Anda di halaman 1dari 18

No. ID dan Nama Peserta : dr.

Fani Adhikara
No. ID dan Nama Wahana : RS Palang Biru Gombong
Topik : Kasus Bedah
Tanggal (kasus) : 4 Mei 2017 Presenter : dr. Fani Adhikara
Nama Pasien : Tn. M/ 48 tahun/ L No. RM : 148499
Tanggal Presentasi : Pendamping : dr. Edwin & dr. Harry K
Tempat Presentasi : RS Palang Biru Gombong
Obyektif Presentasi :
 Keilmuan  Ketrampilan  Penyegaran  TinjauanPustaka

 Diagnostik  Manajemen  Masalah  Istimewa

 Neonatus  Bayi  Anak  Remaja  Dewasa  Lansia  Bumil


 Deskripsi : Laki-laki, 48 tahun, benjolan di lipat paha sebelah kiri
 Tujuan : menegakkan diagnosis dan menetapkan manajemen pasien hernia inguinalis
Bahan bahasan  Tinjauan Pustaka  Riset  Kasus  Audit
Cara membahas  Diskusi  Presentasi dan  E-mail  Pos
diskusi
Data pasien Nama : Tn. M No CM :
148499
Nama klinik : RS Palang Biru Gombong Telp Terdaftar sejak
4 Mei 2017
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran klinis :
Pasien datang ke IGD RS Palang Biru Gombong dengan keluhan terdapat benjolan di
lipat paha sebelah kiri, Keluhan ini dirasakan pasien sejak sekitar 1 bulan sebelum masuk
RS. Benjolan awalnya dirasa dapat keluar masuk sendiri, namun belakangan benjolan
tersebut tidak dapat masuk kembali. Pasien menyangkal adanya keluhan nyeri pada
benjolan tersebut. Pasien juga menyangkal adanya gangguan BAK, BAB, dan kentut.
2. Riwayat Pengobatan :
-
3. Riwayat kesehatan / penyakit :
Riwayat penyakit serupa (-), DM (-), HT (+)
4. Riwayat keluarga :
Riwayat penyakit serupa (-), DM (-), HT (+), Jantung (-)
5. Riwayat pekerjaan :
Pedagang
6. Lain-lain
PEMERIKSAAN FISIK :
 KU : Tampak sakit sedang, Compos mentis
 Vital signs
N : 64 x/menit, regular, isi cukup
TD : 140/80 mmHg
R : 16 x/menit
S : 36,4°C aksilla
 Kepala : CA (-), SI (-)
 Leher : limfonodi ttb
 Thoraks :
Inspeksi : simetris, ketinggalan gerak (-), retraksi (-)
Palpasi : P/ taktil fremitus kanan = kiri
C/ ictus cordis di SIC V 2 jari medial LMCS
Perkusi : P/ Sonor di seluruh lapang paru
C/ batasjantung-paru dbn
Auskultasi : P/ vesikuler +/+, ST (-)
C/ S1-2murni, ST (-)
 Abdomen
Inspeksi : Dinding perut datar
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, NT (-), Lien ttb, Hepar ttb
 Ekstremitas
Edema -/-/-/- , akral dingin -/-/-/-
 Regio Inguinalis Sinistra
• Inspeksi : Terlihat benjolan sebesar telur puyuh di daerah Inguinalis sinistra,
diameter ± 3 cm, warna sesuai kulit sekitar.
• Palpasi : Teraba benjolan, bentuk lonjong, konsistensi kenyal, nyeri tekan (-),
benjolan tidak dapat dimasukan kembali.
• Auskultasi : Bising Usus (+)
• Pemeriksaan Finger test : teraba benjolan lunak di ujung jari

PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Instruksi cek lab Hb, Ht, Eritrosit, Trombosit, Leukosit, BT, CT, HbsAg, GDS

TERAPI (10:55)
- IVFD RL 20tpm (makro)
- Inj. Ranitidin 1 ampul / 12 jam
- Inj. Ceftriaxon 1 ampul / 12 jam
- Inj. Ketorolac 1 ampul / 12 jam
- p. o Captopril 25mg / 24 jam

