Anda di halaman 1dari 30

Rabu, 07 Oktober 2015

LAPORAN MONOHIBRID DAN DIHIBRID

Laporan Praktikum Genetika

MONOHIBRID DAN DIHIBRID

Disusun Oleh :

Nama : Yuli Hardiyanti

NIM : 4122220013

Kelas : Biologi Nondik A 2012


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2014

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Praktikum Genetika merupakan salah satu mata kuliah yang wajib diambil oleh mahasiswa yang
berada di semester V, dengan beban sks sebanyak 1. Jadi adapun bentuk aplikatif yang saya lakukan
untuk menjalankan perkuliahan di mata kuliah ini adalah mengikuti praktikum dengan judul bab
“Monohibrid dan Dihibrid” guna memenuhi sks yang telah diambil untuk mata kuliah praktikum
genetika.

Lingkungan telah memberikan variasi morfologi dari tumbuhan berupa adanya perbedaan warna,
hal ini selain dipengaruhi oleh lingkungan juga dipengaruhi oleh genetik. Pada tingkat genetik, sifat-sifat
tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh sebuah lokus gen tetapi oleh banyak lokus gen. Diversitas genetic
dapat terjadi karena adanya variasi genetic, baik internal maupun antarspecies pada suatu populasi.
Adanya polimorfisme pada suatu species akan sangat bermanfaat dalam bidang genetika maupun
kepentingan seleksi. Variasi ini dapat digunakan untuk identifikasi dan mencari asal usul suatu jenis
hewan, mengetahui hubungan kekerabatan antar species sampai pada penyusunan peta gen. Informasi
genetic dapat dijadikan dasar perkawinan silang (Neo. 2003).

Secara teknis persilangan dilakukan dengan maksud untuk penggabungan beberapad sifat yang
semula terdapat pada dua bangsa yang berbeda kedalam satu bangsa silangan, pembentukan bangsa
baru, garding up, pemanfaatan terosis. Salah satu keuntungan dari persilangan adalah hybrid vigour atau
heterosis yakni untuk mendapatkan keturunan yang lebih baik (Mega. 2008).

Adanya hukum peluang telah diterapkan oleh bapak ilmu genetika, Gregor Mendel. Dimana
dikemukakan bahwa hasil persilangan dari generasi antar F1 pada kacang buncis untuk tujuh karakter
tanaman yakni bentuk biji, warna albumen, warna kulit biji, bentuk polong, warna polong, posisi letak
bunga dan panjang batang, dengan rasio 3 : 1. Ketepatan hukum mendel juga diterapkan untuk
mengetahui besarnya peluang memperoleh benih jagung resesif dari hasil persilangan antara jagung
biasa x jagung QPM.
Pada persilangan monohibrid, prinsip segregasi secara bebas dapat dibuktikan dengan
mengawinkan suatu jenis organism dengan mengamati satu tanda beda pada organism tersebut.
Persilangan antara generasi F1 akan menghasilkan generasi F2 yang terdiri dari dua macam fenotip
dengan rasio 3:1 atau tiga macam genotip dengan rasio 1:2:1. Pada persilangan dihibrid, gen-gen yang
terletak pada kromosom yang berbeda akan berpasangan secara bebas ketika gametogenesis, sehingga
akan menghasilkan empat macam fenotip dengan perbandingan 9:3:3:1

Dengan adanya variasi morfologi pada setiap species, maka sebagai bentuk pembuktian secara
ilmiah maka kami melakukan pengamatan tentang pekawinan monohibrid dan dihibrid, yang mana pada
pengamatan ini juga akan membuktikan kebenaran hukum mendel secara praktikum.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dalam melakukan pengamatan ini adalah :

1. Untuk menyelesaikan sks yang diambil untuk mata kuliah praktikum genetika di semester V.

2. Untuk membuktikan adanya prinsip segregari dan berpasangan secara bebas pada persilangan.

3. Membuktikan perbandingan mendel secara fenotif dan genotif monohibrid.

4. Membuktikan perbandingan mendel secara fenotif dan genotif dihibrid.

5. Menghitung X2 untuk menguji data hasil pengamatan serta menginterpretasi nilai X2 setelah
dibandingkan dengan nilai X2 pada tabel.

1.3 Manfaat

1. Mahasiswa mampu menjadikan mata kuliah praktikum genetika sebagai modal awal untuk
pengembangan bakat penelitian secara aplikasi.

