Anda di halaman 1dari 35

BIOTEKNOLOGI

BIOTEKNOLOGI KONVESIONAL DAN BIOTEKNOLGI MODERN

DISUSUN OLEH:
CINDY YULIA ARTHA P. 1405015044

KHONSA TSABITA 1405015053

ROSYANTI NURSARI 1405015061

JENY SEPTIANSYAH 1405015067

HASNUNIANTI 1405015068

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2017

1| B i o t e k n o l o g i K o n v e s i o n a l d a n M o d e r n
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatakan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan makalah yang membahas mengenai Bioteknoogi Konvesional dan
Bioteknologi Modern.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Didimus Tanah
Boleng, M.Kes, selaku dosen pembimbing dalam penyusunan dan penulisan makalah
ini. Adapun makalah ini tidak luput dari segala macam kekurangan baik dari pihak
penulis, sehingga para pembaca diharapkan dapat memberikan toleransi kepada
penulis dan pembahasan materi dari makalah ini.Makalah ini dibuat guna untuk
memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Bioteknologi.

Samarinda, 29 September 2017

Tim Penulis

i| B i o t e k n o l o g i K o n v e s i o n a l d a n M o d e r n
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................


DAFTAR ISI ..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................
A. Latar Belakang ..................................................................................................
B. Rumusan Masalah .............................................................................................
C. Tujuan ...............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................
A. Pengertian Bioteknologi Konvesional dan Bioteknologi Modern ....................
B. Ciri-Ciri Bioteknologi Konvesional dan Bioteknologi Modern .......................
C. Contoh dari Bioteknologi Konvesional dan Bioteknologi Modern ..................
D. Kelebihan dan Kekurangan Bioteknologi Konvesional dan Bioteknologi
Modern..............................................................................................................
BAB III PENUTUP ...................................................................................................
A. Kesimpulan .......................................................................................................
B. Saran .................................................................................................................
DAFTAR PUSTSAKA ..............................................................................................

ii| B i o t e k n o l o g i K o n v e s i o n a l d a n M o d e r n
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada awalnya, bioteknologi diartikan sebagai teknologi yang menggunakan
sel hidup, yakni mikroorganisme, untuk menghasilkan produk. Bioteknologi
tradisional ini sudah ada sejak lama seperti pada pembuatan keju, minuman
anggur, tempe, dan tape. Sedangkan bioteknologi modern (bioteknologi
molekular) merupakan teknologi yang memanfaatkan agen hayati atau komponen-
komponennya yang telah mengalami rekayasa genetik melalui teknologi DNA
rekombinan untuk menghasilkan barang dan atau jasa untuk memenuhi kebutuhan
manusia dan lingkungan.
Bioteknologi molekular merupakan disiplin ilmu yang menarik dan bergerak
dengan cepat berdasarkan perkembangan teknologi biologi molekular. Teknologi
DNA rekombinan digunakan untuk melakukan pemindahan gen dengan tujuan
untuk menghasilkan produk yang berguna untuk mengubah proses produksi
menjadi lebih efisien. Saat ini para peneliti dapat memindahkan gen tertentu dari
organisme yang satu ke organisme lainnya yang sangat berbeda. Gene pharming,
misalnya, mengekspresikan suatu protein manusia pada tanaman atau pada
binatang dan disekresikan bersama air susu binatang itu.
Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk
hidup (bakteri, fungi, virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup
(enzim, alkohol) dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa.
Bioteknologi secara umum berarti meningkatkan kualitas suatu organisme melalui
aplikasi teknologi.Aplikasi teknologi tersebut dapat memodifikasi fungsi biologis
suatu organisme dengan menambahkan gen dari organisme lain atau merekayasa
gen pada organisme tersebut. Selain itu bioteknologi juga memanfaatkan sel

1| B i o t e k n o l o g i K o n v e s i o n a l d a n M o d e r n
tumbuhan atau sel hewan yang dibiakkan sebagai bahan dasar sebagai proses
industri.
Prinsip-prisip bioteknologi telah digunakan untuk membuat dan memodifikasi
tanaman, hewan, dan produk makanan.Bioteknologi yang menggunakan teknologi
yang masih sederhana ini disebut bioteknologi konvensional atau
tradisional.Penerapan bioteknologi konvensional ini sering diterapkan dalam
pembuatan produk-produk makanan.Seiring dengan perkembangan dan penemuan
dibidang molekuler maka teknologi yang digunakan dalam bioteknologi pada saat
ini semakin canggih.Bioteknologi yang menggunakan teknologi canggih ini
disebut bioteknologi modern.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian bioteknologi konvesional dan bioteknologi modern?
2. Bagaimana ciri-ciri bioteknologi konvesional dan bioteknologi modern?
3. Apa saja contoh dari bioteknologi konvesional dan bioteknologi modern?
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan bioteknologi konvesional dan bioteknologi
modern?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui perbedaan bioteknologi konvesional dan bioteknologi
modern.
2. Untuk mengetahui contoh dari bioteknologi konvesional dan bioteknologi
modern.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri bioteknologi konvesional dan bioteknologi modern.
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan bioteknologi konvesional dan
bioteknologi modern.

2| B i o t e k n o l o g i K o n v e s i o n a l d a n M o d e r n
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bioteknologi Konvesional dan Bioteknologi Modern


1. Pengertian Bioteknologi Konvensional
Bioteknologi konvensional merupakan proses bioteknologi yang
mengandalkan jasa mikroba untuk menghasilkan produk yang dibutuhkan
manusia melalui proses fermentasi. Bioteknologi konvesional tidak melakukan
manipulasi organisme atau rekayasa, tetapi menciptakan kondisi dan bahan
makanan yang cocok bagi mikroba untuk berkembang secara optimal.
Bioteknologi konvesional merupakan bioteknologi sederhana. Bioteknologi ini
mempunyai beberapa manfaat, yaitu:
a. Meningkatkan nilai gizi dari produk-produk makanan dan minuman.
b. Menciptakan sumber makanan baru, misalnya dari es kelapa dapat
diciptakan makanan baru yaitu nata de coco.
c. Dapat membuat makanan yang tahan lama, misalnya asinan.
d. Secara tidak langsung dapat meningkatkan perekonomian rakyat, karena
bioteknologi sederhana tidak banyak membutuhkan biaya, sehingga
masyarakat kecil bisa melakukaknnya dan menjual hasilnya untuk keperluan
hidup sehari-hari.
2. Pengertian Bioteknologi Modern
Bioteknologi modern adalah bioteknologi yang menggunakan teknik
rekayasa genetika, seperti DNA rekombinan. DNA rekombinan yaitu
pemutusan dan penyambungan DNA, dengan cara kultur jaringan, kloning, dan
fusi sel.
Bioteknologi modern merupakan penerapan bioteknologi yang
menggunakan alat dan cara kerja yang canggih, dilakukan dalam keadaan
bersih dan steril, kualitas produk lebih baik, dan kuantitas hasil produk yang

3| B i o t e k n o l o g i K o n v e s i o n a l d a n M o d e r n
dibuat lebih banyak dan terarah. Konsep penggunaan bioteknologi modern ini
lebih menekankan pada bagaimana cara memanipulasi materi genetik
mokroorganisme untuk menghasilkan clone yang lebih unggul. Manfaat
bioteknologi modern yaitu:
a. Menghasilkan bibit tanaman dengan sifat unggul.
b. Meningkatkan produksi bahan pangan.
c. Mengolah sampah menjadi bahan bermanfaat.
d. Menghasilkan produk kesehatan (vaksin, antibody monoclonal dan lain-
lain).