Hasil pembelajaran :
1. Diagnosis Hernia Inguinalis melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang
2. Penentuan penatalaksanaan pasien dengan hernia inguinalis
3. Prognosis hernia inguinalis beserta komplikasinya
SUBJEKTIF :
Pasien datang ke IGD RS Palang Biru Gombong dengan keluhan terdapat benjolan di
lipat paha sebelah kiri. Keluhan ini dirasakan pasien sejak sekitar 1 bulan sebelum masuk
RS. Benjolan awalnya dirasa dapat keluar masuk sendiri, namun belakangan benjolan
tersebut tidak dapat masuk kembali. Pasien menyangkal adanya keluhan nyeri pada
benjolan tersebut. Pasien juga menyangkal adanya gangguan BAK, BAB, dan kentut.
OBJEKTIF:
Berdasarkan hasil pemeriksaan status lokalis region inguinalis sinistra didapatkan
benjolan sebesar telur puyuh dengan diameter ± 3 cm, warna sesuai dengan kulit sekitar.
Benjolan tidak dapat dimasukkan kembali. Pemeriksaan auskultasi didapatkan bising usus
pada benjolan. Pada pemeriksaan finger test teraba benjolan lunak di ujung jari.

ASSESSMENT :
Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Irreponible
PLAN:
- Diagnosis
Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Irreponible

- Terapi
IVFD RL 20tpm (makro)
Inj. Ranitidin 1 ampul / 12 jam
Inj. Ondansetron 1 ampul / 12 jam
Inj. Ketorolac 1 ampul / 12 jam
p. o Captopril 25mg / 24 jam

Pendidikan
Perlu dijelaskan kepada pasien dan keluarga pasien mengenai penyebab, kondisi
pasien, dan penanganan yang akan diberikan. Perlu juga di jelaskan mengenai
komplikasi yang mungkin akan terjadi.

- Konsultasi
Konsultasi ditujukan kepada dokter spesialisbedah (Sp.B) untuk mendapatkan
penanganan operatif lebih lanjut, hal ini guna mencegah terjadinya kompikasi dari
hernia inguinalis, seperti inkarserasi atau strangulasi.

- Rujukan
Rujukan ditujukan kepada dokter spesialis bedah (Sp.B)

FOLLOWUP:
Kegiatan Periode Hasil yang diharapkan
Mengobservasi tanda Setiap hari selama Tanda vital membaik
vital, tanda klinis pasien di RS Klinis pasien baik
Mengobservasi tanda Pemeriksaan Hb, Parameter laboratorium dalam
vital, klinis dan laborat Ht, Trombosit, batas normal dan memungkinkan
Leukosit, GDS, BT, untuk pelaksanaan tindakan
CT, sebagai operatif
persiapan sebelum
operasi
Mengobservasi tanda Setelah tindakan - Fungsi saluran pencernaan
vital, klinis, dan operatif pulih post op
perawatan post operatif - Tidak terjadi komplikasi post
op
- perbaikan secara klinis
HERNIA

A. Definisi Hernia
Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia merupakan
protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian yang lemah
dari dinding yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol
melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding
perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.

B. Etiologi

Hernia inguinalis dapat terjadi akibat anomali kongenital atau sebab lain
yang didapat (missal akibat insisi). Hernia dapat dijumpai pada setiap usia.
Lebih banyak pada lelaki dibanding perempuan. Hal ini mungkin karena
annulus inguinalis eksternus pada pria lebih besar dibanding wanita. Selain itu
juga karena perjalanan embriologisnya dimana testis pada pria turun dari
rongga abdomen melalui kanalis inguinalis. Seringkali kanalis tidak menutup
sempurna setelahnya. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan
pintu masuk hernia pada annulus internus yang cukup lebar sehingga bisa
dimasuki oleh kantong dan isi hernia. Selain itu diperlukan juga faktor yang
bisa mendorong isi hernia melalui pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu.
Ada tiga mekanisme yang seharusnya bisa mencegah terjadinya hernia
inguinalis. Yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur m.
ablikus internus yang menutup annulus internus ketika berkontraksi, dan fascia
transversa yang menutup trigonum hasselbach yang umumnya hampir tidak
berotot. Gangguan pada mekanisme ini bisa menyebabkan terjadinya hernia.
Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis
yang terbuka, peninggian tekanan intra abdomen lebih lanjut, dan kelemahan
otot dinding perut karena usia. Akibatnya isi intraabdomen keluar melalui
celah tersebut.
Tekanan intraabdomen yang tinggi secara kronik seperti batuk kronik,
mengedan saat miksi atau defekasi (missal karena hipertrofi prostat atau
konstipasi), ascites, obesitas atau mengangkat beban berat sering mendahului
hernia inguinalis

C. Klasifikasi hernia

Hernia diberi nama menurut tempat dimana terdapat kelemahannya.