2. Mahasiswa mampu menganalisis perbandingan hukum mendel secara teori dan secara praktik.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Model Perbandingan Genetik Menurut Mendel

Gen adalah bahan genetikyang terkait dengan sifat tertentu. Sebagai bahan genetik tentu saja gen
diwariskan dari satu individu ke individu lainnya. Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang dinamakan
alel. Ekspresi dari alel dapat serupa, tetapi orang lebih sering menggunakan istilah alel untuk ekspresi
gen yang secara fenotifik berbeda. Gregor Mendel telah berspekulasi tentang adanya suatu bahan yang
terkait dengan suatu sifat atau karakter di dalam tubuh suatu individu yang dapat diwariskan dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Ia menyebutnya 'faktor'. Hukum segregasi bebas menyatakan bahwa
pada pembentukan gamet, kedua gen yang merupakan pasangan alela itu akan memisah sehingga tiap-
tiap gamet menerima satu gen dari alelanya. Secara garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok:

1. Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter. Ini adalah konsep
mengenai alel.

2. Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantanan satu dari tetua betina.

3. Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda, alel dominan akan terekspresikan. Alel resesif
yang tidak terekspresikan, tetap akan diwariskan pada gamet yang dibentuk (Mega. 2008).

2.2 Persilangan Monohibrid

Monohibrid adalah persilangan antar dua spesies yang sama dengan satu sifat beda. Persilangan
monohibrid ini sangat berkaitan dengan hukum Mendel I atau yang disebut dengan hukum segresi.
Hukum ini berbunyi, “Pada pembentukan gamet untuk gen yang merupakan pasangan akan disegresikan
kedalam dua anakan. Mendel pertama kali mengetahui sifat monohybrid pada saat melakukan
percobaan penyilangan pada kacang ercis (Pisum sativum). Sehingga sampai saat ini di dalam
persilangan monohybrid selalu berlaku hukum Mendel I. Sesungguhnya di masa hidup Mendel belum
diketahui sifat keturunan modern, belum diketahui adanya sifat kromosom dan gen, apalagi asam
nukleat yang membina bahan genetic itu. Mendel menyebut bahan genetic itu hanya factor penentu
(determinant) atau disingkat dengan factor.

Hukum Mendel I berlaku pada gametogenesis F1 x F1 itu memiliki genotif heterozigot. Gen yang terletak
dalam lokus yang sama pada kromosom, pada waktu gametogenesis gen sealel akan terpisah, masing-
masing pergi ke satu gamet (Yasin. 2005)

2.3 Persilangan Dihibrid


Persilangan dihibrid adalah persilangan antara dua individu sejenis yang melibatkan dua sifat
beda, misalnya persilangan antara tanaman ercis berbiji bulat dan berwarna hijau dengan tanaman ercis
berbiji kisut dan berwarna cokelat; padi berumur pendek dan berbulir sedikit dengan padi berumur
panjang dan berbulir banyak.

2.4 Chi Square

Dalam genetika, chi-square (chi kuadrat) sering kali digunakan untuk menguji apakah data yang
diperoleh dari suatu percobaan itu sesuai dengan ratio yangkita harapkan atau tidak. Di dalam suatu
percobaan jarang sekali kita memperoleh data yang sesuai dengan yang kita harapkan (secara teoritis).
Hampir selalu menjadi penyimpangan. Penyimpangan yang kecil relatif lebih dapat diterima pada
penyimpangan yang besar. Selain itu, apabila penyimpangan tersebut semakin sering terjadinya dapat
dikatakan semakin normal dan cenderung lebih dapat diterima daripada penyimpangan yang jarang
terjadi. Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah seberapa besar penyimpangan itu dapat diterima dan
seberapa sering terjadinya atau berapa besar peluang terjadinya, dan jawabannya dapat dicari dengan
uji X2. Rumus X2 adalah :

O (Observed) adalah hasil pengamatan, sedangkan E (Expected) adalah data yang diharapkan secara
teoritis, dan ∑ jumlah dari nilai X2 untuk setiap kategori.

