Portofolio HILS Irreponible Fani Adhikara
Portofolio HILS Irreponible Fani Adhikara
Fani Adhikara
No. ID dan Nama Wahana : RS Palang Biru Gombong
Topik : Kasus Bedah
Tanggal (kasus) : 4 Mei 2017 Presenter : dr. Fani Adhikara
Nama Pasien : Tn. M/ 48 tahun/ L No. RM : 148499
Tanggal Presentasi : Pendamping : dr. Edwin & dr. Harry K
Tempat Presentasi : RS Palang Biru Gombong
Obyektif Presentasi :
Keilmuan Ketrampilan Penyegaran TinjauanPustaka
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Instruksi cek lab Hb, Ht, Eritrosit, Trombosit, Leukosit, BT, CT, HbsAg, GDS
TERAPI (10:55)
- IVFD RL 20tpm (makro)
- Inj. Ranitidin 1 ampul / 12 jam
- Inj. Ceftriaxon 1 ampul / 12 jam
- Inj. Ketorolac 1 ampul / 12 jam
- p. o Captopril 25mg / 24 jam
Hasil pembelajaran :
1. Diagnosis Hernia Inguinalis melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang
2. Penentuan penatalaksanaan pasien dengan hernia inguinalis
3. Prognosis hernia inguinalis beserta komplikasinya
SUBJEKTIF :
Pasien datang ke IGD RS Palang Biru Gombong dengan keluhan terdapat benjolan di
lipat paha sebelah kiri. Keluhan ini dirasakan pasien sejak sekitar 1 bulan sebelum masuk
RS. Benjolan awalnya dirasa dapat keluar masuk sendiri, namun belakangan benjolan
tersebut tidak dapat masuk kembali. Pasien menyangkal adanya keluhan nyeri pada
benjolan tersebut. Pasien juga menyangkal adanya gangguan BAK, BAB, dan kentut.
OBJEKTIF:
Berdasarkan hasil pemeriksaan status lokalis region inguinalis sinistra didapatkan
benjolan sebesar telur puyuh dengan diameter ± 3 cm, warna sesuai dengan kulit sekitar.
Benjolan tidak dapat dimasukkan kembali. Pemeriksaan auskultasi didapatkan bising usus
pada benjolan. Pada pemeriksaan finger test teraba benjolan lunak di ujung jari.
ASSESSMENT :
Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Irreponible
PLAN:
- Diagnosis
Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Irreponible
- Terapi
IVFD RL 20tpm (makro)
Inj. Ranitidin 1 ampul / 12 jam
Inj. Ondansetron 1 ampul / 12 jam
Inj. Ketorolac 1 ampul / 12 jam
p. o Captopril 25mg / 24 jam
Pendidikan
Perlu dijelaskan kepada pasien dan keluarga pasien mengenai penyebab, kondisi
pasien, dan penanganan yang akan diberikan. Perlu juga di jelaskan mengenai
komplikasi yang mungkin akan terjadi.
- Konsultasi
Konsultasi ditujukan kepada dokter spesialisbedah (Sp.B) untuk mendapatkan
penanganan operatif lebih lanjut, hal ini guna mencegah terjadinya kompikasi dari
hernia inguinalis, seperti inkarserasi atau strangulasi.
- Rujukan
Rujukan ditujukan kepada dokter spesialis bedah (Sp.B)
FOLLOWUP:
Kegiatan Periode Hasil yang diharapkan
Mengobservasi tanda Setiap hari selama Tanda vital membaik
vital, tanda klinis pasien di RS Klinis pasien baik
Mengobservasi tanda Pemeriksaan Hb, Parameter laboratorium dalam
vital, klinis dan laborat Ht, Trombosit, batas normal dan memungkinkan
Leukosit, GDS, BT, untuk pelaksanaan tindakan
CT, sebagai operatif
persiapan sebelum
operasi
Mengobservasi tanda Setelah tindakan - Fungsi saluran pencernaan
vital, klinis, dan operatif pulih post op
perawatan post operatif - Tidak terjadi komplikasi post
op
- perbaikan secara klinis
HERNIA
A. Definisi Hernia
Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia merupakan
protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian yang lemah
dari dinding yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol
melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding
perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.
B. Etiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi akibat anomali kongenital atau sebab lain
yang didapat (missal akibat insisi). Hernia dapat dijumpai pada setiap usia.