Hernia dibagi menjadi beberapa macam, antara lain :

1. Berdasarkan kausanya:

a. hernia congenital

b. hernia akuisita/dapatan, dimana hernia dapat terjadi karena peningkatan


tekanan intra abdominal.

2. Berdasarkan sifatnya:

a. hernia reponibilis

Jika isi kantong hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau
mengedan, dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada
keluhan nyeri dan gejala obstruksi usus.

Gambar 1. Hernia reponibilis


b. Hernia irreponibilis

Jika isi kantong hernia tidak dapat keluar masuk. Ini biasanya terjadi
disebabkan oleh perlengketan isi kantong hernia pada peritoneum
kantong hernia. Hernia jenis ini biasanya dikenal dengan nama hernia
akreta. Tidak ada keluhan nyeri atau tanda sumbatan usus.

Gambar 2. Hernia irreponibilis

c. Hernia inkarserata

Merupakan hernia irreponibilis yang disertai tanda-tanda obstruksi usus.


Pada hernia tipe ini, isi kantung hernia terjepit sehingga terjadi
gangguan aliran pasase usus, dimana makanan tidak bisa lewat. Operasi
hernia inkarserata merupakan operasi darurat nomer 2 setelah operasi
appendicitis. Selain itu hernia inkarserata merupakan penyebab nomer
satu kasus obstruksi usus di Indonesia.
Gambar 3. Hernia inkarserata

d. Hernia Strangulata
Hernia irreponibilis dimana sudah terjadi gangguan vaskularisasi viscera
yang terperangkap dalam kantung hernia. Pada keadaan sebenarnya,
gangguan vaskularisasi sudah mulai terjadi sejak jepitan dimulai.
Gangguan terdiri dari beberapa tingkatan, dari mulai bendungan sampai
dengan nekrosis.

Gambar 4. Hernia strangulata

3. Berdasarkan arah hernia

a. Hernia eksterna
Merupakan hernia yang penonjolannya dapat dilihat dari luar, karena
menonjolnya ke arah luar. Misalnya:
 Hernia inguinalis medialis dan lateralis
 hernia femoralis
 hernia umbilikalis
 hernia epigastrika
 hernia lumbalis,dll

b. Hernia interna

Jika isi hernia masuk ke dalam rongga lain, misalnya ke cavum thorax,
bursa omentum, atau masuk ke dalam recessus di dalam cavum abdomen.
Misalnya :

 hernia diafragmatika
 hernia omentalis
 hernia messenterika

Klasifikasi Hernia Inguinalis


A. Indirek / lateralis: Hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan
melewati korda spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini
umumnya terjadi pada priadaripada wanita. Insidennya tinggi pada
bayi dan anak kecil. Hernia ini dapat menjadi sangat besar dan
sering turun ke skrotum. Umumnya pasien mengatakan turunberok,
burut atau kelingsir atau mengatakan adanya benjolan di
selangkangan/kemaluan. Benjolan tersebut bisa mengecil atau
menghilang pada waktu tidur dan bila menangis, mengejan atau
mengangkat benda berat atau bila posisi pasien berdiri dapat timbul
kembali
B. Direk / medialis: Hernia ini melewati dinding abdomen di area
kelemahan otot, tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis
dan femoralis indirek. Ini lebih umum pada lansia. Hernia inguinalis
direk secara bertahap terjadi pada area yang lemah ini karena
defisiensi kongenital. Hernia ini disebut direkta karena langsung
menuju anulus inguinalis eksterna sehingga meskipun anulus
inguinalis interna ditekan bila pasien berdiri atau mengejan, tetap
akan timbul benjolan. Bila hernia ini sampai ke skrotum, maka
hanya akan sampai ke bagianatas skrotum, sedangkan testis dan
funikulus spermatikus dapat dipisahkan dari masa hernia. Pada
pasien terlihat adanya massa bundar pada anulus inguinalis eksterna
yang mudah mengecil bila pasientidur. Karena besarnya defek pada
dinding posteriormaka hernia ini jarang sekali menjadi ireponibilis.

