Disusun Oleh :
NIM : 4122220013
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Praktikum Genetika merupakan salah satu mata kuliah yang wajib diambil oleh mahasiswa yang
berada di semester V, dengan beban sks sebanyak 1. Jadi adapun bentuk aplikatif yang saya lakukan
untuk menjalankan perkuliahan di mata kuliah ini adalah mengikuti praktikum dengan judul bab
“Monohibrid dan Dihibrid” guna memenuhi sks yang telah diambil untuk mata kuliah praktikum
genetika.
Lingkungan telah memberikan variasi morfologi dari tumbuhan berupa adanya perbedaan warna,
hal ini selain dipengaruhi oleh lingkungan juga dipengaruhi oleh genetik. Pada tingkat genetik, sifat-sifat
tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh sebuah lokus gen tetapi oleh banyak lokus gen. Diversitas genetic
dapat terjadi karena adanya variasi genetic, baik internal maupun antarspecies pada suatu populasi.
Adanya polimorfisme pada suatu species akan sangat bermanfaat dalam bidang genetika maupun
kepentingan seleksi. Variasi ini dapat digunakan untuk identifikasi dan mencari asal usul suatu jenis
hewan, mengetahui hubungan kekerabatan antar species sampai pada penyusunan peta gen. Informasi
genetic dapat dijadikan dasar perkawinan silang (Neo. 2003).
Secara teknis persilangan dilakukan dengan maksud untuk penggabungan beberapad sifat yang
semula terdapat pada dua bangsa yang berbeda kedalam satu bangsa silangan, pembentukan bangsa
baru, garding up, pemanfaatan terosis. Salah satu keuntungan dari persilangan adalah hybrid vigour atau
heterosis yakni untuk mendapatkan keturunan yang lebih baik (Mega. 2008).
Adanya hukum peluang telah diterapkan oleh bapak ilmu genetika, Gregor Mendel. Dimana
dikemukakan bahwa hasil persilangan dari generasi antar F1 pada kacang buncis untuk tujuh karakter
tanaman yakni bentuk biji, warna albumen, warna kulit biji, bentuk polong, warna polong, posisi letak
bunga dan panjang batang, dengan rasio 3 : 1. Ketepatan hukum mendel juga diterapkan untuk
mengetahui besarnya peluang memperoleh benih jagung resesif dari hasil persilangan antara jagung
biasa x jagung QPM.
Pada persilangan monohibrid, prinsip segregasi secara bebas dapat dibuktikan dengan
mengawinkan suatu jenis organism dengan mengamati satu tanda beda pada organism tersebut.
Persilangan antara generasi F1 akan menghasilkan generasi F2 yang terdiri dari dua macam fenotip
dengan rasio 3:1 atau tiga macam genotip dengan rasio 1:2:1. Pada persilangan dihibrid, gen-gen yang
terletak pada kromosom yang berbeda akan berpasangan secara bebas ketika gametogenesis, sehingga
akan menghasilkan empat macam fenotip dengan perbandingan 9:3:3:1
Dengan adanya variasi morfologi pada setiap species, maka sebagai bentuk pembuktian secara
ilmiah maka kami melakukan pengamatan tentang pekawinan monohibrid dan dihibrid, yang mana pada
pengamatan ini juga akan membuktikan kebenaran hukum mendel secara praktikum.
1.2 Tujuan
1. Untuk menyelesaikan sks yang diambil untuk mata kuliah praktikum genetika di semester V.
2. Untuk membuktikan adanya prinsip segregari dan berpasangan secara bebas pada persilangan.
5. Menghitung X2 untuk menguji data hasil pengamatan serta menginterpretasi nilai X2 setelah
dibandingkan dengan nilai X2 pada tabel.
1.3 Manfaat
1. Mahasiswa mampu menjadikan mata kuliah praktikum genetika sebagai modal awal untuk
pengembangan bakat penelitian secara aplikasi.
2. Mahasiswa mampu menganalisis perbandingan hukum mendel secara teori dan secara praktik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gen adalah bahan genetikyang terkait dengan sifat tertentu. Sebagai bahan genetik tentu saja gen
diwariskan dari satu individu ke individu lainnya. Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang dinamakan
alel. Ekspresi dari alel dapat serupa, tetapi orang lebih sering menggunakan istilah alel untuk ekspresi
gen yang secara fenotifik berbeda. Gregor Mendel telah berspekulasi tentang adanya suatu bahan yang
terkait dengan suatu sifat atau karakter di dalam tubuh suatu individu yang dapat diwariskan dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Ia menyebutnya 'faktor'. Hukum segregasi bebas menyatakan bahwa
pada pembentukan gamet, kedua gen yang merupakan pasangan alela itu akan memisah sehingga tiap-
tiap gamet menerima satu gen dari alelanya. Secara garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok:
1. Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter. Ini adalah konsep
mengenai alel.
2. Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantanan satu dari tetua betina.
3. Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda, alel dominan akan terekspresikan. Alel resesif
yang tidak terekspresikan, tetap akan diwariskan pada gamet yang dibentuk (Mega. 2008).
Monohibrid adalah persilangan antar dua spesies yang sama dengan satu sifat beda. Persilangan
monohibrid ini sangat berkaitan dengan hukum Mendel I atau yang disebut dengan hukum segresi.
Hukum ini berbunyi, “Pada pembentukan gamet untuk gen yang merupakan pasangan akan disegresikan
kedalam dua anakan. Mendel pertama kali mengetahui sifat monohybrid pada saat melakukan
percobaan penyilangan pada kacang ercis (Pisum sativum). Sehingga sampai saat ini di dalam
persilangan monohybrid selalu berlaku hukum Mendel I. Sesungguhnya di masa hidup Mendel belum
diketahui sifat keturunan modern, belum diketahui adanya sifat kromosom dan gen, apalagi asam
nukleat yang membina bahan genetic itu. Mendel menyebut bahan genetic itu hanya factor penentu
(determinant) atau disingkat dengan factor.
Hukum Mendel I berlaku pada gametogenesis F1 x F1 itu memiliki genotif heterozigot. Gen yang terletak
dalam lokus yang sama pada kromosom, pada waktu gametogenesis gen sealel akan terpisah, masing-
masing pergi ke satu gamet (Yasin. 2005)
Dalam genetika, chi-square (chi kuadrat) sering kali digunakan untuk menguji apakah data yang
diperoleh dari suatu percobaan itu sesuai dengan ratio yangkita harapkan atau tidak. Di dalam suatu
percobaan jarang sekali kita memperoleh data yang sesuai dengan yang kita harapkan (secara teoritis).
Hampir selalu menjadi penyimpangan. Penyimpangan yang kecil relatif lebih dapat diterima pada
penyimpangan yang besar. Selain itu, apabila penyimpangan tersebut semakin sering terjadinya dapat
dikatakan semakin normal dan cenderung lebih dapat diterima daripada penyimpangan yang jarang
terjadi. Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah seberapa besar penyimpangan itu dapat diterima dan
seberapa sering terjadinya atau berapa besar peluang terjadinya, dan jawabannya dapat dicari dengan
uji X2. Rumus X2 adalah :
O (Observed) adalah hasil pengamatan, sedangkan E (Expected) adalah data yang diharapkan secara
teoritis, dan ∑ jumlah dari nilai X2 untuk setiap kategori.
Semakin kecil nilai X2 menunjukan bahwa data yang diamati semakin tipis perbedaannya dengan yang
diharapkan. Sebaliknya semakin besar X2 menunjuka semakin besar pula penyimpangannya. Batas
penyimpangan yang diterima atau besar peluang terjadinya nilai penyimpangan yang dapat diterima
hanya satu kali dalam 20 percobaan (peluang 1/20 = 0,05) maka pada P = 0,05 adalah atau ditolaknya
data percobaan, selain itu data juga dapat dianalisis melalui distribusi tipe kelahiran, rataan jumlah anak
per kelahiran, bobot lahir, dan bobot sapih serta melalui analisis statistik berupa rataan sifat, koefisien
varians, analisis ragam dan keunggulan relatif (Dedi. 2006).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Waktu dan Tempat Percobaan
Adapun pelaksanan pengamatan monohibrid dan dihibrid dilaksanakan pada tanggal 2 Oktober
2014 di Laboratorium Biologi, Universitas Negeri Medan.
