FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Oktober, 2014
ABSTRAK
Latar Belakang: Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah jenis yang paling
umum dari penyakit jantung. Di Amerika Serikat, penyakit jantung koroner
adalah penyebab pertama kematian bagi pria dan wanita. Banyak faktor yang
berperan sebagai faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner salah
satunya adalah dislipidemia. Berbagai teori dan penelitian telah menunjukkan
peran kolesterol dalam proses atherosklerosis. Faktor risiko klasik dalam proses
atherosklerosis ini diperankan oleh adanya disfungsi endotel akibat infiltrasi
lemak pada tunika intima dimana LDL dan produk teroksidasi lainnya
memainkan peran penting pada proses ini. Perubahan gaya hidup, obat-obatan,
dan prosedur medis dapat membantu mencegah atau mengobati penyakit
jantung koroner. Perawatan ini dapat mengurangi risiko masalah kesehatan
yang terkait.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain penelitian
cross sectional dimana pada penelitian ini dilakukan observasi data untuk
menggambarkan tentang jumlah kasus penyakit jantung koroner dengan
dislipidemia yang dirawat di Rumah Sakit UNHAS, Makassar periode 1
Oktober – 1 November 2014 dan retrospektif dikarenakan pengumpulan data
berdasarkan data sekunder, yakni rekam medik pasien.
Hasil: Dari 30 subjek penelitian, diperoleh data terbanyak pasien berjenis
kelamin laki- laki (56.7%), kelompok umur tertinggi adalah 50- 59 tahun
(43.3%). Kadar kolesterol total tertinggi adalah 251- 300 mg/dl (33.3%), kadar
kolesterol HDL tertinggi adalah 40- 49 mg/dl (40%), kadar kolesterol LDL
tertinggi adalah 151- 170 mg/dl (36.7%) dan kadar kolesterol trigliserida
tertinggi adalah 51- 150 mg/dl (50%). Penyakit penyerta terbanyak adalah
gabungan DM dan HTN sebanyak 40%.
1
Kesimpulan: Masyarakat yang berusia 20 tahun dan ke atas disarankan untuk
melakukan pemeriksaan profil lipid berkala agar dapat mencegah dari terkena
penyakit jantung koroner dengan dislipidemia sekaligus mengurangkan
distribusi penyakit ini.
ABSTRACT
Backgrounds: CHD is the most common type of heart disease. In the United
States, CHD is the #1 cause of death for both men and women. Lifestyle
changes, medicines, and medical procedures can help prevent or treat CHD.
These treatments may reduce the risk of related health problems. CHD is the
most common type of heart disease. In the United States, CHD is the #1 cause
of death for both men and women. Lifestyle changes, medicines, and medical
procedures can help prevent or treat CHD. These treatments may reduce the
risk of related health problems. Various theory and studies have shown the role
of cholesterol in atherosclerosis. The classic risk factor in the atherosclerosis is
played by endothelial dysfunction due to fatty infiltration on tunika intima
where LDL and other oxidized products play an important role in this process.
Methods: The study was a descriptive study with cross-sectional research
design in which the study was conducted to describe the observation of data on
the number of cases of coronary heart disease with dyslipidemia which has
been treated in RS UNHAS, Makassar period 1 October to 1 November 2014
and retrospective data collection due based on secondary data, medical record.
Results: Of the 30 research subjects, the data obtained most patient male sex
(56.7%), the highest age group is 50 to 59 years (43.3%). The highest levels of
total cholesterol is 251- 300 mg / dl (33.3%), the highest levels of HDL
cholesterol is 40 to 49 mg / dl (40%), the highest levels of LDL cholesterol is
151- 170 mg / dl (36.7%) and the highest triglycerides is 51- 150 mg / dl
(50%). Most comorbidities were combined DM and HTN as much as 40%.
Conclusion: People aged 20 years and above are advised to check the lipid
profile periodically in order to prevent coronary heart disease with dyslipidemia
simultaneously subtracting the distribution of this disease.
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan YME karena atas berkat dan
karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan
salah satu tugas kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan
Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Atas berkat rahmat dan karunia AllahSWT dan dengan disertai usaha
yang sungguh-sungguh, doa, ilmu pengetahuan yang diperoleh selama
perkuliahan dan pengalaman selama masa Kepaniteraan Klinik serta dengan
arahan dan bimbingan dokter pembimbing, maka skripsi yang berjudul
“ANALISIS PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) DENGAN
DISLIPIDEMIA YANG DIRAWAT DI RS UNHAS PADA PERIODE 1
OKTOBER - 1 NOVEMBER TAHUN 2014” dapat terselesaikan dengan baik
dan tepat waktu.
3
2. Pihak RS UNHAS Makassar yang telah membantu dalam usaha
memperoleh data yang saya perlukan;
3. Kedua orang tua dan adik tercinta yang senantiasa memberikan
dukungan material dan moral;
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang
tidak dapat saya sebutkan satu – persatu.
4
Makassar, November 2014
Penulis
5
BAB I
PENDAHULUAN
6
Aterosklerosis adalah penyebab paling umum dari penyakit jantung
koroner. Menurut penelitian epidemiologi baru-baru ini, hiperkolesterolemia
dan aterosklerosis koroner mungkin disarankan sebagai faktor risiko tunggal
stroke iskemik. Hasil meta-analisis dari 10 studi kohort besar menunjukkan
bahwa untuk setiap 0,6 mmol / l penurunan kadar kolesterol serum pada mereka
yang berusia 60 tahun, risiko PJK menurun 27 persen, yang mana risiko relatif
ialah 0.73. Dengan pengurangan tiga kali kolesterol serum (1,80 mmol / l atau
70mg / dl), risiko relatif PJK adalah 0,39 (0.73) dan pengurangan risiko
mencapai 61 persen.(1)
7
tanpa sejarah penyakit arteri koroner), 2 - untuk mengembangkan strategi
pengobatan yang lebih efektif untuk pasien dengan penyakit arteri koroner
(apakah individu yang diobati dengan obat penurun lipid atau orang yang
belum menerima perawatan yang memadai), 3 - untuk mengobati individu
berisiko tinggi lainnya secara memadai seperti diabetes, hipertensi, dan pasien
yang lanjut usia.(1)
8
1.3.2 Tujuan khusus
9
4. Penelitian ini juga semoga dapat bermanfaat sebagai bahan bacaan,
acuan ataupun perbandingan bagi peneliti-peneliti selanjutnya.
