UNIT FISIOTERAPI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2
Hasil pembangunan kesehatan nasional menunjukan perbaikan
pada berbagai indikator, seperti peningkatan umur harapan hidup,
penurunan angka kematian ibu karena proses maternal, penurunan angka
kematian bayi, dan sebagainya. Namun demikian masih ada permaslahan
yakni adanya disparitas derajat kesehatan, dan beban ganda penyakit yakni
makin meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular sementara angka
penyakit menular masih tinggi yang ditandai transisi epidemiologi-
demografi, serta meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut dengan
berbagai penyakit degenerasi yang menyertai. Begitu pula dengan masalah
disabilitas yang membutuhkan perhatian yang lebih besar.
Fisioterapi didasari pada teori ilmiah dan dinamis yang
diaplikasikan secara luas dalam hal penyembuhan, pemulihan,
pemeliharaan dan promosi fungsi gerak tubuh yang optimal, meliputi :
mengelola gangguan gerak dan fungsi, meningkatkan kemampuan fisik
dan fungsional tubuh, mengembalikan, memelihara dan mempromosikan
fungsi fisik yang optimal, kebugaran dan kesehatan jasmani, kualitas
hidup yang berhubungan dengan gerakan dan kesehatan, mencegah
terjadinya gangguan, gejala dan perkembangan, keterbatasan kemampuan
fungsi serta kecatatan yang mungkin dihasilkan oleh penyakit, gangguan,
kondisi ataupun cedera.
Saat ini pelayanan fisioterapi di indonesia tidak saja dapat diakses
pada fasilitas pelayanan kesehatan tingkat rujukan, namun sudah dapat
dijumpai pada beberapa fasilitas pelayanan kesehatan tingkat dasar /
primer termasuk praktik mandiri, sehingga dibutuhkan pengaturan dan
penyesuaian agar aksesibilitas dan mutu pelayanan fisioterapi dapat
dipertanggungjawabkan, memenuhi kebutuhan masyarakat sekaligus
memenuhi tuntutan perkembangan pelayanan kesehatan termasuk
perkembangan akreditasi fasilitas pelayanan kesehatan.
Guna menjawab hal tersebut diatas, perlu adanya penyesuaian
terhadap beberapa regulasi yang ada agar sesuai dengan kebutuhan
pelayanan, lebih berfokus pada pasien, serta mampu diaplikasikan sebagai
3
perangkat akreditasi pada semua tingkat fasilitas pelayanan kesehatan
dalam rangka menigkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat.
B. Tujuan Pedoman
1. Umum
Tersedianya pedoman bagi penyelenggara pelayanan kesehatan dan
tenaga fisioterapi dalam mengembangkan pelayanan yang efektif dan
efisien sesuai kebutuhan dan tuntutan masyarakat pengguna jasa
pelayanan fisioterapi di sarana kesehatan, sehingga terselenggara
pelayanan fisioterapi yang optimal dalam mendukung pencapaian
upaya pelayanan kesehatan prima.
2. Khusus
a. Bagi penyelenggara pelayanan kesehatan
1) Sebagai acuan dalam penyusunan rencana pengembangan
pelayanan fisioterapi di sarana kesehatan
2) Sebagai acuan dalam melaksanakan bimbingan teknis (clinical
supervision) pelayanan fisioterapi
3) Sebagai acuan dalam melaksanakan monitoring dan evaluasi
pelayanan fisioterapi
b. Bagi tenaga fisioterapi
1) Sebagai acuan dalam menyusun rencana pengembangan
berbagai jenis dan jenjang pelayanan fisioterapi di sarana
kesehatan
2) Sebagai acuan dalam melaksanakan konsep asuhan fisioterapi di
sarana kesehatan
3) Sebagai acuan dalam evaluasi pelaksanaan pengembangan dan
konsep asuhan fisioterapi
4
C. Ruang Lingkup Pelayanan
1. Fisioterapi musculoskeletal
Fisioterapi musculoskeletal (orthopaedic) bertujuan untuk mendiagnosis dan
menangani gangguan musculoskeletal. Beberapa modalitas yang dipergunakan
meliputi exercise therapy (latihan kekuatan, kontrol,fleksibilitas dan
ketahanan, manual therapy, soft tissue massage, cryotherapy, heattherapy,
iontophoresis, phonophoresiss dan electrotherapy. Gangguan musculoskeletal
yang dapat terjadi pada anak secara kongenital (yang terjadi pada proses
kelahiran) yang dapat ditangani dengan fisioterapi antara lain keterlambatan
perkembangan, cerebral palsy, distrofi otot, skoliosis, nyeri dan kelemahan
otot tungkai.
