Anda di halaman 1dari 12

HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PENTING

“Identifikasi Patogen Penyebab Penyakit Pada


Tanaman Spinach ”

DISUSUN OLEH :
IRNAWATI (1680921001)
Ni Putu Eka (1780911003)
I Nyoman Tryadi Cahya Nugraha (1780911005)

Dosen Pengampu :
Dr. Ir. I Ketut Suada, M.P

PROGRAM STUDI MAGISTER AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2017

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu komoditi hortikultura yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan
adalah sayuran. Potensi tersebut meliputi nilai ekonomi, kandungan nutrisi yang relatif tinggi
dan kemampuan menyerap tenaga kerja yang relatif banyak. Sayuran merupakan sumber
pangan yang penting untuk dikonsumsi masyarakat karena memiliki kandungan protein,
vitamin, mineral dan serat yang berguna bagi tubuh manusia. Selain sebagai sumber pangan
dan gizi, produk hortikultura juga memiliki manfaat lain, seperti manfaat bagi lingkungan
yaitu rasa estetika, konservasi genetik dan sebagai penyangga kelestarian alam. Kelebihan-
kelebihan tersebut menyebabkan produksi sayuran terus dilakukan bahkan mengalami
peningkatan pada beberapa tahun terakhir.

Penyakit adalah suatu aktivitas fisiologis yang merugikan yang disebabkan oleh
gangguan secara terus menerus oleh faktor penyebab primer. Terjadinya penyakit pada
umumnya diawali dengan adanya tanda atau gejala pada tumbuhan yang disebabkan oleh
serangan patogen. Patogen merupakan penyebab penyakit yang bersifat menular, dapat
berupa jamur, bakteri, virus, nematoda ataupun tumbuhan tingkat tinggi yang parasitik.
Tumbuhan yang diganggu oleh patogen dan salah satu fungsi fisiologisnya terganggu maka
akan terjadi penyimpangan dari keadaan normal yang menyebabkan tumbuhan menjadi sakit
(Agrios, 1996). Sel dan jaringan tumbuhan yang sakit biasanya menjadi lemah dan hancur
oleh agensia penyebab penyakit. Kemampuan sel dan jaringan untuk melaksanakan fungsi-
fungsi fisiologis yang normal menjadi menurun atau akan terhenti sama sekali dan sebagai
akibatnya tumbuhan tersebut pertumbuhannya akan terganggu atau mati (Yunasfi, 2002).

Perkembangan penyakit didukung oleh tiga faktor yaitu inang yang rentan, patogen
yang virulen, dan lingkungan yang mendukung. Patogen mempunyai daya virulensi yang
mampu menyebabkan suatu penyakit sebagai ekspresi dari patogenisitas. Gejala layu dan
rontok pada daun serta perkembangan bercak diduga merupakan akibat dari substansi-
substansi yang disekresikan patogen dalam mekanisme penyerangan untuk melumpuhkan
inang. Substansi utama yang disekresikan patogen ke dalam tubuh tumbuhan untuk
menimbulkan penyakit secara langsung maupun tak langsung adalah enzim, toksin, zat
pengatur tumbuhan, dan polisakarida (Semangun, 1996).
Penyakit tanaman di lapangan dapat dikenali berdasarkan tanda dan gejala penyakit.
Tanda penyakit merupakan bagian mikroorganisme patogen yang dapat diamati dengan mata
biasa yang mencirikan jenis penyebab penyakit tersebut. Misalnya miselia yang berbentuk
seperti kapas, merupakan salah satu tanda jamur patogen yang menginfeksi tanaman tersebut.
Gejala pada umumnya sangat spesifik tergantung pada spesies yang menginfeksinya,
sehingga gejala penyakit tersebut dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi jenis patogen
yang menginfeksi di lapang (Agrios, G. 1999).