5. Bagi peneliti sendiri pada khususnya, semoga proses serta hasil
penelitian ini dapat memberikan masukan dan pembelajaran yang
sangat berharga terutama untuk perkembangan keilmuan peneliti.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
10
stenosis dan tersumbat akibatnya kebutuhan miokardium akan oksigen tidak
dapat terpenuhi.(4)
Plak terdiri dari lemak, kolesterol, kalsium, dan zat lain yang ditemukan
dalam darah. Seiring waktu, plak mengeras dan menyempit arteri, mengurangi
aliran darah ke miokard. Akhirnya, area plak dapat pecah dan menyebabkan
gumpalan darah terbentuk pada permukaan plak. Sebagian besar jika bekuan
menjadi cukup besar, itu bisa atau benar-benar memblokir aliran darah yang
kaya oksigen ke bagian dari otot jantung. Hal ini dapat menyebabkan angina
atau serangan jantung.(8)
Pasien dengan PJK dapat hadir dengan angina pektoris stabil, angina
pektoris tidak stabil, atau infark miokard. Mereka mungkin mencari bantuan
medis dengan episode gejala pertama dengan ketidaknyamanan dada.(9)
11
a) angina pektoris stabil
Angina terjadi diduga setelah beraktivitas dan berkurang dengan
istirahat. Hal ini disebabkan meningkatnya permintaan oksigen dalam
menghadapi aliran koroner yang terbatas. Semakin berat penyempitan,
semakin sedikit jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk menginduksi
iskemia dan angina pektoris. Karena penyempitan menjadi lebih berat,
jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk mengendapkan angina menjadi
kurang. Beberapa jenis tenaga yang klasik dalam menyebabkan angina
seperti naik tangga / lereng, berjalan dalam cuaca dingin terutama jika
disertai oleh angin dan setelah makan. Ketidaknyamanan ini pressure-
like dan menyebar, berlangsung selama beberapa menit dan berkurang
dengan istirahat atau nitrogliserin sublingual, ia memberikan efek dalam
5-10 menit. Beberapa pasien menampilkan variabilitas individu dalam
jumlah usaha yang dibutuhkan untuk memicu angina. Ini disebut
variabel ambang angina yang mana komponen vasokonstriksi mungkin
memainkan peran dalam menurunkan ambang batas untuk angina.
b) angina pektoris tidak stabil
Angina pektoris tidak stabil terjadi ketika pola ketidaknyamanan dada
berubah tiba-tiba. Tanda-tanda angina tidak stabil adalah: gejala saat
istirahat, peningkatan yang ditandai dalam frekuensi serangan,
ketidaknyamanan yang terjadi dengan aktivitas minimal, dan angina
onset baru yang melumpuhkan keparahan. Angina tidak stabil biasanya
berhubungan dengan pecahnya plak aterosklerosis dan penyempitan
tiba-tiba atau oklusi arteri koroner, yang mewakili keadaan darurat
medis dengan sindrom koroner akut yang baru jadi dan diikuti dengan
infark miokard.
c) infark miokard akut tanpa elevasi ST (NSTEMI)
12
Jika pasien datang dengan ketidaknyamanan dada dan / atau gejala
infark miokard (mual, muntah, diaforesis, sesak napas), memiliki
biomarker positif untuk nekrosis miokard (CPK, CPK-MB dan
troponin), tetapi tanpa elevasi segmen ST di elektrokardiogram, maka
dapat didiagnosis sebagai NSTEMI. Studi terbaru menunjukkan bahwa
pasien dengan NSTEMI merupakan mayoritas (54%) dari pasien infark
miokard akut dirawat di rumah sakit. Penelitian ini juga menunjukkan
bahwa pasien dengan NSTEMI memiliki mortalitas tinggi 1 tahun
(31%) dibandingkan pasien dengan infark miokard dengan elevasi ST
(21%). Pasien dengan NSTEMI cenderung lebih tua, memiliki fungsi
ventrikel kiri yang buruk, penyakit pembuluh darah yang multipel dan
sejarah penyakit koroner akut.
d) infark miokard akut dengan elevasi ST (STEMI)
Etiologi STEMI adalah oklusi lengkap dari pembuluh koroner dari
bekuan berkembang pada plak yang baru-baru pecah. Plak ini biasanya
diameter <50% dan mengandungi banyak lipid. Pasien menggambarkan
ketidaknyamanan dada yang parah dan sering dikaitkan dengan mual
dan muntah. Ketidaknyamanan biasanya berlangsung lebih dari dua
puluh menit dan tidak merespon pada nitrogliserin. Sesak napas dapat
menunjukkan infark berukuran besar. Sampai dengan 25% dari pasien,
mungkin tidak mengalami ketidaknyamanan apapun ketika mereka
menderita infark. Orang tua dan pasien diabetes lebih rentan untuk
memiliki infark miokard tersembunyi.
