Anda di halaman 1dari 18

POINT-POINT PENTING DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 5

TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA


Nama : Wahyu Krisna Firmansyah

NIM : 140710101331

Dosen Pengampu :

Rizal Nugroho,S.H., M.Hum.

Kukuh Budi Mulya, S.H., M.Si.

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS JEMBER

2017
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (disingkat
dengan UU ASN) lahir dalam rangka pelaksanaan cita-cita bangsa dan mewujudkan tujuan
negara sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, perlu dibangun aparatur sipil negara yang memiliki integritas,
profesional, netral dan bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme, serta mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu
menjalankan peran sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-
undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara hadir untuk menggantikan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian karena sudah tidak sesuai
dengan tuntutan nasional dan tantangan global. Pelaksanaan manajemen aparatur sipil negara
harus berdasarkan pada perbandingan antara kompetensi dan kualifikasi yang diperlukan oleh
jabatan dengan kompetensi dan kualifikasi yang dimiliki calon dalam rekrutmen,
pengangkatan, penempatan, dan promosi pada jabatan sejalan dengan tata kelola
pemerintahan yang baik dan untuk mewujudkan aparatur sipil negara sebagai bagian dari
reformasi birokrasi, perlu ditetapkan aparatur sipil negara sebagai profesi yang memiliki
kewajiban mengelola dan mengembangkan dirinya dan wajib mempertanggungjawabkan
kinerjanya.
Pegawai Negeri Sipil merupakan bagian dari Pegawai Aparatur Sipil Negara. Pegawai
Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat dengan PNS Indonesia sebagai salah satu elemen
personifikasi negara, telah diberikan keistimewaan untuk perlindungan terhadap profesinya,
tentu disamping peningkatan kompetensi dan kualifikasi diri disahkannya Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.1 Dalam Pasal 10 dijelaskan bahwa
Pegawai ASN berfungsi sebagai:
pelaksana kebijakan publik, pelayan publik serta perekat dan pemersatu bangsa.
Sedangkan tugas Pegawai ASN menurut Pasal 11 adalah:
a. melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
1
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
b. memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan
c. mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Selanjutnya di dalam Pasal 12 dijelaskan Pegawai ASN berperan sebagai perencana,
pelaksana dan pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan
nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional, bebas dari
intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Semangat reformasi telah mendorong Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk melakukan
pembaharuan dan peningkatan sistem pemerintahan negara dalam pembangunan,
perlindungan dan pelayanan masyarakat guna mendorong kebutuhan serta kepentingan
masyarakat. Rakyat menghendaki agar pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-
sungguh dalam menanggulangi korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), sebagaimana
diamanatkan dalam TAP PMRNOMOR XI/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bersih dan Bebas KKN. Orientasi pada kekuasaan yang kuat selama ini telah membuat
birokrasi menjadi semakin jauh dari misinya untuk melayani publik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Aparatur Sipil Negara?
2. Bagaimanakah Jenis, Status, dan Kedudukan dari Aparatur Sipil Negara?
3. Apa Fungsi, Tugas, Peran, Hak dan Kewajiban Apratur Sipil Negara?
4. Bagaimanakah Kewenangan dan Manajemen ASN?
5. Bagaimakah Kelembagaan dan Jabatan ASN?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Aparatur Sipil Negara
Sebelum berbicara lebih jauh mengenai ASN, terlebih dahulu perlu diketahui apa
yang dimaksud dengan ASN. Pengertian mengenai ASN itu sendiri tertuang pada pasal 1
angka 1 UU No. 5 tahun 2014 yang menyebutkan bahwa ASN adalah profesi bagi PNS dan
PPPK yang bekerja pada instansi pemerintah. PNS menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia,
adalah orang yang bekerja untuk pemerintah atau negara. Menurut Kranenburg PNS adalah
pejabat yang ditunjuk, jadi pengertian tersebut tidak termasuk terhadap mereka yang
memangku jabatan mewakili seperti anggota parlemen, presiden dan sebagainnya. 2
Pengertian PNS menurut Mahfud MD ada dua bagian yaitu :
a) Pengertian Stipulatif adalah pengertian yang diberikan oleh undang-undang tentang PNS
sebagaimana yang tertuang dalam pasal 1 angka 3 UU No. 5 tahun 2014 yang
menyatakan bahwa PNS adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu,
diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk
menduduki jabatan pemerintahan.
b) Pengertian ekstensif adalah pengertian yang hanya berlaku pada hal-hal tertentu. Hal-hal
tertentu yang dimaksud adalah lebih kepada beberapa golongan yang sebenarnya bukan
PNS. Contoh: ketentuan pasal 92 KUHP yang berkaitan dengan status anggota dewan
rakyat, anggota dewan daerah dan kepala desa. Menurut pasal 92 KUHP dimana
dijelaskan bahwa yang termasuk ke dalam PNS adalah orang-orang yang dipilih dalam
pemilihan berdasarkan peraturan-peraturan umum dan mereka yang bukan dipilih tetapi
diangkat menjadi anggota dewan rakyat dan anggota dewan daerah serta kepala desa dan
sebagainya. Pengertian PNS menurut KUHP sangatlah luas akan tetapi pengertian
tersebut hanya berlaku dalam hal orang-orang yang melakukan kejahatan atau
pelanggaran jabatan dan tindak pidana lain yang disebutkan dalam KUHP, jadi
pengertian ini tidak termasuk dalam hukum kepegawaian.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa PNS adalah
orang-orang yang bekerja di lingkungan instansi pemerintahan sesuai dengan syarat-syarat
tertentu yang telah ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan. Sesuai dengan UU No. 5
tahun 2014. Pengaturan ASN tidak terlepas dari pengaturan kepegawaian negara yang telah
berlangsung dalam perjalanan panjang yang dilakukan oleh pemerintah. Undang-undang
yang selama ini menjadi dasar pengelolaan kepegawaian negara adalah: Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999. Undang-undang No. 8 Tahun 1974 pembuatannya
dalam suasana sistem politik dan sistem pemerintahan yang otoriter dan sentralistik.
Sedangkan Undang-undang No. 43 Tahun 1999 pembuatannya dalam suasana pemerintahan