B. Contoh Proses dalam Bioteknologi Konvesional dan Bioteknologi Modern


1. Bioteknologi konvesional
a. Proses Pembuatan Tempe
Dibanding indonesia, dalam hal pembuatan tempe, jepang lebih canggih.
Tepatnya dikawasan okoyama, tempe telah dikembangkan menjadi miso
tempe, semacam tauco yang menjadi bumbu masakan jepang. Awal
pembuatan miso tempe di negara sakura itupun sebenarnya tidak sengaja.
Pada tahun 1996, jepang dilanda suatu penyakit yang banyak menewaskan
anak-anak. Setelah diteliti ternyata penyakit tersebut berasal dari daging dan
sayur mentah. Dari kejadiannya tersebut mereka berinisiatif untuk mencari
alternatif pengganti. Dari hasil penelitian, ternyata tempe menjadi
pilihannya, karena kadar proteinnya tinggi. Sementara di Jerman, dapat di
informasikan bahwa tempe diketahui mengandung superoksida dismutase,
suatu senyawa yang bisa mencegah penuaan dini dan penyakit-penyakit
degeneratif.
Tempe adalah makanan yang dibuat melalui proses fermentasi dari biji
kedelai atau beberapa bahan lain yang mengandung protein tinggi dengan
menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus
oligosporus, Rh. orizae, Rh. stolonifer (kapang roti), atau Rh. arrhizus,

4| B i o t e k n o l o g i K o n v e s i o n a l d a n M o d e r n
sehingga membentuk padatan kompak berwarna putih. Sediaan fermentasi
ini secara umum dikenal sebagai ragi tempe. Warna putih pada tempe
disebabkan adanya miselia jamur yang tumbuh pada permukaan biji kedelai.
Tekstur kompak juga disebabkan oleh miselia jamur yang menghubungkan
biji-biji kedelai tersebut. Banyak sekali jamur yang aktif selama fermentasi,
tetapi umumnya para peneliti menganggap bahwa Rhizopus sp. merupakan
jamur yang paling dominan. Jamur yang tumbuh pada kedelai tersebut
menghasilkan enzim-enzim yang mampu merombak senyawa organik
kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga senyawa tersebut
dengan cepat dapat dipergunakan oleh tubuh.
Pada dasarnya proses pembuatan tempe merupakan proses penanaman
mikroba jenis jamur Rhizopus sp pada media kedelai, sehingga terjadi proses
fermentasi kedelai oleh ragi tersebut. Hasil fermentasi menyebabkan tekstur
kedelai menjadi lebih lunak, terurainya protein yang terkandung dalam
kedelai menjadi lebih sederhana, sehingga mempunyai daya cerna lebih baik
dibandingkan produk pangan dari kedelai yang tidak melalui proses
fermentasi. Jamur ini akan mengubah protein kompleks kacang kedelai yang
sukar dicerna menjadi protein yang mudah dicerna karena adanya
perubahan-perubahan kimia pada protein, lemak dan karbohidrat. Selama
proses fermentasi kedelai menjadi tempe, akan dihasilkan antibiotika yang
akan mencegah penyakit perut seperti diare.
Jamur Rhizopus orizae merupakan jamur yang sering digunakan dalam
pembuatan tempe. Jamur Rhizopus orizae aman dikonsumsi karena tidak
menghasilkan toksin dan mampu menghasilkan asam laktat. Jamur Rhizopus
orizae mempunyai kemampuan mengurai lemak kompleks menjadi
trigliserida dan asam amino. Selain itu jamur Rhizopus orizae mampu
menghasilkan protease. Sorenson dan Hessetine (1986) menyatakan bahwa
Rhizopus sp. tumbuh baik pada kisaran pH 3,4-6. Pada penelitian semakin
lama waktu fermentasi, pH tempe semakin meningkat sampai pH 8,4,

5| B i o t e k n o l o g i K o n v e s i o n a l d a n M o d e r n
sehingga jamur semakin menurun karena pH tinggi kurang sesuai untuk
pertumbuhan jamur. Secara umum jamur juga membutuhkan air untuk
pertumbuhannya, tetapi kebutuhan air jamur lebih sedikit dibandingkan
dengan bakteri. Selain pH kadar air yang kurang sesuai untuk pertumbuhan
jamur, jumlah nuitrien dalam bahan, juga dibutuhkan oleh jamur.
Tahapan-tahapan dalam proses pembuatan tempe adalah sebagai
berikut:
1) Penghilangan kotoran, sortasi, dan penghilangan kulit
Biji kedelai harus bersih, bebas dari campuran batu kerikil, atau
bijian lain, tidak rusak dan bentuknya seragam. Kulit biji
kedelai harus dihilangkan untuk memudahkan pertumbuhann
jamur. Penghilangan kulit biji dapat dilakukan secara kering
atau basah. Cara kering lebih efisien, yaitu dikeringkan terlebih
dahulu pada suhu 104oC selama 10 menit atau dengan pengeringan
sinar matahari selama 1-2 jam. Selanjutnya penghilangan kulit dilakukan
dengan alat “Burr Mill”. Biji kedelai tanpa kulit dalam keadaan kering
dapat disimpan lama. Penghilangan biji secara basah dapat dilakukan
setelah biji mengalami hidrasi yaitu setelah perebusan atau
perendaman. Biji yang telah mengalami hidrasi lebih mudah
dipisahkan dari bagian kulitnya, tetapi dengan cara basah tidak dapat
disimpan lama.
2) Perendaman atau pre fermentasi
Selama proses perendaman, biji mengalami proses hidrasi, sehingga
kadar air biji naik sebesar kira-kira dua kali kadar air semula, yaitu
mencapai 62-65%. Proses perendaman memberi kesempatan
pertumbuhan bakteri-bakteri asam laktat sehingga terjadi penurunan
pH dalam biji menjadi sekitar 4,5–5,3. Penurunan biji kedelai
tidak menghambat pertumbuhan jamur tempe, tetapi dapat menghambat
pertumbuhan bakteri-bakteri kontaminan yang bersifat pembusuk. Proses

