Anda di halaman 1dari 11

PENGOLAHAN LANJUTAN

“PENGOLAHAN AIR MINUM DI PDAM TIRTA MANGAR BALIKPAPAN”\

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan mata kuliah Pengolahan Lanjutan
Tahun ajaran 2017-2018

Disusun oleh :
Diana E Andani 143050016
Raden Wulan D Lestari 143050025

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kondisi air yang terkadang keruh, berbau, dan berwarna kekuningan
merupakan beberapa permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat di Kota
Balikpapan. Kualitas airnya menjadi tidak stabil.
Kondisi wilayah yang memiliki jenis tanah gambut dan juga kondisi
kemiringan lereng yang beragam mempengaruhi pengolahan dan distribusi air
yang dilakukan PDAM Tirta Manggar. Selain itu, adanya pergiliran pemadaman
air bukan hanya disebabkan oleh berkurangnya sumber air baku, namun adanya
pipa yang mengalami kebocoran dan perbaikan pipa juga menjadi salah satu
penyebab PDAM Tirta Manggar melakukan pemadaman air bergilir. Oleh karena
itu, mengingat pentingnya keberadaan air di Waduk Manggar dan air hasil olahan
PDAM Tirta Manggar Kota Balikpapan maka perlu dilakukan pengolahan yang
tepat untuk memenuhi baku mutu yang di tetapkan.

1.2 Batasan Masalah


Batasan masalah yang dibahas pada makalah ini yaitu mengenai pengolahan
air bersih yang diterapkan di PDAM Tirta Manggar Kota Balikpapan, khususnya
pengolahan lanjutan yang diterapkan untuk memenuhi baku mutu kualitas air
bersih.

1.3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengolahan Lanjutan dan agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami
Pengolahan Air Bersih yang diterapkan di PDAM Tirta Manggar Kota
Balikpapan, Kalimantan Selatan.
BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1 Profil Perusahaan


Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Manggar Kota Balikpapan
merupakan pengelola sistem penyediaan air bersih di wilayah Kota Balikpapan,
berdiri berdasarkan Peraturan Daerah Kotamadya Dati II Balikpapan Nomor 01
Tahun 1976 tanggal 4 Pebruari 1976 dan telah diadakan perubahan dengan
ditetapkannya Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor 3 Tahun 2008 Tentang
Perusahaan Daerah Air Minum Kota Balikpapan pada tanggal 8 Oktober 2008.
PDAM Tirta Manggar secara langsung bertanggung jawab penuh tentang kondisi
air bersih di Kota Balikpapan.
a Visi
Menjadikan PDAM Kota Balikpapan sebagai salah satu perusahaan
terkemukua di Indonesia dengan memperhatikan keselamatan, kesehatan
kerja dan lingkungan.
b Misi
 Membangun komunikasi yang kuat dengan para stakeholder termasuk
pelanggan.
 Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia secara terus menerus.
 Meningkatkan produktivitas dengan penerapan teknologi terkini.
 Mengelola perusahaan secara transparan, efisien dan efektif.
 Memperkatikan kesejahteraan karyawan.

2.2 Instalasi Pengolahan Air


PDAM Tirta Manggar Kota Balikpapan memiliki beberapa Instalasi
Pengolahan Air yang terletak dibeberapa lokasi, yakni :
 IPA KM 12
 IPA KM 8
 IPA Gunung sari
 IPA Kampung Damai
 IPAPrapantan
 IPA Gunung Tembak
 IPA Teritip

2.3 Sumber Air Baku


 Waduk Manggar
 Sungai Klandasan
 Sungai Selok Api
 Kp.Damai /Sumur Dalam
 Gunung Sari/Sumur Dalam
 Batu Ampar/ Sumur Dalam
 Teritip/Sumur Dalam
 Manggar/Sumur Dalam
 Prapatan/ Sumur Dalam
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Air Bersih


Menurut Ditjen Cipta Karya Dinas PU 1998 mengatakan bahwa “air bersih
adalah air yang dapat dipergunakan oleh masyarakat untuk memenuhi keperluan
sehari-hari dengan kualitas yang memenuhi ketentuan baku mutu air bersih yang
ditetapkan.” Air bersih sebagai infrastruktur kota sangat berperan dalam
menunjang perkembangan kota. Antara lain membutuhkan sistem perencanaan air
bersih yang baik sehingga mampu memenuhi kebutuhan pertumbuhan
penduduknya. Pengolahan sistem penyediaan air bersih yang layak, serta
memenuhi kebutuhan masyarakat dan aktivitas perkotaan secara keseluruhan akan
meningkatkan produktivitas kota.
Air yang ada di bumi ini dapat kita dilihat dalam berbagai macam atau
sumber, secara umum air yang dapat dikonsumsi manusia adalah yang berasal dari
air hujan, air permukaan dan air tanah. Dari ketiga sumber tersebut yang dapat
langsung dikonsumsi adalah air hujan dan air tanah dengan kriteria tertentu.
Sedangkan air permukaan tidak dapat langsung dikonsumsi karena air permukaan
merupakan air yang terdapat dipermukaan tanah seperti sungai, waduk,
bendungan tampungan air hujan dan danau sehingga perlu diolah dan diuji
kualitasnya.