2
Sri Hartini, 2008, Hukum Kepegawaian Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 31.
reformasi. Di dalam pelaksanaannya kedua Undang-undang yang berbeda jiwa pembuatannya
digunakan bersama-sama. Undang-undang No. 43 Tahun 1999 merevisi dan bukan
menghapus Undang-undang No 8 Tahun 1974. Dari perjalanan pelaksanaan kedua Undang-
undang tersebut menurut para pakar terjadi sikap yang ambivalen: di satu sisi sesuai dengan
era reformmasi dilakukan desentralisasi ke daerah, di sisi lain peranan pemerintah pusat
melalui kementerian sektor memperkuat peran sentralnya. Misalnya seperti persoalan
rekrutmen dan promosi menjadi rumit syarat dan bisnis. Hal ini yang menjadikan DPR sejak
tahun 2011 berinisiatif merancang RUU Kepegawaian yang menekankan pada konsep jabatan
profesi bagi kepegawaian. Keberadaan Undang-undang ASN sebagai pengganti Undang-
undang Kepegawaiwan sebelumnya yang diperuntukan untuk meningkatkan:
a. Efektivitas pelaksanaan tugas pemerintahan dan pembangunan
b. Independensi PNS dari tekanan politik
c. Profesionalisme birokrasi
d. Kompetensi aparatur
e. Kinerja PNS
f. Kapasitas kelembagaan bidang SDM Aparatur
g. Integritas birokrasi
h. Kesejahteraan PNS
i. Kualitas pelayanan publik
j. Pembinaan dan pengawasan.
Dalam mewujudkan “berlangsungnya kegiatan administrasi negara” pelaksanaannya
dilakukan oleh aparatur sipil negara sebagai sumber daya manusia penggerak birokrasi
pemerintah. Aparatur sipil negara dan pengisian jabatan administrasi negara bekerja atas
dasar otoritas yang sah yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan. Barulah setelah
ia memiliki kewenangan yang sah, aparatur sipil negara sebagai penggerak birokrasi
pemerintah melakukan pelayanan publik untuk masyarakat. Dapat dikemukakan disini
pendapat dari The Liang Gie, yang menyatakan bahwa administrasi kepegawaian adalah
segenap aktivitas yang bersangkut paut dengan penggunaan tenaga kerja untuk mencapai
tujuan tertentu. Aktivitas tersebut dijelaskan, terkait masalah penerimaan, engangkatan,
pengembangan, balas jasa sampai pada pemberhentian atau pensiun.