6| B i o t e k n o l o g i K o n v e s i o n a l d a n M o d e r n
fermentasi selama perendaman yang dilakukan bakteri mempunyai
arti penting ditinjau dari aspek gizi, apabila asam yang dibentuk dari gula
stakhijosa dan rafinosa. Keuntungan lain dari kondisi asam dalam biji
adalah menghambat penaikan pH sampai di atas 7,0 karena adanya
aktivitas proteolitik jamur dapat membebaskan ammonia sehingga dapat
meningkatkan Ph dalam biji. Pada pH di atas 7,0 dapat menyebabkan
penghambatan pertumbuhan atau kematian jamur tempe. Hesseltine, et.al
(1963), mendapatkan bahwa dalam biji kedelai terdapat komponen yang
stabil terhadap pemanasan dan larut air bersifat menghambat
pertumbuhan pertumbuhan Rhizopus oligosporus, dan juga dapat
menghambat aktivitas enzim proteolitik dari jamur tersebut.
Penemuan ini menunjukkan bahwa perendaman dan pencucian sangat
penting untuk menghilangkan komponen tersebut. Proses hidrasi terjadi
selama perendaman dan perebusan biji. Makin tinggi suhu yang
dipergunakan makin cepat proses hidrasinya, tetapi bila perendaman
dilakukan pada suhu tinggi menyebabkan penghambatan pertumbuhan
bakteri sehingga tidak terbentuk asam.
3) Proses perebusan
Proses pemanasan atau perebusan biji setelah perendaman bertujuan
untuk membunuh bakteri-bakteri kontaminan, mengaktifkan senyawa
tripsin inhibitor, membantu membebaskan senyawa-senyawa dalam biji
yang diperlukan untuk pertumbuhan jamur.
4) Penirisan dan penggilingan
Tahapan ini bertujuan untuk mengurangi kandungan air dalam biji,
mengeringkan permukaan biji dan menurunkan suhu biji sampai sesuai
dengan kondisi pertumbuhan jamur, air yang berlebihan dalam biji dapat
menyebabkan penghambatan pertumbuhan jamur dan menstimulasi
pertumbuhan pertumbuhan bakteri-bakteri kontaminan, sehingga
menyebabkan pembusukan.

7| B i o t e k n o l o g i K o n v e s i o n a l d a n M o d e r n
5) Inokulasi
Inokulasi pada pembuatan tempe dapat dilakukan dengan
mempergunakan beberapa bentuk inokulan yaitu:
a) Usar, dibuat dari daun waru (Habiscus tiliaceus) atau jati
(Tectona grandis) merupakan media pembawa spora jamur. Usar ini
banyak dipergunakan di Jawa Timur.
b) Tempe yang telah dikeringkan secara penyinaran matahari atau kering
beku.
c) Sisa spora dan miselia dari wadah atau kemasan tempe.
d) Ragi tempe yang dibuat dari tepung beras yang dibuat bulat seperti
ragi roti.
e) Spora Rhizopus oligiosporus yang dicampurkan dengan air.
f) Isolat Rhizopus oligosporus dari agar miring untuk pembuatan tempe
skala laboratorium.
g) Ragi tempe yang dibuat dari tepung beras yang dicampurkan dengan
jamur tempe yang ditumbuhkan pada medium dan keringkan.
6) Pengemasan
Kemasan yang dipergunakan untuk fermentasi tempe secara
tradisional yaitu daun pisang, jati, waru, atau bambu, selanjutnya
dikembangkan penggunaan kemasan plastik yang diberi lubang. Secara
laboratorium kemasan yang dipergunakan adalah nampan stainless stell
dengan berbagai ukuran yang dilengkapi dengan lubang-lubang.
7) Inkubasi atau Fermentasi
Inkubasi dilakukan pada suhu 200-370 C selama 36-48 jam. Selama
inkubasi terjadi proses fermentasi yang menyebabkan perubahan
komponen-komponen dalam biji kedelai. Persyaratan tempat yang
dipergunakan untuk inkubasi kedelai adalah kelembaban, kebutuhan
oksigen dan suhu yang sesuai dengan pertumbuhan jamur.

8| B i o t e k n o l o g i K o n v e s i o n a l d a n M o d e r n
b. Proses Pembuatan Yoghurt
Pemakaian mikroba hidup dalam makanan punya sejarah panjang.
Konsep probiatik sudah dikenal sejak 2.000 tahun yang lalu. Namun, baru
awal abad ke-19 dibuktikan secara ilmiah oleh Ilya Metchnikoff, seorang
ilmuwan rusia yang bekerja di Institut Pasteur, Paris.
Awal tahun 1900, Metchikoff – yang dikenal sebagai bapak imunologi
menulis teori bahwa orang Bulgaria yang banyak minum yogurt terbukti
lebih awet muda dibanding yang tidak. Ia menyebutkan adanya Bulgarian
bacillus dalam yogurt, yang akhirnya dikenal dengan Lactobacillus
bulgaricus, digunakan untuk pembuatan yogurt. Metchnikoff menyimpulkan
ketergantungan mikroorganisme dalam tubuh manusia pada makanan
menyebabkan mikroorganisme tersebut dapat dimodifikasi dan
mikroorganisme jahat dapat diganti dengan yang lebih bermanfaat.
Yoghurt merupakan salah satu produk fermentasi susu dengan bantuan
bakteri asam laktat (BAL). Yoghurt mempunyai banyak manfaat bagi tubuh
antara lain: mengatur saluran pencernaan, antidiare, antikanker,
meningkatkan pertumbuhan, membantu penderita lactose intolerance dan
mengatur kadar kolesterol dalam darah. Karakteristik yoghurt seperti rasa
asam dan tekstur yang kental menjadikan beberapa orang tidak
menyukainya. Diperlukan adanya disversikasi dalam pembuatan yogurt,
yaitu dengan membuat produk yogurt yang tidak terlalu asam dengan
menghentikan waktu fermentasi pada tingkat keasaman yang diinginkan dan
tekstur yang tidak kental (encer) sehingga mudah untuk diminum drink
yoghurt.
Pada pembuatan yoghurt, dilakukan proses fermentasi dengan
memanfaatkan bakteri asam laktat misalnya dari golongan Lactobacillus
bulgaricus dan Streptocucus thermophilus. Streptocucus thermophilus
berkembang biak lebih cepat dan menghasilkan baik asam maupun CO2.
Asam dan CO2 yang dihasilkan tersebut kemudian merangsang pertumbuhan

