Anda di halaman 1dari 9

Idea Nursing Journal Vol. VII No.

3 2016
ISSN: 2087-2879
EKSPRESI EMOSI KELUARGA DENGAN FREKUENSI KEKAMBUHAN
PASIEN SKIZOFRENIA

Emotional Expression Family With The Frequency Of Recurrence Of Patients With


Schizophrenia

Jek Amidos Pardede1,Daniel Sirait2, Rizki Riandi2, Peter Emanuel2, Ruslan Laia2
1. Dosen Program Studi Ners Universitas Sari Mutiara Indonesia
2. Mahasiswa Program Studi Ners Universitas Sari Mutiara Indonesia

Email : jekpardedemi@rocketmail.com

ABSTRAK
Skizofrenia merupakan penyakit atau gangguan jiwa yang di alami oleh sebagian besar masyarakat di dunia.
Semakin tingginya prevalensi kunjungan ulang pasien skizofrenia di rumah sakit jiwa menyebabkan perawatan
pasien skizofrenia merupakan prioritas utama untuk mengurangi frekuensi kekambuhan pasien skizofrenia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi ekspresi emosi keluarga, frekuensi kekambuhan
pasien skizofrenia dan hubungan ekspresi emosi keluarga dengan frekuensi kekambuhan pasien skizofrenia.
Peneliti menggunakan desain penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross-sectional. Populasi adalah
semua keluarga pasien yang memiliki anggota keluarga skizofrenia yang berkunjung ke RSJ. Prof. DR.
Muhammad Ildrem Medan yaitu 876 orang dengan jumlah sampel 88 orang dengan teknik accidental sampling.
Alat pengumpulan data menggunakan kuisioner yang diberikan kepada responden dan wawancara langsung
kepada responden oleh peneliti. Hasil penelitian ini di analisis secara univariat yaitu mayoritas ekspresi emosi
keluarga yaitu rendah (72,7%) dan mayoritas frekuensi kekambuhan pasien skizofrenia yaitu 1 kali (68,2%).
Setelah di uji dengan chi-square didapatkan hasil yaitu ada hubungan ekspresi emosi keluarga dengan frekuensi
kekambuhan pasien skizofrenia (p value = 0,000). Saran peneliti agar petugas kesehatan memberikan
pendidikan kesehatan kepada keluarga skizofrenia yang berkunjung di RSJ Prof. DR. Muhammad Ildrem
PROVSU Medan tentang penyakit skizofrenia, agar keluarga mengontrol ekspresi emosi.

Kata Kunci : Ekspresi Emosi Keluarga; Frekuensi Kekambuhan, Skizofrenia

ABSTACT
Schizophrenia is an illness or a mental disorder experienced by most people in the world. The high prevalence
of repeat visits schizophrenic patients in a mental hospital caused the treatment of schizophrenic patients is a
major priority to reduce the frequency of relapse of patients with schizophrenia. This study aims to determine
the frequency distribution of emotional expression family, the frequency of relapse of patients with
schizophrenia and emotional expression family relationship with the frequency of recurrence of patients with
schizophrenia. Researchers used descriptive research design correlation with cross-sectional approach. The
population is all the families of patients who have family members with schizophrenia who visited the hospital.
Prof. DR. Muhammad Ildrem Medan that 876 people with a sample of 88 people with accidental sampling
technique. Data collection tool uses a questionnaire given to respondents and direct interview to the respondents
by the researchers. The results of this study in the univariate analysis that the majority of family emotional
expression is low (72.7%) and the majority of patients with schizophrenia relapse frequency is 1 times (68.2%).
Once in the chi-square test showed that there is a relationship of emotional expression family with frequency of
recurrence of schizophrenia patients (p value = 0.000). The researchers suggest that health workers provide
health education to families who visit RSJ schizophrenia Prof. DR. Muhammad Ildrem PROVSU Terrain about
schizophrenia, so that the family controls the expression of emotions.