2.2 Jenis, Status, dan Kedudukan Apratur Sipil Negara


a) Jenis ASN
Mengenai jenis pegawai ASN diatur pada pasal 6 UU No. 5 tahun 2014. Dimana pegawai
ASN terdiri atas PNS dan PPPK.
b) Status ASN
Berbicara mengenai status pegawai ASN, terdapat dua status yang diberlakukan bagi pegawai
ASN yaitu pegawai pemerintah yang diangkat sebagai pegawai tetap yaitu PNS dan pegawai
pemerintah dengan perjanjian kerja.
Mengenai status ASN diatur pada pasal 7 ayat (1) dan ayat (2) UU No. 5 tahun 2014 yang
menyatakan bahwa :
(1) PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a merupakan Pegawai ASN yang
diangkat sebagai pegawai tetap oleh Pejabat pembina kepegawaian dan memiliki nomor
induk pegawai secara nasional.
(2) PPPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b merupakan Pegawai ASN yang
diangkat sebagai pegawai dengan perjanjian kerja oleh Pejabat pembina kepegawaian
sesuai dengan kebutuhan Instansi Pemerintah dan ketentuan Undang-Undang ini.
c) Kedudukan
Rumusan kedudukan pegawai ASN didasarkan pada pokok-pokok pikiran bahwa
pemerintah tidak hanya menjalankan fungsi umum pemerintahan, tetapi juga harus mampu
melaksanakan fungsi pembangunan atau dengan kata lain pemerintah bukan hanya
menyelenggarakan tertib pemerintahan, tetapi juga harus mampu menggerakan dan
memperlancar pembangunan untuk kepentingan rakyat banyak. C.F Strong, dalam bukunya
yang berjudul Modern Political Constitutions berpendapat bahwa :
Government in the broader sense is charged with the maintenance of the peace and
security of in a state therefore must have first, military power; second, the means of making
laws; thirdly, financial, power or the ability to extract sufficient money from the comunity to
defray the cost of defending the state and of enforcing the law it makes on the state behalf.
Artinya pemerintah dalam arti yang lebih luas dibebankan dengan pemeliharaan
perdamaian dan keamanan di negara oleh karena itu harus memiliki pertama, kekuatan
militer; kedua, sarana pembentukan hukum; Ketiga, keuangan, kekuasaan atau kemampuan
untuk mengambil uang yang cukup dari masyarakat untuk membiayai biaya membela negara
dan menegakkan hukum itu atas nama negara. Pegawai ASN mempunyai peran yang amat
sangat penting sebab pegawai ASN merupakan unsur dari aparatur negara untuk
menyelenggarakan, dan melaksanakan pemerintahan serta pembangunan nasional dalam
rangka mencapai tujuan negara. Kelancaran dari penyelengaraan dan pelaksanaan
pemerintahan serta pembangunan nasional dalam rangka mencapai tujuan negara sangat
tergantung sekali pada kesempurnaan aparatur negara.
Berbicara mengenai konteks hukum publik, pegawai ASN bertugas membantu
presiden sebagai kepala pemerintahan dalam menyelenggarakan pemerintahan, yaitu dengan
cara melaksanakan peraturan perundang-undangan, dalam arti kata wajib mengusahakan agar
setiap peraturan perundang-undanganan ditaati oleh masyarakat. Di dalam melaksanakan
peraturan perundang-undangan pada umumnya, kepada pegawai ASN diberikan tugas
kedinasan untuk dilaksanakan sebaik-baiknya. Sebagai abdi negara seorang pegawai ASN
juga wajib setia dan taat kepada Pancasila sebagai falsafah dan ideologi negara, kepada
Undang-Undang Dasar 1945, kepada negara, dan kepada pemerintah. Pegawai ASN sebagai
unsur aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat dituntut untuk dapat melaksanakan
tugasnya dengan baik, karenanya ia harus mempunyai kesetiaan, ketaatan penuh terhadap
Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, negara dan pemerintah sehingga dapat memusatkan
segala perhatian dan pikiran serta mengarahkan segala daya upaya dan tenaganya untuk
menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan secara berdaya guna dan berhasil
guna.

2.3 Fungsi, Tugas, Peran, Hak dan Kewajiban Apratur Sipil Negara
Berdasarkan UU No. 5 tahun 2014, Fungsi, Tugas, dan Peran dari ASN diatur dalam
BAB IV pasal 10, pasal 11, dam pasal 12. Yaitu sebagai berikut :
a. Berdasarkan pada pasal 10 pegawai ASN memiliki fungsi sebagai pelaksana kebijakan
publik, pelayan publik, dan perekat dan pemersatu bangsa.
b. Berdasarkan pada pasal 11 pegawai ASN mempunyai tugas untuk melaksanakan
kebijakan publik yang dibuat oleh pejabat pembina kepegawaian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan, memberikan pelayanan publik yang
profesional dan berkualitas, dan mempererat persatuan dan kesatuan dari Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
c. Berdarkan Pasal 12 peran dari pegawai ASN adalah sebagai perencana, pelaksana, dan
pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional
melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional, bebas dari
intervensi politik, serta bersih dari praktik KKN.
Hak dan Kewajiban Aparatur Sipil Negara
Dasar dari adanya hak adalah manusia mempunyai berbagai kebutuhan yang
merupakan pemacu bagi dirinya untuk memenuhi kebutuhannya, seperti bekerja untuk
memperoleh uang bagi pemenuhan kebutuhan. Manusia dalam kajian ekonomi disebut
sebagai sumber daya karena memiliki kecerdasan. Melalui kecerdasan yang semakin
meningkat mengakibatkan manusia dikatakan sebagai homo sapiens, homo politikus dan
homo ekonomikus dan dalam kajian yang lebih mendalam dapat dikatakan pula bahwa
manusia adalah zoon politicon. Berdasarkan perkembangan dunia modern, dalam prosesnya
setiap individu akan berinteraksi dalam masyarakat yang semakin meluas dan perkembangan
berikutnya adalah dimulainya konsep organisasi yang melingkupi bidang pemerintahan,
sehingga manusia dapat dikatakan sebagai homo administratikus dan organization man.3
Berdasarkan UU No. 5 tahun 2014, hak dari pegawai ASN diatur pada pasal 21.
Dimana seorang PNS berhak memperoleh beberapa hal seperti gaji, tunjangan, dan fasilitas,
cuti, jaminan pensiun dan jaminan hari tua, perlindungan dan pengembangan kompetensi.
Selanjutnya kewajiban dari pegawai ASN adalah segala sesuatu yang wajib dilakukan
berdasarkan peraturan perundang-undangan. Menurut Sastra Djatmika, kewajiban pegawai
ASN dibagi dalam tiga jenis yaitu, kewajiban yang berhubungan dengan kedudukannya
sebagai pegawai negeri pada umumnya, kewajiban berdasarkan pangkat dan jabatan, serta
kewajiban-kewajiban lain.4
Berdasarkan UU No. 5 tahun 2014, kewajiban dari Pegawai ASN diatur pada pada
pasal 23 yang menyatakan bahwa:
Pegawai ASN wajib:
a. setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah;
b. menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
c. melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang;
d. menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan
tanggung jawab;
f. menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan tindakan
kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan;
g. menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
h. bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2.4 Kewenangan dan Manajemen ASN