Semakin kecil nilai X2 menunjukan bahwa data yang diamati semakin tipis perbedaannya dengan yang
diharapkan. Sebaliknya semakin besar X2 menunjuka semakin besar pula penyimpangannya. Batas
penyimpangan yang diterima atau besar peluang terjadinya nilai penyimpangan yang dapat diterima
hanya satu kali dalam 20 percobaan (peluang 1/20 = 0,05) maka pada P = 0,05 adalah atau ditolaknya
data percobaan, selain itu data juga dapat dianalisis melalui distribusi tipe kelahiran, rataan jumlah anak
per kelahiran, bobot lahir, dan bobot sapih serta melalui analisis statistik berupa rataan sifat, koefisien
varians, analisis ragam dan keunggulan relatif (Dedi. 2006).
BAB III

METODE PERCOBAAN
3.1 Waktu dan Tempat Percobaan

Adapun pelaksanan pengamatan monohibrid dan dihibrid dilaksanakan pada tanggal 2 Oktober
2014 di Laboratorium Biologi, Universitas Negeri Medan.

3.2 Alat dan Bahan

No Nama Alat Jumlah

1 Alat Tulis 1 Set

2 Kalkulator 1 Buah

3 Kertas Label 1 Lembar

No Nama Bahan Jumlah

1 Uang Logam 4 Buah

3.3 Prosedur Kerja

· Monohibrid

1. Menyiapkan uang logam sebanyak 2 buah.

2. Membuat label untuk tiap sisi pada uang logam pertama.

M = Merah , pada lambang Garuda

m = Putih, pada lambang uang Rp 500,-

3. Membuat label pada sisi logam kedua.

M = Merah, pada lambang Garuda

m = Putih, pada lambang uang Rp 500,-

4. Melakukan pengulangan sebanyak 50 kali

5. Mencatat setiap hasil pengamatan di lembar data pengamatan.

6. Melakukan uji chi square untuk percobaan monohibrid.


· Dihibrid

1. Menyiapkan uang logam sebanyak 4 buah

2. Membuat label untuk logam pertama

M = Merah, pada lambang Garuda

m = Putih, pada lambang uang Rp 500,-

3. Membuat label untuk logam kedua

H = Hijau, pada lambang Garuda

h = Kuning, pada lambang Rp 500,-

4. Membuat label untuk logam ketiga

M = Merah, pada lambang Garuda

m = Putih, pada lambang uang Rp 500,-

5. Membuat label untuk logam keempat

H = Hijau, pada lambang Garuda

h = Kuning, pada lambang Rp 500,-

6. Melalukan pengulangan sebanyak 100 kali.

7. Mencatat setiap hasil pengamatan di lembar data pengamatan.

8. Melakukan uji chi square untuk percobaan monohibrid.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Monohibrid

1. MM 11. MM 21. MM 31. MM 41. mm

2. Mm 12. Mm 22. Mm 32. mm 42. mm

3. mm 13. Mm 23. MM 33. mm 43. MM

4. Mm 14. Mm 24. MM 34. MM 44. mm

5. MM 15. MM 25. MM 35. mm 45. MM

6. Mm 16. Mm 26. MM 36. mm 46. mm

7. MM 17. MM 27. Mm 37. MM 47. MM

8. MM 18. Mm 28. MM 38. mm 48. mm

9. MM 19. Mm 29. Mm 39. mm 49. mm


10. MM 20. MM 30. mm 40. mm 50. MM

Ho : Data merupakan dominansi sempurna

Hi : Data merupakan tidak dominansi sempurna

Perbandingan Genotif

MM : Mm : mm

23 : 12 : 15

Perbandingan Fenotif

Merah : Putih

35 : 15

Merah Putih Jumlah

Observasi (O) 35 15 50

Diramal (E) ¾ x 50 = 37,5 ½ x 50 = 12,5 50

Deviasi (d) - 2,5 + 2,5

Maka

X2 =

X2 = = 0,167 + 0,5 = 0,667

X tabel dengan (1, 0,05) = 3,84

X Hitung < X tabel

Maka Ho diterima yakni data merupakan dominansi sempurna.


