NIM : 140710101331
Dosen Pengampu :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JEMBER
2017
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (disingkat
dengan UU ASN) lahir dalam rangka pelaksanaan cita-cita bangsa dan mewujudkan tujuan
negara sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, perlu dibangun aparatur sipil negara yang memiliki integritas,
profesional, netral dan bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme, serta mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu
menjalankan peran sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-
undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara hadir untuk menggantikan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian karena sudah tidak sesuai
dengan tuntutan nasional dan tantangan global. Pelaksanaan manajemen aparatur sipil negara
harus berdasarkan pada perbandingan antara kompetensi dan kualifikasi yang diperlukan oleh
jabatan dengan kompetensi dan kualifikasi yang dimiliki calon dalam rekrutmen,
pengangkatan, penempatan, dan promosi pada jabatan sejalan dengan tata kelola
pemerintahan yang baik dan untuk mewujudkan aparatur sipil negara sebagai bagian dari
reformasi birokrasi, perlu ditetapkan aparatur sipil negara sebagai profesi yang memiliki
kewajiban mengelola dan mengembangkan dirinya dan wajib mempertanggungjawabkan
kinerjanya.
Pegawai Negeri Sipil merupakan bagian dari Pegawai Aparatur Sipil Negara. Pegawai
Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat dengan PNS Indonesia sebagai salah satu elemen
personifikasi negara, telah diberikan keistimewaan untuk perlindungan terhadap profesinya,
tentu disamping peningkatan kompetensi dan kualifikasi diri disahkannya Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.1 Dalam Pasal 10 dijelaskan bahwa
Pegawai ASN berfungsi sebagai:
pelaksana kebijakan publik, pelayan publik serta perekat dan pemersatu bangsa.
Sedangkan tugas Pegawai ASN menurut Pasal 11 adalah:
a. melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
1
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
b. memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan
c. mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Selanjutnya di dalam Pasal 12 dijelaskan Pegawai ASN berperan sebagai perencana,
pelaksana dan pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan
nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional, bebas dari
intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Semangat reformasi telah mendorong Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk melakukan
pembaharuan dan peningkatan sistem pemerintahan negara dalam pembangunan,
perlindungan dan pelayanan masyarakat guna mendorong kebutuhan serta kepentingan
masyarakat. Rakyat menghendaki agar pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-
sungguh dalam menanggulangi korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), sebagaimana
diamanatkan dalam TAP PMRNOMOR XI/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bersih dan Bebas KKN. Orientasi pada kekuasaan yang kuat selama ini telah membuat
birokrasi menjadi semakin jauh dari misinya untuk melayani publik.
2
Sri Hartini, 2008, Hukum Kepegawaian Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 31.
reformasi. Di dalam pelaksanaannya kedua Undang-undang yang berbeda jiwa pembuatannya
digunakan bersama-sama. Undang-undang No. 43 Tahun 1999 merevisi dan bukan
menghapus Undang-undang No 8 Tahun 1974. Dari perjalanan pelaksanaan kedua Undang-
undang tersebut menurut para pakar terjadi sikap yang ambivalen: di satu sisi sesuai dengan
era reformmasi dilakukan desentralisasi ke daerah, di sisi lain peranan pemerintah pusat
melalui kementerian sektor memperkuat peran sentralnya. Misalnya seperti persoalan
rekrutmen dan promosi menjadi rumit syarat dan bisnis. Hal ini yang menjadikan DPR sejak
tahun 2011 berinisiatif merancang RUU Kepegawaian yang menekankan pada konsep jabatan
profesi bagi kepegawaian. Keberadaan Undang-undang ASN sebagai pengganti Undang-
undang Kepegawaiwan sebelumnya yang diperuntukan untuk meningkatkan:
a. Efektivitas pelaksanaan tugas pemerintahan dan pembangunan
b. Independensi PNS dari tekanan politik
c. Profesionalisme birokrasi
d. Kompetensi aparatur
e. Kinerja PNS
f. Kapasitas kelembagaan bidang SDM Aparatur
g. Integritas birokrasi
h. Kesejahteraan PNS
i. Kualitas pelayanan publik
j. Pembinaan dan pengawasan.