2 Kalkulator 1 Buah
· Monohibrid
Monohibrid
Perbandingan Genotif
MM : Mm : mm
23 : 12 : 15
Perbandingan Fenotif
Merah : Putih
35 : 15
Observasi (O) 35 15 50
Maka
X2 =
10. MmHh 30. mmHh 50. MmHh 70. MmHH 90. MMHH
11. mmHh 31. MmHh 51. Mmhh 71. mmHH 91. MmHh
12. MmHh 32. MMHh 52. MmHh 72. MMHh 92. MmHh
13. MmHh 33. MmHh 53. MMHh 73. mmHh 93. MMHh
14. mmHh 34. MmHh 54. mmHh 74. MMHh 94. mmHh
15. MMHh 35. Mmhh 55. mmHh 75. MmHH 95. MmHH
16. MMHh 36. MmHh 56. mmHh 76. mmHh 96. MmHH
17. mmhh 37. mmHH 57. MMHh 77. MMhh 97. mmHh
19. Mmhh 39. MmHh 59. MMHh 79. MmHh 99. MmHH
20. MMHH 40. MMHh 60. MmHh 80. mmHh 100. MmHh
Perbandingan Fenotif
62 : 16 : 19 : 3
Dimana
Maka : X2 =
= 5,01
Pembahasan
Tiap sifat dari makhluk hidup dikendalikan oleh sepasang faktor keturunan yang dikenal dengan gen.
Sepasang gen ini, satu berasal dari induk jantan dan yang lain dari induk betina. Gen yang sepasang ini
disebut satu alel. Gen yang sealel akan memisah satu dengan lainnya pada waktu gametogenesis.
Peristiwa pemisahan ini disebut dengan hukum segregasi secara bebas.
Berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan persilangan monohibrid dengan menggunakan logam,
dimana merah merupakan gen dominan dan putih merupakan gen resesif dengan 50 kali pengulangan
dalam pengambilan data monohibrid. Hasil yang diperoleh dari percobaan memiliki perbedaan dengan
analisis dari hukum Mendel, dengan jumlah yang diperoleh untuk merah 35 dan untuk putih 15,
sedangkan berdasarkan hukum mendel seharusnya diperoleh 37,5 untuk merah dan 12,5 untuk putih.
Sehingga deviasi yang didapat untuk merah = -2,5 dan untuk putih +2,5. Untuk nmenguji apakah data
yang diperoleh dari suatu percobaan itu sesauai dengan hukum mendel atau tidak maka digunakan uji
chi square (X2), didapat 0,667 untuk X hitung. Jika melihat tabel pada peluang 0,05 dengan derajat bebas
(1) maka didapat X tabel = 3,84. Sehingga X Hitung < X tabel maka sesuai dengan kesepakatan data hasil
percobaan dapat kita terima atau sesuai dengan teori bahwa persilangan merupakan dominansi
sempurna dengan perbandingan fenotip 3 : 1.
Sedangkan berdasarkan hasil percobaan untuk persilangan dihibrid dengan menggunakan 4 uang
logam, yakni sebagai analogi untuk menunjukkan dua karakter / sifat beda yakni merah (M) sebagai gen
dominan dan putih sebagai gen resesif (m), sedangkan hijau (H) sebagai gen dominan dan kuning (h)
sebagai gen resesif dengan 100 kali pengulangan dalam pengambilan data sehingga berdasarkan hasil
pengamatan didapat untuk merah hijau 62, untuk merah kuning 16, untuk putih hijau 19 dan untuk
putih kuning 3. Sehingga perbandingan didapat adalah 62 : 16 : 19 : 3 sedangkan hasil yang diramal
dengan menggunakan hukum mendel yakni untuk merah hijau 56,25, merah kuning 18,75, putih hijau
18,75 dan putih kuning 6,25. Sehingga diperoleh hasil uji chi square (X2) didapat X hitung 5,01,
sedangkan untuk X tabel dengan derajat bebas 3 diddapat bahwa X tabel 7,82 sehingga X hitung < X
tabel, maka data Ho diterima sebagai data dominansi tidak sempurna, dengan perbandingan teori 9 : 3 :
3 : 1.
Sistem perkawinan baik monohibrid maupun dihibrid sangat penting dalam menentukan kualitas
benih dan bibit yang dihasilkan, sekaligus kuantitasnya. Informasi besarnya derajat perkawinan silang
pada beberapa organisme sangat berguna untuk pendugaan besarnya keragaman genetik dan
keberhasilan upaya persilangan buatan dalam rangka perakitan varietas unggul (Hamzah. 2009).
Jadi berdasarkan percobaan diatas dengan adanya persilangan diharaplan perfoma generasi
pertama akan melebihi rataan perfoma tetuanya, sehingga dapat mengevaluasi hasil persilangan (Didi.
2006).