13
2.1.2 Epidemilogi
14
jantung koroner di Rumah Sakit Dr.Wahidin Sudirohusodo tahun 2004
sebanyak 336 kasus, tahun 2005 sebanyak 311 kasus tahun 2006 sebanyak 332
kasus (data morbiditas rekam medik rawat inap), sedangkan data morbiditas
rawat jalan PJK tahun 2004 sebanyak 136 kasus baru dengan jumlah kunjungan
7328 orang , tahun 2005 sebanyak 250 kasus baru dengan jumlah kunjungan
5402 orang, tahun 2006 sebanyak 216 kasus baru.(6)
2.1.3 Etiologi
Penyebab PJK secara umum dibagi atas dua, yakni menurunnya asupan
oksigen yang dipengaruhi oleh aterosklerosis, tromboemboli, vasopasme, dan
meningkatnya kebutuhan oksigen miokard. Dengan perkataan lain, ketidak
seimbangan antara kebutuhan oksigen miokardium dengan masukannya.
Dikenal 2 keadaan ketidakseimbangan masukan terhadap kebutuhan oksigen
itu, yaitu hipoksemia (iskemia) yang ditimbulkan oleh kelainan vaskuler (arteri
koronaria) dan hipoksia (anoksia) yang disebabkan kekurangan oksigen dalam
darah. Perbedaannya ialah pada iskemia terdapat kelainan vaskuler sehingga
perfusi ke jaringan berkurang dan eliminasi metabolit yang ditimbulkannya
(misal asam laktat) menurun juga sehingga gejalanya akan lebih cepat
muncul.(6)
Ruptur dari plak aterosklerosis dianggap penyebab terpenting dari
angina pektoris tidak stabil (APTS) sehingga tiba-tiba terjadi oklusi (sumbatan)
subtotal atau total dari arteri koronaria yang sebelumnya mempunyai
penyumbatan/penyempitan minimal. Biasanya ruptur terjadi pada tepi plak
yang berdekatan dengan intima yang normal. Terjadinya ruptur menyebabkan
aktivasi, adhesi, dan agregasi platelet dan menyebabkan aktivasi timbulnya
trombus. Bila trombus menutup pembuluh darah 100% akan menyebabkan
15
infark dengan elevasi segmen ST, sedangkan bila trombus tidak menyumbat
100%, dan hanya menimbulkan stenosis yang berat akan terjadi angina tak
stabil.(3,6)
Faktor resiko yang tidak dapat Faktor resiko yang dapat diubah
dirubah
- Usia - Merokok
- Jenis kelamin laki-laki - Hipertensi
- Riwayat keluarga - Dislipidemia
- Etnis - Diabetes melitus
- Obesitas dan sindrom metabolik
- Stres
- Diet lemak yang tinggi kalori
- Inaktifitas fisik
16
a) Hiperkolesterolemia
Hiperkolesterolemi merupakan masalah yang cukup penting karena termasuk
salah satu faktor risiko utama PJK di samping hipertensi dan merokok. Di
Amerika pada saat ini 50% orang dewasa didapatkan kadar kolesterolnya >200
mg/dl dan ± 25% dari orang dewasa umur >20 tahun dengan kadar kolesterol
>240 mg/dl, sehingga risiko terhadap PJK akan meningkat. Kolesterol, lemak
dan substansi lainnya dapat menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah
arteri, sehingga lumen dari pembuluh derah tersebut menyempit dan proses ini
disebut aterosklerosis. Penyempitan pembuluh darah ini akan menyebabkan
aliran darah menjadi lambat bahkan dapat tersumbat sehingga aliran derah pada
pembuluh derah koroner yang fungsinya memberi 02 ke jantung menjadi
berkurang. Kurangnya 02 akan menyebabkan otot jantung menjadi lemah, sakit
dada, serangan jantung bahkan kematian. Kadar kolesterol darah dipengaruhi
oleh ke dalam tubuh (diet). Beberapa parameter yang dapat dipakai untuk
mengetahui adanya risiko PJK dan hubungannya dengan kadar kolesterol
darah; (10)
Kolesterol Total
<200 Optimal
200-239 Diinginkan
≥240 Tinggi
Kolesterol LDL
<100 Optimal
100-129 Mendekati optimal
130-159 Diinginkan
160-189 Tinggi
17
≥190 Sangat tinggi
Kolesterol HDL
<40 Rendah
≥60 Tinggi
Trigliserida
<150 Optimal
150-199 Diinginkan
200-499 Tinggi
≥500 Sangat tinggi
b) Hipertensi
Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama untuk terjadinya PJK
Penelitian di berbagai tempat di Indonesia (1978) mendapatkan prevalensi
hipertensi untuk Indonesia berkisar antara 6-15%, sedangkan di negara-negara
maju seperti misalnya Amerika National Health Survey menemukan frekuensi
yang lebih tinggi yaitu mencapai 15-20%. Lebih kurang 60% penderita
hipertensi tidak terdeteksi, 20% dapat diketahui tetapi tidak diobati atau tidak
terkontrol dengan baik, sedangkan hanya 20% dapat diobati dengan baik.
Penyebab kematian akibat hipertensi di Amerika adalah kegagalan jantung
45%, miokard infark 35%, cerebrovascular accident 15% dan gagal ginjal 5%.