Key Words : Emotion Expression Family, Frequency of Recurrence, Schizophrenia

PENDAHULUAN produktif, dan mampu memberikan


Kesehatan jiwa merupakan kondisi kontribusi untuk komunitasnya (UU
dimana seorang individu dapat Kesehatan jiwa No. 18 Tahun 2014).
berkembang secara fisik, mental, spiritual, Menurut Riset Kesehatan Dasar
dan sosial sehingga individu tersebut (Rikesdas) kementrian kesehatan pada
menyadari kemampuan sendiri, dapat tahun 2007, menunjukan sebesar 4,6 per
mengatasi tekanan, dapat bekerja secara mil (empat sampai lima dari 1000

53
Idea Nursing Journal Jek Amidos Pardede, dkk

penduduk indonesia menderita gangguan bertambah. Pasien skizofrenia yang tinggal


jiwa berat). Sedangkan Rikesdas Tahun dalam lingkungan keluarga dengan
2013 Prevalensi gangguan jiwa berat pada ekspresi emosi yang tinggi (highly
penduduk Indonesia 1,7 per mil. expressed emotion) atau gaya afektif
Departemen kesehatan tahun 2009, negatif secara signifikan lebih sering
mengungkapkan jumlah penderita mengalami kekambuhan dibandingkan
gangguan jiwa di Indonesia saat ini, dengan yang tinggal dalam lingkungan
mencapai lebih dari 28 juta orang, dengan keluarga dengan ekspresi emosi yang
kategori gangguan jiwa ringan 11,16% rendah (low expressed emotion) atau gaya
dan 0,46% menderita gangguan jiwa berat. afektif yang normal. Apabila keluarga
Menurut data statistik direktorat Kesehatan memperlihatkan emosi yang diekspresikan
jiwa menunjukkan klien dengan gangguan secara berlebihan, misalnya klien sering
jiwa berat terbesar di Indonesia adalah diomeli atau dikekang dengan aturan yang
skizofrenia yakni 70%. Sesuai dengan data berlebihan, kemungkinan kambuh akan
yang telah di laporkan di atas, bahwa bertambah besar.
gangguan jiwa berat yang mempunyai Menurut data yang diperoleh dari
prevelensi paling tinggi adalah skizofrenia. Medical Record Rumah Sakit Jiwa Prof.
Sedangkan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr Muhammad Ildrem Provsu Medan
Provinsi Sumatera Utara, jumlah pasien tahun 2014, pasien gangguan jiwa yang
meningkat hingga 100% dibandingkan dirawat berjumlah 14.349 orang, dari
tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2006- jumlah tersebut penderita skizofrenia
2007, Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi sebanyak 11,055 orang (77 %). Dari
Sumatera Utara hanya menerima 25-30 jumlah tersebut penderita yang mengalami
penderita perhari, dan pada awal 2008 kekambuhan sebanyak 876 orang
mengalami peningkatan, 50 penderita (58,67%). Data di atas menunjukan
perhari untuk menjalani rawat inap dan tingginya angka penderita skizofrenia di
sekitar 70-80 penderita untuk rawat jalan Rumah Sakit Jiwa Prov. Dr Muhammad
(Garcia, 2009). Ildrem Provsu dan sesuai dengan data
Prevalensi penderita skizofrenia di tersebut sebagian besar penderita
Indonesia adalah 0,3-1% dan biasanya skizofrenia di rawat kembali karena
timbul pada usia sekitar 18-45 tahun, terjadinya kekambuhan. Berdasarkan
namun ada juga yang baru berusia 11-12 uraian diatas, maka penulis tertarik
tahun sudah menderita skizofrenia. mengetahui apakah ada “Hubungan
Apabila penduduk Indonesia sekitar 200 ekspresi emosi keluarga dengan frekuensi
juta jiwa, maka diperkirakan sekitar 2 juta kekambuhan skizofrenia di RS. Jiwa
jiwa menderita skizofrenia, dimana sekitar Prof.Dr.Muhammad Ildrem Tahun 2015.”
99% pasien di RS Jiwa di Indonesia adalah
penderita skizofrenia. Penderita METODE
skizofrenia sering mendapat stigma dan Penelitian ini menggunakan desain
diskriminasi yang lebih besar dari deskriptif korelasi dengan menggunakan
masyarakat disekitarnya dibandingkan pendekatan Cross-Sectional. Untuk
individu yang menderita penyakit medis mengukur ekspresi emosi keluarga dengan
lainnya. Mereka sering mendapat memberikan kuisioner kepada responden
perlakuan yang tidak manusiawi, misalnya sebanyak 18 pernyataan yang sudah diuji
perlakuan kekerasan, diasingkan, diisolasi Validitas dan Reliabilitas. Jika responden
atau dipasung. Mereka sering sekali menjawab “sangat jarang” diberi nilai 1,
disebut sebagai orang gila (insanity atau “jarang” diberi nilai 2, “sering” diberi nilai
madness) (Arif, 2006). 3, “sangat sering” diberi nilai 4. Jadi skor
Ekspresi emosi keluarga yang tertinggi adalah 76 dan skor terendah
tinggi menyebabkan frekuensi adalah 18 dan mengukur frekuensi
kekambuhan penderita skizofrenia kekambuhan pasien skizofrenia dapat