Dalam mewujudkan “berlangsungnya kegiatan administrasi negara” pelaksanaannya
dilakukan oleh aparatur sipil negara sebagai sumber daya manusia penggerak birokrasi
pemerintah. Aparatur sipil negara dan pengisian jabatan administrasi negara bekerja atas
dasar otoritas yang sah yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan. Barulah setelah
ia memiliki kewenangan yang sah, aparatur sipil negara sebagai penggerak birokrasi
pemerintah melakukan pelayanan publik untuk masyarakat. Dapat dikemukakan disini
pendapat dari The Liang Gie, yang menyatakan bahwa administrasi kepegawaian adalah
segenap aktivitas yang bersangkut paut dengan penggunaan tenaga kerja untuk mencapai
tujuan tertentu. Aktivitas tersebut dijelaskan, terkait masalah penerimaan, engangkatan,
pengembangan, balas jasa sampai pada pemberhentian atau pensiun.
2.3 Fungsi, Tugas, Peran, Hak dan Kewajiban Apratur Sipil Negara
Berdasarkan UU No. 5 tahun 2014, Fungsi, Tugas, dan Peran dari ASN diatur dalam
BAB IV pasal 10, pasal 11, dam pasal 12. Yaitu sebagai berikut :
a. Berdasarkan pada pasal 10 pegawai ASN memiliki fungsi sebagai pelaksana kebijakan
publik, pelayan publik, dan perekat dan pemersatu bangsa.
b. Berdasarkan pada pasal 11 pegawai ASN mempunyai tugas untuk melaksanakan
kebijakan publik yang dibuat oleh pejabat pembina kepegawaian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan, memberikan pelayanan publik yang
profesional dan berkualitas, dan mempererat persatuan dan kesatuan dari Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
c. Berdarkan Pasal 12 peran dari pegawai ASN adalah sebagai perencana, pelaksana, dan
pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional
melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional, bebas dari
intervensi politik, serta bersih dari praktik KKN.
Hak dan Kewajiban Aparatur Sipil Negara
Dasar dari adanya hak adalah manusia mempunyai berbagai kebutuhan yang
merupakan pemacu bagi dirinya untuk memenuhi kebutuhannya, seperti bekerja untuk
memperoleh uang bagi pemenuhan kebutuhan. Manusia dalam kajian ekonomi disebut
sebagai sumber daya karena memiliki kecerdasan. Melalui kecerdasan yang semakin
meningkat mengakibatkan manusia dikatakan sebagai homo sapiens, homo politikus dan
homo ekonomikus dan dalam kajian yang lebih mendalam dapat dikatakan pula bahwa
manusia adalah zoon politicon. Berdasarkan perkembangan dunia modern, dalam prosesnya
setiap individu akan berinteraksi dalam masyarakat yang semakin meluas dan perkembangan
berikutnya adalah dimulainya konsep organisasi yang melingkupi bidang pemerintahan,
sehingga manusia dapat dikatakan sebagai homo administratikus dan organization man.3
Berdasarkan UU No. 5 tahun 2014, hak dari pegawai ASN diatur pada pasal 21.
Dimana seorang PNS berhak memperoleh beberapa hal seperti gaji, tunjangan, dan fasilitas,
cuti, jaminan pensiun dan jaminan hari tua, perlindungan dan pengembangan kompetensi.
Selanjutnya kewajiban dari pegawai ASN adalah segala sesuatu yang wajib dilakukan
berdasarkan peraturan perundang-undangan. Menurut Sastra Djatmika, kewajiban pegawai
ASN dibagi dalam tiga jenis yaitu, kewajiban yang berhubungan dengan kedudukannya
sebagai pegawai negeri pada umumnya, kewajiban berdasarkan pangkat dan jabatan, serta
kewajiban-kewajiban lain.4
Berdasarkan UU No. 5 tahun 2014, kewajiban dari Pegawai ASN diatur pada pada
pasal 23 yang menyatakan bahwa:
Pegawai ASN wajib:
a. setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah;
b. menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
c. melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang;
d. menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan
tanggung jawab;
f. menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan tindakan
kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan;
g. menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
h. bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3
Sri Hartini, Op.cit, hlm. 41-43.