Komplikasi yang terjadi pada hipertensi esensial biasanya akibat perubahan
struktur arteri dan arterial sistemik, terutama terjadi pada kasus-kasus yang
18
tidak diobati. Mula-mula akan terjadi hipertrofidari tunika media diikuti dengan
hialinisasi setempat dan penebalan fibrosis dari tunika intima dan akhirnya
akan terjadi penyempitan pernbuluh darah. Tempat yang paling berbahaya
adalah bila mengenai miokardium, arteridan arterial sistemik arteri koroner dan
serebral serta pembuluh darah ginjal. Komplikasi terhadap jantung akibat
hipertensi yang paling sering terjadi adalah kegagalan ventrikel kiri, PJK
seperti angina pektoris dan miokard infark. Dari beberapa penelitian didapatkan
±50% penderita miokard infark menderita hipertensi dan 75% kegagalan
ventrikel kiri penyebabnya adalah hipertensi.(10)
c) Merokok
Pada saat ini merokok telah dimasukkan sebagai salah satu faktor risiko utama
PJK di samping hipetensi dan hiperkoiesterolemi. Orang yang merokok > 20
batang perhari dapat mempengaruhi atau memperkuat efek dua faktor utama
risiko lainnya. Efek rokok adalah menyebabkan beban miokard bertambah
karena rangsangan oleh katekolamin dan menurunnya konsumsi 02 akibat
inhalasi CO atau dengan perkataan lain dapat menyebabkan tahikardi,
vasokonstruksi pembuluh darah, merubah permeabilitas dinding pembuluh
darah dan merubah 5-10% Hb menjadi carboksi-Hb. Di samping itu rokok
dapat menurunkan kadar HDL kolesterol tetapi mekanismenya belum jelas.
Makin banyak jumlah rokok yang diisap, kadar HDL kolesterol makin
menurun. Perempuan yang merokok penurunan kadar HDL kolesterolnya lebih
besar dibandingkan laki-laki perokok. Merokok juga dapat meningkatkan tipe
IV hiperlipidemi dan hipertrigliserid, pembentukan platelet yang abnormal pada
diabetes disertai obesitas dan hipertensi ; sehingga orang yang perokok
cenderung lebih mudah terjadi proses aterosklerosis daripada yg bukan
perokok.(10)
19
2.1.5 Patofisiologi
20
Dikutip dari kepustakaan 11
2.1.5 Pengobatan
a) Pengobatan farmakologis
21
Aspirin dosis rendah
Thienopyridine Clopidogrel
Obat penurun kolesterol
ACE- Inhibitor/ ARB
Nitrat
B- blockers
Antagonis kalsium
b) Revaskularisasi miokard
2.2 LIPID
2.2.1 Deskripsi
Lipid ialah setiap kelompok heterogen lemak dan substansi serupa
lemak, termasuk asam lemak, lemak netral, lilin dan steroid yang bersifat dapat
larut dalam air dan larut dalam pelarut nonpolar. Lipid, yang mudah disimpan
dalam tubuh, berfungsi sebagai sumber bahan bakar, merupakan bahan yang
terpenting pada struktur sel dan mempunyai fungsi biologik yang lain. Senyawa
lipid terdiri atas glikolipid, lipoprotein dan fosfolipid. Didalam darah
ditemukan tiga jenis lipid yaitu kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid.
Dikarenakan sifat lipid yang susah larut dalam lemak, maka perlu dibuat dalam
bentuk yang terlarut.(13,14)
Untuk itu dibutuhkan suatu zat pelarut, yaitu suatu protein yang dikenal
dengan apolipoprotein atau apoprotein. Pada saat ini dikenal sembilan jenis
apoprotein yang diberi nama secara alfabetis yaitu Apo A, Apo B, Apo C, dan
22
Apo E. Senyawa lipid dengan apoprotein ini dikenal dengan lipoprotein yang
masing-masing memiliki Apo tersendiri. Setiap lipoprotein berbeda dalam
ukuran, densitas, komposisi lemak dan komposisi apoprotein. Pada manusia
dapat dibedakan enam jenis lipoprotein yaitu l-high-density lipoprotein (HDL),
low-density lipoprotein (LDL), intermediatedensitylipoprotein (IDL), very low
density lipoprotein (VLDL), kilomikron dan lipoprotein a kecil.(13)
23
2.2.3 Jalur metabolisme eksogen
Makanan berlemak yang dimakan terdiri atas trigliserida dan
kolesterol.Selain kolesterol yang berasal dari makanan terdapat juga kolesterol
yang berasal dari hati yang diekskresi bersama empedu ke usus halus.Lemak
inilah yang disebut lemak eksogen. Trigliserida dan kolesterol dalam usus halus
akan diserap ke dalam enterosit mukosa usus halus dimana trigliserida akan
diserapsebagai asam lemak bebas sementara kolesterol sebagai kolesterol.(13,15)
Di dalam usushalus asam lemak bebas akan diubah lagi menjadi
trigliserida, sedang kolesterolakan mengalami esterifikasi menjadi kolesterol
ester dan keduanya bersamadengan fosfolipid dan apolipoprotein akan
membentuk lipoprotein yang dikenaldengan kilomikron. (13,15)
Kilomikron ini akan masuk ke saluran limfe dan akhirnya melalui
duktus torasikus akan masuk ke dalam aliran darah. Trigliserida dalam
kilomikron akanmengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase yang
berasal dari endotel menjadi asam lemak bebas. Asam lemak bebas dapat
disimpan sebagai trigliseridakembali di jaringan lemak, tetapi bila terdapat
dalam jumlah yang banyak sebagian akan diambil oleh hati menjadi bahan
untuk pembentukan trigliserida hati. Kilomikron yang sudah kehilangan
sebagian besar trigliserida akan menjadi kilomikron remnant yang mengandung
kolesterol ester dan akan dibawa ke hati. (13,15)
24
Sebagian dari VLDL, IDL, dan LDL akan mengangkut kolesterol ester kembali
ke hati.LDL adalah lipoprotein yang paling banyak mengandung kolesterol.
