PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.2 Sumber Wewenang
Ada dua pandangan yang saling berlawanan mengenai sumber wewenang
yaitu :
Teori Formal (classical view)
Wewenang adalah dianugrahkan. Wewenang ada karena seseorang
tersebut diberi, dilimpahi atau diwarisi hal tersebut. Pandangan ini menganggap
bahwa wewenang berasal dari tingkat masyarakat yang sangat tinggi dan
kemudian secara hukum diturunkan dari tingkat ke tingkat. Pendangan klasik ini
menelusuri sumber tertinggi dari wewenang ke atas sampai sumber terakhir, di
mana untuk organisasi perusahaan adalah pemilik atau pemegang saham
Teori Penerimaan (acceptance theory of authority)
Pandangan ini dimulai dengan pengamatan bahwa tidak semua perintah
dipatuhi oleh penerima perintah. Wewenang seseorang timbul hanya bila hal itu
diterima oleh kelompok atau individu kepada siapa wewenang tersebut
dijalankan. Pandangan ini menyatakan kunci dasar wewenang oleh yang
dipengaruhi (influencee) bukan yang mempengaruhi (influencer). Jadi,
wewenang tergantung pada penerima (receiver), yang memutuskan untuk
menerima atau menolak.
3
2.3 Pengertian Kekuasaan
Kekuasaan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain untuk mencapai
sesuatu dengan cara yang diinginkan. Studi tentang kekuasaan dan dampaknya
merupakan hal yang penting dalam manajemen. Karena kekuasaan merupakan
kemampuan mempengaruhi orang lain, maka mungkin sekali setiap interaksi dan
hubungan sosial dalam suatu organisasi melibatkan penggunaan kekuasaan. Cara
pengendalian unit organisasi dan individu didalamnya berkaitan dengan penggunaan
kekuasaan.
Kekuasaan manager yang menginginkan peningkatan jumlah penjualan adalah
kemampuan untuk meningkatkan penjualan itu. Kekuasaan melibatkan hubungan
antara dua orang atau lebih. Dikatakan A mempunyai kekuasaan atas B, jika A dapat
menyebabkan B melakukan sesuatu dimana B tidak ada pilihan kecuali
melakukannya. Kekuasaan selalu melibatkan interaksi sosial antara beberapa pihak
lebih dari satu pihak. Dengan demikian seseorang individu atau kelompok yang
terisolasi tidak dapat memiliki kekuasaan karena kekuasaan harus dilaksanakan atau
mempunyai potensi untuk dilaksanakan oleh orang lain atau kelompok lain.
Biasanya wewenang sering dicampuradukan dengan kekuasaan (power).
Meskipun kekuasaan dan wewenang sering ditemui bersama, namun keduanya
berbeda. Wewenang adalah hak untuk melakukan sesuatu, kekuasaan adalah
kemampuan untuk melakukan hak tersebut. Wewenang tanpa kekuasaan atau
kekuasaan tanpa wewenang akan menyebabkan konflik dalam organisasi.
Seorang pemimpin yang berpengaruh (dapat mempengaruhi perilaku) adalah
karena hasil kekuasaan posisi jabatan/kedudukan (position power) atau karena
kekuasaan pribadi (personal power) ataupun kombinasi dari keduanya. Kekuasaan
posisi (position power) didapat dari wewenang formal suatu organisasi, besarnya
kekuasaan tergantung seberapa besar wewenang didelegasikan kepada individu yang
menduduki posisi tersebut. Kekuasaan posisi akan semakin besar bila atasan telah
mempercayai individu itu. Kekuasaan pribadi (personal power) didapatkan dari para
pengikut dan didasarkan atas seberapa besar para pengikut mengagumi, respek dan
merasa terikat pada seorang pemimpin.
4
2.4 Sumber Kekuasaan
Ada 6 sumber kekuasaan, empat pertama berhubungan dengan kekuasaan
posisi dan dua lain nya kekuasaan pribadi, sebagai berikut:
1. Kekuasaan balas jasa (reward power), berasal dari sejumlah balas jasa positif
(uang, perlindungan, perkembangan karier, dsb) yang diberikan kepada pihak
penerima untuk melaksanakan perintah atau persyaratan lainnya.