9| B i o t e k n o l o g i K o n v e s i o n a l d a n M o d e r n
dari Lactobacillus bulgaricus. Disisi lain, aktivitas proteolitik dari
Lactobacillus bulgaricus memproduksi peptida penstimulasi dan asam
amino untuk dapat dipakai oleh Streptocucus thermophilus. Mikroorganisme
ini sepenuhnya bertanggung jawab atas pembentukan tekstur dan rasa
yoghurt. Selama proses fermentasi, bakteri asam laktat akan memfermentasi
karbohidrat yang ada hingga terbentuk asam laktat. Pembentukan asam
laktat ini menyebabkan peningkatan keasaman dan penurunan nilai pH.
Bakteri asam laktat akan memanfaatkan gula dalam susu untuk difermentasi
menjadi asam laktat hingga terjadi penurunan nilai pH dan peningkatan
keasaman.
Alat dan bahan yang disiapakan dalam pembuatan youghurt antara lain,
panci email, kompor atau alat pemanas lainnya, ph meter atau kerta ph, susu
sapi segar sebanyak satu liter dan biakan murni bakteri lactobacillus
bulgaricus dan streptococcus thermophillus.
Tahapan-tahapan permbuataan youghurt adalah sebagai berikut, susu
yang akan difermentasi dipanaskan pada suhu 900c selama 15-30 menit, susu
yang telah dipanaskan didinginkan sampai suhunya mencapai 400c,
inokulasikan biakan Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus
thermophillus. Sebanyak 2% dari jumlah susu yang akan difermentasikan,
kemudian tutup tempat susu tersebut, susu yang telah diinokulasikan tersebut
disimpan dalam ruangan yang bersuhu sekitar 430C selama tiga jam atau
smpai tercapai pH 4-5, selanjutnya susu yang telah mencapai pH 4-5
didinginkan pada suhu 5oC kemudian dikemas dalam botol atau tempat
lainnya.

10| B i o t e k n o l o g i K o n v e s i o n a l d a n M o d e r n
Proses pembutan youghurt (Rukmana, Rahmat: 2001)

c. Proses pembuatan nata de coco


Nata de coco adalah jenis komponen minuman yang merupakan
senyawa selulosa, yang di hasilkan dari air kelapa melalui proses fermentasi,
yang melibatkan jasad renik atau mikroba yang selanjutnya dikenal dengan
bibit nata. Bibit nata sebenarnya merupakan golongan bakteri dengan
Acetobacter xylinum. Acetobacter xylinum merupakan contoh bakteri yang
menguntungkan bagi manusia seperti halnya bakteri asam laktat pembentuk
yoghurt, asinan, dan lainnya. Bakteri ini dapat membentuk nata jika di
tumbuhkan dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan karbon dan
nitrogen, melalui proses yang terkontrol. Dalam kondisi demikian bakteri
tersebut akan menghasilkan enzim ekstraseluler yang dapat mempolimerisasi
zat gula menjadi ribuan rantai (homopolimer) serat atau selulosa. Dari jutaan
jasad renik yang tumbuh dalam air kelapa tersebut, akan dihasilkan jutaan
lembar benang-benang selulosa yang akhirnya nampak padat berwarna putih
hingga berwarna transparan yang disebut sebagai nata.
Nata yang dihasilkan tentu dapat beragam kualitasnya. Kualitas yang
baik dapat terpenuhi apabila air kelapa yang di gunakan memenuhi kualitas
bahan nata dan prosesnya di kendalikan dengan cara yang benar berdasarkan
pada faktor-faktor yang mempengaruhi pertmbuhan dan aktivitas

11| B i o t e k n o l o g i K o n v e s i o n a l d a n M o d e r n
Acetobacter xylinum. Apabila rasio antara karbon dan nitrogen diatur secara
optimal, dan prosesnya dikontrol dengan baik, maka semua cairan akan
berubah menjadi nata tanpa meninggalkan residu sedikitpun. Nata dapat di
buat bukan hanya dari air kelapa tapi juga dapat dari berbagai bahan yang
mengandung gula, protein, dan mineral, seperti misalnya sari buah-buahan,
sari kedelai, dan bahkan air gula. Oleh sebab itu nama nata dapat bermacam-
macam.
Proses pembuatan aneka nata pada prinsipnya sama kecuali pada nata de
aloe yang tidak menggunakan starter. Proses pembuatan nata de coco, nata
de pinna, nata de soya sama. Perbedaanya tetap pada penggunaan bahan
bakunya. Proses pembuatan nata de coco dibagi menjadi 4 bagian yaitu
penyiapan biakan murni, pembuatan starter, fermentasi, dan pembuatan
minuman nata de coco.
1) Pembuatan biakan murni
Bahan –bahan untuk membuat biakan murni dapat dilihat dibawah
ini. Untuk kapasitas produksi yang lebih besarjumlah masing-masing
bahan dapat dikalikan sesuai dengan yang di butuhkan :
a) Biakan murni Acetobacter xylinum
b) Asam Asetat 25% sampai pH 3-4
c) Glukosa 100 g
d) Ekstrak ragi 5 g
e) K2HPO4 5 g
f) (NH4)2SO4 0,6 g
g) MgSO4 0,2 g
h) Agar 18 g
i) Air kelapa 1000 ml

12| B i o t e k n o l o g i K o n v e s i o n a l d a n M o d e r n
Bahan-bahan pembuatan biakan murni (Pembayun, Rindit: 2002

Dibawah ini merupakan proses pembuatan biakan murni nata de


coco adalah sebagai berikut :
a) Siapkan seluruh bahan baku, kemudian ditimbang dan ditakar.
b) Semprotkan alcohol ke tangan untuk mensterilkan tangan.
c) Buat larutan pertama yaitu dengan cara mencapurkan 18 g agar ke
dalam 500 ml air kelapa. Setelah itu panaskan, kemudian tambahkan
ekstrak ragi dan aduk sampai larut.
d) Masukan 3 ml larutan pertama ke dalam tabung reaksi dan tutup
dengan kapas.
e) Buat larutan kedua dengan mencampurkan 100 g glukosa asam asetat
25% K2HPO4, (NH4)2SO4, MgSO4, dan 500 ml air kelapa sambil di
aduk.
f) Masukkan 3 ml larutan ke tabung reaksi dan tutup dengan kapas.
g) Sterilkan tabung reaksi menggunakan air mendidih di dalam panci
selama 20 menit.
h) Anggkat tabung reaksi dan dinginkan dalam tabung reaksi.

13| B i o t e k n o l o g i K o n v e s i o n a l d a n M o d e r n
i) Tuang tabung reaksi berisi larutan pertama ke dalam tabung reaksi
berisi larutan ke 2, kemudian taruh tabung reaksi tersebut dengan
posisi miring sekitar 15º dan biarkan sampai mengeras.
j) Siapkan inokulum (bibit biakan), semproptkan alcohol pada tangan
agar steril.
k) Panaskan jarum ose menggunakan Bunsen spiritus, kemudian gunakan
untuk mengambil inoculum pada agar miring.
l) Letakkan agar miring ke dalam wadah inkubasi sampai bakteri tumbuh
dan terlihat mengkilat.