Sebagian dari kolesterol di LDL akan dibawa ke hati dan jaringan steroidogenik
lainnya seperti kelenjar adrenal, testis, dan ovarium yang mempunyai reseptor
untuk kolesterol-LDL. Sebagian lagi dari kolesterol-LDL akan mengalami
oksidasi dan ditangkap oleh reseptor Scavenger-A (SR-A) di makrofag dan
akan menjadi sel busa (foam cell). Makin banyak kadar kolesterol-LDL dalam
plasma makin banyak yang akan mengalami oksidasi dan ditangkap oleh sel
makrofag. Jumlah kolesterol yang akan teroksidasi tergantung dari kadar
kolesterol yang terkandung di LDL. Beberapa keadaan mempengaruhi tingkat
oksidasi seperti :
1. Meningkatnya jumlah small dense LDL seperti pada sindroma
metabolic dan diabetes mellitus.(15)
2. Kadar kolesterol-HDL, makin tinggi kadar kolesterol-HDL akan
bersifat protektif terhadap oksidasi LDL. (15)
25
Setelah mengambil kolesterol bebas dari sel makrofag, kolesterol bebas
akan diesterifikasi menjadi kolesterol ester oleh enzim
lecithincholesterolacyltransferase (LCAT). Selanjutnya sebagian kolesterol
ester yang dibawa oleh HDL akan mengambil dua jalur. Jalur pertama ialah ke
hati dan ditangkap oleh scavenger receptor class B type 1 dikenal dengan SR-
B1. Jalur kedua adalah kolesterol ester dalam HDL akan dipertukarkan dengan
trigliserid dari VLDL dan IDL dengan bantuan cholesterol ester transfer
protein (CETP). Dengan demikian fungsi HDL sebagai “penyerap” kolesterol
dari makrofag mempunyai dua jalur yaitu langsung ke hati dan jalur tidak
langsung melalui VLDL dan IDL untuk membawa kolesterol kembali ke
hati.(13,15)
2.3 DISLIPIDEMIA
2.3.1 Definisi
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai oleh
peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid
yang utama adalah kelainan kadar kolesterol total, Low Density Lipoprotein
(LDL), trigliserida, dan penurunan High Density Lipoprotein (HDL). Adult
Treatment Panel (ATP) III memberi batasan dislipidemia aterogenik adalah
peningkatan trigliserida, small dense LDL, dan penurunan HDL.(16,17)
Klasifikasi dislipidemia dapat berdasarkan atas penyebabnya, yaitu
primer yang tidak jelas sebabnya dan sekunder yang mempunyai penyakit
dasar seperti pada sindrom nefrotik, diabetes mellitus, hipotiroidisme, dan
lain-lain. Selain itu, dislipidemia dapat juga dibagi berdasarkan profil lipid
yang menonjol, seperti hiperkolesterolemia, hipertrigliserida, isolated low
HDL-cholesterol, dan dislipidemia campuran. Bentuk yang terakhir ini yang
paling banyak ditemukan.(18)
26
2.3.2 Jenis-jenis lipid
Lipoprotein densitas rendah(LDL) telah diketahui sebagai lipoprotein
aterogenik utama dan telah lama diidentifikasi oleh National Cholesterol
Education Project (NCEP) sebagai target utama terapi penurun kolesterol.
Partikel LDL terdiri dari 2 lapisan. Lapisan permukaan terdiri dari fosfolipid,
kolesterol bebas, dan apolipoprotein. Lapisan inti dalam terdiri dari kolesterol
ester dan trigliserida. LDL-kolesterol (LDL-C) merupakan lipid yang
digunakan sebagai marker faktor resiko, sedangkan prediksi secara populasi,
LDL-C merupakan penanda lemah faktor resiko secara individual. Hanya
sebagian kecil subyek dengan kadar LDL dan kolesterol tinggi akan
berkembang menjadi penyakit klinis, dan sampai 50% dari kasus penyakit arteri
koroner (CAD) yang terjadi pada subjek dengan kadar kolesterol total dan
LDL-kolesterol (LDL-C) berada pada tingkat 'normal'. Dengan demikian,
diperlukan pertimbangan untuk meningkatkan akurasi prediksi resiko
kardiovaskular saat ini. (19, 20)
Subkelas LDL. Dua pola subkelas utama LDL, yang disebut A dan B,
telah dijelaskan. Dalam pola subkelas A, partikel memiliki diameter lebih besar
dari 25 nm dan kurang padat, sedangkan di subkelas pola B, partikel memiliki
diameter kurang dari 25 nm dan kepadatan yang lebih tinggi. Subkelas pola B
adalah gangguan umum yang diwariskan dan berhubungan dengan profil
lipoprotein aterogenik yang lebih, juga disebut "dislipidemia aterogenik."
Subkelas pola B selain bentuknya kecil, dan memiliki LDL yang padat, pola ini
termasuk meningkatnya kadar trigliserida, kadar apolipoprotein B yang
meningkat, dan rendahnya tingkat HDL. Profil lipid ini biasanya terlihat pada
diabetes tipe II dan merupakan salah satu komponen dari "sindrom metabolik,"
didefinisikan oleh Laporan Ketiga Panel Ahli Deteksi, Evaluasi, dan
Pengobatan Kolesterol Darah Tinggi di Dewasa (Adult Treatment Panel III;
27
ATP III) juga termasuk tekanan darah tinggi, resistensi insulin, peningkatan
kadar penanda inflamasi seperti C-reactive protein (CRP), dan keadaan
prothrombotic. Kehadiran sindrom metabolik dianggap oleh ATP III menjadi
faktor resiko besar terjadinya penyakit artery corener (CAD). (19, 20)
Subkelas HDL. Partikel HDL menunjukkan heterogenitas yang cukup,
dan telah diusulkan bahwa berbagai subkelas dari HDL mungkin memiliki
peran yang lebih besar dalam melindungi agar tidak terjadi aterosklerosis.
