkatan hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa dari
100
90
80
70
60
Rata-rata Hasil Belajar
Ketuntasan
50
Siklus I Siklus II
46
Aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran diamati oleh dua orang
(62,81%) aktif, dan oleh pengamat II rata-rata 27 orang (67,50%) yang aktif dari
39 orang (96,56%) yang aktif dari masing-masing kategori aspek yang diamati.
Gambar 4.2
Grafik Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa
100
90
80
70
60
Hasil Pengamat I
Hasil Pengamat II
50
Siklus I Siklus II
BAB V
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari PTK ini adalah sebagai berikut :
termokimia.
2. Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 72,00 dan meningkat dengan
3. Ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 80,00% (belum tuntas
secara klasikal) dan pada siklus II ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 100%
B. Saran
sebagai berikut :
47
48
pembelajaran.
4. Dengan melihat hasil pembelajaran model koopetatif tipe STAD ini, tentunya
pembelajaran lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Z., (2006), Peneltian Tindakan Kelas Untuk Guru, CV. Yrama Widya,
Bandung.
Dimyati dan Mudjiono, (1999), Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta.
Djamarah, S.B., dan Zain, A., (2002), Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta,
Jakarta.
Hamalik, O., (1990), Metode Belajar dan Kesulitan Belajar. Alumni, Bandung.
RENCANA PELAJARAN I
( SIKLUS I )
Mata Pelajaran : KIMIA
Materi Pokok : Termokimia
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas : XI PMS
Waktu : 8 Jam Pelajaran
Standar Kompetensi
Memahami perubahan energi dalam kimia, cara pengukuran dan sifat ketidak
teraturan dalam alam semesta.
Kompetensi Dasar
1. Menjelaskan pengertian entalpi suatu zat dan perubahannya
2. Menentukan H reaksi berdasarkan eksperimen
Pertemuan ke-1
1.1. Melalui diskusi tentang bentuk energi yang dimiliki oleh zat, dapat
diberikan contoh peristiwa perubahan energi dan pengertian entalpi.
1.2. Melalui tanya jawab siswa dapat menjelaskan pengertian perubahan
entalpi (H).
1.3.Melalui diskusi, siswa dapat menyebutkan tanda H pada reaksi eksoterm
dan reaksi endoterm.
Pertemuan ke-2
2.1. Melalui tugas siswa dapat menjelaskan kondisi standar untuk berbagai
H reaksi dan menyebutkan satuan H reaksi molar .
2.2. Melalui diskusi, siswa dapat menjelaskan hubungan H dengan koefisien
reaksi.
Pertemuan ke-3
3.1. Melalui diskusi, siswa dapat menjelaskan pengertian entalpi
pembentukan suatu senyawa, entalpi pembakaran, dan entalpi
penguraian.
3.2. Siswa dapat menuliskan persamaan termokimia macam-macam reaksi
melalui kegiatan latihan.
Pertemuan ke-4
4.1. Melalui diskusi tentang eksperimen penentuan H dengan kalorimeter
siswa dapat menjelaskan perhitungan kalorimetri.
4.2. Siswa dapat menentukan H reaksi berdasarkan rumus Q = m.c. t.
Materi Pelajaran.
Pertemuan ke-1
1.1. Pengertian entalpi zat.
1.2. Pengertian H.
1.3. Reaksi eksoterm dan endoterm.
1.4. Tanda H.
Pertemuan ke-2
2.1.Kondisi standar dan satuan H reaksi.
2.2.Hubungan koefisien dengan harga H rekasi.
Pertemuan ke-3
3.1 Entalpi reaksi pembentukan, penguraian, dan pembakaran.
3.2.Menuliskan persamaan termokimia macam-macam reaksi
Pertemuan ke-4
a. Harga H melalui eksperimen.
b. Menghitung H berdasarkan rumus Q = m.c.Δt
Kegiatan Belajar Mengajar.
Pendekatan yang digunakan : - Konsep.
- Keterampilan proses
- Lingkungan
Metode yang digunakan : Ceramah, diskusi, tanya jawab, demonstrasi dll.
A. Langkah-langkah
Pertemuan
No Materi Kegiatan Tugas
ke
1 1 1.1 Diskusi tentang macam-macam energi K
sampai pengertian entalpi dan perubahan
entalpi.
1.2 Percobaan perubahan entalpi pada reaksi dan K
membahas reaksi eksoterm dan endoterm
berdasarkan data percobaan.
RENCANA PELAJARAN II
( SIKLUS 2)
Mata Pelajaran : KIMIA
Konsep : Termokimia
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas : XI PMS
Waktu : 8 Jam Pelajaran
Standar Kompetensi
Memahami perubahan energi dalam kimia, cara pengukuran dan sifat ketidak
teraturan dalam alam semesta.
Kompetensi Dasar
Menggunakan Hukum Hess, data perubahan entalp standar, dan data energi ikatan
Pertemuan ke-1
1.1.Melalui percobaan tentang hukum Hess dapat menyimpulkan berlakunya
hukum Hess
1.2. Melalui diskusi, siswa dapat menjelaskan hukum Hess dengan
menggunakan diagram tingkat energi.