Berdasarkan pendapat dari Harbet A Simon yang menyatakan bahwa pengertian
wewenang adalah kekuasaan untuk mengambil suatu keputusan yang membimbing tindakan-
tindakan individu lainnya.Wewenang merupakan hubungan antara dua individu dimana salah
satunya adalah atasan dan yang lainnya bawahan.5 Sedangkan menurut Philipus M. Hadjon

3
Sri Hartini, Op.cit, hlm. 41-43.
4
Sastra Djatmika, 1964, Hukum Kepegawaian Di Indonesia, Djembatan, Jakarta hlm.145.
5
Herbert A Simon, 1984, Perilaku Administrasi, terjemahan cetakan Kedua, PT Bina Aksara, Jakarta, hlm. 195.
mengatakan bahwa wewenang terdiri atas sekurang-kurangnya ada tiga komponen hukum
yaitu sebagai berikut :
1. Pengaruh, Komponen pengaruh ini menekankan pengunaan wewenang yang
dimaksudkan untuk mengendalikan perilaku subjek hukum.
2. Dasar Hukum, komponen dasar hukum ini dimaksudkan untuk menegaskan bahwa
wewenang itu harus mempunyai dasar hukum yang jelas.
3. Komfomitas Hukum, komponen komfornitas hukum ini dimakasudkan untuk
menjelaskan bahwa wewenang itu haruslah mempunyai suatu standar yaitu standar
umum untuk semua jenis wewenang dan standar khusus untuk semua wewenang.6
Menurut S.F. Marbun dalam bukunya yang berjudul Peradilan Administrasi Negara
dan Upaya Administratif di Indonesia menyatakan bahwa wewenang adalah kemampuan
untuk melakukan suatu tindakan hukum publik atau secara yuridis wewenang adalah
kemampuan untuk bertindak sesuai dengan yang diberikan oleh undang-undang yang berlaku
untuk melakukan hubungan-hubungan hukum. Sedangkan menurutnya secara pribadi
kewenangan adalah kekuasaan yang diformalkan baik terhadap segolongan orang tertentu,
maupun kekuasaan terhadap suatu bidang pemerintahan secara bulat yang berasal dari
kekuasaan legislatif maupun kekuasaan dari pemerintah. Jadi kewenangan merupakan
kumpulan dari wewenang-wewenang.
Jenis-Jenis Kewenangan
a) Berdasarkan Sumber dan Cara Memperoleh Kewenangan
Berdasarkan dengan pilar negara hukum, yaitu asas legalitas atau legaliteitsbeginsel atau het
beginsel van wetmatigheid van bestuur, maka berdasarkan prinsip ini tersirat bahwa
wewenang pemerintahan berasal dari undang-undang, artinya sumber wewenang bagi
pemerintah adalah peraturan perundang-undangan. Secara teoritik kewenangan yang
bersumber dari peraturann perundang-undangan tersebut diperoleh melalui tiga cara yaitu
atribusi, delegasi, dan mandat. Berdasarkan buku DR Ridwan HR, HD Van Wijk/Willem
Konijnenbelt menjelaskan mengenai Kewenangan yang diperoleh melalui tiga cara tersebut
yaitu sebagai berikut:
1) Atribusi adalah pemberian wewenang pemerintahan oleh pembuat undang-undang
kepada organ pemerintahan. Artinya bahwa wewenang untuk membuat suatu keputusan
langsung bersumber pada undang-undang. Kewenangan ini disebut juga kewenangan
asli.