54
Idea Nursing Journal Vol. VII No. 3 2016

dilihat dari keadaan pasien muncul gejala Penelitian ini dilakukan di Poliklinik RS
yang sama seperti sebelumnya dan Jiwa Prof. DR. Muhammmad Ildrem
mengakibatkan pasien dirawat kembali di Medan.
Rumah Sakit Jiwa (Sulinger 1988 dalam Analisa univariat digunakan untuk
Keliat, 1996). mengetahui distribusi frekuensi dari
Populasi pada penelitian ini adalah karakteristik responden yaitu umur, jenis
seluruh keluarga pasien yang memiliki kelamin, pekerjaan, pendidikan tertinggi,
anggota keluarga skizofrenia yang datang hubungan keluarga, jumlah keluarga dan
rawat jalan di Poliklinik RS Jiwa Prof. dr. variabel penelitian yaitu ekspresi emosi
Muhammad Ildrem Medan sebanyak 876 keluarga dan frekuensi kekambuhan.
orang. Teknik pengambilan sampel pada
penelitian ini adalah Accidental sampling. Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan
Sehingga sampel penelitian ini adalah Persentase Responden Berdasarkan
sebanyak 88 orang dengan memperhatikan Karakteristik Umur, Jenis Kelamin,
kriteria inklusi yang ditentukan oleh Pekerjaan, Pendidikan, Hubungan
peneliti sendiri. Untuk menentukan jumlah Keluarga dan Jumlah Keluarga di
sampel yang digunakan oleh peneliti yaitu Poliklinik RS Jiwa Prof. dr. Muhammad
dengan menggunakan rumus Arikunto
Ildrem Medan (n = 88)
(2006), jika jumlah populasi >100 maka
diambil 10%-15% atau 20%-25%.
Variabel f %
Umur 18 – 40 Tahun 59 67
41 – 60 Tahun 27 30.7
> 60 Tahun 2 2.3
Jenis Kelamin Perempuan 43 48.9
Laki – Laki 45 51.1
Pekerjaan Petani 29 33
Pegawai Swasta 20 22.7
IRT 22 25
PNS 9 10.2
Pengangguran 2 2.3
Lainnya 6 6.8
Pendidikan SD 7 8
SMP 27 30.7
SMA 38 43.2
Sarjana 16 18.2
Hubungan Keluarga Ayah 16 18.2
Ibu 9 10.2
Kakak 22 25
Adik 17 19.3
Suami 6 6.8
Istri 5 5.7
Anak 12 13.6
Lainnya 1 1.1
Jumlah Keluarga 1 – 5 Orang 59 67
> 5 Orang 29 33
Dalam penelitian ini, analisa data dilakukan analisis statistik chi-square, ada
secara statistik dilakukan dengan hubungan ekspresi emosi keluarga dengan
menggunakan uji non parametric yaitu uji frekuensi kekambuhan penyakit
statistik chi-square dengan α = < 0,05 dan skizofrenia dengan p value = 0,000.
CI 95% untuk mengetahui hubungan
ekspresi emosi keluarga dengan frekuensi HASIL
kekambuhan pasien skizofrenia di Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan
Poliklinik RS Jiwa Prof. DR. Persentase Responden Berdasarkan
Muhammmad Ildrem Medan. Setelah Ekspresi Emosi Keluarga di RSJ. Prof. dr.