Lebih banyak pada lelaki dibanding perempuan. Hal ini mungkin karena
annulus inguinalis eksternus pada pria lebih besar dibanding wanita. Selain itu
juga karena perjalanan embriologisnya dimana testis pada pria turun dari
rongga abdomen melalui kanalis inguinalis. Seringkali kanalis tidak menutup
sempurna setelahnya. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan
pintu masuk hernia pada annulus internus yang cukup lebar sehingga bisa
dimasuki oleh kantong dan isi hernia. Selain itu diperlukan juga faktor yang
bisa mendorong isi hernia melalui pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu.
Ada tiga mekanisme yang seharusnya bisa mencegah terjadinya hernia
inguinalis. Yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur m.
ablikus internus yang menutup annulus internus ketika berkontraksi, dan fascia
transversa yang menutup trigonum hasselbach yang umumnya hampir tidak
berotot. Gangguan pada mekanisme ini bisa menyebabkan terjadinya hernia.
Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis
yang terbuka, peninggian tekanan intra abdomen lebih lanjut, dan kelemahan
otot dinding perut karena usia. Akibatnya isi intraabdomen keluar melalui
celah tersebut.
Tekanan intraabdomen yang tinggi secara kronik seperti batuk kronik,
mengedan saat miksi atau defekasi (missal karena hipertrofi prostat atau
konstipasi), ascites, obesitas atau mengangkat beban berat sering mendahului
hernia inguinalis
C. Klasifikasi hernia
1. Berdasarkan kausanya:
a. hernia congenital
2. Berdasarkan sifatnya:
a. hernia reponibilis
Jika isi kantong hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau
mengedan, dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada
keluhan nyeri dan gejala obstruksi usus.
Jika isi kantong hernia tidak dapat keluar masuk. Ini biasanya terjadi
disebabkan oleh perlengketan isi kantong hernia pada peritoneum
kantong hernia. Hernia jenis ini biasanya dikenal dengan nama hernia
akreta. Tidak ada keluhan nyeri atau tanda sumbatan usus.
c. Hernia inkarserata
d. Hernia Strangulata
Hernia irreponibilis dimana sudah terjadi gangguan vaskularisasi viscera
yang terperangkap dalam kantung hernia. Pada keadaan sebenarnya,
gangguan vaskularisasi sudah mulai terjadi sejak jepitan dimulai.
Gangguan terdiri dari beberapa tingkatan, dari mulai bendungan sampai
dengan nekrosis.
a. Hernia eksterna
Merupakan hernia yang penonjolannya dapat dilihat dari luar, karena
menonjolnya ke arah luar. Misalnya:
Hernia inguinalis medialis dan lateralis
hernia femoralis
hernia umbilikalis
hernia epigastrika
hernia lumbalis,dll
b. Hernia interna
Jika isi hernia masuk ke dalam rongga lain, misalnya ke cavum thorax,
bursa omentum, atau masuk ke dalam recessus di dalam cavum abdomen.
Misalnya :
hernia diafragmatika
hernia omentalis
hernia messenterika
D. Patofisiologi
2. Palpasi
Konsistensi kenyal
Dapat/tidak dapat didorong masuk kembali( reponibel/ireponibel).
Setelah benjolan tereposisi dengan jari telunjuk, kadang cincin hernia
dapat diraba berupa annulus inguinalis eksternus yang melebar.
Ada/tidak nyeri tekan
Testis teraba/tidak(dd/ hidrokel)
Periksa keadaan cincin hernia : melalui skrotum, jari telinjuk di
masukkan ke atas kateral dari tuberkulum pubikum. Ikuti fasikulus
spermaticus sampai ke annulus inguinalis internus( pada keadaan
normal, jari tidak dapat masuk). Pasien mengejan dan rasakan apakah
ada massa yang menyentuh jari tangan. Bila masa teraba menyentuh
ujung jari maka hernia inguinalis lateralis. Jika menyentuh sisi jari
maka hernia inguinalis medialis.
3. Perkusi
Bila didapatkan perkusi perut kembung (hipertimpani) maka harus
dipikirkan kemungkinan hernia strangulata.
4. Auskultasi
Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang
mengalami obstruksi usus (hernia inkarserata). Bila isi hernia berupa usus,
dapat terdengar adanya bising usu (pristaltik) pada benjolan tersebut.