2. Fisioterapi Neuromuskular
yaitu penyembuhan dan pemulihan pada gangguan sistem syaraf pusat dan
sistem syaraf tepi. Beberapa penyakit utama yang mempengaruhi
sistem neuromuskular diklasifikasikan menjadi empat kelompok
utama, termasuk:
Penyakit neuron motorik - untuk alasan yang tidak diketahui atau genetik, neuron
motorik bawah (dan kadang-kadang juga atas) secara bertahap mati.
Neuropati - sistem saraf perifer (saraf selain yang di dalam sumsum tulang belakang)
yang terpengaruh. Beberapa penyakit yang berbeda dari saraf perifer termasuk penyakit
genetik
Miopati termasuk distrofi otot
3. Fisioterapi Kardiovaskulopulmonal
Fisioterapi kardiopulmonary menangani masalah kardiopulmoner seperti
asthma, pneumonia jenis Chronic Obstructive Pulmonary Disease
(COPD), cystic fibrosis (CF) dan paska infark myocard. Fisioterapi ini
dapat dilakukan pada semua umur. Metode fisioterapi ini sangat baik
untuk menangani gangguan fisiologis non-organ pada sistem
kardiopulmoner. Berbagai jenis teknik ini pada rumah sakit sudah
dimasukkan dalam standard pelayanan gangguan sistem kardiopulmoner.
5
4. Fisioterapi Integumen
Jenis fisioterapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan kulit dan organ-
organ lain yang berhubungan. Intervensi terapi meliputi pembersihan luka serta
pencegahan parut.
5. Fisioterapi Kesehatan Wanita
Fisioterapi dapat membantu untuk menangani dan mengobati berbagai
masalah yang berkaitan dengan perempuan. Ini termasuk gejala akibat sebelum
dan sesudah kehamilan serta Osteoporosis.
Fisioterapi Tumbuh kembang Fisioterapi merupakan salah satu jenis
layanan terapi fisik yang menitik beratkanuntuk menstabilkan atau
memperbaiki gangguan fungsi alat gerak/fungsi tubuhyang terganggu
kemudian diikuti dengan proses/metode terapi gerak. Fisioterapi membantu
anak mengembangkan kemampuan motorik kasar.Kemampuan motorik kasar
meliputi otot-otot besar pada seluruh tubuh yang memungkinkan tubuh
melakukan fungsi berjalan, melompat, jongkok, dst Layanan fisioterapi juga
bertujuan untuk membantu seseorang yang mengalamigangguanfisik untuk
memperbaiki gerak sendi (LGS) dan kekuatan otot (KO) agar dapat berfungsi
seperti semula. Layanan fisioterapi umumnya bagi anak dengan keterbatasan
fisik, ketunaantubuh/tunadaksa serta anak cerebal palsy/CP dan untuk anak-
anak yangmengalami keterlambatan atau gangguan pada kemampuan motorik
kasar, pasien pasca stroke yang memerlukanpemulihan kondisi fisiknya serta
trauma lain yangmenyebabkan penampilan fisikterganggu.