55
Idea Nursing Journal Jek Amidos Pardede, dkk

MuhammadIldrem PROVSU Medan (n = 1 Kali 60 68,2


88)
Ekspresi Emosi Keluarga n % Berdasarkan tabel 3. menunjukkan
Ekspresi Emosi Tinggi 24 27.3 bahwa mayoritas pasien skizofrenia
Ekspresi Emosi Rendah 64 72.7 mengalami kekambuhan 1 kali sebanyak
Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan 68,2%.
Persentase Responden Berdasarkan
Frekuensi Kekambuhan Pasien Skizofrenia Tabel 4. Uji Chi-Square Antara Ekspresi
di RSJ. Prof. dr. Muhammad Ildrem Emosi Keluarga Dengan Frekuensi
PROVSU Medan (n = 88) Kekambuhan Pasien Skizofrenia di RSJ.
Frekuensi Kekambuhan n % Prof. dr. Muhammad Ildrem Provsu
> 2 Kali 7 8,0 Medan (n = 88)
2 Kali 21 23,9

Frekuensi Kekambuhan
Ekspresi Emosi Total P
> 2 Kali 2 Kali 1 Kali
Keluarga
n % n % n % n %
Ekspresi Emosi
7 8.0 13 14.8 4 4.5 24 27.3
Tinggi 0.000
Ekspresi Emosi
0 .0 8 9.1 56 63.6 64 72.7
Rendah

Berdasarkan tabel 4 menunjukkan ini sesuai dengan jawaban responden yang


bahwa dari 27,3% keluarga yang memiliki mengatakan bahwa jarang keluarga yang
ekspresi emosi tinggi, pasien skizofrenia mengatakan bahwa pasien skizofrenia
yang mengalami frekuensi kekambuhan > menjengkelkan, keluarga mengatakan
2 kali sebanyak 8,0%, pasien skizofrenia bahwa pasien sudah mau melakukan tanpa
mengalami frekuensi kekambuhan 2 kali disuruh, keluarga sudah tidak mengatakan
sebanyak 14,8% dan mengalami frekuensi tidak bisa berpikir lagi tentang nasib
kekambuhan 1 kali sebanyak 4,5%. pasien skizofrenia, keluarga sudah mau
Sedangkan dari 72,7% keluarga yang merawat pasien skizofrenia, keluarga
memiliki ekspresi emosi rendah, 63,6%
sudah tidak mengkritiknya lagi. Ini
pasien skizofrenia mengalami kekambuhan
1 kali, 9,1% mengalami kekambuhan. menunjukkan bahwa mayoritas keluarga
Setelah uji chi-square dapat di lihat bahwa pasien skizofrenia memiliki ekspresi emosi
nilai p value = 0,000 menunjukkan bahwa yang baik secara verbal maupun non
ada hubungan yang signifikan antara verbal. Namun dari hasil penelitian di atas
ekspresi emosi keluarga dengan frekuensi masih ada keluarga pasien skizofrenia
kekambuhan pasien skizofrenia. yang memiliki ekspresi emosi tinggi
sebanyak 27,3%. Hal ini dapat dilihat dari
PEMBAHASAN hasil kuesioner yang diberikan kepada
Ekspresi emosi keluarga keluarga pasien skizofrenia di RSJ. Prof.
Ekspresi emosi keluarga Dr. Muhammad Ildrem Provsu Medan
merupakan persepsi dalam bentuk verbal tahun 2015 bahwa mereka sering tidak
dan non verbal merupakan aspek penting bisa tidur karena pasien skizofrenia 47,7%,
dalam menentukan efektifitas dalam sering pasien skizofrenia melakukan hal –
berkomunikasi dengan pasien skizofrenia. hal yang menyebalkan sehingga membuat
Berdasarkan tabel 2. hasil penelitian yang keluarga kesal 35,2%, keluarga sering
didapatkan menunjukkan bahwa mayoritas memaksa pasien skizofrenia untuk
keluarga skizofrenia memiliki ekspresi mengubah perilakunya 38,6%, keluarga
emosi yang rendah sebanyak 72,7%. Hal sering marah pada pasien skizofrenia