Alat-alat pembuatan biakan murni (Pembayun, Rindit: 2002)

2) Pembuatan starter
Bahan-bahan untuk starter dapat dilihat di bawah ini.Untuk kapasitas
produksi yang lebih besar, jumlah masing-masing bahan dapat dikalikan
sesuai dengan yang dibutuhkan.
a) Biakan murni Acetobacter xylinum
b) Asam asetat 25% sampai pH 3-4
c) Glukosa 100 gram
d) Urea 5 gram

14| B i o t e k n o l o g i K o n v e s i o n a l d a n M o d e r n
e) Air kelapa 1.060 ml
Dibawah ini merupakan proses pembuatan starter nata de coco
adalah sebagai berikut :
a) Timbang bahan-bahan yang sudah disiapkan dan semprotkan alcohol
ke tangan agar steril.
b) Siapkan larutan pertama yang terbuat dari air kelapa, kemudian di
endapkan dan disaring. Setelah itu, ambil 1.000 mL air kelapa dan
panaskan hingga mendidih.
c) Tambahkan asam asetat 25% dan 100 gram glukosa. Aduk hingga gula
larut.
d) Buat larutan kedua dengan memasukkan larutan urea kedalam 60 mL
air kelapa kemuadian panaskan hingga mendidih.
e) Tuang larutan kedua kedalam larutan pertama yang telah disiapkan.
f) Pindahkan kedalam botol starter.
g) Tutup dengan kapas steril dan tunggu sampai dingin.
h) Tambahkan ± 10 % larutan biakan. Agar biakan tumbuh miring pada
permukaan , gunakan aquades steril sebanyak 10 mL.
i) Letakan botol kedalam rak inkubasi selama 6-8 hari sampai terbentuk
lapisan putih pada media.

15| B i o t e k n o l o g i K o n v e s i o n a l d a n M o d e r n
Proses pembuatan starter (Pembayun, Rindit: 2002)

3) Fermentasi
Bahan-bahan untuk fermentasi dapat dilihat dibawah ini. Untuk
kapasitas produksi yang lebih besar, jumlah masing-masing bahan dapat
dikalikan sesuai dengan yang dibutuhkan :
a) Starter 50 ml
b) Glukosa 80 gram
c) Urea 5 gram
d) Air kelapa 1.100 mL
e) Asam asetat 25% 10 mL

16| B i o t e k n o l o g i K o n v e s i o n a l d a n M o d e r n
Dibawah ini merupakan proses fermentasi nata decoco adalah
sebagai berikut:
a) Sesudah bahan ditimbang buat larutan pertama dari air kelapa
kemudian diendapkan selama beberapa menit.
b) Saring larutan air kelapa dengan kain kasa.
c) Panaskan 1000 mL larutan air kelapa pertama sampai mendidih
kemudian diaduk dan tambahkan asam asetat 25% dan 80 gram
glukosa lalu aduk sampai rata.
d) Buat larutan kedua dengan memasukkan 5 gram urea kedalam 100 mL
air kelapa, kemudian panaskan hingga mendidih.
e) Tuangkan larutan kedua ke dalam larutan pertama dan biarkan sampai
dingin.
f) Tambhakan starter ke dalam campuran tersebut.
g) Tuang campuran tersebut ke dalam wadah fermentasi dengan
ketinggian sekitar 4 cm.
h) Tutup dengan Koran.
i) Letakan di ruang fermentasi atau rak selama 12-15 hari sampai
terbentuk lapisan nata yang cukup tebal (2-3 cm)

Proses fermentasi (Pembayun, Rindit: 2002)

17| B i o t e k n o l o g i K o n v e s i o n a l d a n M o d e r n
4) Pembuatan minuman nata de coco
Bahan bahan untuk membuat minuman nata de coco ± 24 gelas dapat
dilihat di bawah ini. Untuk kapasitas produksi yang lebih besar, jumlah
masing-masing bahan dapat dikalikan sesuai dengan yang dibutuhkan.
a) Nata de coco 1000 gram
b) Asam sitrat 12 gram
c) Gula pasir 200 gram
d) Natrium benzoate 200 gram
e) Flavor 2 ml
f) Air untuk sirup 4000 ml
Dibawah ini merupakan proses pembuatan minuman nata de coco
adalah sebagai berikut:
a) Periksa lembaran nata de coco. Jika ditemukan jamur, bercak hitam,
dan lubang pisahkan lembaran nata de coco tersebut.
b) Kerok lapisan nata de coco menggunakan sendok, lalu cuci. Rendam
lembaran nata de coco tersebut selama 1 hari.
c) Potong lembaran nata de coco dengan ukuran 1,5 cm x 1,5 cm,
kemudian rendam dalam air mengalir sampai pHnya netral.
d) Angkat dan rendam kembali dadu nata de coco ke dalam air yang di
campur dengan tawas selama 4 jam.

Proses pembuatan nata de coco (Pembayun, Rindit: 2002)

18| B i o t e k n o l o g i K o n v e s i o n a l d a n M o d e r n
e) Angkat dan rendam kembali dalam air yang mengalir sampai pH
menjadi netral.
f) Bersihkan nata, kemudian di masak dalam air selama 15 menit.

Proses fermentasi (Pembayun, Rindit: 2002)

g) Buat sirup dengan mencampurkan asam sitrat, natrium benzoate,


flavour, dan gula pasir ke dalam air.
h) Masak larutan tersebut sambil diaduk sampai mendidih.
i) Diamkan sirup tersebut sampai hangat kemudian nata de coco
sebanyak 50 gram dimasukkan kedalam cup kapasitas 220 mL dan
tuang sirup sebanyak 170 mL.
j) Biarkan cup dingin lalu tempelkan lid (menggunakan mesin sealer).
d. Pembuatan tape singkong
Tape singkong adalah tape yang dibuat dari singkong yang difermentasi.
Makanan ini popular di Jawa dan dikenal di seluruh tempat, mulai dari Jawa
Barat hingga Jawa Timur. Pembuatan tape melibatkan umbi singkong
sebagai substrat dan ragi tapai (Saccharomyces cerevisiae) yang dibalurkan
pada umbi yang telah dikupas kulitnya. Ada dua teknik pembuatan yang
menghasilkan tapai biasa, yang basah dan lunak, dan tapai kering, yang lebih
legit dan dapat digantung tanpa mengalami kerusakan. Tape ini dibuat
dengan cara difermentasikan selama 2-3 hari, dengan bantuan bakteri

19| B i o t e k n o l o g i K o n v e s i o n a l d a n M o d e r n
Saccharomyces cerevisiae, Mucor chlamidosporus dan Endomycopsis
fibuligera.
Pembuatan tape singkong tidak memerlukan bahan baku. Tape singkong
hanya menggunakan singkong dan ragi. Singkong yang digunakan sebaiknya
singkong jenis mentega kuning super. Berikut ini adalah cara membuat tape
singkong.
1) Kupas kulit singkong, kemudian kerik singkong menggunakan pisau atau
batang bamboo yang ditipiskan untuk menghilangkan lendir yang
menempel.

