Anda di halaman 1dari 3

1.

Apa yang dimaksud ventilasi tekanan positif dan negatif


Ventilasi tekanan positif merupakan ventilasi noninvasif yang lebih efektif dan
nyaman dibandingkan dengan cara ventilasi noninvasif lainnya. Menggunakan sungkup
atau alat pengubung untuk menghantarkan udara dari ventilator tekanan positif melalui
hidung atau mulut sehingga udara masuk. Prinsip ventilasi tekanan positif adalah
memberikan udara dengan tekanan positif atau diatas tekanan atmosfir secara intermiten
ke dalam jalan napas, meningkatkan tekanan transpulmoner sehingga terjadi
pengembangan paru (Rongayah et al, 2009).
Prinsip ventilasi tekanan negatif adalah memberikan tekanan pada dinding toraks dan
abdomen untuk mencapai tekanan di bawah tekanan atmosfir saat inspirasi. Tekanan
yang terbentuk akan menyebabkan rongga toraks mengembang dan terjadi penurunan
tekanan di pleura dan alveolar sehingga menimbulkan perbedaan tekanan yang
memungkinkan udara masuk ke alveoli. Pada keadaan ekspirasi tekanan dinding thoraks
kembali sama dengan tekanan atmosfir dan ekspirasi terjadi secara pasif dengan adanya
daya elastik rekoil paru (Rongayah et al, 2009).
2. Mekanisme ventil dan tatalaksana
Mekanisme ventil merupakan sebuah keadaan dimana terjadi karena kerusakan yang
menyebabkan udara masuk ke rongga pleura dan udara tersebut tidak dapat keluar lagi.
Akibatnya udara yang terjebak di dalam rongga pleura menyebabkan tekanan intrapleura
meningkat sehingga paru akan kolaps, mediastinum bergeser ke kontralateral dan aliran
vena balik tertekan sehingga terjadi hipoksia (Punarbawa dan Suarjaya, 2013).
Bantuan hidup dasar yang pertama di berikan untuk melihat lapang tidaknya jalan
napas (airway), dengan melakukan manuver head tilt, chin lift, dan jaw thrus jika korban
dicurigai mengalami cedera cervical. Dinilai apakah terdapat sumbatan jalan napas atau
tidak yang diakibatkan oleh trauma bisa berupa cairan atau benda asing (Punarbawa dan
Suarjaya, 2013).
Kedua,breathing. Dievaluasi dari pergerakan dada korban simetris atau tidak,dilihat
apakah terdapat distensi pembuluh darah vena pada leher, apakah terdapat luka yang
terbuka. Korban yang kesulitan bernafas akan menunjukan kegelisahan, gejala tersebut
mengarah ke arah tension pneumothorax yang merupakan suatu kegawatan pada trauma
dada. Pemberian terapi oksigen sangat diperlukan pada keadaan ini, pemberian terapi
oksigen 100% dapat meningkatkan absropsi udara pada pleura,terapi oksigen 100%
diberikan untuk menurunkan tekanan alveolar terhadap nitrogen, sehingga nitrogen dapat
dikeluarkan dan oksigen dapat masuk melalui sistem vaskular, terjadi perbedaan tekanan
antara pembuluh kapiler jaringan dengan udara pada rongga pleura, sehingga terjadi
peningkatan absorpsi dari udara pada rongga pleura (Punarbawa dan Suarjaya, 2013).
Penanganan dengan jarum dekompresi pada intercostal 2 midklavikula merupakan
metode konvensional. American College Of Chest Physician (ACCP) dan British
Thoracic Society (BTS) menyebutkan bahwa dekompersi dapat dilakukan pada intercosta
5 garis anterior aksila. Pipa torakostomi digunakan pada pneumotoraks dengan gejala
klinis yang berat pada kesulitan bernafas, nyeri dada, hipoksia dan gagalnya pemasangan
jarum aspirasi dekompresi. Pipa torakostomi disambungkan dengan alat WSD (water
seal drainage). Dua komponen dasar WSD yaitu ruang pertama merupakan ruang water
seal sebagai katup satu arah berisi pipa yang ditenggelamkan dibawah air untuk
mencegah air masuk kedalam pipa pada tekanan negatif rongga pleura dan yang kedua
merupakan ruang pengendali suction. WSD dapat dihentikan penggunaannya apabila
paru-paru sudah mengembang maksimal dan udara yang masuk ke paru tidak bocor
(Punarbawa dan Suarjaya, 2013).
Pada sirkulasi (circulation) dapat dinilai dengan meraba denyut nadi, untuk
mengevaluasi kemungkinan tanda-tanda syok pada korban (denyut nadi cepat dan lemah,
akral dingin, laju pernafasan dll). Denyut nadi tidak teraba dapat diberikan kompresi
secara langsung sebanyak 30 kali dengan memberikan 2 kali napas bantuan. Pemberian
terapi cairan secara intravena dilakukan untuk resusitasi awal pada penderita
pneumotoraks dengan keadaan syok, pemasangan kateter intravena ukuran besar
(minimum 16 gauge) dengan pemberian larutan elektrolit isotonik, untuk menstabilkan
volume vasukuler dengan mengganti cairan pada ruang interstisial dan intraseluler
(Punarbawa dan Suarjaya, 2013).
Pada pneumotorak terbuka, yang terdapat luka terbuka pada dinding dada, udara akan
masuk melalui perlukaan tersebut. Penanganan awal yang dapat kita lakukan adalah
menutup luka tersebut dengan menggunakan kasa steril ataupun kain yang bersih yang
ditutup pada tiga sisi saja. Penutup ini berfungsi sebagai katup dimana udara dapat keluar
melalui luka tapi tidak dapat masuk melalui luka tersebut. Apabila keempat sisinya
ditutup, pneumothorak terbuka dapat berubah menjadi tension pneumothorax karena
udara yang masuk tidak dapat keluar dan terperangkap di rongga pleura (Punarbawa dan
Suarjaya, 2013).
Daftar pustaka :
Punarbawa W A dan Suarjaya P P. 2013. Identifikasi awal dan bantuan hidup dasar pada
pneumothoraks. RSUP Sanglah Denpasar : SMF Ilmu Anestesiologi dan Terapi
Intensif, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana.
Rongayah R, Fitriyani F, dan Rasmin M. 2009. Ventilasi Noninfasif (Noninvasif
Ventiltion/NIV). RSUP Persahabatan Jakarta : Departemen Pulmonologi dan Ilmu
Kedokteran Respirasi FKUI.

Anda mungkin juga menyukai