DATA KELOMPOK 3
MM Mm mm mm Mm
Mm MM Mm Mm Mm
Mm Mm MM Mm Mm
Mm Mm Mm Mm MM
MM Mm mm Mm Mm
Mm Mm mm mm MM
mm Mm mm mm mm
mm Mm MM MM Mm
Mm MM MM mm Mm
Mm Mm MM mm Mm
Keterangan:
M = Merah
m = Putih
Merah (MM,Mm) = 35
Putih (mm) = 15
Analisis Data:
Diperoleh (o) 35 15 50
Diramal (e) 50
Deviasi (d) -2,5 +2,5
Maka: X2 =
= 0,167 + 0,5
= 0,667
X hitung = 0,0284
X tabel = 3,84
Jadi, X hitung < X tabel, maka Ho diterima yakni data tersebut merupakan dominansi sempurna.
b. Dihibrid
Keterangan:
M = Merah
m = Putih
H = Hijau
h = Kuning
Analisis Data:
Diperoleh( 63 23 10 4 100
o)
Diramal(e) 100
Maka: X2 =
= 6,666
X hitung = 6,666
X tabel = 7,82
Jadi X hitung < X tabel, maka Ho diterima yakni data tersebut merupakan dominansi tidak sempurna.
DATA KELOMPOK 4
a. Monohibrid
Keterangan:
M = Merah
m = putih
Merah (MM,Mm) = 40
Putih (mm) = 10
Analisis Data:
Diperoleh (o) 40 10 50
Diramal (e) 50
= 0,167 + 0,5
= 0,667
X hitung = 0,667
X tabel = 3,84
JadiX hitung < X tabel, maka Ho diterima yakni data tersebut merupakan dominansi sempurna.
b. Dihibrid
Keterangan:
Merah = M
Putih = m
Hijau = H
Kuning = h
Analisis Data:
Diperole 55 15 25 5 100
h (o)
Diramal 100
(e)
Maka: X2 =
= 3,1108
X hitung = 3,1108
X tabel = 7,82
Jadi X hitung < X tabel, maka Ho diterima yakni data tersebut merupakan dominansi tidak sempurna.
DATA KELOMPOK 5
a. Monohibrid
Mm MM Mm Mm Mm
MM MM MM MM Mm
Mm MM Mm MM Mm
Mm Mm Mm MM MM
MM Mm Mm Mm mm
Mm MM MM Mm mm
MM MM MM Mm Mm
Mm Mm MM Mm mm
Mm MM Mm Mm Mm
Mm MM Mm MM Mm
Keterangan:
M = Merah
m = putih
Merah (MM,Mm) = 36
Putih (mm) = 14
Analisis Data:
Diperoleh (o) 36 14 50
Diramal (e) 50
Maka: X =
X hitung = 0,24
X tabel = 3,84
Jadi X hitung < X tabel, maka Ho diterima yakni data tersebut merupakan dominansi sempurna.
b. Dihibrid
Keterangan:
M = Merah
m = Putih
H = Hijau
h = Kuning
Analisis Data:
Diperole 58 22 15 5 100
h (o)
Diramal 100
(e)
Maka: X =
= 1,617
X hitung = 1,617
X tabel = 7,82
Jadi X hitung < X tabel, maka Ho diterima yakni data tersebut merupakan dominansi tidak sempurna.
DATA KELOMPOK 1
a. Monohibrid
Mm Mm MM Mm MM Mm Mm MM Mm Mm
mm MM MM Mm MM Mm MM Mm Mm MM
Mm Mm mm mm Mm mm Mm mm Mm MM
Mm Mm Mm MM Mm Mm Mm MM MM Mm
mm Mm Mm Mm MM Mm mm mm Mm mm
Keterangan:
M = Merah
m = Putih
Merah (MM,Mm) = 40
Putih (mm) = 10
Analisis Data:
Diperoleh (o) 40 10 50
Diramal (e) 50
= 0,167 + 0,5
= 0,667
X hitung = 0,667
X tabel = 3,84
Jadi X hitung < X tabel, maka Ho diterima yakni data tersebut merupakan dominansi sempurna.
b. Dihibrid
Analisis Data:
Diperole 58 11 20 11 100
h (o)
Diramal 100
(e)
Maka: X =
= 6,95
X hitung = 6,95
X tabel = 7,82
Jadi X hitung < X tabel, maka Ho diterima yakni data tersebut merupakan dominansi tidak sempurna.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pada persilangan monohibrid, didapat perbandingan fenotip untuk merah : putih, 35 : 15.
2. Pada persilangan dihibrid, didapat perbandingan fenotip untuk merah hijau : merah kuning :
putih hijau : putih kuning, 62 : 16 : 19 : 3.
5.2 Saran