Partikel HDL dapat dicirikan berdasarkan ukuran/ kepadatan dan / atau
komposisi apolipoprotein. Menggunakan ukuran / kepadatan, HDL dapat
diklasifikasikan ke dalam HDL2, lebih besar, partikel kurang padat yang
mungkin memiliki tingkat perlindungan terbesar terhadap jantung, dan HDL3,
yang lebih kecil, partikel lebih padat. HDL mengandung 2 apolipoprotein
terkait, yaitu, AI dan A-II. Partikel HDL juga dapat diklasifikasikan oleh
apakah HDL mengandung apolipoprotein AI (apo AI) saja atau apakah HDL
mengandung apo AI dan apolipoprotein A-II (apo A-II). Ada kepentingan
substansial dalam menentukan apakah subkelas HDL dapat digunakan untuk
memberikan informasi tambahan mengenai resiko kardiovaskular dibandingkan
dengan HDL saja.(19, 20)
28
kolesterol tinggi ketika masa menopause karena di masa akhir ini kadar LDL
dalam tubuh wanita cenderung meningkat. Faktor genetik juga bisa menjadi
faktor resiko yang mempengaruhi tingginya kadar HDL atau LDL seseorang.(21)
Sementara itu, faktor resiko yang bisa diubah antara lain faktor gaya
hidup, seperti obesitas, kandungan gizi pada makanan yang kurang diperhatikan
saat dikonsumsi, kurang aktivitas yang bisa memicu naiknya kadar kolesterol,
dan merokok. Semua faktor ini dapat membantu pembentukan penumpukan
lemak pada dinding arteri. Untuk itu, pengecekan secara berkala terhadap
kolesterol perlu dilakukan untuk mengetahui kadar kolesterol.(21)
Lebih dari separuh angka kejadian penyakit jantung koroner di Amerika
Serikat disebabkan oleh kelainan metabolisme lemak plasma dan lipoprotein.
Peningkatan lipoprotein merefleksikan pola hidup tidak sehat, obesitas, diet
tinggi lemak pada individu dengan kelainan metabolisme lemak yang berasal
dari defek tingkat genetik.(21)
29
<100 Optimal
100-129 Mendekati Optimal
130_159 Batas Tinggi
160-189 Tinggi
≥190 Sangat Tinggi
Kolesterol HDL
<40 Rendah
≥60 Tinggi
Trigliserida
<150 Normal
150-199 Batas Tinggi
200-499 Tinggi
≥500 Sangat Tinggi
Dikutip dari kepustakaan 2
Tabel 3: Klasifikasi Kadar Lipoprotein Menurut NCEP-ATP III
2.3.5 Penatalaksanaan
30
1. Diet rendah lemak, rendah kolesterol, dan tinggi serat.(16)
2. Penyesuaian berat badan ideal sesuai Body Mass Index.(16)
3. Peningkatan aktivitas fisik.(16)
31
BAB III
KERANGKA KONSEP
Persentase
kolesterol
Umur total
Jantina Penyakit
Persentase jantung
Diabetes Mellitus
HDL koroner (PJK)
Hipertensi
Persentase
LDL
Persentase
trigelisarida
Keterangan:
Variabel Antara
Variabel Independen
Variabel Dependen
1. Dislipidemia
a. Definisi :Kelainan metabolisme lipoprotein yang dimanifestasikan lewat
peningkatan dari kolesterol total, kolesterol LDL dan konsentrasi trigliserid,
serta penurunan konsentrasi kolesterol HDL di dalam darah.
b. Cara ukur : Observasi rekam medic
32
c. Alat ukur : Rekam medic
d. Hasil Ukur :
1) Kadar kolesterol total
Optimal :< 200 mg/dl
Diinginkan : 200 – 239 mg/dl
Tinggi : ≥ 240 mg/dl
2) Kadar kolesterol LDL
Optimal :< 100 mg/dl
Mendekati optimal : 100 - 129
Diinginkan : 130 – 159 mg/dl
Tinggi : 160 - 189 mg/dl
Sangat tinggi : ≥ 190 mg/dllipid profile
3) Kolesterol HDL
Rendah :< 40 mg/dl
Tinggi : ≥ 60 mg/dl
4) Trigliserida
Optimal :< 150 mg/dl
Diinginkan : 150 – 199
Tinggi : 200 – 499
Sangat tinggi : ≥ 500
e. Skala ukur : Ordinal
33
3. Umur
a. Definisi : Umur pasien sindroma koroner akut yang terdata di
rekam medis
b. Cara ukur : Observasi rekam medik
c. Alat ukur : Rekam medik
d. Hasil ukur : .
1) 45 – 55 tahun
2) 56 – 65 tahun
3) 66 – 75 tahun
4) 76 – 85 tahun
e. Skala ukur : Ordinal
4. Jenis Kelamin
a. Definisi : Jenis kelamin pasien sindroma koroner akut yang
tercantum dalam data rekam medik • Cara ukur : Observasi rekam
medic
b. Alat ukur : Rekam medic
c. Hasil Ukur :
1) Pria
2) Wanita
d. Skala ukur : ordinal
34
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.4.1 Populasi
35
4.4.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah semua populasi yang memenuhi
kriteria sampel. Dengan teknik pengambilan sampel adalah total
sampling.
36
4.7 Manajemen Data
37
2. Berusaha menjaga kerahasiaan identitas pasien yang terdapat
pada rekam medik, sehingga diharapkan tidak ada pihak yang merasa
dirugikan atas penelitian yang dilakukan.
38
BAB V
39
5.2.1 Analisis Berdasarkan Jenis Kelamin
40
5.2.2 Analisis Berdasarkan Umur
41
5.2.3 Analisis Berdasarkan Profil Lipid
a) Total kolesterol
Gambar 6 menunjukkan analisis profil lipid total kolesterol pada pasien
penyakit jantung koroner dengan dislipidemia. Dari data yang diperoleh, total
kolesterol paling tinggi dicatatkan ialah 251- 300 mg/dl sebanyak 10 orang
(33.3%), diikuti dengan 201- 250 mg/dl sebanyak 9 orang (30%), 301- 350
mg/dl sebanyak 6 orang (20%), paling rendah ialah 151- 200 mg/dl sebanyak 5
orang (16.7%).