Dihibrid

1. MmHH 21. MMHH 41. MMhh 61. Mmhh 81. MmHh

2. mmHh 22. MMHh 42. MMhh 62. Mmhh 82. MMHh

3. Mmhh 23. MMhh 43. Mmhh 63. MmHH 83. MmHH

4. MmHh 24. MmHh 44. MmHh 64. MMhh 84. MmHh

5. MMHh 25. MmHh 45. mmhh 65. Mmhh 85. MmHh

6. MMHH 26. MmHh 46. mmHH 66. Mmhh 86. MmHh

7. MMhh 27. MMHh 47. MmHh 67. mmhh 87. MmHh

8. MmHH 28. MmHh 48. MmHh 68. MmHH 88. MmHh

9. mmHh 29. MmHh 49. mmHh 69. MMhh 89. MmHh

10. MmHh 30. mmHh 50. MmHh 70. MmHH 90. MMHH

11. mmHh 31. MmHh 51. Mmhh 71. mmHH 91. MmHh

12. MmHh 32. MMHh 52. MmHh 72. MMHh 92. MmHh

13. MmHh 33. MmHh 53. MMHh 73. mmHh 93. MMHh

14. mmHh 34. MmHh 54. mmHh 74. MMHh 94. mmHh

15. MMHh 35. Mmhh 55. mmHh 75. MmHH 95. MmHH

16. MMHh 36. MmHh 56. mmHh 76. mmHh 96. MmHH

17. mmhh 37. mmHH 57. MMHh 77. MMhh 97. mmHh

18. MmHh 38. MmHh 58. mmHh 78. mmHH 98.MMHh

19. Mmhh 39. MmHh 59. MMHh 79. MmHh 99. MmHH

20. MMHH 40. MMHh 60. MmHh 80. mmHh 100. MmHh

Perbandingan Fenotif

Merah Hijau : Merah Kuning : Putih Hijau : Putih Kuning

62 : 16 : 19 : 3
Dimana

Ho = Data tidak dominanasi sempurna

Hi = Data dominansi sempurna

Merah Hijau Merah Putih Hijau Putih Kuning Jumlah


Kuning

Diperoleh (o) 62 16 19 3 100

Diramal (e) 56,25 18,75 18,75 6,25 100

Deviasi (d) + 5,75 -2,75 -2,75 -3,25

Maka : X2 =

= 0,587 + 0,403 + 2,33 + 1,69

= 5,01

X tabel dengan db (3, 0,05) = 7,82

Maka X hitung < X tabel

Jadi, Ho diterima sebagai data dominansi tidak sempurna

Pembahasan

Tiap sifat dari makhluk hidup dikendalikan oleh sepasang faktor keturunan yang dikenal dengan gen.
Sepasang gen ini, satu berasal dari induk jantan dan yang lain dari induk betina. Gen yang sepasang ini
disebut satu alel. Gen yang sealel akan memisah satu dengan lainnya pada waktu gametogenesis.
Peristiwa pemisahan ini disebut dengan hukum segregasi secara bebas.

Berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan persilangan monohibrid dengan menggunakan logam,
dimana merah merupakan gen dominan dan putih merupakan gen resesif dengan 50 kali pengulangan
dalam pengambilan data monohibrid. Hasil yang diperoleh dari percobaan memiliki perbedaan dengan
analisis dari hukum Mendel, dengan jumlah yang diperoleh untuk merah 35 dan untuk putih 15,
sedangkan berdasarkan hukum mendel seharusnya diperoleh 37,5 untuk merah dan 12,5 untuk putih.
Sehingga deviasi yang didapat untuk merah = -2,5 dan untuk putih +2,5. Untuk nmenguji apakah data
yang diperoleh dari suatu percobaan itu sesauai dengan hukum mendel atau tidak maka digunakan uji
chi square (X2), didapat 0,667 untuk X hitung. Jika melihat tabel pada peluang 0,05 dengan derajat bebas
(1) maka didapat X tabel = 3,84. Sehingga X Hitung < X tabel maka sesuai dengan kesepakatan data hasil
percobaan dapat kita terima atau sesuai dengan teori bahwa persilangan merupakan dominansi
sempurna dengan perbandingan fenotip 3 : 1.

Sedangkan berdasarkan hasil percobaan untuk persilangan dihibrid dengan menggunakan 4 uang
logam, yakni sebagai analogi untuk menunjukkan dua karakter / sifat beda yakni merah (M) sebagai gen
dominan dan putih sebagai gen resesif (m), sedangkan hijau (H) sebagai gen dominan dan kuning (h)
sebagai gen resesif dengan 100 kali pengulangan dalam pengambilan data sehingga berdasarkan hasil
pengamatan didapat untuk merah hijau 62, untuk merah kuning 16, untuk putih hijau 19 dan untuk
putih kuning 3. Sehingga perbandingan didapat adalah 62 : 16 : 19 : 3 sedangkan hasil yang diramal
dengan menggunakan hukum mendel yakni untuk merah hijau 56,25, merah kuning 18,75, putih hijau
18,75 dan putih kuning 6,25. Sehingga diperoleh hasil uji chi square (X2) didapat X hitung 5,01,
sedangkan untuk X tabel dengan derajat bebas 3 diddapat bahwa X tabel 7,82 sehingga X hitung < X
tabel, maka data Ho diterima sebagai data dominansi tidak sempurna, dengan perbandingan teori 9 : 3 :
3 : 1.