G. Diagnosis Banding
a. Hidrokel: mempunyai batas tegas, iluminensi positif, dan tidak dapat
dimasukkan kembali. Testis tidak dapat diraba.
b. Limfadenopati inguinal: perhatikan apakah ada infeksi pada kaki se sisi.
c. Testis ektopik: testis yang masih berada di kanalis inguinalis.
d. Lipoma: herniasi lemak properitoneal melalui cincin inguinalis.
e. Orkitis
H. Penatalaksanaan
a. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melalukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang
telah direposisi. Reposisi ini tidak silakukan pada hernia inguinalis strangulate,
kecuali pada pasien anak-anak. Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri
memegang isi hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya
kearah cincin hernia dengan sedikit tekanan perlahan yang tetap sampai terjadi
reposisi.2
Pada anak-anak inkarserasi lebih sering terjadi pada umur di bawah dua
tahun. Reposisi spontan lebih sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia
jarang terjadi dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ni disebabkan oleh cincin
hernia yang lebih elastis pada anak-anak. Reposisi dilakukan dengan menidurkan
anak dengan pemberian sedative dan kompres es di atas hernia. Bila usaha
reposisi ini berhasil, anak disiapkan untuk operasi pada hari berikutnya. Jika
reposisi hernia tidak berhasil, dalam waktu enam jam harus dilakukan operasi
segera.
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah
direposisi dan tdak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup.
Namun, cara yang sudah berumur lebih dari 4000 tahun ini masih saja dipakai
sampai sekarang. Sebaiknya cara ini tidak dianjurkan karena menimbulkan
komplkasi, antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut di daerah yang
tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam. Pada anak-anak cara ini dapat
menimbulkan atrofi testis karena tekanan pada tali sperma yang mengandung
pembuluh darah testis.
b. Operatif
Kelemahan teknik Bassini dan teknik lain yang berupa variasi teknik
herniotomi Bassini adalah terdapatnya regangan berlebihan dari otot-otot yang di
jait. Untuk mengatasi masalah ini, pada tahun 80an dipopulerkan pendekatan
operasi bebas regangan. Pada teknik itu digunakan prostesis mesh untuk
memperkuat fasia transversalis yang membentuk dasar kanalis inguinalis tanpa
menjahitkan otot-otot ke inguinal.
Pada hernia kongenital pada bayi dan anak-anak yang factor penyebabnya
adalah prosesis vaginalis yang tidak menutup hanya dilakukan herniotomi karena
annulus inguinalis internus cukup elastis dan dinding belakang kanalis cukup
kuat.
Terapi operatif hernia bilateral pada bayi dan anak dilakukan dalam satu
tahap. Mengingat kejadian hernia bilateral cukup tinggi pada anak, kadang
dianjurkan eksplorasi kontralateral secara rutin, terutama pada hernia inguinalis
sinistra. Hernia bilateral pada orang yang dewasa, dianjurkan melakukan operasi
dalam satu tahap, kecuali jika ada kontraindikasi.
1) Indikasi operasi:
Hernia inguinalis lateralis pada anak-anak harus diperbaiki secara
operatif tanpa penundaan, karena adanya risiko komplikasi yang
besar terutama inkarserata, strangulasi, yang termasuk gangren alat-
alat pencernaan (usus), testis, dan adanya peningkatan risiko infeksi
dan rekurensi yang mengikuti tindakan operatif.
Pada pria dewasa, dilakukan operasi elektif atau cito terutama pada
keadaan inkarserata dan strangulasi.
I. Komplikasi
a. Hernia inkarserasi:
Hernia yang membesar mengakibatkan nyeri dan tegang
Tidak dapat direposisi
Adanya mual, muntah dan gejala obstruksi usus.
b. Hernia strangulasi:
Gejala yang sama disertai adanya infeksi sistemik
Adanya gangguan sistemik pada usus
J. Prognosis
Penyembuhan dipercepat kalau pasien menghindari gerakan mengangkat
barang-barang berat ataupun ketegangan otot lainnya. Selainitu juga tergantung
dari tehnik operasi dan alat operasi yang digunakan. Pos operasi penderita
istirahat selama 1 minggu kemudian dapat melakukan aktivitas secara bertahap,
dimana jahitan pada penggantungan kantong hernia di conjoint tendon
menggunakan benang side yang tidak diserap oleh tubuh sehingga penggantung
hernia akan tetap ada selamanya sedangkan pada kulit akan mengalami
penyembuhan selama 1 minggu.
Hernia inguinalis indirek timbul kembali pada 2-3 persen penderita. Hernia
direk timbul kembali sampai 10 persen penderita. Perbaikan hernia yang timbul
kembali diikuti oleh frekuensi pada 10 sampai 20 persen penderita.