Penyakit yang biasanya menyerang tanaman spinach yaitu dumping off (rebah
kecambah) dengan gejala benih menjadi busuk sebelum berkecambah atau sebelum muncul
dipermukaan tanah. Benih yang terinfeksi ini menyebabkan kualitas buruk (daya kecambah
rendah), busuk pangkal batang pada perkembangan semai benih terutama pada bagian yang
dekat dengan tanah. Rhizoctonia solani menyebabkan pembusukan semai yang dekat dengan
permukaan tanah, bagian busuk berwarna coklat. Serangan Pythium sp. selalu dimulai dari
ujung akar (akar pokok dan atau akar lateral). Serangan selalu dimulai dari bagian tanaman di
dalam tanah. Serangan Pythium sp. menyebabkan tanaman menjadi layu dan kulit akar busuk
basah. Disamping itu, daun atau tunastunas dapat terjangkit dengan gejala busuk coklat.
Selain itu terdapat penyakit batang kawat yang menyerang pada saat pembibitan juga,
penyakit ini disebabkan oleh jamur dengan gejala warna daun menajdi kuning, batang
berwarna kemerahan dan mengecil.

Salah satu tahapan penting dalam mendiagnosa gejala serangan penyakit tumbuhan
adalah identifikasi terhadap patogen tumbuhan. Patogen yang diidentifikasi berasal dari
pengambilan sampel tumbuhan yang terserang penyakit. Sampel tumbuhan yang terserang
penyakit kemudian diisolasi dan ditumbuhkan pada media aseptik buatan. Identifikasi
menjadi sangat penting karena pada tahapan tersebut ditekankan beberapa hal pokok seperti
untuk pengendalian khususnya untuk uji antagonis ataupun hanya sekedar untuk mengetahui
jenis patogen yang menyerang tumbuhan. proses identifikasi patogen tumbuhan menjadi
sangat penting untuk memastikan jenis patogen yang menyerang tumbuhan secara akurat.
Untuk itu, perlu dilakukan praktik secara langsung untuk mengidentifikasi patogen
tumbuhan. Isolasi patogen merupakan proses pengambilan patogen dari medium atau
lingkungan asalnya dan menumbuhkannya di medium buatan sehingga diperoleh biakan yang
murni.
Patogen yang dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya harus menggunakan
prosedur aseptik. Aseptik berarti bebas dari sepsis, yaitu kondisi terkontaminasi karena
mikroorganisme lain (Singleton dan Sainsbury, 2006). Tumbuhan yang terserang oleh suatu
penyakit akan menunjukan gejala dan tanda yang ditimbulkan. Cara mengetahui penyebab
penyakit yang menyerang pada tumbuahan tersebut maka perlu dilakukan cara yaitu
mengidentifikasi penyakit tersebut. Identifikasi penyakit secara umum yaitu membuat
kepastian terhadap suatu penyakit berdasarkan gejala yang tampak, atau suatu proses untuk
mengenali suatu penyakit tumbuhan melalui gejala dan tanda penyakit yang khas termasuk
faktorfaktor lain yang berhubungan dengan proses penyakit tersebut (Nurhayati, 2012).

1.2 Tujuan
Tujuan praktikum isolasi dan identifikasi patogen yaitu mengetahui penyebab
penyakit dengan cara mengisolasi dan mengidentifikasi patogen yang menyebabkan penyakit
pada tanaman Spinach .

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Spinach
Spinach diduga berasal dari daerah yang dekat dengan Iran, tanaman ini telah
dibudidayakan kurang lebih 2000 tahun. Di Afrika dan Eropa budidaya tanaman spinach
sudah dimulai sekitar tahun 1000. Tipe liar sekerabatnya adalah S .tetranda dan S.
turkestanica yang kemungkinan besar adalah nenek moyangnya (Rubatzky, 1998). Adapun
klasifikasi tanaman spinach adalah sebagai berikut (Tutin, 1993):
Kingdom : Plantae

Sub kingdom : Tracheobionta

Super divisi : Spermatophyta

Division : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Subclass : Caryophyllidae