56
Idea Nursing Journal Vol. VII No. 3 2016

38,6%, dan keluarga tidak peduli terhadap kambuh dalam waktu sembilan bulan.
pasien skizofrenia 36,4%. Dari pernyataan Hasilnya 57% kembali dirawat dari
di atas menunjukkan bahwa masih ada keluarga dengan ekspresi emosi yang
keluarga yang memiliki ekspresi emosi tinggi dan 17% kembali dirawat dari
yang tinggi dalam melakuka perawatan keluarga dengan ekspresi emosi yang
pasien skizofrenia di rumah sedangkan rendah.
menurut Sadock (2007), bahwa ekspresi Nurdiana (2007) mendapatkan
emosi keluarga yang rendah akan klien dengan diagnosa skizofrenia
memperbaiki prognosis gangguan jiwa mengalami kekambuhan 50 % pada tahun
yang di alami oleh pasien skizofrenia. pertama dan 70 % pada kedua dan tingkat
Berdasarkan hasil penelitian, kekambuhan yang tinggi sebanyak 26.7%,
peneliti berasumsi bahwa masih ada dan yang menunjukkan tingkat
keluarga penderita pasien skizofrenia yang kekambuhan yang rendah sebanyak
memiliki sifat yang kurang baik terhadap 73.3%.
pasien skizofrenia. Hal ini mungkin Frekuensi Kekambuhan Pasien Skizofrenia
disebabkan karena keluarga tidak tahu
bahwa ekspresi emosi keluarga sangat Berdasarkan tabel 3. menunjukkan
berpengaruh terhadap prognosis pada bahwa dari keluarga yang memiliki
pasien skizofrenia. ekspresi emosi tinggi sebanyak 27,3%,
Berdasarkan tabel 3. hasil penelitian dengan frekuensi kekambuhan pasien
menunjukkan bahwa mayoritas pasien skizofrenia yang mengalami frekuensi
skizofrenia mengalami kekambuhan 1 kali kekambuhan > 2 kali sebanyak 8,0%,
sebanyak (68,2%). Hal ini menunjukkan pasien skizofrenia mengalami frekuensi
bahwa masih ada pasien yang mengalami kekambuhan 2 kali sebanyak 14,8% dan
kekambuhan penyakit skizofrenia. mengalami frekuensi kekambuhan 1 kali
Menurut Sadock (2007), bahwa frekuensi sebanyak 4,5%. Sedangkan dari 72,7%
kekambuhan pasien skizofrenia keluarga yang memiliki ekspresi emosi
dipengaruhi oleh emosi keluarga yang rendah, mayoritas 63,6% pasien
melakukan perawatan. skizofrenia mengalami kekambuhan 1 kali.
Menurut Stuart (2005), salah satu Setelah dilakuan uji chi-square
faktor predisposisi kekambuhan penyakit dapat di lihat bahwa nilai p value = 0,000
Skizofrenia adalah lingkungan yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang
berupa suasana rumah yang tidak nyaman, signifikan antara ekspresi emosi keluarga
kurangnya dukungan sosial maupun dengan frekuensi kekambuhan pasien
dukungan keluarga. Sedangkan menurut skizofrenia
Sulinger dalam Keliat (1996) Berdasarkan hasil penelitian
mengidentifikasi empat faktor penyebab menunjukkan bahwa keluarga yang
klien kambuh dan perlu dirawat di Rumah memiliki ekspresi emosi rendah mayoritas
Sakit Jiwa, yaitu klien yang minum obat mengalami frekuensi kekambuhan
tidak teratur, dokter (pemberi resep), penyakit skizofrenia 1 kali 87,5%
perawat yang bertanggung jawab dibandingkan dengan keluarga yang
memantau klien setelah klien pulang, serta memiliki ekspresi emosi tinggi 16,7%.
tanggung jawab keluarga dalam pemberian Sedangkan keluarga yang memiliki
dan pemantauan minum obat dan ekspresi ekspresi emosi tinggi, mayoritas penderita
emosi keluarga. skizofrenia mengalami kekambuhan 2 kali
Berdasarkan hasil penelitian yang sebanyak 54,2% dibandingkan keluarga
dilakukan oleh Ruspawan (2011), bahwa yang memiliki ekspresi emosi rendah
keluarga dengan ekspresi emosi yang 12,5%. Hasil penelitian ini menunjukkan
tinggi (bermusuhan, mengkritik) bahwa keluarga yang memiliki ekspresi
diperkirakan klien Skizofrenia dapat emosi tinggi lebih sering mengalami
57
Idea Nursing Journal Jek Amidos Pardede, dkk