D. Patofisiologi

Pada keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi


anulus internus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan intraabdomen tidak
tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaliknya jika otot
dinding perut berkontraksi, kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan
angulus inguinalis tertutup sehingga mencegah masuknya usus kedalam kanalis
inguinalis.
Tetapi dalam keadaan prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian
tekanan di dalam rongga perut dan kelemahan otot dinding perut karena usia
dapat membentuk pintu masuk hernia pada anulus internus yang cukup lebar.
Sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Disamping itu diperlukan
pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah
terbuka cukup lebar tersebut.
Bila cincin hernia sempit, kurang elastis atau lebih kaku maka akan
terjadi jepitan yang menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada
permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur
didalam hernia dan transudasi kedalam kantong hernia. Timbulnya udem
menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya
peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong
hernia akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus.
E. Manifestasi Klinis

Hernia inguinal sering terlihat sebagai tonjolan intermitten yang secara


berangsur,-angsur meningkat dalam ukuran dan menjadi ketidak nyamanan
yang progresif dan persisten yang progresif. Kadang hanya sedikit nyeri , sakit
atau rasa terbakar didaerah lipat paha yang mungkin didapatkan sebelum
perkembangan dari penonjolan yang nyata. Ketidak nyamanan ini memperjelas
onset dari symtomp hernia yang sering dideskripsikan sebagai rasa sakit dan
sensasi terbakar. Gejala itu mungkin tidak hanya didapatkan didaerah inguinal
tapi juga menyebar kedaerah pinggul, belakang, kaki, atau kedaerah genital.
Disebut "Reffered pain" gejala ketidaknyamanan ini dapat mempercepat
keadaan yang berat dan menyusahkan.
Gejala ketidaknyamanan pada hernia biasanya meningkat dengan durasi
atau intensitas dari kerja, tapi kemudian dapat mereda atau menghilang dengan
istirahat, meskipun tidak selalu. Rasa tidak enak yang ditimbulkan oleh hernia
selalu memburuk disenja hari dan membaik pada malam hari, saat pasien
berbaring bersandar dan hernia berkurang.
Nyeri lipat paha tanpa hernia yang dapat terlihat, biasanya tidak
mengindikasikan atau menunjukkan mula timbulnya hernia. Kebanyakan
hernia berkembang secara diam-diam, tetapi beberapa yang lain dicetuskan
oleh peristiwa muscular tunggal yang sepenuh tenaga. Secara khas, kantong
hernia dan isinya membesar dan mengirimkan impuls yang dapat teraba jika
pasien mengedan atau batuk. Biasanya pasien harus berdiri saat pemeriksaan ,
kerena tidak mungkin meraba suatu hernia lipat paha yang bereduksi pada saat
pasien berbaring. Hidrokel bertransiluminasi, tetapi hernia tidak.
Hernia yang tidak dapat dideteksi oleh pemeriksaan fisik, dapat dilihat
dengan ultra sonografi atau to mografi komputer. Strangulasi menimbulkan
nyeri hebat dalam hernia yang diikuti dengan cepat oleh nyeri tekan, obstruksi
interna, dan tanda atau gejala sepsis. Reduksi dari hernia strangulasi adalah
kontraindikasi jika ada sepsis atau isi dari sakus yang diperkirakan mengalami
gangrenosa.
F. Penegakan Diagnosa
Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu
berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan menghilang setelah berbaring.
 Hernia inguinalis lateralis : muncul benjolan di regio inguinalis yang
berjalan dari lateral ke medial, tonjolan berbentuk lonjong.
 Hernia inguinalis medialis : tonjolan biasanya terjadi bilateral,
berbentuk bulat.
 Hernia skrotalis : benjolan yang terlihat sampai skrotum yang
merupakan tonjolan lanjutan dari hernia inguinalis lateralis.
 Hernia femoralis : benjolan dibawah ligamentum inguinal.