6
7. Fisioterapi Olah raga dan kebugaran Prinsip Fisioterapi Penanganan Cedera Olahraga
Dalam penanganan cedera, diagnosis kerusakan struktur serta proses cedera
perlu ditegakkan terlebih dahulu. Berdasarkan gejala dan pemeriksaan fisik
perlu ditetapkan tahapan keluhan apakah termasuk keluhan akut, sub kronis
maupun kronis. Pada prinsipnya, penanganan cedera akut harus dilaksanakan
untuk mengurangi kerusakan lanjutan serta mengurangi keluhan keluhan akibat
respon peradangan tubuh. Beberapa prinsip dasar intervensi fisioterapi pada
cedera olahraga adalah sebagai berikut :
a. Pada tahap sangat awal cedera dimana belum terjadi tahap peradangan,
dapat dilakukan reposisi apabila terjadi dislokasi.
b. Pada tahap peradangan dilakukan upaya upaya untuk menekan respon
peradanganyang berlebihan melalui proses RICE (rest, ice, cold and
elevation). Proses fisioterapi yang ideal dalam hal ini adalah hydrotherapy,
maupun cold therapy. Pada tahap sub-kronis dimana respon peradangan
sudah menurun, dapat dilakukan heat therapy dan manual therapy untuk
mempercepat proses regenerasi tubuh akibat cedera.
c. Pada tahap kronis, heat therapy dapat dikombinasi dengan cold
therapydalam paket contrast therapy. Pada keadaan ini manual therapy
dapat dilanjutkan dan mulai dikombinasikan dengan exercise therapy.
Tujuan dari fase ini selain untuk mempercepat proses regenerasi adalah
untuk memulihkan kembali fungsi tubuh.
Adapun modalitas dan peralatan yang tersedia di RSJ Aceh:
7
D. Landasan Hukum
Pedoman pelayanan fisioterapi di sarana kesehatan ini disusun berdasarkan :
1. UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan
2. UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
3. UU No. 23 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah
4. UU No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan Konsumen
5. Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
6. Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2000 tentang Kewenagan
Pemerintah dan Provinsi sebagai Daerah Otonom
7. Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 1998 tentang Upaya Peningkatan
Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat
8. Peraturan Pemerintah No. 16 tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional
Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara tahun 94 No. 22 tambahan
Lembaran Negara No. 3574)
9. Peraturan Pemerintah No.20 tahun 2001 tentang Pembinaan dan
Pengawasan atas Penyelenggara Pemerintah Daerah
10. Peraturan Pemerintah No. 39 tahun 2001 tentang Penyelenggaraan
dekonsentrasi
11. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.1575/MENKES/SK/XI/2005
tentang organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan
12. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.104/MENKES/PER/II/1999
tentang Rehabilitasi Medik
13. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 159B/MENKES/Per/II/1998
tentang Rumah Sakit
14. Kepmenkes RI No. 1363/MENKES/SK/XII/2001 tentang Registrasi
dan Izin Praktik Fisioterapis
15. Keputusan Bersama MENKES RI dan Kepala Badan Kepegawaian
Negara No. 209/MENKES/SKB/III/2004; No.07 tahun 2004, tentang
Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Fisioterapi dan Angka
Kreditnya
8
16. Kepmenkes RI No. 376/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi
Fisioterapi
17. Permenkes RI No. 269/MENKES/Per/III/2008 tentang Rekam Medis