2) Cuci menggunakan air sebanyak dua kali hingga singkong benar-benar


bersih.
3) Rebus singkong sekitar 40 menit. Selama merebus panci sebaiknya
ditutup agar singkong cepat matang.

20| B i o t e k n o l o g i K o n v e s i o n a l d a n M o d e r n
4) Angkat, kemudian dinginkan di anyaman datar yang terbuat dari bamboo
selama sekitar 1 jam.
5) Belah bagian tengah singkong, tetapi hanya setengah. Tujuannya agar
ragi dapat meresap kebagian dalam singkong sehingga proses
pembentukan tape singkong menjadi lebih cepat.
6) Bungkus ragi menggunakan kain kasa, kemudian pukul-pukulkan ke
singkong hingga merata atau hingga seluruh singkong terlihat putih.
7) Kemudian singkong yang telah ditaburi ragi didiamkan dan ditutup
selama 3 hari.
e. Proses pembuatan kecap
Kata “Kecap” diduga diambil dari bahasa cina koechiap atau ket-siap. Asal
usul kecap adalah dari daratan cina sekitar 3.000 tahun yang lalu atau sekitar
1.000 SM. Kemudian bersamaan dengan berkembangnya agama budha
dijepang, kecap ikut dipekenalkan, yaitu pada tahun 600-500 SM. Dicina dan
jepang fermentasi dalam pembuatan kecap dilakukan selama 1 sampai 3 tahun.
Hal ini diperlukan untuk memperoleh cita rasa yang khas. Di Indonesia,
fermentasi ini hanya dilakukan selama 1-3 bulan.
1) Tahap Persiapan
Pertama-tama dilakukan tahap persiapan untuk kedelai yang akan
diolah menjadi kecap. Kedelai yang digunakan untuk setiap proses
produksi yaitu sebanyak 200 kg. Diawali dengan penyortiran kedelai,
pencucian, dan perendaman dalam air bersih kurang lebih selama
semalam. Tujuan dilakukannya perendaman yaitu agar kedelai
menyerap air hingga kedelai mengembang, sehingga menghemat
waktu pemasakan serta biaya. Biaya yang murah disebabkan karena
kedelai yang mengembang tersebut akan bertambah besar, sehingga
tempat bertumbuhnya jamur akan lebih luas, meskipun jumlah
kedelai yang digunakan sedikit. Setelah perendaman, kedelai direbus
hingga masak, ditiriskan kemudian didinginkan di atas tampah bambu

21| B i o t e k n o l o g i K o n v e s i o n a l d a n M o d e r n
dengan cara ditebarkan dengan ketebalan sekitar 2 cm. Ketebalan
tersebut dimaksudkan agar jamur dapat tumbuh dengan rata pada
kedelai. Proses fermentasi moromi (fermentasi II) yang berlangsung
selama 2-4 bulan (jika dalam keadaan cuaca yang baik). Apabila
keadaan cuaca kurang baik, lama waktu perendaman bisa menjadi
lebih lama. Selama proses perendaman dalam larutan garam, bahan
disimpan dalam wadah berupa drum. Bahan disimpan dalam tempat
terbuka supaya dapat disinari oleh cahaya matahari, kemudian ditutup
pada malam hari serta bila hari hujan.Selama perendaman, bahan
diaduk dua kali sehari. Semakin lama proses fermentasi garam, kecap
yang dihasilkan akan semakin enak. Proses fermentasi dianggap
sudah selesai apabila sudah terbentuk aroma dan bau yang khas. Pada
tahap fermentasi ini akan tumbuh secara spontan jenis bakteri
Lactobacillus delbrueckii dan ragi Sacharomyces.
2) Proses pembuatan caramel
Air dididihkan, kemudian gula dimasukkan sedikit demi sedikit hingga
kapasitas yang diinginkan, agar larutan dapat homogen. Penambahan gula
terus dilakukan hingga terjadi perubahan bentuk dan warna. Perubahan
warna dan bentuk pada larutan ini disebut proses karamelisasi. Pada tahap
ini tidak dilakukan penyaringan, penyaringan terhadap kotoran yang
mungkin berasal dari gula dilakukan pada proses selanjutnya.
3) Proses pembuatan sari kedelai
Hasil dari proses fermentasi moromi atau fermentasi dengan larutan
garam diambil. Kemudian disaring untuk diambil sari
kedelainya.Penyaringan dilakukan dengan menggunakan kain saring
sebanyak 2 kali penyaringan sehingga didapatkan sari kedelai yang bebas
dari kotoran.
4) Proses pemasakan

22| B i o t e k n o l o g i K o n v e s i o n a l d a n M o d e r n
Proses selanjutnya, gula karamel dan sari kedelai dididihkan hingga
aroma dan rasanya terbentuk. Bumbu dan rempah-rempah yang lain
ditambahkan sesuai resep masing-masing jenis kecap. Untuk mencapai
kekentalan tertentu diambil sampel untuk diteliti.Apabila sudah memenuhi
standart kekentalan yang ditentukan, kemudian disaring dan dimasukkan ke
dalam tangki penampungan.Apabila terlalu kental maka ditambahkan air
sari kedelai dan dilakukan pengadukan.Penambahan sari kedelai dilakukan
sedikit demi sedikit.Setelah larutan kecap homogen kemudian diambil
sampel dan diukur kekentalannya lagi.Hal ini dilakukan berulang kali
hingga memenuhi standart kekentalan kecap yang ditentukan.
5) Proses penyaringan
Proses penyaringan dilakukan sebanyak dua kali. Penyaringan pertama
menggunakan penyaring yang ukurannya lebih besar dan pada tahap kedua
digunakan penyaring yang ukurannya lebih kecil.Diharapkan pada produk
akhir kecap yang dihasilkan dapat benar-benar murni dan bersih sehingga
dapat dialirkan ke bak penampungan dengan lancar.
1) Bioteknolgi Modern
a. Kultur Jaringan
Kultur jaringan merupakan suatu metode untuk memperbanyak
jaringan/sel yang berasal atau yang didapat dari jaringan asli tumbuhan atau
hewan setelah terlebih dahulu mengalami pemisahan (disagregasi) secara
mekanis, atau kimiawi (enzimatis) secara in vitro (dalam tabung kaca).
Konsep dasar dari kultur jaringan adalah sifat totipotensi sel. Keuntungan
teknik ini adalah: Sifat tanaman sesuai dengan induknya, perbanyakan
tanaman cepat, dan dapat di ekspor tanpa melalui proses karantina, karena
tanaman hasil kultur sudah steril.
b. Analisis genetik