4
Sastra Djatmika, 1964, Hukum Kepegawaian Di Indonesia, Djembatan, Jakarta hlm.145.
5
Herbert A Simon, 1984, Perilaku Administrasi, terjemahan cetakan Kedua, PT Bina Aksara, Jakarta, hlm. 195.
mengatakan bahwa wewenang terdiri atas sekurang-kurangnya ada tiga komponen hukum
yaitu sebagai berikut :
1. Pengaruh, Komponen pengaruh ini menekankan pengunaan wewenang yang
dimaksudkan untuk mengendalikan perilaku subjek hukum.
2. Dasar Hukum, komponen dasar hukum ini dimaksudkan untuk menegaskan bahwa
wewenang itu harus mempunyai dasar hukum yang jelas.
3. Komfomitas Hukum, komponen komfornitas hukum ini dimakasudkan untuk
menjelaskan bahwa wewenang itu haruslah mempunyai suatu standar yaitu standar
umum untuk semua jenis wewenang dan standar khusus untuk semua wewenang.6
Menurut S.F. Marbun dalam bukunya yang berjudul Peradilan Administrasi Negara
dan Upaya Administratif di Indonesia menyatakan bahwa wewenang adalah kemampuan
untuk melakukan suatu tindakan hukum publik atau secara yuridis wewenang adalah
kemampuan untuk bertindak sesuai dengan yang diberikan oleh undang-undang yang berlaku
untuk melakukan hubungan-hubungan hukum. Sedangkan menurutnya secara pribadi
kewenangan adalah kekuasaan yang diformalkan baik terhadap segolongan orang tertentu,
maupun kekuasaan terhadap suatu bidang pemerintahan secara bulat yang berasal dari
kekuasaan legislatif maupun kekuasaan dari pemerintah. Jadi kewenangan merupakan
kumpulan dari wewenang-wewenang.
Jenis-Jenis Kewenangan
a) Berdasarkan Sumber dan Cara Memperoleh Kewenangan
Berdasarkan dengan pilar negara hukum, yaitu asas legalitas atau legaliteitsbeginsel atau het
beginsel van wetmatigheid van bestuur, maka berdasarkan prinsip ini tersirat bahwa
wewenang pemerintahan berasal dari undang-undang, artinya sumber wewenang bagi
pemerintah adalah peraturan perundang-undangan. Secara teoritik kewenangan yang
bersumber dari peraturann perundang-undangan tersebut diperoleh melalui tiga cara yaitu
atribusi, delegasi, dan mandat. Berdasarkan buku DR Ridwan HR, HD Van Wijk/Willem
Konijnenbelt menjelaskan mengenai Kewenangan yang diperoleh melalui tiga cara tersebut
yaitu sebagai berikut:
1) Atribusi adalah pemberian wewenang pemerintahan oleh pembuat undang-undang
kepada organ pemerintahan. Artinya bahwa wewenang untuk membuat suatu keputusan
langsung bersumber pada undang-undang. Kewenangan ini disebut juga kewenangan
asli.
6
Philipus M Hadjon, 2008, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gdjah Mada University Perss,
Yogyakarta, hlm.135.
2) Delegasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan dari satu organ pemerintahan
kepada pemerintahan lainnya. Artinya adalah adanya penyerahan wewenang untuk
membuat keputusan oleh pejabat pemerintahan kepada pihak lain, atau dengan kata lain
pemindahan tanggung jawab dari yang memberi delegasi atau yang disebut delegans
kepada yang menerima delegasi atau yang disebut delegataris.
3) Mandat terjadi pada saat organ pemerintahan mengizinkan kewenangannya dijalankan
oleh organ lain atas namanya. Artinya organ pemerintahan yang merupakan atasan
memberikan wewenang kepada bawahan untuk membuat suatu keputusan atas namanya
sebagai pejabat yang memberikan mandat dan tanggung jawab pemberi mandat bukan
menjadi tanggung jawab dari penerima mandat atau yang disebut mandataris.