9
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Kualifikasi
No Jabatan Jumlah Tenaga
Pendidikan
10
B. Distribusi Ketenagaan
1. Kepala Unit Fisioterapi
a. Tugas Pokok
1) Mengkordinasi / melaksanakan pelayanan pemeriksaan dan
pengobatan dengan alat fisioterapi
2) Melakukan serangkaian assesment kepada pasien dengan
permasalahan gangguan gerak dan fungsi
a. Hasil kerja
1) Draft rencana kegiatan pelayanan fisioterapi
2) Draft laporan kegiatan
3) Laporan pelaksanaan tugas
4) Usulan tarif pelayanan unit fisioterapi
5) Laporan pelaksanaan kegiatan unit fisioterapi pasien rawat inap dan rawat
jalan
6) Menyusun SOP di unit fisioterapi
7) Usulan kebutuhan dan pengembangan SDM
8) Membuat usulan RBA unit fisioterapi
9) Usulan kebutuhan dan pemeliharaan sarana prasarana tindakan fisioterapi
10) Rancangan usulan matrik dan pembuatan inventaris sesuai standar
operasional fisioterapi
11) Laporan pelaksanaan tugas lain-lain
12) Menyusun UTP
b. Uraian Tugas
1) Memimpin pengembangan fisioterapi
2) Mengelola pelayanan fisioterapi sesuai dengan kaidah professional
fisioterapi
3) Melakukan bimbingan kepada petugas fisioterapi
4) Menggerakkan pelaksanaan tugas kepada petugas fisioterapi
5) Merencanakan dan mengajukan semua kebutuhan untuk
pelaksanaan kegiatan di fisioterapi
6) Merencanakan dan merumuskan pelaksanaan tugas-tugas tenaga
fisioterapi
11
7) Memantau pelaksana tugas/ pegawai yang bekerja di unit
fisioterapi
8) Menindak lanjuti hasil pengawasan
9) Penyuluhan dan bimbingan kesahatan jiwa kepada pasien rawat
jalan, keluarga maupun pihak-pihak yang berkepentingan
10) Menjalin kerjasama professional fisioterapi dengan profesi lainnya
11) Melakukan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan
c. Wewenang
1) Membuat pedoman dan teknis professional pelayanan fisioterapi
sesuai dengan kaidah profesi dan kebijakan institusi
2) Mengarahkan pelaksanaan tugas fisioterapi kepada bawahannya
3) Merumuskan program jangka pendek dan jangka panjang
pelayanan fisioterapi
d. Tanggung jawab
1) Bertanggung jawab atas pemeliharaan alat-alat fisioterapi
2) Menetapkan hal-hal yang berkaitan dengan lingkup kegiatan
profesi fisioterapi
3) Pelayanan fisioterapi harus dilaksanakan melaui proses fisioterapi
yang baik yaitu meliputi assesment (pengkajian), diagnosa,
planning, intervensi, eveluasi dan dokumentasi
12
c. Uraian Tugas
1) Membersihkan dan menjaga kondisi alat-alat fisioterapi
2) Membuat catatan fisioterapi, baik catatan identitas pasien maupun
catatan proses fisioterapi
3) Melakukan penilaian awal dari waktu pasien masuk ruangan
4) Melakukan diagnosis fisioterapi
5) Memberikan intervensi fisioterapi dengan sesuai standar
operasional fisioterapi
6) Melakukan evaluasi perkembangan pasien
7) Memberikan edukasi kepada keluarga pasien, dan mengajarkan
kepada pasien bagaiamana merawat pasien di rumah
8) Menjalin kerjasama professional fisioterapi dengan profesi
lainnya
9) Melakukan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan
d. Tanggung jawab
1) Menetapkan hal-hal yang berkaitan dengan lingkupkegiatan
profesi fisioterapi
2) Pelayanan fisioterapi harus dilaksanakan melaui proses fisioterapi
yang baik yaitu meliputi assesment (pengkajian), diagnosa,
planning, intervensi, eveluasi dan dokumentasi.
3. Administrasi
a. Tugas Pokok
Membantu melakukan tugas administrasi yang diberikan oleh ka.