Sistem perkawinan baik monohibrid maupun dihibrid sangat penting dalam menentukan kualitas
benih dan bibit yang dihasilkan, sekaligus kuantitasnya. Informasi besarnya derajat perkawinan silang
pada beberapa organisme sangat berguna untuk pendugaan besarnya keragaman genetik dan
keberhasilan upaya persilangan buatan dalam rangka perakitan varietas unggul (Hamzah. 2009).

Jadi berdasarkan percobaan diatas dengan adanya persilangan diharaplan perfoma generasi
pertama akan melebihi rataan perfoma tetuanya, sehingga dapat mengevaluasi hasil persilangan (Didi.
2006).

DATA KELOMPOK 3

MM Mm mm mm Mm

Mm MM Mm Mm Mm
Mm Mm MM Mm Mm

Mm Mm Mm Mm MM

MM Mm mm Mm Mm

Mm Mm mm mm MM

mm Mm mm mm mm

mm Mm MM MM Mm

Mm MM MM mm Mm

Mm Mm MM mm Mm

Keterangan:

M = Merah

m = Putih

Merah (MM,Mm) = 35

Putih (mm) = 15

Analisis Data:

Dengan Perbandingan Rasio Fenotip = 3 : 1

Digunakan rumus Chi-Square untuk membuktikan hasil percobaan, X =

Merah Putih Jumlah

Diperoleh (o) 35 15 50

Diramal (e) 50
Deviasi (d) -2,5 +2,5

Maka: X2 =

= 0,167 + 0,5

= 0,667

X hitung = 0,0284

X tabel = 3,84

Jadi, X hitung < X tabel, maka Ho diterima yakni data tersebut merupakan dominansi sempurna.

b. Dihibrid

MmHh MMhh Mmhh mmHh MMHH

MmHH MmHh Mmhh MMHH MmHH

MmHh MmHh MMhh MMHh Mmhh

MmHh MmHh MmHh MmHH MMHH

Mmhh Mmhh Mmhh MMHh mmHH

MmHH Mmhh MmHH MMhh MmHH

MmHh MMHh mmHh MMHH MmHh

MmHH Mmhh Mmhh MmHH MMHh

MmHH MmHH MmHh MMHh MMHh

MmHh Mmhh MMHH Mmhh MmHh

Mmhh MmHh MmHh MMhh MMHH


MmHh MmHh MmHh MMHh MMhh

MmHh MMhh MMHh MmHh MmHH

Mmhh MmHh Mmhh MmHH MmHh

MMHh mmHh MmHH Mmhh MMHh

MMHh MmHH MmHH MmHh MMHh

MmHh MMHh MMhh MmHh MmHh

MmHh mmHh MMhh MmHH MmHh

MMHh MmHh Mmhh Mmhh MmHH

MmHH MmHH mmHH MMhh MmHH

Keterangan:

M = Merah

m = Putih

H = Hijau

h = Kuning

Merah Hijau (MMHH, MMHh, MmHH, MmHh) = 63

Merah Kuning (MMhh, Mmhh) = 23

Putih Hijau (mmHH, mmHh) = 10

Putih Kuning (mmhh) = 4

Analisis Data:

Dengan Perbandingan Rasio Fenotip = 9 : 3 : 3 : 1


Digunakan rumus Chi-Square untuk membuktikan hasil percobaan, X =

Merah Hijau Merah Kuning Putih Hijau Putih Kuning Jumla


h

Diperoleh( 63 23 10 4 100
o)

Diramal(e) 100

Deviasi(d) +6,75 +4,25 -8,75 -2,25

Maka: X2 =

= 0,81 + 0,963 + 4,083 + 0,81

= 6,666

X hitung = 6,666

X tabel = 7,82

Jadi X hitung < X tabel, maka Ho diterima yakni data tersebut merupakan dominansi tidak sempurna.