2. Palpasi
 Konsistensi kenyal
 Dapat/tidak dapat didorong masuk kembali( reponibel/ireponibel).
 Setelah benjolan tereposisi dengan jari telunjuk, kadang cincin hernia
dapat diraba berupa annulus inguinalis eksternus yang melebar.
 Ada/tidak nyeri tekan
 Testis teraba/tidak(dd/ hidrokel)
 Periksa keadaan cincin hernia : melalui skrotum, jari telinjuk di
masukkan ke atas kateral dari tuberkulum pubikum. Ikuti fasikulus
spermaticus sampai ke annulus inguinalis internus( pada keadaan
normal, jari tidak dapat masuk). Pasien mengejan dan rasakan apakah
ada massa yang menyentuh jari tangan. Bila masa teraba menyentuh
ujung jari maka hernia inguinalis lateralis. Jika menyentuh sisi jari
maka hernia inguinalis medialis.

3. Perkusi
Bila didapatkan perkusi perut kembung (hipertimpani) maka harus
dipikirkan kemungkinan hernia strangulata.
4. Auskultasi
Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang
mengalami obstruksi usus (hernia inkarserata). Bila isi hernia berupa usus,
dapat terdengar adanya bising usu (pristaltik) pada benjolan tersebut.

G. Diagnosis Banding
a. Hidrokel: mempunyai batas tegas, iluminensi positif, dan tidak dapat
dimasukkan kembali. Testis tidak dapat diraba.
b. Limfadenopati inguinal: perhatikan apakah ada infeksi pada kaki se sisi.
c. Testis ektopik: testis yang masih berada di kanalis inguinalis.
d. Lipoma: herniasi lemak properitoneal melalui cincin inguinalis.
e. Orkitis

H. Penatalaksanaan
a. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melalukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang
telah direposisi. Reposisi ini tidak silakukan pada hernia inguinalis strangulate,
kecuali pada pasien anak-anak. Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri
memegang isi hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya
kearah cincin hernia dengan sedikit tekanan perlahan yang tetap sampai terjadi
reposisi.2

Pada anak-anak inkarserasi lebih sering terjadi pada umur di bawah dua
tahun. Reposisi spontan lebih sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia
jarang terjadi dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ni disebabkan oleh cincin
hernia yang lebih elastis pada anak-anak. Reposisi dilakukan dengan menidurkan
anak dengan pemberian sedative dan kompres es di atas hernia. Bila usaha
reposisi ini berhasil, anak disiapkan untuk operasi pada hari berikutnya. Jika
reposisi hernia tidak berhasil, dalam waktu enam jam harus dilakukan operasi
segera.
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah
direposisi dan tdak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup.
Namun, cara yang sudah berumur lebih dari 4000 tahun ini masih saja dipakai
sampai sekarang. Sebaiknya cara ini tidak dianjurkan karena menimbulkan
komplkasi, antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut di daerah yang
tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam. Pada anak-anak cara ini dapat
menimbulkan atrofi testis karena tekanan pada tali sperma yang mengandung
pembuluh darah testis.

b. Operatif

Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan rasional hernia


inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan .
Prinsip dasar operasi hernia terdiri atas herniotomi dan hernioplastik.

Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya,


kantong dibuka dan isi hernia dbebaskan kalau ada perlekatan, kemudian
direposisi. Kantong hernia dijahit- ikat setinggi mungkin lalu di potong.

Pada hernioplastik dilakukan tindakan memperkecil anulus ingunalis


internus dan memperkuat dnding belakang kanalis inguinalis. Hernioplastik lebih
penting dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi.
Dikenal brbagai metode hernioplastik, seperti memperkecil annulus ingunalis
internus dengan jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia transversa,
menjahtkan pertemuan m.transversus internus abdominis dan m.oblikus internus
abdominis yang dikenal dengan nama conjoint tendon ke ligamentum inguinale
Poupart menurut metode Bassini, atau menjahitkan fasia transversa, m.tranversus
abdominis. M.oblikus internus abdominus ke ligamentum Cooper pada metode
Mc vay.

Metode Bassini merupakan teknik herniorafi yang pertama dipublikasi,


dilakukan rekonstruksi dasar lipat paha dengan cara mengaproksimasi muskulus
transversus abdominis, dan fasia transversalis dengan traktus iliopubik dan
ligamentum inguinale. Teknik dapat diterapkan baik pada hernia direk maupun
indirek.

Kelemahan teknik Bassini dan teknik lain yang berupa variasi teknik
herniotomi Bassini adalah terdapatnya regangan berlebihan dari otot-otot yang di
jait. Untuk mengatasi masalah ini, pada tahun 80an dipopulerkan pendekatan
operasi bebas regangan. Pada teknik itu digunakan prostesis mesh untuk
memperkuat fasia transversalis yang membentuk dasar kanalis inguinalis tanpa
menjahitkan otot-otot ke inguinal.