Unit Fisioterapi
b. Wewenang
1) Melakukan tugas administratif di unit fisioterapi yang berkaitan
dengan pelayanan yang diberikan
2) Meyiapakan dan memberikan data kepada kepala unit fisioterapi
3) Bertanggung jawab dalam pengarsipan dokumen
13
c. Uraian Tugas
1) Membantu ka.unit dalam melaksanakan kegiatan administratif
2) Menyiapkan semua data yang dibutuhkan oleh ka. unit fisioterapi
3) Membuat laporan tindakan fisioterapi perbulan, persemester dan
per tahun
4) Membantu hal-hal yang berkaitan dengan lingkup kegiatan
profesi fisioterapi
5) Membuat catatan fisioterapi, baik catatan identitas pasien maupun
catatan proses fisioterapi
6) Membantu tugas teknisi lainnya
7) Mengamprah barang di gudang barang dan gudang apotik
14
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
RUANG RUANG
PETUGAS TERAPI
RUANG RUANG
STAFF TERAPI
TERAS
B. Standar Fasilitas
Kebutuhan ruang, fungsi dan luasan ruang serta kebutuhan fasilitas
Besaran Kebutuhan
No Nama Ruangan Fungsi Ruangan
Ruang / Luas Fasilitas
1 Loket Pendaftaran Ruangan tempat Min. 8 m2 Meja, kursi,
dan Pendataan pasien melakukan computer,
pendaftaran, printer, lemari,
pendataan awal dan lemari arsip, dan
ulang untuk segera peralatan kantor
mendapat suatu lainnya
tindakan
2 Ruang Ruang kerja para 3-5 Meja, kursi,
Administrasi, petugas Instalasi RM m2/petugas lemari berkas
Keuangan dan yaitu melaksanakan (min.9 m2) /arsip,
15
Personalia kegiatan administrasi, intercom/telepo
keuangan dan n, safety box
personalia di unit
Pelayanan Rehabilitasi
Medik
3 Ruang Tunggu Ruangan pasien & 1-1,5 Tempat duduk,
pasien & Pengantar pengantar pasien m2/orang televasi & telp
Pasien menunggu (min.16 m2) umum (bila RS
diberikannya mampu)
pelayanan RM
4 Ruang Ruangan tempat 12-25 m2 Kursi dokter,
Pemeriksaan/ dokter melakukan meja konsultasi,
Penilaian Dokter pemeriksaan (seperti : 2 (dua) kursi
anamnesa, pemriksaan hadap, lemari
dan assesment fisik), alat periksa &
diagnosis maupun obat, tempat
prognosis terhadap tidur periksa,
pasiennya dan tempat tanggal
pasien melakukan roolstool, dan
konsultasi medis kelengkapan
dengan Dokter lainnya
5 Ruang Terapi Ruang tempat 12-25 m2 Kursi dokter,
Reahab melaksanakan meja konsultasi,
Mental/Sosial kegiatan terapi rehab 2 (dua) kursi
mental dan sosial bagi hadap, lemari
pasien alat, kursi terapi
dan peralatan
terapi rehab
mental/sosial
6 Ruang Fisioterapi
1. Ruangan Ruangan untuk Min. 20 m2 Tempat tidur
Fisioterapi memberikan periksa, unit
Pasif pelayanan berupa traksi, alat
suatu intervensi stimulasi
radiasi/ gelombang elektrik, micro
elektromagnet dan wave diathermy,
traksi, maupun latihan short wave
manipulasi yang diathermy, dan
diberikan pada pasien peralatan
bersifat individu fisioterapi
lainnya
2. Ruangan Ruang tempat pasien Min. 36 m2 Treadmill,
Fisioterapi Aktif melakukan kegiatan parallel bars
a. Ruang senam ergocycle,
Senam execise bicycle
(gymnasium) dan peralatan
senam lainnya
16
Ruangan yang Min. 16 m2 Perlengkapan
b. Ruang didalamnya terdapat hidroterapi
Hidroterapi satu (atau lebih)
(dilengkapi kolam renang/bak
ruang ganti rendam hidroterapi
pakaian, yang dilengkapi
KM/WC, fasilitas penghangat
terpisah air (water Heater
antara pasienSwimming Pool) dan
wanita &pemutar arus
pria (whirpool System)
bila ada
7 Ruang Terapi Ruang tempat terapis @jenis Fasilitas
Okupasi dan okupasi melakukan okupasi tergantung dari
Terapi Vokasional terapi kepada pasien 6-30 m2 jenis okupasi
yang akan
diselenggarakan,
misalnya untuk
ruang kantor,
ruang makan,
dapur, dll.