kekambuhan penyakit skizofrenia oleh marchira (2008) bahwa ada hubungan


dibandingkan dengan pasien yang di rawat yang signifikan antara ekspresi emosi
oleh keluarga yang memiliki ekspresi keluarga dengan frekuensi kekambuhan
emosi rendah. Hasil penelitian ini sesuai pasien skizofrenia (p value = 0,001).
dengan pernyataan Sadock (2007) bahwa Menurut Sadock (2007) bahwa
menurunkan ekspresi emosi keluarga akan pasien yang keluarganya memiliki ekspresi
memperbaiki prognosis gangguan jiwa emosi yang tinggi mempunyai risiko
yang di alami oleh pasien skizofrenia. kambuh atau rawat inap ulang dua kali
Hasil penelitian yang dilakukan lebih besar dibandingkan dengan keluarga
oleh peneliti dengan menggunakan uji chi- yang memiliki emosi rendah. Menurunkan
square, dapat dilihat bahwa ada hubungan ekspresi emosi keluarga terhadap pasien
yang signifikan antara ekspresi emosi skizofrenia akan memberbaiki prognosis
keluarga dengan frekuensi kekambuhan yang di alami oleh penderita skizofrenia
pasien skizofrenia. Hasil penelitian ini (Sadock, 2007). Hasil penelitian ini sejalan
sejalan dengan penelitian yang dilakukan dengan penelitian yang dilakukan oleh
oleh Marchira (2008), bahwa ada Fadly (2012) bahwa ada hubungan
hubungan yang signifikan antara ekspresi pengetahuan dengan frekuensi
emosi keluarga dengan frekuensi kekambuhan pasien skizofrenia (R = -
kekambuhan pasien skizofrenia (p value = 0,747) artinya semakin meningkat ekspresi
0,001). emosi semakin meningkatkan frekuensi
Hasil penelitian menunjukkan kekambuhan penderita skizofrenia.
bahwa keluarga yang memiliki ekspresi
emosi rendah mayoritas mengalami KESIMPULAN
frekuensi kekambuhan penyakit Berdasarkan analisa dan
skizofrenia 1 kali 87,5% dibandingkan pembahasan di atas dapat disimpulkan
dengan keluarga yang memiliki ekspresi bahwa Mayoritas ekspresi emosi keluarga
emosi tinggi 16,7%. Sedangkan keluarga di RSJ. Prof. Dr. Muhammad Ildrem
yang memiliki ekspresi emosi tinggi, PROVSU Medan adalah rendah.
mayoritas penderita skizofrenia mengalami Mayoritas frekuensi kekambuhan pasien
kekambuhan 2 kali sebanyak 54,2% skizofrenia di RSJ. Prof. Dr. Muhammad
dibandingkan keluarga yang memiliki Ildrem PROVSU Medan tahun 2015 yaitu
ekspresi emosi rendah 12,5%. Hasil 1 kali. Ada hubungan ekspresi emosi
penelitian ini menunjukkan bahwa keluarga dengan frekuensi kekambuhan
keluarga yang memiliki ekspresi emosi skizofrenia di RSJ. Prof. Dr. Muhammad
tinggi lebih sering mengalami Ildrem PROVSU Medan dengan nilai p
kekambuhan penyakit skizofrenia value = 0,000 artinya semakin tinggi
dibandingkan dengan pasien yang di rawat ekspresi emosi keluarga maka semakin
oleh keluarga yang memiliki ekspresi tinggi frekuensi kekambuhan pasien
emosi rendah. Hasil penelitian ini sesuai skizofrenia sedangkan semakin rendah
dengan pernyataan Sadock (2007) bahwa ekspresi emosi keluarga maka semakin
menurunkan ekspresi emosi keluarga akan rendah frekuensi kekambuhan pasien
memperbaiki prognosis gangguan jiwa skizofrenia.
yang di alami oleh pasien skizofrenia. Diharapkan agar petugas kesehatan
Hasil penelitian yang dilakukan di RSJ. Prof. Dr. Muhammad Ildrem
oleh peneliti dengan menggunakan uji chi- PROVSU Medan memberikan pendidikan
square, dapat dilihat bahwa ada hubungan kesehatan kepada keluarga pasien
yang signifikan antara ekspresi emosi skizofrenia yang berkunjung ke RSJ
keluarga dengan frekuensi kekambuhan terutama tentang cara perawatan pasien
pasien skizofrenia. Hasil penelitian ini skizofrenia dan hal – hal yang dapat
sejalan dengan penelitian yang dilakukan mempengaruhi kekambuhan pasien
58
Idea Nursing Journal Vol. VII No. 3 2016