3.2 Sistem Penyediaan Air Minum


Sistem penyediaan air bersih merupakan suatu sistem penyediaan air minum
yang meliputi sistem pengambilan air baku, transmisi air baku, proses pengolahan
air baku, sistem transmisi dan reservoir air bersih serta sistem distribusi/perpipaan
yang dioperasikan sedemikian rupa sehingga terdapat tekanan yang cukup disetiap
saat pada seluruh bagian sistem perpipaannya.
Secara umum sistem penyediaan air minum dilakukan dengan 2 cara yaitu
sistem produksi dan sistem distribusi. Untuk lebih rincinya akan dijelaskan satu
persatu.
a. Sistem Produksi
Yaitu merupakan sistem air yang memproduksi air bersih untuk memenuhi
kriteria yang ditetapkan (kuantitas dan kualitasnya). Adapun unit yang
diproduksinya adalah mulai dari pengambilan air baku, kemudian air tersebut di
olah di instalasi pengolahan air dan menyalurkan serta menampung air bersih ke
bangunan reservoir.
b. Sistem Distribusi
Sistem distribusi adalah sistem pengaliran air bersih dari reservoir ke
pelanggang. Sistem distribusi merupakan bagian terpenting dalam penyediaan air
dimana sistem ini terdiri dari jaringan perpipaan yang bertekanan, termasuk
didalamnya katup (valve), wash out, siphon, hidran kebakaran, meter air, reservoir
dan sebagainya untuk menjangkau para pelanggang di daerah pelayanan. Dimana
kesemua itu membantu dalam kelancaran pendistribusian air yang terdapat dalam
jaringan pipa.

3.3 Sistem Pengolahan Air Minum


Air baku adalah air yang digunakan sebagai sumber bahan baku dalam
penyediaan air bersih. Sumber air baku yang dapat digunakan untuk penyediaan
air bersih yaitu air hujan, air permukaan (air sungai, air danau, air rawa) air tanah
(air tanah dangkal, air tanah dalam, mata air).

3.4 Baku Mutu Air Minum


Pengertian baku mutu air diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82
Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air
yaitu baku mutu air merupakan ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat,
energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang
ditenggang keberadaannya di dalam air dalam waktu tertentu. Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 Tentang Persyaratan Kualitas Air
Bersih 11 disebutkan air bersih yaitu air yang digunakan untuk keperluan sehari-
hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila
telah dimasak.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 Tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum menyebutkan bahwa air minum merupakan air
yang telah melalui proses pengolahan atau pun tanpa proses pengolahan yang
harus memenuhi syarat kesehatan. Salah satu masalah utama tentang air yang
berkaitan dengan kualitas air minum adalah kondisi pasokan jaringan air
(Karavoltosa et al.,2008 dalam Khadse dkk., 2011).
Parameter kualitas air yang diuji terdiri dari parameter fisika, kimia, dan biologi,
antara lain.
1. Parameter Fisik
a. Bau dan Rasa
Air yang berbau dan berasa selain tidak estetis juga tidak disukai oleh
masyarakat bila digunakan langsung menjadi air bersih. Lain halnya bila air
tersebut diolah terlebih dahulu.

b. Jumlah zat padat terlarut (TDS)


Zat padat ini biasanya terdiri dari zat organik, garam anorganik, serta gas
terlarut. TDS memiliki satuan mg/l atau ppm. Perairan yang memiliki nilai TDS
yang tinggi biasanya juga memiliki tingkat salinitas yang tinggi pula.

c. Kekeruhan
Kekeruhan memiliki satuan unit turbiditas atau umumnya menggunakan
Nephelometric Turbidity Unit (NTU) yaitu metode melihat kekeruhan suatu
perairan dengan cara sumber cahaya dilewatkan pada sampel dan intensitas
cahaya yang dipantulkan oleh bahan penyebab kekeruhan dan diukur dengan
menggunakan suspensi sebagai larutan standar. Kecerahan air tergantung pada
warna dan kekeruhan perairan (Effendi, 2003).
d. Warna
Warna perairan biasanya disebabkan oleh partikel koloid bermuatan
negatif misalnya yang berasal dari limbah buangan industri, bahan organik, dan
bahan anorganik (Effendi, 2003).