Mengenai atribusi, delagasi, dan mandat diatur juga pada UU No. 30 Tahun 2014 pada pasal
1 angka 21, angka 22, dan angka 23 yaitu sebagai berikut:
Berdasarkan pasal 1 angka 21 atribusi adalah pemberian kewenangan kepada badan atau
pejabat pemerintahan oleh Undang-Undang Dasar 1945 atau Undang-Undang.
Berdasarkan pasal 1 angka 22 delegasi adalah pelimpahan kewenangan dari badan atau
pejabat pemerintahan yang lebih tinggi kepada badan atau pejabat pemerintahan yang
lebih rendah dengan tanggung jawab dan tanggung gugat beralih sepenuhnya kepada
penerima delegasi.
Berdasarkan pasal 1 angka 23 mandat adalah pelimpahan kewenangan dari badan atau
pejabat pemerintahan yang lebih tinggi kepada badan atau pejabat pemerintahan yang
lebih rendah dengan tanggung jawab dan tanggung gugat tetap berada pada pemberi
mandat.
Berdasarkan keterangan tersebut tampak bahwa mengetahui sumber dan cara memperoleh
wewenang organ pemerintahan ini penting dalam kajian hukum administrasi negara karena
berkenaan dengan pertanggungjawaban hukum dalan penggunan wewenang. Setiap
pemberian kewenangan kepada pejabat pemerintahan pasti tersirat di dalamnya
pertanggungjawaban dari pejabat yang bersangkutan.
2. a. Jenis ASN
Mengenai jenis pegawai ASN diatur pada pasal 6 UU No. 5 tahun 2014. Dimana pegawai
ASN terdiri atas PNS dan PPPK.
b. Status ASN
Berbicara mengenai status pegawai ASN, terdapat dua status yang diberlakukan bagi
pegawai ASN yaitu pegawai pemerintah yang diangkat sebagai pegawai tetap yaitu PNS
dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja.
Rumusan kedudukan pegawai ASN didasarkan pada pokok-pokok pikiran bahwa
pemerintah tidak hanya menjalankan fungsi umum pemerintahan, tetapi juga harus mampu
melaksanakan fungsi pembangunan atau dengan kata lain pemerintah bukan hanya
menyelenggarakan tertib pemerintahan, tetapi juga harus mampu menggerakan dan
memperlancar pembangunan untuk kepentingan rakyat banyak.
3. a. Berdasarkan pada pasal 10 pegawai ASN memiliki fungsi sebagai pelaksana kebijakan
publik, pelayan publik, dan perekat dan pemersatu bangsa.
c. Berdarkan Pasal 12 peran dari pegawai ASN adalah sebagai perencana, pelaksana, dan
pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional melalui
pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional, bebas dari intervensi
politik, serta bersih dari praktik KKN.
Berdasarkan UU No. 5 tahun 2014, hak dari pegawai ASN diatur pada pasal 21. Dimana
seorang PNS berhak memperoleh beberapa hal seperti gaji, tunjangan, dan fasilitas, cuti,
jaminan pensiun dan jaminan hari tua, perlindungan dan pengembangan kompetensi.
Selanjutnya kewajiban dari pegawai ASN adalah segala sesuatu yang wajib dilakukan
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan UU No. 5 tahun 2014, kewajiban dari Pegawai ASN diatur pada pada
pasal 23 yang menyatakan bahwa:
Pegawai ASN wajib:
a. setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah;
b. menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
c. melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang;
d. menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan
tanggung jawab;
f. menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan tindakan
kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan;
g. menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
h. bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4. kewenangan adalah kekuasaan yang diformalkan baik terhadap segolongan orang tertentu,
maupun kekuasaan terhadap suatu bidang pemerintahan secara bulat yang berasal dari
kekuasaan legislatif maupun kekuasaan dari pemerintah. Jadi kewenangan merupakan
kumpulan dari wewenang-wewenang. Kewenangan bisa diperoleh dengan cara Atribus,
Delegasi, dan Mandat.
5. Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014, dinyatakan bahwa seorang pegawai
ASN akan memiliki jabatan dalam kedudukannya, baik dalam jabatan administrasi, jabatan
fungsional atau jabatan pimpinan tinggi.