Order : Caryophyllales

Family : Chenopodiaceae

Genus : Spinacia

Species : Spinacia oleracea L

Spinach (Spinacia oleracea L.) merupakan tanaman setahun yang ditanam di wilayah
beriklim sedang, khusus untuk diambil daunnya. Sistem perakaran spinach terdiri atas
banyak akar serabut lateral dangkal, berkembang dari akar tunggang gemuk yang memiliki
beberapa akar lateral besar. Setelah fase kecambah, tanaman mencapai pola pertumbuhan
roset dengan banyak daun berdaging yang melekat pada batang pendek (Rubatzky, 1998).
Jarak tanam dan kondisi lingkungan berpengaruh terhadap jumlah dan ukuran daun. Tangkai
daun biasanya sama panjang dengan lebar daun dan sering menjadi berongga ketika daun
telah berkembang penuh. Pola pertumbuhan daun beragam dimulai dari merayap hingga
tegak, sebagian dipengaruhi oleh jarak tanam, kemiringan dan kerapatan (Rubatzky,1998).
Spinach tumbuh baik bila suhu rata-rata 18-20 0C, pada suhu 100C pertumbuhan berlangsung
lambat. Suhu juga mempengaruhi kualitasdaun, suhu rendah cenderung mempertebal daun
tetapi mengurangi ukuran dari kerataannya (Pierce, 1987). Kedinian panen berkaitan dengan
laju pertumbuhan, varietas berumur genjah atau tumbuh cepat. Petani memilih varietas
disesuaikan dengan kondisi pertumbuhan agar diperoleh pertumbuhan cepat dan hasil tinggi.
Spinach dapat tumbuh pada berbagai macam tipe tanah, tanaman ini menyukai tanah yang
dapat menahan air dengan sangat baik dan berdrainase baik. Tanaman ini toleran terhadap
salinitas, tetapi peka terhadap keasaman, dengan kisaran pH yang sesuai adalah 6,5-8,0.
Persyaratan jarak tanam biasanya tidak terlalu tinggi karena transpirasi berlangsung rendah
selama musim dingin. Tanaman spinach biasanya ditanam dengan jarak tanam sekitar 25 cm
yang dianggap cukup untuk satu tanaman. Namun, karena sistem perakarannya dangkal,
tanaman ini dapat dengan mudah tercekam akibat kelengasan yang tidak mencukupi. Tanah
tergenang juga pengaruh buruk tanaman (Decoteu, 2000).

Perkecambahan benih spinach optimum pada suhu 20 0C dan perkecambahan


berlangsung lebih baik pada suhu rendah (5-10 0C) dari pada suhu tinggi (25 0C), benih sering
ditanam dalam barisan ganda atau dalam alur sempit (lebar 10 cm), pada guludan atau
bedengan yang ditinggikan dengan kedalaman 1-3 cm. Jumlah benih per hektar beragam
dengan tujuan penanaman yang diiginkan. Kerapatan tanaman untuk dijual segar rata-rata
sekitar 60 tanamanper m2. Tanaman untuk dijual segar jarang dijarangkan, penjarangan
dilakukan pada tanaman untuk pengolahan karena memerlukan banyak tenaga kerja
(Decoteau, 2000).