6
Philipus M Hadjon, 2008, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gdjah Mada University Perss,
Yogyakarta, hlm.135.
2) Delegasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan dari satu organ pemerintahan
kepada pemerintahan lainnya. Artinya adalah adanya penyerahan wewenang untuk
membuat keputusan oleh pejabat pemerintahan kepada pihak lain, atau dengan kata lain
pemindahan tanggung jawab dari yang memberi delegasi atau yang disebut delegans
kepada yang menerima delegasi atau yang disebut delegataris.
3) Mandat terjadi pada saat organ pemerintahan mengizinkan kewenangannya dijalankan
oleh organ lain atas namanya. Artinya organ pemerintahan yang merupakan atasan
memberikan wewenang kepada bawahan untuk membuat suatu keputusan atas namanya
sebagai pejabat yang memberikan mandat dan tanggung jawab pemberi mandat bukan
menjadi tanggung jawab dari penerima mandat atau yang disebut mandataris.
Mengenai atribusi, delagasi, dan mandat diatur juga pada UU No. 30 Tahun 2014 pada pasal
1 angka 21, angka 22, dan angka 23 yaitu sebagai berikut:
 Berdasarkan pasal 1 angka 21 atribusi adalah pemberian kewenangan kepada badan atau
pejabat pemerintahan oleh Undang-Undang Dasar 1945 atau Undang-Undang.
 Berdasarkan pasal 1 angka 22 delegasi adalah pelimpahan kewenangan dari badan atau
pejabat pemerintahan yang lebih tinggi kepada badan atau pejabat pemerintahan yang
lebih rendah dengan tanggung jawab dan tanggung gugat beralih sepenuhnya kepada
penerima delegasi.
 Berdasarkan pasal 1 angka 23 mandat adalah pelimpahan kewenangan dari badan atau
pejabat pemerintahan yang lebih tinggi kepada badan atau pejabat pemerintahan yang
lebih rendah dengan tanggung jawab dan tanggung gugat tetap berada pada pemberi
mandat.
Berdasarkan keterangan tersebut tampak bahwa mengetahui sumber dan cara memperoleh
wewenang organ pemerintahan ini penting dalam kajian hukum administrasi negara karena
berkenaan dengan pertanggungjawaban hukum dalan penggunan wewenang. Setiap
pemberian kewenangan kepada pejabat pemerintahan pasti tersirat di dalamnya
pertanggungjawaban dari pejabat yang bersangkutan.

b) Berdasarkan Sifat dari Kewenanagan


Menurut kepustakaan terdapat pembagian wewenang berdasarkan sifat yakni terikat,
fakultatif, dan bebas. Hal ini berkaitan dengan kewenangan pembuatan dan penerbitan
keputusan-keputusan (beschikkingen) oleh organ pemerintah. Lebih lanjut Indroharto dalam
bukunya DR Ridwan HR menjelaskan mengenai wewenang yang bersifat terikat, fakultatif,
dan bebas yaitu sebagai berikut :
1) Wewenang Terikat adalah wewenang yang terjadi apabila peraturan dasarnya
menentukan kapan dan dalam keadaan bagaimana wewenang tersebut dapat digunakan
atau peraturan dasarnya sedikit banyak menentukan tentang isi dari keputusan yang
harus diambil, dengan kata lain, terjadi apabila peraturan dasar menentukan isi dari
keputusan yang harus diambil secara terperinci.
2) Wewenang Fakultatif adalah wewenang yang terjadi dalam hal badan atau pejabat tata
usaha negara yang bersangkutan tidak wajib menerapkan wewenangnya, atau sedikit
banyak masih ada pilihan sekalipun pilihan tersebut hanya dapat dilakukan dalam hal-
hal atau keadaan-keadaan tertentu sebagaimana yang telah ditentukan dalam peraturan
dasar.
3) Wewenang Bebas adalah wewenang yang terjadi ketika peraturan dasarnya memberi
kebebasan kepada badan atau pejabat tata usaha negara dalam menentukan sendiri
mengenai isi dari keputusan yang akan dikeluarkannya atau peraturan dasarnya
memberi ruang lingkup kebebasan kepada kepada badan atau pejabat tata usaha negara
yang bersangkutan.
Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
1945, dinyatakan bahwa Presiden sebagai Kepala Pemerintahan. Sebagai konsekuensi dari
hal tersebut, Presiden bertindak selaku pemegang kekuasaan eksekutif tertinggi. Dalam
konsep Hukum Administrasi Negara, Presiden sebagai kepala Pemerintah berdampak bahwa
Presiden mempunyai kewenangan mengatur dan mengurus dalam rangka melaksanakan
tugas-tugas pemerintahan. Presiden memegang kekuasaan tertinggi dalam kebijakan,
pembinaan profesi dan manajemen ASN.
Dalam menjalankan tugas tersebut, Presiden dibantu oleh para Menteri di tingkat
Pemerintah Pusat dan Gubernur, Bupati dan walikota di tingkat Pemerintah daerah, yang
berkedudukan sebagai aparatur pemerintah di bawah Presiden. Pelaksanaan tugas-tugas
umum Pemerintahan dilaksanakan melalui tata kerja yang saling berkaitan dan
berkesinambungan, dimana hal itu disebut sebagai suatu “birokrasi Pemerintah”. Pada
dasarnya tugas yang dibebankan kepada aparatur pemerintah melalui birokrasi pemerintah,
dilaksanakan oleh para pegawai negeri baik yang berkedudukan di Pemerintah Pusat maupun
di Pemerintah Daerah.
Aparatur sipil negara sebagai pejabat yang berwenang mempunyai kewenangan untuk
melaksanakan kegiatan “Mengatur” dan “Mengurus” dalam rangka menyelenggarakan urusan
Pemerintahan (bestuurszorg). Kewenangan Mengatur, diberikan kepada seorang Pejabat yang
berwenang untuk membentuk kebijakan dalam bentuk regulasi/regeling (dalam rangka
pelaksanaan undang-undang). Selanjutnya Kewenangan Mengurus, diberikan kepada seorang
pejabat yang berwenang untuk membentuk kebijakan dalam bentuk penetapan/beschiking
(dalam rangka merealisasi undang-undang menjadi nyata/konkrit).
PNS sebagai aparatur pemerintah tidak saja milik satu daerah melainkan sebuah aset
pemerintah yang menjadi perekat Indonesia sebagai sebuah negara kesatuan. Layaknya
penugasan pegawai pada instansi kejaksaan, kepolisian, atau militer, PNS juga harus diputar
ke luar daerah untuk bisa mendapatkan wawasan luas mengenai Indonesia. "Salah satu
praktiknya adalah kepala daerah yang memiliki kewenangan penuh untuk menunjuk beberapa
jabatan strategis, seperti kepala dinas, tanpa harus mempertimbangkan kompetensi calon
yang akan mendudukinya," demikian pendapat Guru Besar Institut Pemerintahan Dalam
Negeri Sadu Wasistiono. Salah satu solusi yang diberikan adalah pemerintah harus
meningkatkan pengawasan kebijakan kepegawaian di daerah. Jangan sampai, primordialisme
bisa berlangsung karena berbalut semangat otonomi daerah.
Karena itu Presiden sebagai kepela Pemerintahan berfungsi sebagai pelaksana
manajemen Aparatur yang berada di bawahnya. Manajeman ASN dalam hal ini dimaksudkan
sebagai pengelolaan ASN untuk menghasilkan pegawai ASN yang professional, memiliki
nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktek korupsi, kolusi dan
nepotisme. Presiden sebagai pemegang kekuasaan tertinggi Pembina ASN dapat
mendelegasikan kewenangan menetapkan pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian
pejabat, selain pejabat pimpinan tinggi utama dan madya serta fungsional keahlian utama,
kepada :
a. Menteri dan kementerian;
b. Pimpinan Lembaga di LPNK;
c. Sekretaris Jenderal di secretariat Lembaga Negara dan Lembaga Non Struktural;
d. Gubernur di Provinsi;
e. Bupati/Walikota di Kabupaten/Kota.