23| B i o t e k n o l o g i K o n v e s i o n a l d a n M o d e r n
Analisis genetik mempelajari sifat dan karakter gen yang diwariskan
dari satu generasi ke generasi berikutnya serta interaksi antara gen dengan
lingkungan dalam menghasilkan suatu sifat.
c. Seleksi atau pemuliaan
Seleksi atau pemuliaan merupakan manipulasi mikroba, tanaman atau
hewan dan pemilihan individu atau populasi yang dinginkan sebagai
stokgenetik untuk perbaikan generasi baru.Konsep dasar persilangan yaitu
tanaman yang sejenis dapat dikawinkan dan menggunakan struktur alat
reproduksi tanaman.
d. Analisis DNA
Analisi DNA adalah proses atau tahapan pengambilan DNA atau RNA
di dalam tubuh organisme sampel atau target melalui tahapan isolasi DNA
total, PCR, elektroforesis, dan analisis hasil dibantu oleh software bio
informatika.
Isolasi DNA dapat dilakukan secara manual maupun dengan teknik
modern. Jika menggunakan teknik secara manual, hasil isolasi DNA masih
terlihat seperti benang-benang kromosom “DNA kotor” yang tidak dapat
dilakukan analisis berikutnya. Berbeda dengan isolasi DNA dengan teknik
modern, DNA yang dihasilkan terlihat murni dan bening.Hasil inilah yang
dapat diteruskan sampai pada tahap berikutnya.
e. Teknologi DNA rekombinan (recombinant DNA technology)
Teknologi DNA rekombinan (recombinant DNA technology) adalah
suatu metode untuk merekayasa materi genetik dengan cara menyisipkan
(insert) gen yang dikehendaki ke dalam suatu organisme.
f. PCR (polymerase chain reaction)
PCR (polymerase chain reaction) merupakan teknik amplifikasi atau
penggandaan gen target dengan menggunakan primer tertentu untuk proses
inisiasi.
g. Hibridoma

24| B i o t e k n o l o g i K o n v e s i o n a l d a n M o d e r n
Hibridoma adalah suatu metode untuk menggabungkan dua macam sel
eukariot dengan tujuan mendapatkan sel hybrid yang memiliki kemampuan
kedua sel induknya.
h. Kloning
kloning adalah suatu metode untuk menghasilkan keturunan yang
dikehendaki sama persis induknya. Kebanyakan metode untuk mengklona
potongan DNA dalam laboratorium memiliki sejumlah kesamaan ciri.Salah
satu pendekatan yang banyak diterapkan menggunakan bakteri, paling sering
Eschericia coli.Perlu diingat, E. coli merupakan molekul DNA besar yang
melingkar. Selain itu, E. coli dan banyak bakteri lain memiliki plasmid,
molekul DNA kecil melingkar yang bereplikasi secara terpisah dari
kromosom bakteri. Plasmid hanya memiliki sedikit gen. gen-gen ini berguna
ketika bakteri barada dalam lingkungan tertentu, namun mungkin tidak
dibutuhkan untuk kesintasan atau reproduksi dalan sebagian besar kondisi.
Untuk mengklonal potongan-potongan DNAdalam laboratorium, para
peneliti awalnya mengisolasi plasmid dari sel bakteri dan menyisipkan DNA
dari sumber lain kedalam plasmid. Plasmid yang dihasilkan kini merupakan
molekul DNA rekombinan, mengkombinasikan DNA dari dua
sumber.Plasmid kemudian dikembalikan kedalam sel bakteri, menghasilkan
bakteri rekombinan.Sel tunggal ini bereproduksi melalui pembelahan sel
berulang-ulang untuk membentuk klonal sel, populasi sel yang identik secara
genetis.Karena bakteri yang membelah mereplikasikan dan mewariskan
plasmid rekombinan kepada keturunannya, DNA asing dan gen-gen apapun
yang dibawanya turun di klona. Produksi banyak salinan dari satu gen
tunggal disebut pengklonaan gen (gene cloning).
Pengklonan gen bermanfaat untuk dua tujuan dasar: membuat banyak
salinan dari gen tertentu dan menghasilkan produk protein. Para peneliti
dapat mengisolasi salinan-salinan gen yang diklona dari bakteri untuk
digunakan untuk penelitian dasar atau member kemampuan metabolisme

25| B i o t e k n o l o g i K o n v e s i o n a l d a n M o d e r n
baru pada suatu orgsanisme, restisensi terhadap hama. Sebagai contoh, gen
restisensi tehadap hama yang terdapat dalam satu spesies tanaman budidaya
bisa diklona dan ditransfer ke spesies tumbuhan lain. Selain itu suatu protein
dengan kegunaan medis, misalnya hormon pertumbuhan manusia dapat
dipanen dalam jumlah besar dari kultur bakteri yang mengandung klona gen
pengode protein tersebut.
Kebanyakan gen pengode protein hanya terdapat dalam satu salinan
pergenom haploid kira-kira 1 bagian perjuta dalam kasus DNA manusia
sehingga kemampuan untuk mempersiapkan fragmen DNA langka semacam
itu dalam jumlah besar sangat penting bagi aplikasi apapun yang melibatkan
sebuah gen tunggal.
i. Hibridiasi DNA
Hibridisasi DNA adalah metode untuk menyeleksi sekuen DNA dengan
menggunakan probes DNA untuk proses hibridisasi (pencangkokan) rantai
ganda DNA.

C. Ciri-Ciri Bioteknologi Konvesional dan Bioteknologi Modern


1. Ciri-ciri bioteknologi konvesioanal
Dalam bioteknologi konvensional, penerapan teknik-teknik biologi,
biokimia ataurekayasa masih sangat terbatas sehingga belum mencapai aras
rekayasa molecularyang terarah. Dalam hal ini agensia jasad hidup digunakan
sebagaimana apa adanya.Kalaupun ada rekayasa, maka rekayasa tersebut masih
dalam aras yang belumsepenuhnya dapat dikendalikan. Sebagai contoh, untuk
meningkatkan produksi etanololeh mikroba tertentu, para ilmuwan telah
menerapkan teknik mutasi genetik sejakpuluhan tahun yang silam.Pada awal
perkembangannya, teknik mutasi tersebutdilakukan secara acak sehingga hasil
mutasi tidak dapat sepenuhnya dikendalikan ataudiramalkan.
Menurut Clegg, et al.(1990), ciri-ciri bioteknologi konvensional yaitu:
a. Memakai makhluk hidup secara langsung.

