Anda di halaman 1dari 3

UU Akuntan Publik (UU No.

5 Tahun 2011)
Undang Undang Akuntan Publik diketuk oleh DPR RI pada tangggal 5 April 2011 dan
disahkan presiden tanggal 3 Mei 2011. Undang-undang tentang Akuntan Publik antara lain
mengatur tentang regulator profesi, asosiasi profesi, perizinan, hak dan kewajiban, tanggung
jawab, sanksi, dan lain-lain. Saat ini di Indonesia belum ada Undang-undang yang khusus
mengatur mengenai Akuntan Publik. UU terakhir mengenai akuntan adalah UU No. 34 tahun
1954 tentang pemakaian gelar Akuntan.

Adapun latar belakang munculnya UU ini adalah:

 Melindungi kepentingan publik;


 Mendukung perekonomian yang sehat, efisien dan transparan;
 Memelihara integritas profesi Akuntan Publik;
 Melindungi kepentingan profesi Akuntan Publik sesuai dengan standar dan kode etik
profesi.
 Memberikan landasan hukum yang lebih kuat bagi publik, regulator dan profesi Akuntan
Publik;
 Menegaskan keberadaan jasa Akuntan Publik yang telah diakui dalam beberapa peraturan
perundang-undangan di Indonesia, yaitu:

1) UU No. 34 th. 1954 tentang Pemakaian Gelar Akuntan, pasal 4;


2) UU No. 11 th. 1992 tentang Dana Pensiun, pasal 52 (1);
3) UU No. 1 th. 1995 tentang Perseroan Terbatas, pasal 59 (1);
4) UU No 8 th. 1995 tentang Pasar Modal, pasal 64 (1) dan pasal 66;
5) UU No. 10 th. 1998 tentang Perbankan, pasal 31A;
6) UU No. 23 th. 1999 tentang BI, penjelasan pasal 30 (1);

 Mengatur profesi Akuntan Publik dengan peraturan perundang-undangan setingkat


Undang-undang merupakan praktek lazim di negara lain.
 Adanya tuntutan masyarakat terhadap integritas dan profesionalisme Akuntan Publik;
 Adanya perkembangan lingkungan sosial, seperti teknologi dan liberalisasi perdagangan
jasa, yang mempengaruhi profesi Akuntan Publik.

Akuntan Publik (AP) merupakan profesi yang lahir dan besar dari tuntutan publik akan
adanya mekanisme komunikasi independen antara entitas ekonomi dengan para stakeholder
terutama berkaitan dengan akuntabilitas entitas yang bersangkutan. Jasa profesional AP erupakan
hak exclusive AP dan hasil pekerjaan AP digunakan oleh publik (pengguna laporan keuangan)
sebagai salah satu bahan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Pengguna hasil pekerjaan AP
tidak hanya klien yang memberikan penugasan, namun juga publik (investor/pemegang saham,
kreditor, pemerintah, masyarakat dll). Oleh karena jasa profesional AP berpengaruh secara luas
terhadap publik maka jasa dan profesi AP perlu diatur dalam suatu Undang-undang.

Tidak dapat dipungkiri begitu penting peran akuntan publik dalam memberikan informasi
yang tepat mengenai laporan keuangan suatu perusahaan. Tentu kita semua mengingat
bagaimana kasus Enron yang terjadi di AS, terlihat bagaimana sebuah opini yang dikeluarkan
oleh akuntan publik ternyata mempunyai dampak yang besar terhadap jalannya perekonomian.
Kebangkrutan Enron tersebut menyebabkan dibubarkannya KAP Arthur Andersen, yang berdiri
sejak tahun 1913, sehingga karyawannya sebanyak 85.000 kehilangan pekerjaan. Kesalahan
yang ditimpakan kepada Arthur Andersen, KAP yang mengaudit Laporan Keuangan Enron karna
memberikan Opini Wajar, tidak menemukan atau bahkan dengan sengaja menutupi kecurangan
penipuan akuntansi yang dilakukan Enron.