2.5 Kelembagaan dan Jabatan ASN


Presiden selaku pemegang kekuasaan pemerintahan tertinggi dalam kebijakan,
pembinaan profesi, dan Manajemen Aparatur Sipil Negara (ASN). Untuk menyelenggaraan
kekuasaan dimaksud, Presiden mendelegasikan kepada:
1. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB)
berkaitan dengan kewenangan perumusan dan penetapan kebijakan, koordinasi dan
sinkronisasi kebijakan, serta pengawasan atas pelaksanaan kebijakan ASN, dipimpin oleh
seorang Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi menyelenggarakan fungsi-fungsi:
a) perumusan dan penetapan kebijakan di bidang pendayagunaan aparatur negara dan
reformasi birokrasi;
b) koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang pendayagunaan aparatur
negara dan reformasi birokrasi;
c) pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi; dan
d) pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
Struktur Organisasi Kementerian PAN-RB berdasarkan Peraturan Presiden No. 56 Tahun
2013, adalah:
1. Sekretariat Kementerian;
2. Deputi Bidang Reformasi Birokrasi, Akuntabilitas Aparatur, dan Pengawasan;
3. Deputi Bidang Kelembagaan dan Tata Laksana;
4. Deputi Bidang Sumber Daya Manusia Aparatur;
5. Deputi Bidang Pelayanan Publik;
6. Staf Ahli Bidang Hukum;
7. Staf Ahli Bidang Kebijakan Publik;
8. Staf Ahli Bidang Komunikasi Strategis dan Hubungan Kelembagaan;
9. Staf Ahli Bidang Pemerintahan dan Otonomi Daerah; dan
10. Staf Ahli Bidang Budaya Kerja Aparatur.
2. Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) berkaitan dengan kewenangan monitoring dan
evaluasi pelaksanaan kebijakan dan Manajemen ASN untuk menjamin perwujudan Sistem
Merit serta pengawasan terhadap penerapan asas kode etik dan kode perilaku ASN. Komisi
Aparatur Sipil Negara (KASN) merupakan lembaga non-struktural yang mandiri dan bebas
dari intervensi politik untuk menciptakan pegawai ASN (PNS, PPPK, dan anggota TNI/Polri
yang ditugaskan dalam jabatan ASN) yang profesional dan berkinerja, memberikan
pelayanan secara adil dan netral, serta menjadi perekat dan pemersatu bangsa.
Komisi ASN yang beranggotakan 7 orang komisioner tersebut berfungsi mengawasi
pelaksanaan norma dasar, kode etik dan kode perilaku ASN, serta penerapan Sistem Merit
dalam kebijakan dan Manajemen ASN pada Instansi Pemerintah. Fungsi tersebut merupakan
pembentukan Aparatur Sipil Negara yang profesinal dan memiliki integritas. Sedangkan
Sistem merit mengubah manajemen ASN dengan berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi,
dan kinerja. Selain itu sistem ini juga akan melakukan penilaian secara adil dan wajar, tanpa
membedakan latar belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal-usul, jenis kelamin, status
pernikahan, umur, ataupun kondisi kecacatan. KASN memiliki tugas untuk menjaga netralitas
pegawai ASN, melakukan pengawasan atas pembinaan profesi ASN dan melaporkan
pengawasan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan manajemen ASN kepada Presiden. Dengan
adanya tugas KASN untuk menjaga netralitas pegawai ASN maka diharapkan pegawai ASN
dapat berkonsetrasi terhadap tugas dan fungsinya sebagai pelayanan masyarakat. Selain
tugas di atas, KASN memiliki wewenang untuk:
1. Mengawasi setiap tahapan proses pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi mulai dari
pembentukan panitia seleksi instansi, pengumuman lowongan, pelaksanaan seleksi,
pengusulan nama calon, penetapan, dan pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi.
2. Mengawasi dan mengevaluasi penerapan asas, nilai dasar serta kode etik dan kode
perilaku Pegawai ASN;
3. Meminta informasi dari pegawai ASN dan masyarakat mengenai laporan
pelanggaran norma dasar serta kode etik dan kode perilaku Pegawai ASN;
4. Memeriksa dokumen terkait pelanggaran norma dasar serta kode etik dan kode
perilaku Pegawai ASN;
5. Meminta klarifikasi dan/atau dokumen yang diperlukan dari Instansi Pemerintah
untuk pemeriksaan laporan atas pelanggaran norma dasar serta kode etik dan kode
perilaku Pegawai ASN.
Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, Komisi ASN dibantu oleh Sekretariat.