2. Parameter Kimia
a. Besi dan Mangan
Pengukuran besi dan mangan dilakukan bila terjadi masalah yang
berhubungan dengan keduanya. Besi dan Mangan memiliki karakteristik kimia
yang hampir sama. Perairan yang mengandung besi dan mangan yang berlebihan
dapat menyebabkan munculnya warna merah yang dapat mengakibatkan karat
pada peralatan yang terbuat dari logam (Effendi, 2003).

b. Fluorida
Keberadaan fluorida dalam air berasal dari degradasi mineral senyawa
fluorida dan biasanya terdapat dalam airtanah. Kandungan ion fluorida dalam air
tanah tergantung sifat fisik, kimia, geologis, serta iklim suatu daerah. Masuknya
fluorida ke dalam tubuh dapat berpengaruh terhadap kesehatan tubuh, terutama
pada gigi dan tulang (Widana dkk, 2014).

c. Kesadahan
Kesadahan adalah salah satu sifat air yang disebabkan adanya kation
bervalensi dua antara lain Ca 2+, Mg 2+ , Sr 2+ , Fe 2+ , dan Mn 2+ dan memiliki
satuan mg/liter CaCo 3 . Kesadahan di dalam air berasal dari adanya kontak air
dengan tanah dan batuan sehingga air memiliki zat-zat tersebut. Kesadahan dapat
diukur dengan menggunakan sabun standar yang dapat bereaksi dengan ion yang
menyusun kesadahan (Effendi, 2003).
d. Khlorida
Khlorida merupakan salah satu unsur kimia yang sering digunakan sebagai
zat infektan dalam pengelolaan air minum. Adanya khlorida yang berlebihan
dalam air menyebabkan adanya rasa pahit. Biasanya kadar khlorida yang tinggi
diiringi dengan tingginya kadar kalsium dan magnesium yang dapat menyebabkan
meningkatnya sifat korosivitas air (Effendi, 2003).

e. pH
Derajat keasaman atau dapat pula disebut pH merupakan kadar ion H yang
ada dalam air yang merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
kehidupan perairan (Sutika, 1989). Nilai pH mempengaruhi proses biokimiawi
perairan, misalnya proses nitrifikasi yang dapat menyebabkan kondisi perairan
memiliki peningkatan pada pH rendah (Effendi, 2003). Besarnya nilai pH akan
menunjukkan keadaan derajat keasaman air tersebut karena kemampuan air dalam
mengikat atau melepas sejumlah ion hidrogen dapat menunjukkan asam atau
basanya air tersebut (Barus, 2002).

g. Sulfat
Sulfat merupakan salah satu unsur sulfur utama yang berada dalam
perairan dan tanah (Effendi, 2003). Kadar sulfat yang tinggi biasanya terdapat di
daerah sekitar pembuangan limbah industri (WHO, 1993). Kadar sulfat yang
tinggi tidak diperbolehkan terkandung di air minum karena dapat menyebabkan
gangguan kesehatan.

h. Zat Organik
Proses hilangnya oksigen pada bagian dasar perairan sebagian besar
disebabkan oleh proses dekomposisi bahan organik karena dekomposisi bahan
organik sendiri membutuhkan oksigen terlarut (Effendi, 2003). Kondisi air
tergenang misalnya perairan waduk dan danau memiliki kemampuan yang lebih
besar untuk melakukan proses pengendapan bahan organik (Lukman & Hidayat,
2002). Bahan organik total menunjukkan kandungan bahan organik yang dapat
dioksidasi oleh KmnO 4 dan asam kuat (H 2 SO 4 ) (Vitner, 1999).
3. Parameter Biologi
a. Total Bakteri Coliform/Escherichia.Coli (E. Coli)
Parameter biologi yang digunakan terutama pada sumber air baku air
minum adalah jenis bakteri coliform yaitu E. Coli yang biasanya berada di tinja
manusia. Bakteri coliform merupakasan salah satu bakteri yang menjadi indikator
adanya bakteri lain, sehingga bakteri ini dapat digunakan sebagai salah satu
parameter kualitas air. Air yang terlalu banyak mengandung bakteri ini dapat
menyebabkan penyakit infeksi pencernaan (Suriaman, 2008 dalam
Noer, 2012).
DAFTAR PUSTAKA

Vaniandayani,Nitasha.“Analisis Kualitas Air PDAM Tirta Manggar Kota


Balikpapan”.Electronic Theses & Disertations (ETD ), Resipatory Universitas
Gajah Mada.

Anda mungkin juga menyukai