Berbicara masalah jasa Audit tentu berbicara masalah kepercayaan , bukan sebuah
rahasia bahwa data keuangan merupakan rahasia dapur bagi setiap perusahaan, jelas klien
menghawatirkan jika laporan mereka “dilihat” oleh lawannya.Oleh karena itu setiap perusahaan
besar tentu akan mencari jasa audit dari kantor akuntan terkenal untuk mencari jasa audit terbaik,
celakanya ini menjadi sebuah malapetaka bagi dunia akuntan publik di Indonesia , ini disebabkan
oleh serbuan KAP asing yang lebih berpengalaman sehingga perusahaan besar lebih memilih
KAP asing disbanding KAP local. Sebagai sebuah informasi monopoli jasa audit sebagai berikut:

17.817 proyek audit selama ini dikerjakan hanya oleh empat kantor akuntan publik besar
di Indonesia. Monopoli pekerjaan audit ini akan segera diakhiri dengan dibahasnya
Rancangan Undang-Undang Akuntan Publik di DPR. Keempat perusahaan akuntan
publik itu adalah Ernst & Young, Price Waterhouse Coupers, Kantor Akuntan Publik
Siddharta & Widjaja (KPMG), dan D Lloyd. Dengan disahkannya RUU tersebut menjadi
undang-undang diharapkan pekerjaan audit terbagi secara proporsional kepada 407 kantor
akuntan publik. ”Kondisi Indonesia menyedihkan. Di Malaysia, ada 6.000 akuntan
publik. Ketika mereka menyelenggarakan pertemuan internasional, dari Nigeria datang
600 akuntan publik. Indonesia baru sekitar 600 akuntan publik. Kalau 16.000 audit jatuh
hanya pada empat perusahaan, sulit bagi kita berkembang,” kata Menteri Keuangan Agus
Martowardojo di Jakarta, Jumat (10/12). (dikutip dari harian Kompas, 13 Desember
2010)

Sekretaris Umum IAPI Tarkosunaryo pada tahun 2010 menyatakan bahwa “jumlah
akuntan publik di Indonesia hanya sejumlah 920 orang yang tergabung di 501 Kantor
Akuntan Publik. Dari jumlah tersebut, sebanyak 64 persen telah berusia di atas 51 tahun
dan hanya 11 persen berusia kurang dari 40 tahun,”. Selain itu dari jumlah tersebut,
sebanyak 55 persen berdomisili di Wilayah Jabodetabek dan sisanya menyebar di seluruh
Indonesia. Apabila dibandingkan dengan negara tetangga di kawasan ASEAN, jumlah
akuntan publik di Indonesia yang berpenduduk 230 juta jiwa relatif sedikit. Singapura
dengan jumlah penduduk sekitar 5 juta jiwa mempunyai Akuntan Publik sekitar 15 ribu
orang, Philipina dengan jumlah penduduk 88 juta jiwa mempunyai Akuntan Publik
sebanyak 15 ribu orang, Thailand dengan jumlah penduduk 66 juta jiwa mempunyai
Akuntan Publik sebanyak 6.000 orang, Malaysia dengan jumlah penduduk 25 juta jiwa
mempunyai Akuntan Publik sebanyak 2.500 orang, Vietnam dengan jumlah penduduk 85
juta jiwa mempunyai akuntan publik 1.500 orang. (dikutip dari Mikail Jam'an Alumni
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI), Akuntansi -Certified Public Accountant
Indonesia, Insitut Akuntan Publik Indonesia -Akuntan & konsultan pada Kantor Akuntan
Publik di halaman Kompasiana Jakarta 14 Februari 2011)
Munculnya undang undang ini sebagai solusi dari permasalahan diatas, bagaimana
kemudian potensi pasar audit dapat terbagi rata dan dapat menumbuhkan KAP baru di Indonesia.
Sayangnya Undang undang ini juga mendapat kritikan keras dari kalangan akademisi terkait
pemberian gelar CPA yang ternyata dapat diberikan kepada siapa saja yang lulus di ujian
sertifikasi tapa memandang dia lulusan jurusan apapun. Mungkin pemerintah berfikir bahwa
mahasiswa jurusan akuntansi tidak begitu berminat dengan profesi ini sehingga mengeluarkan
kebijakan ini, mungkin ini bias menjadi bahan renungan kita sebagai mahasiswa jurusan
akuntansi.

Mudah mudahan UU ini bias bermanfaat bagi Negara , bukan hanya sekedar alat dari
segelintir orang untuk melanggengkan kepentingan ekonomi mereka. Mohon maaf bila banyak
kesalahan dalam tulisan yang tidak sempurna ini.

Anda mungkin juga menyukai