42
b) HDL
Gambar 7 menunjukkan analisis profil lipid HDL pada pasien penyakit
jantung koroner dengan dislipidemia. Dari data yang diperoleh, nilai HDL
yang paling tinggi pada pasien penyakit jantung koroner dengan
dislipidemia adalah 40- 49 mg/dl sebanyak 12 orang (40%), diikuti dengan
20- 29 mg/dl sebanyak 6 orang (20%), 60- 69 mg/dl sebanyak 5 orang
(16.7%), 30- 39 mg/dl sebanyak 4 orang (13.3%) dan paling rendah adalah
50- 59 mg/dl sebanyak 3 orang (10%).
43
c) LDL
Gambar 8 menunjukkan kadar profil lipid LDL pada penderita penyakit
jantung koroner dengan dislipidemia. Nilai yang paling tinggi adalah
151- 170 mg/dl sebanyak 11 orang (36.7%), diikuti dengan 111- 130
mg/dl sebanyak 6 orang (20%), 171- 190 mg/dl dan 191- 210 mg/dl
masing- masing sebanyak 4 orang (13.3%), seterusnya 131- 150 mg/dl
sebanyak 3 orang (10%), paling rendah adalah 211- 230 mg/dl sebanyak
2 orang (6.7%).
44
d) Trigliserida
45
e) Penyakit penyerta
Gambar 5.7 menunjukkan analisis penyakit penyerta pada penderita
penyakit jantung koroner dengan dislipidemia. Dari data yang
diperoleh, penderita penyakit jantung koroner dislipidemia paling
banyak menderita penyakit diabetes mellitus (DM) dan hipetensi (HTN)
iaitu sebanyak 12 orang. Seterusnya 8 orang penderita penyakit jantung
koroner dengan dislipidemia mengalami hipertensi sedangkan 10 orang
penderita lagi tidak mengalami HTN dan DM.
46
5.3 Pembahasan
47
total pada wanita lebih rendah dari laki- laki. Dengan peningkatan usia pada
laki- laki dan wanita, nilai kolesterol total meningkat biasanya pada usia 60- 65
tahun (Kreisberg and Kasim, 1987). Hal ini menyebabkan terjadinya
peningkatan kasus penyakit jantung koroner dengan dislipidemia sesuai dengan
peningkatan usia. Satu penelitian telah dijalankan oleh Copenhagen City Heart
Study [Iverson et al.2009] menunjukkan hubungan antara peningkatan usia
dengan penyakit jantung koroner dengan dislipidemia tidak sesuai untuk
kelompok usia 80 tahun dan ke atas. Penelitian ini telah terbukti apabila data
yang diperoleh dari RS Unhas menunjukkan jumlah kasus bagi kelompok usia
70- 79 tahun sebanyak 8 orang, berkurang dari kelompok usia 60- 69 tahun.(23)
Dari hasil penelitian di RS Unhas, didapatkan bahawa 30 orang
penderita penyakit jantung koroner mengalami dislipidemia yaitu peningkatan
nilai profil lipid kolesterol total dan LDL serta penurunan nilai HDL. Dari
Gambar 6 dapat diperoleh profil lipid total kolesterol yang paling tinggi adalah
251- 300 mg/dl sebanyak 10 orang. Profil lipid HDL dapat diperoleh dari
Gambar 7 yang menunjukkan nilai HDL yang paling tinggi pada pasien
penyakit jantung koroner dengan dislipidemia adalah 40- 49 mg/dl sebanyak 12
orang. Seterusya dari Gambar 8 dapat diperoleh profil lipid LDL yang
menunjukkan nilai yang paling tinggi adalah 151- 170 mg/dl sebanyak 11
orang. Terakhir adalah profil lipid trigliserida dari Gambar 9 yang menujukkan
nilai yang paling tinggi adalah 51- 150 mg/dl sebanyak 15 orang. Banyak
penelitian yang menunjukkan korelasi kuat antara nilai kolesterol dan kejadian
penyakit jantung koroner. Menurut penelitian oleh Manolio et al. 1991, nilai
kolesterol total dan kolesterol LDL berpengaruh dengan kejadian penyakit
jantung koroner pada laki- laki dan wanita termasuk pada kelompok usia yang
lebih tua (>65 tahun). Hal yang sama dibuktikan oleh Frost et al. 1996, apabila
menemukan persamaan dalam serum lipid dan kejadian penyakit jantung
48
koroner. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan kejadian penyakit jantung
koroner meningkat sebanyak 22- 35% apabila kolesterol non- HDL atau LDL
meningkat sebanyak 40 mg/dl, dan peningkatan sebanyak 9- 13% pada kejadian
penyakit jantung koroner apabila kolesterol non- HDL atau LDL meningkat
sebanyak 10% (0.472 mmol/l pada non- HDL dan 0.398 pada LDL).(23)
Mengenai penyakit penyerta pada penderita penyakit jantung koroner
dengan dislipidemia dapat dilihat pada Gambar 10. Dari data yang diperoleh,
pasien penyakit jantung koroner dengan dislipidemia lebih besar pada
kelompok DM dan HTN sebanyak 12 orang. Beberapa penelitian telah
membuktikan peningkatan kasus penyakit jantung koroner berkaitan dengan
sindrom metabolik. Peningkatan trigeliserida dan penurunan nilai kolesterol
HDL amat penting dalam sindrom metabolik dengan obesitas sentral, tekanan
darah tinggi dan resistensi insulin (Linblad et al. 2001). Sindrom metabolik
telah dialami oleh 44% dari populasi US pada usia lebih dari 50 tahun, dan
mempengaruhi lebih banyak pada wanita dari laki- laki. Golongan lanjut usia
kurang sensitif pada insulin berbanding populasi yang lebih muda disebabkan
oleh massa lemak dan kebugaran. Resistensi insulin berkait dengan penurunan
kadar protein pembawa gula dalam otot (Sawabe et al. 2009). Pengurangan
sekresi insulin juga menyebabkan resistensi insulin dan oleh itu menyebabkan
peningkatan kejadian sindrom metabolik pada golongan lanjut usia.(23)
49
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
50
6.2 Saran
1. Kepada masyarakat
Masyarakat terutama bagi mereka penderita penyakit jantung koroner
dengan dislipidemia disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter ahli
jantung untuk mengetahui perkembangan penyakitnya sedini mungkin
sehingga komplikasi lanjut yang menyebabkan kematian dapat dicegah
dan diharapkan perubahan menuju pola hidup sehat dapat diterapkan
oleh mereka. Kepada masyarakat yang melebihi usia 20 tahun dapat
melakukan pemerikasaan profil lipid berkala, supaya dapat
mengurangkan resiko terjadinya penyakit jantung koroner dengan
dislipidemia.