Pertemuan ke-2
2.1. Siswa dapat menghitung H reaksi berdasarkan hukum Hess.
2.2.Siswa dapat menghitung H suatu senyawa dalam reaksi jika Hf
senyawa lainnya diketahui.
Pertemuan ke-3
3.1.Melalui diskusi tentang pembentukan dan pemutusan ikatan siswa dapat
menjelaskan pengertian energi ikatan.
3.2.Siswa dapat menghitung Hf, melalui data energi ikatan rata-rata
beberapa senyawa.
Pertemuan ke-4
4.1.Melalui diskusi H pembakaran beberapa bahan bakar.
4.2.Siswa dapat menentukan bahan bakar yang efisien dalam penggunaannya.
Materi Pelajaran.
Pertemuan ke-1
1.1. Hukum Hess.
1.2. Diagram tingkat energi.
Pertemuan ke-2
2.1. Penentuan H reaksi berdasarkan Hukum Hess.
2.2.Menghitung Hf senyawa lainnya diketahui.
Pertemuan ke-3
3.1.Energi ikatan.
3.2.Hf ikatan rata-rata.
Pertemuan ke-4
a. H pembakaran beberapa bahan bakar.
b. Bahan bakar yang efisien dalam penggunaannya.
b. Sumber
- Buku paket kimia
- GBPP
- Buku penunjang yang relevan
Lampiran 4
TEST SIKLUS II
2.
MgO
Mg (OH)2
ΔH1 = …… kkal
MgCl2
ΔH2 adalah reaksi MgO dengan H2O sedangkan ΔH3 adalah reaksi Mg (OH)2
dengan HCl maka ΔH1 adalah ………
3. Dengan menggunakan tabel energi ikatan rata-rata, hitunglah H reaksi dari
CH4 (g) + Cl2 (g) CH3Cl (g) + HCl (g)
4. Jika energi ikatan rata-rata dari:
C ══ C = 146 kkal/mol C ── Cl = 79 kkal/mol
C ── C = 83 kkal/mol H ── Cl = 103 kkal/mol
C ── H = 99 kkal/mol
Maka perubahan entalpi pada adisi etena dengan asam klorida menurut
persamaan H2 C ══ CH2 + HCl CH3 – CH2 – Cl adalah sebesar ….
5. Tuliskan persamaan reaksi pada pembakaran tidak sempurna
Lampiran. 5
Q = m.c. Δt
a. Persiapan Peneliti
Sebelum kegiatan berlangsung, peneliti melakukan kegiatan sebagai berikut :
1. Tanya jawab
2. Diskusi kelompok.
d. Tujuan yang hendak dicapai.
Setelah pembelajaran dilaksanakan, diharapkan siswa dapat :
Pendahuluan
Pada bagian ini guru memperkenalkan topik masalah yang akan dibahas
Pertemuan ke-2
Guru memandu siswa agar dapat menjelaskan kondisi standar untuk berbagai
H reaksi dan dapat memberikan contohnya.
Pertemuan ke-3
Pertemuan ke-4
Guru meminta siswa untuk menjawab pertanyaan atau soal-soal yang terdapat
dalam buku pegangan siswa tentang H reaksi berdasarkan rumus Q = m.c. t
Lampiran. 6
a. Perencanaan
Rencana tindakan pada siklus II ini disusun berdasarkan hasil refleksi dan
analisis data pada siklus I
b. Persiapan siswa/peserta
Sebelum pelaksanaan, siswa telah ditugaskan oleh guru pada pertemuan
sebelumnya agar :
1. Eksperimen.
2. Tanya jawab
3. Diskusi kelompok.
d. Tujuan yang hendak dicapai.
Setelah pembelajaran dilaksanakan, diharapkan siswa dapat :
Pendahuluan
Pada bagian ini guru memperkenalkan topik masalah yang akan dibahas
Pertemuan ke-1
Pertemuan ke-2
Pertemuan ke-3
Pertemuan ke-4
Penutup
Penilaian
Siklus Kategori Aspek yang Diamati
A B C D
Penampilan mengajar
Penyajian materi dari segi :
- Inisiasi
- Pengembangan Konsep
I - Memandu Kegiatan Aplikasi Konsep
- Pemantapan Konsep
- Cara Penilaian/Penghargaan
Bagaimana guru berinteraksi dengan siswa
Memotivasi siswa dalam diskusi kelompok
Penampilan mengajar
Penyajian materi dari segi :
- Inisiasi
- Pengembangan Konsep
II - Memandu Kegiatan Aplikasi Konsep
- Pemantapan Konsep
- Cara Penilaian/Penghargaan
Bagaimana guru berinteraksi dengan siswa
Memotivasi siswa dalam diskusi kelompok
Keterangan :
A = Sangat Baik
B = Baik
C = Cukup
D = Kurang
Lampiran. 12
Penilaian Penilaian
Siklus