DATA KELOMPOK 4

a. Monohibrid
Keterangan:

M = Merah

m = putih

Merah (MM,Mm) = 40

Putih (mm) = 10

Analisis Data:

Dengan Perbandingan Rasio Fenotip = 3 : 1

Digunakan rumus Chi-Square untuk membuktikan hasil percobaan, X =

Merah Putih Jumlah

Diperoleh (o) 40 10 50

Diramal (e) 50

Deviasi (d) 2,5 -2,5


Maka =

= 0,167 + 0,5

= 0,667

X hitung = 0,667

X tabel = 3,84

JadiX hitung < X tabel, maka Ho diterima yakni data tersebut merupakan dominansi sempurna.

b. Dihibrid

Keterangan:

Merah = M

Putih = m

Hijau = H

Kuning = h

Merah Hijau (MMHH, MMHh, MmHH, MmHh) = 55


Merah Kuning (MMhh, Mmhh) = 15

Putih Hijau (mmHH, mmHh) = 25

Putih Kuning (mmhh) = 5

Analisis Data:

Dengan Perbandingan Rasio Fenotip = 9 : 3 : 3 : 1

Digunakan rumus Chi-Square untuk membuktikan hasil percobaan, X =

Merah Hijau Merah Kuning Putih Hijau Putih Kuning Jumla


h

Diperole 55 15 25 5 100
h (o)

Diramal 100
(e)

Deviasi -1,25 -3,75 6,25 -1,25


(d)

Maka: X2 =

= 0,0278 + 0,75 + 2,083 + 0,25

= 3,1108

X hitung = 3,1108

X tabel = 7,82
Jadi X hitung < X tabel, maka Ho diterima yakni data tersebut merupakan dominansi tidak sempurna.

DATA KELOMPOK 5

a. Monohibrid

Mm MM Mm Mm Mm

MM MM MM MM Mm

Mm MM Mm MM Mm

Mm Mm Mm MM MM

MM Mm Mm Mm mm

Mm MM MM Mm mm

MM MM MM Mm Mm

Mm Mm MM Mm mm

Mm MM Mm Mm Mm

Mm MM Mm MM Mm

Keterangan:

M = Merah

m = putih

Merah (MM,Mm) = 36

Putih (mm) = 14

Analisis Data:

Dengan Perbandingan Rasio Fenotip = 3 : 1


Digunakan rumus Chi-Square untuk membuktikan hasil percobaan, X =

Merah Putih Jumlah

Diperoleh (o) 36 14 50

Diramal (e) 50

Deviasi (d) -1,5 1,5

Maka: X =

= 0,06 + 0,18 = 0,24

X hitung = 0,24

X tabel = 3,84

Jadi X hitung < X tabel, maka Ho diterima yakni data tersebut merupakan dominansi sempurna.

b. Dihibrid

MmHh MMHh MmHh Mmhh mmHh

MmHh MmHh MmHH MmHh MmHH

MmHh MMHH Mmhh MmHH MmHH

Mmhh mmHh Mmhh mmHh MmHH

MmHH Mmhh MMHH MMhh MMHH


MmHh MmHH MMHh MmHh MmHh

MmHh MMHh Mmhh MMhh MmHh

MmHH MMHH mmHh MMHh MmHh

MmHh MmHh MMhh MMHh MMHH

MMHH MMhh mmHH MmHH MMhh

MmHh Mmhh MMHH MmHH MmHH

MmHh MMHh MmHh MmHh mmhh

MMhh mmHH MMHh Mmhh Mmhh

MMHh MmHH MmHh MmHh MmHh

MmHH mmHH Mmhh MmHh MmHh

MmHh Mmhh Mmhh MMhh Mmhh

MmHh MmHh MmHh MMHH MmHh

MmHh mmHh Mmhh MmHh mmHH

MMHH mmhh MMHH Mmhh MmHh

MmHh Mmhh Mmhh MmHh Mmhh

Keterangan:

M = Merah

m = Putih

H = Hijau

h = Kuning

Merah Hijau (MMHH, MMHh, MmHH, MmHh) = 58

Merah Kuning (MMhh, Mmhh) = 22


Putih Hijau (mmHH, mmHh) = 15

Putih Kuning (mmhh) = 5

Analisis Data:

Dengan Perbandingan Rasio Fenotip = 9 : 3 : 3 : 1

Digunakan rumus Chi-Square untuk membuktikan hasil percobaan, X =

Merah Hijau Merah Kuning Putih Hijau Putih Kuning Jumla


h

Diperole 58 22 15 5 100
h (o)

Diramal 100
(e)

Deviasi 1,75 3,25 -3,75 -1,25


(d)

Maka: X =

= 0,054 + 0,563 + 0,75 + 0,25

= 1,617

X hitung = 1,617

X tabel = 7,82

Jadi X hitung < X tabel, maka Ho diterima yakni data tersebut merupakan dominansi tidak sempurna.
DATA KELOMPOK 1

a. Monohibrid

Mm Mm MM Mm MM Mm Mm MM Mm Mm

mm MM MM Mm MM Mm MM Mm Mm MM

Mm Mm mm mm Mm mm Mm mm Mm MM

Mm Mm Mm MM Mm Mm Mm MM MM Mm

mm Mm Mm Mm MM Mm mm mm Mm mm

Keterangan:

M = Merah

m = Putih

Merah (MM,Mm) = 40

Putih (mm) = 10

Analisis Data:

Dengan Perbandingan Rasio Fenotip = 3 : 1

Digunakan rumus Chi-Square untuk membuktikan hasil percobaan, X =

Merah Putih Jumlah

Diperoleh (o) 40 10 50

Diramal (e) 50

Deviasi (d) + 2,5 - 2,5


Maka: X2 =

= 0,167 + 0,5

= 0,667

X hitung = 0,667

X tabel = 3,84

Jadi X hitung < X tabel, maka Ho diterima yakni data tersebut merupakan dominansi sempurna.

b. Dihibrid

MMHh mmHh MmHh mmhh mmhh

MMHh MMHh MmHh mmHH MMhh

MmHh MMHh MmHh MmHh MmHH

MmHh MMHH MMHh MMHh mmHH

MmHh mmHh MMhh MmHh mmHH

MMHh MMHH Mmhh MmHh MmHh

MmHh MmHh Mmhh MmHh mmhh

MmHh Mmhh MmHh MmHH mmhh

MMHh Mmhh mmHH mmHH MmHh

MmHH mmHh MMhh mmHh MmHh

MmHh MMHh Mmhh mmHH mmHh

MmHh MmHH MmHh mmHh MmHH


MmHh mmHh mmhh MMHH Mmhh

mmHh MmHh MMHH mmhh MmHH

MmHh mmHh MmHH MmHh mmhh

Mmhh Mmhh MMHH Mmhh MmHH

mmhh Mmhh Mmhh mmHh Mmhh

MmHh MmHh Mmhh mmHh MmHh

MMHh mmHh Mmhh MMHh mmHh

MmHh mmHH Mmhh MmHh mmHh


Merah Hijau (MMHH, MMHh, MmHH, MmHh) = 58

Merah Kuning (MMhh, Mmhh) = 11

Putih Hijau (mmHH, mmHh) = 20

Putih Kuning (mmhh) = 11

Analisis Data:

Dengan Perbandingan Rasio Fenotip = 9 : 3 : 3 : 1

Digunakan rumus Chi-Square untuk membuktikan hasil percobaan, X =

Merah Hijau Merah Kuning Putih Hijau Putih Kuning Jumla


h

Diperole 58 11 20 11 100
h (o)

Diramal 100
(e)

Deviasi 1,75 -7,75 1,25 4,75


(d)

Maka: X =

= 0,054 + 3,203 + 0,083 + 3,61

= 6,95

X hitung = 6,95

X tabel = 7,82

Jadi X hitung < X tabel, maka Ho diterima yakni data tersebut merupakan dominansi tidak sempurna.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Pada persilangan monohibrid, didapat perbandingan fenotip untuk merah : putih, 35 : 15.

2. Pada persilangan dihibrid, didapat perbandingan fenotip untuk merah hijau : merah kuning :
putih hijau : putih kuning, 62 : 16 : 19 : 3.

3. Persilangan monohibrid pada percobaan merupakan data dominansi sempurna.

4. Persilangan dihibrid pada percobaan merupakan data dominansi tdak sempurna.

5.2 Saran

Percobaan monohibrid dan dihibrid sebaiknya dilakukan dengan menggunakan kancing


genetika untuk mendapatkan data yang lebih akurat karena penggunaan uang logam kurang efektif.

Anda mungkin juga menyukai