8 Loker/Ruang Ganti Ruang ganti pakaian @ 4-12 m2 Loker/lemari,
(Pria & Wanita, dan menyimpan tempat duduk
Petugas & Pasien) barang-barang milik (bench), dll.
pribadi
9 Gudang Peralatn Ruang tempat 6-16 m2 Lemari/rak
RM penyimpanan
peralatan RM yang
belum terpakai atau
sedang tidak
digunakan
10 Gudang Linen dan Ruang penyimpanan 6-16 m2 Lemari/rak
Farmasi linen bersih (misalnya
: handuk, tirai & sprei)
dan juga perbekalan
farmasi untuk terapi
(misalnya : parafin,
alkohol, kapas, tissue,
jelly)
11 Gudang Kotor Ruang penyimpanan 6-16 m2 Lemari/rak
alat-alat, juga perabot
RM yang sudah tidak
dapat digunakan lagi
tetapi belum dapat
dihapuskan dengan
segera
12 Ruang Kepala Ruang tempat kepala Min. 6 m2 Kursi, meja,
IRM IRM bekerja dan computer,
17
melakukan kegiatan printer dan
perencanaan dan peralatan kantor
manajemen lainnya
13 Ruang Petugas RM Ruang tempat istirahat 9-16 m2 Kursi, meja,
petugas IRM sofa, lemari
14 Dapur Kecil Sebagai tempat untuk Min. 6 m2 Perlengkapan
(Pantry) menyiapkan makanan dapur, kursi,
dan minuman bagi meja, sink
mereka yang ada di
IRM dan sebagai
tempat istirahat
petugas
15 KM/WC KM/WC @ KM/WC Kloset, westafel,
petugas/pasien Pria/wanita bak air
luas 2 m-3m
C. Persyaratan Khusus
Pada dasarnya tata ruang unit fisioterapi ditetapkan atas dasar :
1. Lokasi mudah dicapai oleh pasien, disarankan letaknya dekat dengan
instalasi rawat jalan/poliklinik dan rawat inap
2. Ruang tunggu dapat dicapai dari koridor umum dan dekat pada loket
pendaftaran, pembayaran dan administrasi
3. Disarankan akses masuk untuk pasien terpisah dari akses masuk staf
4. Disarankan menggunakan sistem sirkulasi udara/ ventilasi udara alami
5. Apabila ada ramp (tanjakan landai), maka harus diperhatikan penempatan
ramp, lebar dan arah bukaan pintu dan lebar pintu untuk para pemakai
kursi roda serta ejat kemiringan ramp yaitu maksimal 7
6. Untuk pasien yang menggunakan kursi roda disediakan toilet khusus
yang memiliki luasan cukup untuk bergeraknya kursi roda
D. Alur Pelayanan
Pelayanan fisioterapi berfokus pada pasien melalui alur yang dapat
diakses secara langsung ataupun melalui rujukan tenaga kesehatan lain
maupun sesama sesama fisioterapis. Selain itu perlu adanya alur rujukan
fisioterapi ke fasilitas pelayanan kesehatan/rumah sakit lain apabila pasien
menolak pelayanan fisioterapi atau fasilitas pelayanan kesehatan tersebut
tidak memiliki kemampuan pelayanan fisioterapi yang diinginkan. Rujukan
18
tersebut harus disertai dengan surat keterangan /catatan klinis fisioterapi yang
ditandatangani oleh fisioterapi yang bersangkutan.
Setelah pelayanan fisioterapi selesai diberikan, fisioterapis merujuk
kembali pasien kepada tenaga kesehatan lain atau fisioterapis perujuk
sebelumnya.
Alur pelayanan fisioterapi harus diimplementasikan dalam diagram alur
yang mudah dilihat/diakses oleh pengguna/masyarakat.
1. Rawat Jalan
a) Pasien yang mengalami/berpotensi mengalami gangguan gerak dan
fungsi tubuh dapat melakukan pendaftaran secara langsung, atau
melalui rujukan dari tenaga medis di poliklinik pada fasilitas
pelayanan kesehatan setempat/Dokter Penanggung Jawab Pelayanan
(DPJP), atau dari praktik mandiri (dengan membawa surat rujukan
fisioterapi).
b) Setelah pendaftaran, petugas mengarahkan pasien ke bagian
pelayanan fisioterapi (sesuai dengan tingkat pelayanan kesehatan)
untuk mendapatkan proses fisioterapi yang dilakukan oleh
fisioterapis.