2. Kekuasaan paksaan (coercive power), berasal dari perkiraan yang dirasakan
orang bahwa hukuman (dipecat, ditegur, dsb) akan diterima bila mereka tidak
melaksanakan perintah pimpinan.
3. Kekuasaan sah (legimate power), berkembang dari nilai-nilai interen yang
mengemukakan bahwa seorang pimpinan mempunyai hak sah untuk
mempengaruhi bawahan.
4. Kekuasaan pengendalian informasi (control of information power), berasal dari
pengetahuan dimana orang lain tidak mempunyainya. Cara ini digunakan
dengan pemberian atau penahanan informasi yang dibutuhkan.
5. Kekuasaan panutan (refrent power), didasarkan atas identifikasi orang-orang
dengan seorang pimpinan dan menjadikan pemimpin itu sebagai panutan atau
simbol. Karisma pribadi, keberanian, simpatik, dan sifat-sifat lain adalah faktor-
faktor penting dalam kekuasaan panutan.
6. Kekuasaan ahli (expert power), hasil dari keakhlian atau ilmu pengetahuan
seorang pemimpin dalam bidangnya dimana pemimpin tersebut ingin
mempengaruhi orang lain.
5
Istilah lain yang sering digunakan adalah akuntabilitas (accountability) yang
berkenaan dengan kenyataan bahwa bawahan akan selalu dimintakan
pertanggunganjawabnya atas pemenuhan tanggung jawab yang dilimpahkan
kepadanya. Pemegang akuntabilitas berarti bahwa seorang atasan dapat
memberlakukan hukuman atau balas jasa kepadanya tergantung bagaimana dia
sebagai bawahan telah menjalankan tanggung jawabnya.
2.7 Pengaruh
Pengaruh (influence) adalah suatu transaksi sosial dimana seseorang atau
kelompok di bujuk oleh seorang atau kelompok lain untuk melakukan kegiatan
sesuai dengan harapan mereka yang mempengaruhi. Pengaruh tercermin pada
perubahan perilaku atau sikap yang diakibatkan secara langsung dari tindakan atau
keteladanan orang atau kelompok lain.
Pengaruh dapat dimbul karena status jabatan, kekuasaan mengawasi dan
menghukum, pemilikan informasi lebih lengkap ataupun penguasaan saluran
komunikasi yang lebih baik. Pengaruh tergantung pada 3 unsur yaitu pihak yang
mempengaruhi, metode mempengaruhi, dan pihak yang dipengaruhi.
6
Delegasi adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab formal kepada
orang lain untuk melaksanakan kegiatan tertentu. Delegasi wewenang adalah proses
dimana para manajer mengalokasikan wewenang ke bawah kepada orang-orang
yang melapor kepadanya. Empat kegiatan terjadi ketika delegasi dilakukan:
1) Pendelegasi menetapkan dan memberikan tujuan dan tugas kepada bawahan.
2) Pendelegasi melimpahkan wewenang yang diperlukan untuk mencapai tujuan
atau tugas.
3) Penerimaan delegasi, baik implisit ataupun eksplisit, menimbulkan kewajibn atau
tanggung jawab.
4) Pendelegasi menerima pertanggungjawaban bawahan untuk hasil-hasil yang
dicapai.
7
2.8.2 Delegasi Wewenang yang Efektif
Memutuskan pekerjaan mana yang akan didelegasikan, karena tidak semua
pekerjaan dapat didelegasikan
Memutuskan siapa yang akan memperoleh penugasan, dengan beberapa
pertimbangan yakni waktu yang dipunyai karyawan, kemampuan yang
dimiliki karyawan, dan kesempatan yang akan dimanfaatkan oleh karyawan
Mendelegasikan tugas, disertai dengan informasi dan pemberian wewenang
yang cukup dan bentuk hasil yang diharapkan
Menetapkan feedback, untuk memonitor kemajuan yang dicapai oleh bawahan.
8
Sistem pengawasan yang terpercaya (seperti laporan mingguan) dibuat agar
manajer tidak perlu menghabiskan waktunya dengan memeriksa pekerjaan
bawahan terus menerus.
9
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Pendelegasian wewenang merupakan sesuatu yang vital dalam organisasi.
Atasan perlu melakukan pendelegasian wewenang agar mereka bisa menjalankan
operasi manajemen dengan baik. Selain itu, pendelegasian wewenang adalah
konsekuensi logis dari semakin besarnya organisasi.
10