Sekretariat dibentuk sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 118 Tahun 2014 tentang
Sekretariat, Sistem dan Manajeman SDM, serta Tanggung Jawab dan Pengelolalaan
Keuangan KASN. Dalam Perpres tersebut disebutkan bahwa Sekretariat KASN berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Ketua KASN, yang dipimpin oleh Kepala Sekretariat.

3. Lembaga Administrasi Negara (LAN) berkaitan dengan kewenangan penelitian,


pelatihan ASN. Lembaga Administrasi Negara (LAN) merupakan salah satu Lembaga
Pemerintah Non Departemen yang didirikan pada tahun 1957 untuk melaksanakan tugas
pemerintahan di bidang administrasi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Kantor LAN Pusat berlokasi di Jakarta Pusat dan memiliki 4 Kantor
Perwakilan yang disebut PKP2A (Pusat Kajian dan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur)
masing-masing di Bandung, Makassar, Samarinda dan Aceh. LAN juga memiliki STIA
(Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi) dengan jenjang D3, S1 & S2 yang terdapat di Jakarta,
Bandung dan Makassar.
4. Badan Kepegawaian Negara (BKN) berkaitan dengan kewenangan penyelenggaraan
Manajemen ASN, pengawasan dan pengendalian pelaksanaan norma, standar, prosedur, dan
kriteria Manajemen ASN.
Penamaan BKN, berawal dari Kantor Urusan Pegawai (KUP) pembentukan zaman
kolonialisme untuk mengurus segala sesuau mengenai kedudukan dan gaji pegawai negeri.
Setelah Indonesia merdeka KUP mengalami perubahan nama menjadi Badan Administrasi
Kepegawaian Negara, dengan didasari perkembangan bawa peran aparatur pemerintah
semakin dirasa penting dengan merekontruksi kedudukan, fugnsi, tugas dan organisasi KUP
dmenjadi BAKN berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1972. Seiring dengan
pesatnya perkembangan kepegawaian terjadi pergeseran paradigm yang semula masalah
administrative semata menjadi kea rah manajemen sumber daya manusia, BAKN juga
melakukan reformasi kepegawaian dengan mengubah BAKN menjadi BKN – Badan
Kepegawaian Negara berdasarkan Keppres No. 95 Tahun 1999 tanggal 11 Agustus 1999.
Jabatan ASN
Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014, dinyatakan bahwa seorang
pegawai ASN akan memiliki jabatan dalam kedudukannya, baik dalam jabatan administrasi,
jabatan fungsional atau jabatan pimpinan tinggi.
Yang dimaksud dengan “jabatan administrasi” adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi
dan tugas berkaitan dengan pelayanan publik serta administrasi pemerintahan dan
pembangunan. Jabatan administrasi terdiri atas jabatan administrator, jabatan pengawas dan
jabatan pelaksana. Adapun yang dimaksud dengan “jabatan fungsional” adalah sekelompok
jabatan yang berisi fungsi dan tugas berkaitan dengan pelayanan fungsional yang berdasarkan
pada keahlian dan keterampilan tertentu. Jabatan fungsional dalam ASN terdiri atas jabatan
fungsional keahlian (terdiri dari: ahli utama, ahli madya, ahli muda dan ahli pratama) dan
jabatan fungsional keterampilan (terdiri dari: penyelia, mahir, terampil dan pemula).
Selanjutnya pengertian “jabatan pimpinan tinggi” adalah sekelompok jabatan tinggi
pada instansi pemerintah. Jabatan pimpinan tinggi terdiri atas jabatan pimpinan tinggi utama,
jabatan pimpinan tinggi madya, dan jabatan pimpinan tinggi pratama. Pengisian jabatan
pimpinan utama dan madya pada Kementerian Kesretariatan Lembaga Negara, Lembaga Non
Struktural dan Instansi daerah dilakukan secara TERBUKA dan KOMPETITIF di kalangan
PNS dengan memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi, KEPANGKATAN, pendidikan
dan latihan, rekam jejak jabatan dan integritas serta persyaratan lain yang dibutuhkan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan (Pasal 108). Untuk jabatan pimpinan tinggi pratama
dilakukan secara terbuka dan kompetitif dikalangan PNS dengan memperhatikan syarat
kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan latihan, rekam jejak jabatan dan
integritas serta persyaratan jabatan lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Pengertian mengenai ASN itu sendiri tertuang pada pasal 1 angka 1 UU No. 5 tahun 2014
yang menyebutkan bahwa ASN adalah profesi bagi PNS dan PPPK yang bekerja pada
instansi pemerintah.