Asesmen awal diperlukan untuk menemukan indikasi atau tidaknya
program fisioterapi atau untuk mengarahkan kebutuhan fisioterapi
yang tepat sesuai dengan kekhususannya. Apabila tidak ditemukan
indikasi, fisioterapis mengarahkan/merujuk pada tenaga kesehatan
yang tepat/mengembalikan kepada perujuk secara tertulis.
c) Setelah pasien menjalani rangkaian proses fisioterapi dan
penyelesaian administrasinya, pasien dapat pulang atau kembali
kepada dokter/DPJP/pengirim sebelumnya disertai pengantar catatn
klinis/resume dari fisioterapis yang bertanggung jawab (dapat
disertai rekomendasi).
19
Poliklinik / praktik
Pasien / Klien
dokter / dokter
spesialis / DPJP
Loket pendaftaran
umum
Asesmen fisioterapi
Ya
Selesai / pulang
20
2. Rawat Inap
a) DPJP membuat rujukan/permintaan secara tertulis kepada bagian
fisioterapi/fisioterapis. Selanjutnya petugas ruangan menyampaikan
informasi rujukan kepada fisioterapis bersangkutan/ bagian
pelayanan fisioterapis untuk diregistrasi dan ditindaklanjuti.
b) Selanjutnya fisioterapis dapat melakukan asesmen awal untuk
menemukan indikasi. Apabila tidak ditemukan indikasi, fisioterapis
secara tertulis menyampaikan kepada DPJP. Apabila ditemukan,
maka dapat langsung dilakukan proses fisioterapi selanjutnya sesuai
prosedur, termasuk menentukan tujuan/target, intervensi, maupun
episode pelayanan fisioterapinya, serta rencana evaluasinya. Dalam
proses tersebut, secara berkala fisioterapis menyampaikan informasi
perkembangan secara tertulis dalam rekam medik.
c) Setelah program fisioterapi selesai, fisioterapis merujuk kembali
kepada DPJP dengan disertai catatan klinis fisioterapi termasuk
rekomendasi apabila diperlukan dengan mempertimbangkan
keberlanjutan program fisioterapi pasien setelah selesai perawatan di
rumah sakit.
d) Seluruh proses fisioterapi dicatat dalam rekam medik yang telah
disediakan, termasuk administrasi keuangan.
21
Dokter Penanggung Pasien / klien
Jawab Pasien
(DPJP)
Bagian Fisioterapi /
Fisioterapis
Asesmen
fisioterapis
Indikasi
fisioterapi
selesai
22
BAB IV
A. Pendaftaran
Pendaftaran pasien rawat inap dan rawat jalan
B. Pelayanan
1. Rujukan Fisioterapi
Sesuai SK Menkes No. 1363/MENKES/SK/XII/2001 tentang
Registrasi dan Izin Praktek Fisioterapis, pasien/klien bisa mendapatkan
pelayanan fisioterapi dengan rujukan dari tenaga medis dan atau tanpa
rujukan. Pelayanan fisioterapi tidak memerlukan rujukan hanya boleh
dilaksanakan terhadap pelayanan yang bersifat promotif dan preventif,
pelayanan untuk pemeliharaan kebugaran, memperbaiki postur,
memelihara sikap tubuh dan melatih irama pernafasan normal serta
pelayanan dengan keadaan aktualisasi rendah bertujuan pemeliharaan.
2. Asesmen Fisioterapi
Asesmen fisioterapi yaitu pemeriksaan pada pasien untuk merumuskan
keadaan yang berpotensi untuk terjadi kelemahan, keterbatasan fungsi,
ketidakmampuan atau kondisi kesehatan lain dengan cara pengambilan
perjalanan penyakit, tes khusus, pengukuran dan evaluasi dari hasil
pemeriksaan.