2. Kepada pihak RS Unhas, Makassar
Pertama, penulisan data dalam rekam medis pasien khususnya penderita
penyakit jantung koroner dengan dislipidemia sebaiknya lebih
dilengkapi lagi termasuk data demografi, anmnesis dan pemeriksaan
laboratorium yang lengkap bagi kasus penyakit jantung koroner dengan
dislipidemia oleh dokter sehingga memudahkan penelitian mengenai
penyakit jantung koroner dengan dislipidemia selanjutnya. Kedua,
penyuluhan tentang pentingnya pola hidup sehat bagi masyarakat perlu
dilakukan untuk mencegah dan mengurangi angka morbiditas dan
mortalitas penyakit termasuk penyakit jantung koroner.
3. Kepada para peneliti selanjutnya.
Sebaiknya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang melihat kejadian
penyakit jantung koroner dengan dislipidemia dengan memperhatikan
jenis diagnosis dan tingkat keparahan penyakit yang berpengaruh
terhadap jenis tindakan yang dilakukan serta prognosis.
51
DAFTAR PUSTAKA
52
8. Cleaveland Clinic. 2013. Coronary Artery Disease. Available from:
http://www.clevelandclinicmeded.com/medicalpubs/diseasemanagemen
t/cardiology/coronary-artery-disease/ [Accessed 13 October 2014]
9. Munther K. Homoud, MD. 2008. Coronary Artery Disease. Available
from: http://ocw.tufts.edu/data/50/636849.pdf [Accessed from: 12
October 2014]
10. T. Bahri Anwar. Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner. USU
Repository 2004. Available from:
http://sulutiptek.com/documents/FaktorRisikoPenyakitJantungKoroner.
pdf [Accessed 10 October 2014]
11. National Heart, Lung and Bloods Institutes. What Is Coronary Heart
Disease? Available from: http://www.nhlbi.nih.gov/health/health-
topics/topics/cad/ [accessed 11 October 2014]
12. Medicastore. Aterosklerosis. Available from:
http://medicastore.com/penyakit/137/Aterosklerosis_Atherosclerosis.ht
ml [Accessed 12 October 2014]
13. Adam, J.M.F., 2007. Dislipidemia. Dalam: Sudoyo AW, Setiohadi
Bambang, Alwi Idrus, Simadibrata MK, Setiati Siti, 2006. Ilmu penyakit
dalam: Edisi ke 4. Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 1926-1932.
14. Dorland, W.A.N., 2002. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi 25.
Jakarta: EGC.
15. Kwan, B.C.H., Kronenberg, F., Beddhu, S., Cheung, A.K., 2007.
Lipoprotein Metabolism and Lipid Management in Chronic Kidney
Disease. Journal of The American Society of Nephrology. 18 (4): 1246-
1261.
53
16. Rahmawansa, Sany. Dislipidemia sebagai factor Risiko Utama Penyakit
Jantung Koroner. Dalam: Cermin Kedokteran 169/vol.36 no.3. Hal
181-4. Available from: http://www.kalbe.co.id
17. Anwar, Bahri. Dislipidemia sebagai factor Risiko Penyakit Jantung
Koroner, Medan : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2004. Hal 1-9.
18. John MF, Adam. Dislipidemia. Dalam: Sudoyo, Aru W., dkk. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III, Edisi IV. Jakarta-Balai Penerbit
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006. Hal. 1948-53.
19. Blue Cross and Blue Shield Association. 2011. Medical policy: Novel
Lipid Risk Factors in Risk Assessment and Management of
Cardiovascular Disease. Current Procedural Terminology © American
Medical Association, 3-28.
20. Hossein Fakhrzadeh, Ozra Tabatabaei-Malazy. 2012. Dyslipidemia and
Cardiovascular Disease. Dalam: Prof. Roya Kelishadi. Dyslipidemia -
From Prevention to Treatment. InTech Europe., 303- 314.
21. Anonim. Hubungan Sindrom Koroner Akut (SKA) dengan Dislipidemia.
Available from :
http://prematuredoctor.blogspot.com/2009/11/download-arca.html
22. Lennep, J.E.R van,.et al. 2002. Risk factors for coronary heart disease:
implications of gender. Available from:
http.cardiovascres.oxfordjournals.orgcontent533538.full.pdf+html
[Accesed 7 November 2014]
23. Freij A. Gobal, MD, FACP, Jawahar L. Mehta, MD, PhD. 2010.
Management of Dyslipidemia in Elderly Population. Available from:
http://www.medscape.com/viewarticle/736583_2 [Accesed 7 November
2014]
54