skizofrenia. Keluarga mampu menjaga Dion, Y,; & Betan, Y. (2013). Asuhan
dan melatih untuk mengontrol ekspresi keperawatan keluarga konsep dan
emosi sehingga pasien skizofrenia tidak praktik, Yogyakarta.
mengalami kekambuhan lagi.
Fadly & Mitra. (2013). Pengetahuan dan
KEPUSTAKAAN Ekspresi Emosi Keluarga serta
Arif. (2006). Buku Ajar Memahami Frekuensi Kekambuhan Penderita
Dinamika keluarga pasien. Refika Skizofrenia. Jurnal Kesehatan
aditama: Bandung. Masyarakat Nasional. Program
Studi Magister IlmuKesehatan
Amelia, D.R., & Anwar, Z. (2013). Relaps STIKes Hang Tuah Pekanbaru.
Pada Pasien Skizofrenia. Jurnal
Ilmiah Psikologi Terapan. Fakultas Garcia. (2009). Gangguan Jiwa Makin
Psikologis Universitas Merebak. (http : www. inilah. com
Muhammadyah Malang. /berita/ gaya-hidup/gangguan-
jiwamakin-merebak. Diperoleh 10
Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian April 2015).
Suatu Pendekatan Praktek. Ed.VI.
Jakarta: EGC Hidayat. (2009). Metode Penelitian
Keperawatan dan Teknik Analisis
Badriyah. (2011). Keefektifan Konseling Data. Jakarta: Salemba Medika.
Keluarga Dalam Memperbaiki
Skor Ekspresi Emosi Pada Hoffan & Holley. (1999). Schizophrenia
Caregiver Pasien Skizofrenia. Psychodinamic to Neurodynamic
Jurnal Kedokteran Indonesia,12- Theories.Dalam Kaplan and
13-1-PB. Sadock’sKomprehensive Textbook

Carla & Sumarni. (2008). Hubungan Keliat dkk. (2012). Buku Ajar Manejemen
Antara Ekspresi Emosi Keluarga Kasus Gangguan Jiwa. Jakarta:
Pasien Dengan Kekambuhan EGC.
Penderita Skizofrenia di RS Dr.
Sardjito Yogyakarta, Berita Kelana. (2011). Metodologi Penelitian
kedokteran masyarakat. Keperawatan, Jakarta: CV, Trans
Info Media.
Dewi, R., & Marchira, C, R. (2009).
Riwayat Gangguan Jiwa Pada Keliat, B, A., dkk. (2006). Peran Serta
Keluarga Dengan Kekambuhan KeluargaDalamPerawatanKlienGa
Pasien Skizofrenia. Jurnal Berita ngguanJiwa . Jakarta : EGC
Kedokteran Masyrakat
Makmuroch. (2014). Keefektifan Pelatihan
Coon. (2005). Psychology a Journey. Ketrampilan Regulasi Emosi
USA: Thomas Wadsworth Terhadap Penurunan Tingkat
Ekspresi Emosi Pada Caregiver
Departemen kesehatan. (1993). Pedoman Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit
penggolongan dan diagnosis Jiwa Daerah Surakarta.Wacana
gangguan jiwa di Indonesia III, jurnal psikologi vol,6.Program
Jakarta. Study Pskikologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas
Durand & Barlow. (2007). Intisari Maret.
Psikologi Abnormal. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
59
Idea Nursing Journal Jek Amidos Pardede, dkk