2. a. Jenis ASN
Mengenai jenis pegawai ASN diatur pada pasal 6 UU No. 5 tahun 2014. Dimana pegawai
ASN terdiri atas PNS dan PPPK.
b. Status ASN
Berbicara mengenai status pegawai ASN, terdapat dua status yang diberlakukan bagi
pegawai ASN yaitu pegawai pemerintah yang diangkat sebagai pegawai tetap yaitu PNS
dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja.
Rumusan kedudukan pegawai ASN didasarkan pada pokok-pokok pikiran bahwa
pemerintah tidak hanya menjalankan fungsi umum pemerintahan, tetapi juga harus mampu
melaksanakan fungsi pembangunan atau dengan kata lain pemerintah bukan hanya
menyelenggarakan tertib pemerintahan, tetapi juga harus mampu menggerakan dan
memperlancar pembangunan untuk kepentingan rakyat banyak.
3. a. Berdasarkan pada pasal 10 pegawai ASN memiliki fungsi sebagai pelaksana kebijakan
publik, pelayan publik, dan perekat dan pemersatu bangsa.

b. Berdasarkan pada pasal 11 pegawai ASN mempunyai tugas untuk melaksanakan


kebijakan publik yang dibuat oleh pejabat pembina kepegawaian sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan, memberikan pelayanan publik yang profesional dan
berkualitas, dan mempererat persatuan dan kesatuan dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

c. Berdarkan Pasal 12 peran dari pegawai ASN adalah sebagai perencana, pelaksana, dan
pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional melalui
pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional, bebas dari intervensi
politik, serta bersih dari praktik KKN.
Berdasarkan UU No. 5 tahun 2014, hak dari pegawai ASN diatur pada pasal 21. Dimana
seorang PNS berhak memperoleh beberapa hal seperti gaji, tunjangan, dan fasilitas, cuti,
jaminan pensiun dan jaminan hari tua, perlindungan dan pengembangan kompetensi.
Selanjutnya kewajiban dari pegawai ASN adalah segala sesuatu yang wajib dilakukan
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan UU No. 5 tahun 2014, kewajiban dari Pegawai ASN diatur pada pada
pasal 23 yang menyatakan bahwa:
Pegawai ASN wajib:
a. setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah;
b. menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
c. melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang;
d. menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan
tanggung jawab;
f. menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan tindakan
kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan;
g. menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
h. bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

4. kewenangan adalah kekuasaan yang diformalkan baik terhadap segolongan orang tertentu,
maupun kekuasaan terhadap suatu bidang pemerintahan secara bulat yang berasal dari
kekuasaan legislatif maupun kekuasaan dari pemerintah. Jadi kewenangan merupakan
kumpulan dari wewenang-wewenang. Kewenangan bisa diperoleh dengan cara Atribus,
Delegasi, dan Mandat.
5. Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014, dinyatakan bahwa seorang pegawai
ASN akan memiliki jabatan dalam kedudukannya, baik dalam jabatan administrasi, jabatan
fungsional atau jabatan pimpinan tinggi.

Anda mungkin juga menyukai