Pada hernia kongenital pada bayi dan anak-anak yang factor penyebabnya
adalah prosesis vaginalis yang tidak menutup hanya dilakukan herniotomi karena
annulus inguinalis internus cukup elastis dan dinding belakang kanalis cukup
kuat.

Terapi operatif hernia bilateral pada bayi dan anak dilakukan dalam satu
tahap. Mengingat kejadian hernia bilateral cukup tinggi pada anak, kadang
dianjurkan eksplorasi kontralateral secara rutin, terutama pada hernia inguinalis
sinistra. Hernia bilateral pada orang yang dewasa, dianjurkan melakukan operasi
dalam satu tahap, kecuali jika ada kontraindikasi.

Kadang ditemuakan insufisiensi dinding belakang kanalis inguinalis dengan


hernia inguinalis dengan hernia inguinalis medialis besar yang biasanya bilateral.
Dalam hal ini, diperlukan hernioplastik yang dilakukan secara cermat dan teliti.
Tidak satu pun teknik yang dapat menjamin bahwa tidak akn terjadi residif. Yang
penting diperhatikan ialah mencegah terjadinya tegangan pada jahitan dan
kerusakan pada jaringan. Umumnya dibutuhkan plastik dengan bahan prostesis
mesh misalnya.

Terjadinya residif lebih banyak dipengaruhi oleh teknik reparasi


dibandingkan dengan faktor konstitusi. Pada hernia ingunalis lateralis penyebab
residif yang paling serng ialah penutupan anulus inguinalis internus yang tidak
memadai, diantaranya karena diseksi kantong yang kurang sempurna, adanya
lipoma preperitoneal, atau kantung hernia tidak ditemukan. Pada hernia inguinalis
medialis penyebab residif umumnya karena tegangan yang berlebihan pada jahitan
plastik atau kekurangan lain dalam teknik.

Pada operasi hernia secara laparoskopi diletakkan prostesis mesh di bawah


peritoneum pada dnding perut.

1) Indikasi operasi:
 Hernia inguinalis lateralis pada anak-anak harus diperbaiki secara
operatif tanpa penundaan, karena adanya risiko komplikasi yang
besar terutama inkarserata, strangulasi, yang termasuk gangren alat-
alat pencernaan (usus), testis, dan adanya peningkatan risiko infeksi
dan rekurensi yang mengikuti tindakan operatif.
 Pada pria dewasa, dilakukan operasi elektif atau cito terutama pada
keadaan inkarserata dan strangulasi.

2) Herniotomi dan Hernioplasty


Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai
ke lehernya. Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada
perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi
mungkin lalu dipotong.
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus
inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis
inguinalis. Hernioplasti lebih penting artinya dalam mencegah
terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Bila defek cukup
besar atau terjadi residif berulang diperlukan pemakaian bahan sintesis
seperti mersilene, prolene mesh atau marleks untuk menutup defek.

I. Komplikasi
a. Hernia inkarserasi:
 Hernia yang membesar mengakibatkan nyeri dan tegang
 Tidak dapat direposisi
 Adanya mual, muntah dan gejala obstruksi usus.
b. Hernia strangulasi:
 Gejala yang sama disertai adanya infeksi sistemik
Adanya gangguan sistemik pada usus

J. Prognosis
Penyembuhan dipercepat kalau pasien menghindari gerakan mengangkat
barang-barang berat ataupun ketegangan otot lainnya. Selainitu juga tergantung
dari tehnik operasi dan alat operasi yang digunakan. Pos operasi penderita
istirahat selama 1 minggu kemudian dapat melakukan aktivitas secara bertahap,
dimana jahitan pada penggantungan kantong hernia di conjoint tendon
menggunakan benang side yang tidak diserap oleh tubuh sehingga penggantung
hernia akan tetap ada selamanya sedangkan pada kulit akan mengalami
penyembuhan selama 1 minggu.
Hernia inguinalis indirek timbul kembali pada 2-3 persen penderita. Hernia
direk timbul kembali sampai 10 persen penderita. Perbaikan hernia yang timbul
kembali diikuti oleh frekuensi pada 10 sampai 20 persen penderita.

Anda mungkin juga menyukai