23
4. Perencanaan dan Persetujuan Tindakan Fisioterapi
Perencanaan dimulai dengan pertimbangan kebutuhan intervensi dan
biasanya menuntun kepada pengembangan intervensi, termasuk hasil
sesuai dengan tujuan yang terukur yang disetujui pasien, keluarga atau
petugas kesehatan lainnya dan menjadi pemikiran perencanaan
alternatif untuk dirujuk kepada pihak lain bila dipandang kasusnya
tidak tepat untuk fisioterapi.
5. Intervensi Fisioterapi
Modalitas fisioterapi saat ini dengan menggunakan peralatan
elektroterapeutis, peralatan mekanis dan manual. Adapun peralatan
mekanis berupa MWD, IR, elektrikal stimulasi, US, Traksi, sepeda
statis dan treadmill.
6. Evaluasi Fisioterapi
Keharusan untuk evaluasi atau re-asesmen untuk menetapkan keadaan
diagnostik baru pasien atau klien setelah menjalin periode intervensi
dan untuk menetapkan kriteria penghentian tindakan.
7. Rekam Fisioterapi
Setiap pemberian dan atau tindakan pelayanan fisioterapi harus disertai
dengan alat bukti yang disebut rekam fisioterapi sesuai Permenkes RI
No. 269/MENKES/Per/III/2008 tentang Rekam Medis.
Rekam fisioterapi dimulai sejak pasien diterima disarana pelayanan
fisioterapi, hingga berakhirnya masa pelayanan. Setiap pemberian
pelayanan tersebut diatas wajib disertakan bukti pemberian pelayanan
tertuang dalam berbagai jenis formulir. Pengisian rekam fisioterapi
dilakukan oleh fisioterapis yang melaksanakan pelayanan terhadap
pasien.
24
a. Berakhirnya proses pelayanan fisioterapi (discharge) yang telah
diberikan selama periode tunggal pelayanan fisioterapi atau tujuan
yang diharapkan telah tercapai.
b. Terjadi diskontinuasi, yaitu penghentian karena :
1) Fisioterapi menentukan bahwa tidak ada manfaat positif terhadap
pasien oleh tindakan pelayanan tersebut
2) Pasien tidak mau melanjutkan program pelayanan fisioterapi
karena menyangkut permasalahan komplikasi medik atau
psikososial
3) Pasien keberatan atas pelayanan fisioterapi yang disebabkan oleh
permasalahan dana/pembiayaan
25
BAB V
KESELAMATAN PASIEN
Mutu dan keselamatan pasien harus selalu tertanam dalam setiap kegiatan
pelayanan fisioterapi, baik pada proses asuhan klinis maupun pada proses
manajerial, yang dipahami seluruh staf / anggota.
26
Benar Pasien
Benar informasi yang diberikan pasien terkait keluhan yang sedang
dialami
Benar dalam menentukan tindakan fisioterapi
Benar dalam memberikan dosis terapi dan latihan
Benar dokumentasi
2. Komunikasi Efektif
Meningkatkan komunikasi secara efektif, mulai dari awal, lengkap, dimengerti,
tidak duplikasi dan tepat kepada penerima informasi. Hal ini bertujuan untuk :
27
Proses Time Out
5. Cegah Infeksi
Mencegah penularan infeksi, kami menerapkan "lima langkah cuci tangan".
Melalui budaya ini diharapkan tidak terjadi penularan infeksi pada lingkungan
pelayanan fisioterapi.
6. Resiko Jatuh
Adalah suatu upaya untuk mengidentifikasi pasien terhadap resiko / kemungkinan
jatuh selama dilingkungan / pelayanan fisioterapi. Mulai dari cara pasien datang
hingga proses pasien pulang.
28
BAB VI
KESELAMATAN KERJA
29
kemudahan akses bagi pasien rawat inap yang akan dilakukan intervensi di
bagian fisioterapi rawat jalan.
30
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU
31
dalam 6 aspek, yaitu safety, effectiveness, timeliness, efficiency, equity, dan
patient awareness.
32
BAB VIII
PENUTUP
33