Maramis, W.F. (2005). Ilmu Kedokteran Siahaan, C.P., & Wardiah, D. (2012).
Jiwa. Edisi 9. Surabaya: Airlangga Faktor-Faktor Yang Memengaruhi
University Press. Ketidak patuhan Minum Obat
Pasien Skizofrenia Yang
Marchira.(2008).Hubungan antara Eksprsi Mengalami Relaps Di Rumah Sakit
Emosi Keluarga Pasien dengan Jiwa Provsu Medan,Skripsi USU.
Kekambuhan Penderita Gangguan
Jiwa Psikotik di RS DR Sardjito Setiadi. (2006). Konsep dan Proses
Yokyakarta. Berita Kedokteran Keperawatan Keluarga. Edisi 1.
Masyarakat. 24(4):172-175 Yogyakarta: Graha Ilmu.

Nifu. (2012). Analisis Hubungan Sudiharto. (2007). Asuhan Keperawatan


Dukungan Keluarga Dengan Dengan Pedekatan Keperawatan
Frekuensi Kekambuhan Klien Trans kultural. Jakarta: EGC
Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa
Amino Gondohutomo Semarang. Syamsulhadi. (2004). Terapi Pikososial
Skripsi FIK UKSW. Pada Gangguan Skizofrenia.
Dibacakan pada National
Nirmala, A, R. (2012). Hubungan Conferenceon Schizophrenia,
Dukungan Keluarga Dengan Sanur Bali
Kepatuhan Berobat Klien
Skizofrenia Dipoliklinik GM0 RSJ Shives, L. R. (2012). Basic Concepts Of
prof. Dr. Hb.Sa’anin Padang, Psychiatric Mental Health
th
Skripsi Fakultas Keperawatan Nursing. (8 ed). Philadelphia:
Universitas Andalas. Lippicontt William & ilkins.

Niven. N. (2000). Psikologi Kesehatan: Sadock. (2007. Kaplan & Sadock's


Pengantar Untuk Perawat dan Synopsis of Psychiatry: Behavioral
Professional Kesehatan Lain, Sciences/Clinical Psychiatry, 10th
Jakatra: EGC. Edition.Schizophrenia. Lippincott
Williams & Wilkins.
Notoatmodjo. (2010). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Sullinger, N. (1988). Relapse. Journal of
RinekaCipta. Psycosocial Nursing

Nurdiana. (2007). Peran Serta Keluarga Shaffer, K. A. (2005). On the nature and
Terhadap Tingkat Kekambuhan function of emotion: A component
Pasien Skizofrenia.Jurnal Ilmiah Process approach. In K.R Scherer
Kesehatan Keperawatan, Vol 3 no & P.E, Ekman
1
Townsend, (2009). Psychiatric Mental
Pardede, J. P., Keliat, B. A., &Wardani, Health Nursing Concepts Of Care
I.Y. (2013). Pengaruh Acceptance In Evidence-Based Practice.
And Commitment Therapy Dan Philadelphia: F.A. Davis Company.
Pendidikan Kesehatan Kepatuhan
Minum Obat Terhadap Gejala, UU Kesehatan Jiwa, (2014).Tentang
Kemampuan Menerima Dan Kesehatan Jiwa http:
Berkomitment Pada Pengobatan www,hukumonline. com/pusat
dan Kepatuhan Klien Skizofrenia. data/downloadfile. Diperoleh 10
Tesis, FIK UI. April 2015.

60
Idea Nursing Journal Vol. VII No. 3 2016

Friedman. (2003). Family Nursing : New


Jersey

Wardani, I.Y., Hamid, A.Y., & Wiarsih,


W. (2009). Pengalaman Keluarga
Menghadapi Ketidak patuhan
Anggota Keluarga Dengan
Skizofrenia Dalam Mengikuti
Regimen Terapeutik: Pengobatan
Tesis FIK UI.

61

Anda mungkin juga menyukai