26| B i o t e k n o l o g i K o n v e s i o n a l d a n M o d e r n
b. Tanpa didasari prinsip ilmiah.
c. Berdasarkan keterampilan yang diwariskan turun-temurun.
2. Ciri-ciri Bioteknologi Modern
Dalam perkembangannya, bioteknologi kini telah mencapai aras rekayasa
yang jauh lebih terarah sehingga hasilnya dapat lebih, atau bahkan sepenuhnya
dikendalikan. Sebagai contoh sekarang telah dimungkinkan untuk melakukan
manipulasi genetik pada suatu jasad secara terarah sehingga hasil manipulasi
tersebut dapat diramalkan secara lebih pasti. Teknik manipulasi semacam ini
mulai berkembang ketika para ilmuwan berhasil melakukan teknik manipulasi
bahan genetik (DNA) secara in vitro. Dengan teknik yang dikenal sebagai DNA
rekombinan, atau rekayasa genetik (genetic engineering), para ilmuwan dapat
menyambung molekul-molekul DNA yang berasal dari jasad yang berbeda
menjadi suatu molekul rekombinan. Perkembangan teknik biologi molekuler
semacam ini akhirnya menumbuhkan madzhab bioteknologi baru yaitu
bioteknologi modern yang berbeda secara substansial dibanding dengan
bioteknologikonvensional (Nurcahyo, 1997)
Menurut Clegg, et al.(1990), ciri-ciri bioteknologi modern yaitu:
a. Memakai makhluk hidup dan komponennya secara langsung.
b. Menggunakan prinsip-prinsip ilmiah.
c. Hasil pengkajian berbagi disiplin ilmu yang mendalam.

D. Kelebihan dan Kekurangan Bioteknologi Konvesional dan Bioteknologi Modern


Menurut Primrose (1987), kelebihan dan kekurangan dari bioteknologi
konvesional dan bioteknologi modern adalah sebagai berikut:
1. Bioteknologi Konvensional
a. Kelebihan :
1) Relatif murah
2) Teknologi genetik sederhana

27| B i o t e k n o l o g i K o n v e s i o n a l d a n M o d e r n
3) Pengaruh jangka panjang umumnya sudah diketahui karena sistemnya
sudah mapan
b. Kekurangan:
1) Perbaikan sifat genetik tidak terarah
2) Tidak dapat mengatasi ketidaksesuaian genetik (inkompatibilitas)
3) Hasil tidak dapat diperkirakan sebelumnya
4) Memerlukan waktu lebih lama
2. Bioteknologi Modern
a. Kelebihan :
1) Perbaikan sifat genetik dilakukan secara terarah
2) Dapat mengatasi kendala ketidaksesuaian genetik
3) Hasil dapat diperhitungkan
4) Dapat menghasilkan jasad baru dengan sifat baru yang tidak ada pada
jasad alami
5) Dapat memperpendek jangka waktu pengembangan galur tanaman baru
6) Dapat meningkatkan kualitas
b. Kekurangan:
1) Relatif mahal
2) Memerlukan kecanggihan teknologi
3) Pengaruh jangka panjang belum diketahui

28| B i o t e k n o l o g i K o n v e s i o n a l d a n M o d e r n
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Perbedaan bioteknologi konvesional dan bioteknologi modern ialah
bioteknologi konvensional merupakan proses bioteknologi yang mengandalkan
jasa mikroba untuk menghasilkan produk yang dibutuhkan manusia melalui
proses fermentasi serta tidak melakukan manipulasi organisme atau rekayasa
seperti bioteknologi modern.
2. Contoh dari bioteknologi konvesional ialah tempe, nata de coco, tape, dan
youghurt, kecap sedangkan bioteknologi modern seperti rekayasa genetika.
3. Ciri-ciri bioteknologi konvesional ialah memakai makhluk hidup secara
langsung, tanpa didasari prinsip ilmiah berdasarkan keterampilan yang
diwariskan turun-temurun dan dapat diproduksi secara masal sedangkan
bioteknologi modern Memakai makhluk hidup dan komponennya secara
langsung, menggunakan prinsip-prinsip ilmiah, hsil pengkajian berbagi disiplin
ilmu yang mendalam dan tidak dapat diproduksi secara masal.
4. Kelebihan bioteknologi konvesional yaitu Relatif murah, Teknologi genetik
sederhana, Pengaruh jangka panjang umumnya sudah diketahui karena
sistemnya sudah mapan. Sedangkan Kekurangannya, yaitu Perbaikan sifat
genetik tidak terarah, Tidak dapat mengatasi ketidaksesuaian genetik
(inkompatibilitas), Hasil tidak dapat diperkirakan sebelumnya, dan Memerlukan
waktu lebih lama. Kelebihan bioteknologi modern yaitu, Perbaikan sifat genetik
dilakukan secara terarah, Dapat mengatasi kendala ketidaksesuaian genetic,
Hasil dapat diperhitungkan, Dapat menghasilkan jasad baru dengan sifat baru
yang tidak ada pada jasad alami, Dapat memperpendek jangka waktu
pengembangan galur tanaman baru, Dapat meningkatkan kualitas. Sedangkan

29| B i o t e k n o l o g i K o n v e s i o n a l d a n M o d e r n
kekurangannya yaitu Relatif mahal, Memerlukan kecanggihan teknologi,
Pengaruh jangka panjang belum diketahui.

30| B i o t e k n o l o g i K o n v e s i o n a l d a n M o d e r n
DAFTAR PUSTAKA

Campbell & Reece. 2010. Biologi. Erlangga. Jakarta.

Harianto, Bagus. 2007. 22 Peluang Bisnis Makanan untuk Home Industry. PT.
Agromedia Pustaka. Jakarta.

Hambali, Erliza, dkk. 2007. Membuat Aneka Nata. Penebar Swadaya. Jakarta

Ide, P. 2008. Healt Secret of Kefir, Menguak Keajaiban Susu Asam untuk
Penyembuhan Berbagai Penyakit. PT Elex Media Kompotindo. Jakarta.

Ismiatun. 2007. Kudapan Berbahan Tempe. Tiara Aksa. Surabaya.

Nugroho, Endik Deni. 2016. Penuntun Praktikum Bioteknologi.


Deepublish.Yogyakarta.

Nugroho, Endik Deni. 2017. Pengantar Bioteknologi. Deepublish.Yogyakarta.

Pembayun, Rindit. 2002. Teknolgi Pengolaha Nata de Coco. Kanisius.Yogyakarta.

Purwandari,Ari W. 2010. Kecap. Ganeca. Jakarta.

Sudjadi. 2008. Bioteknologi Kesehatan. Kanisius.Yogyakarta.

31| B i o t e k n o l o g i K o n v e s i o n a l d a n M o d e r n
32| B i o t e k n o l o g i K o n v e s i o n a l d a n M o d e r n

Anda mungkin juga menyukai