2.2 Identifikasi Patogen


Diagnosis yang cepat dan tepat dari penyakit yang menyerang tumbuhan sangat
penting sebelum dilakukan suatu tindakan pengendalian. Jenis penyakit tumbuhan dalam
beberapa hal dapat mudah diidentifikasi dengan cara pengamatan gejala dan tanda pada
tumbuhan tersebut atau dibantu dengan pengamatan mikroskopis dengan membuat preparat
dari bagian tumbuhan yang sakit secara langsung. Penyebab penyakit yang tidak langsung
teridentifikasi, di perlukan beberapa perlakuan seperti isolasi patogen pada media buatan
hingga diperoleh biakan murni. Postulat Koch merupakan tahap yang sangat penting dalam
proses identifikasi patogen untuk mengetahui patogen tersebut benar-benar merupakan
penyebab utama timbulnya penyakit (Utami et al., 2008).
Prinsip kerja isolasi mikroorganisme (patogen) cukup sederhana yakni dengan
menginokulasikan sejumlah kecil mikroorganisme pada suatu medium tertentu yang dapat
menyusung kehidupan mikroorganisme. Sejumlah kecil mikroorganisme ini didapat dari
bermacam-macam tempat tergantung dari tujuan inokulasi (Talaro,1999). Teknik isolasi
mikroorganisme adalah suatu usaha untuk menumbuhkan mikroorganisme diluar dari
lingkungan alamiahnya. Mikroorganisme dapat diperoleh dari lingkungan air, tanah, udara,
substrat yang berupa bahan pangan, tanaman dan hewan. Jenis mikroorganisme dapat berupa
bakteri, khamir, jamur dan jamur. Populasi mikroorganisme di lingkungan sangan
beranekaragam sehingga dalam mengisolasi di perlukan beberapa tahap penanaman sehingga
berhasil di peroleh koloni tunggal (Fardiaz, 1992).
Hasil dari identifikasi, dapat diperoleh suatu kesimpulan mengenai jenis patogen yang
menyerang tumbuhan yang kemudian lebih lanjut upaya tersebut juga dapat diarahkan untuk
mempelajari upaya – upaya pengendalian yang tepat untuk mencegah serangan patogen
tersebut. Salah satunya melalui uji antagonism dari jamur antagonis. Proses identifikasi
petogen tumbuhan menjadi sangat penting untuk memastikan jenis patogen yang menyerang
tumbuhan secara akurat. Proses identifikasi dapat dilakukan dengan pengamatan sifat-sifat
mikroskopis (hifa, tubuh buah dan konidia) dan makroskopis (gejala penyakit dan tanda
penyakit di lapangan). Berdasrkan ciri-ciri tersebut patogen diidentifikasi dengan
menggunakan kunci identifikasi atau yang dideskripsikan dengan pustaka (Utami et al.,
2008).

BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum di lapangan di laksanakan di kebun milik petani di Desa Pancasari,


Bedugul pada tanggal 7 Desember 2017 pukul 09.00 – 16.00 Wita dan praktikum
Laboratorium di laksanakan di Laboratorium HPT Fakultas pertanian Universitas Udayana
pada tanggal 8 Desember 2017 pukul 09.00 – 16.00 Wita.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan laminar air flow (LAF), cawan petri, scalpel, object
glass, sprayer, mikroskop, jarum ose, bunsen, label, cover glass, wrappe, alat tulis, dan
camera sebagai dokumentasi. Sedangkan Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini
yaitu media PDA, alkohol 70%, akuades dan sampel tanaman berpenyakit.
3.3 Cara Kerja
DOKUMENTASI
Gambar 1. Pengambilan Sample tanaman spinach yang sakit sekaligus penghitungan
presentase kerusakan.

Gambar 2. Sterilisasi dan pemotongan bagian tanaman yang sehat dengan ukuran 1 cm
sekaligus mencuci dengan alkohol 70 % dan aquades dilakukan sebanyak 3 kali.
Gambar 3. Isolasi ........... gak tau wkwk

Gambar 4. Melakukan pengamatan bentuk patogen di bawah Mikroskop

DAFTAR PUSTAKA

Agrios, G. N. 1996. Plant Pathology 3th ed. Academy Press: New York

Nurhayati. 2012. Diagnose Penyakit Tumbuhan.


http://nurhayatisite.blogspot.com/2011/03/diagnosis-penyakit-tanaman. Diakses 20
Desember 2017 pukul 18.00 Wita.
Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada Univ
Press. Singleton dan Sainsbury. 2006. Dictionary of Microbiology and Molecular
Biology 3 rd Edition. John Wiley and Sons Inc. Sussex, England.

Yunasfi. 2002. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit dan Penyakit lain
yang Disebabkan oleh Jamur. Digital Library USU: Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai