Hisprung Kita Fix
Hisprung Kita Fix
PENDAHULUAN
Usus besar merupakan organ yang ada dalam tubuh manusia. Usus besar
merupakan tabung muscular dengan panjang sekitar 1,5 m yang terdiri dari sekum,
kolon, dan rectum. Dimana diameter usus besar lebih besar daripada usus kecil.
Semakin ke bawah menuju rectum, diameternya akan semakin kecil. Secara
fisiologis, usus besar berfungsi untuk menyerap air, vitamin, dan elektrolit. Selain itu,
usus besar juga berfungsi untuk menyimpan feses, dan mendorongnya keluar.
Inervasi usus besar dilakukan oleh sistem saraf otonom. Inervasi usus besar sangat
berkaitan dengan sel ganglion pada submukosa (Meissner’s) dan pleksus myenteric
(Aurbach’s) pada usus besar bagian distal. Apabila sel ganglion tersebut tidak ada,
maka akan timbul penyakit yang disebut Hirschsprung’s Disease.1
Penyakit Hirschsprung merupakan kelainan perkembangan komponen
intrinsik pada sistem saraf enterik yang ditandai oleh absennya sel-sel ganglion pada
pleksus myenterik dan submukosa di intestinal distal. Karena sel-sel ini bertanggung
jawab untuk peristaltik normal, pasien-pasien penyakit Hirschprung akan mengalami
obstruksi intestinal fungsional pada level aganglion.2
Insiden penyakit Hirschsprung di Indonesia tidak diketahui secara pasti, tetapi
berkisar di satu di antara 5000 kelahiran hidup. Dengan jumlah penduduk Indonesia
220 juta dan tingkat kelahiran 35 permil, maka diprediksikan setiap tahun akan lahir
1540 bayi dengan penyakit Hirschsprung. Kartono mencatat 40 sampai 60 pasien
penyakit Hirschsprung yang dirujuk setiap tahunnya ke RS Cipto Mangunkusumo
Jakarta. Bersamaan dengan penyakit Hirschsprung, Down Syndrome (5-10%) dan
kelainan urologi (3%) adalah kelainan yang paling sering diantara beberapa kelainan
kongenital lainnya.2
Gejala klinis penyakit Hirscshprung biasanya mulai pada saat lahir. 99% bayi
lahir cukup bulan mengeluarkan meconium dalam waktu 48 jam setelah lahir.
Penyakit Hirscshprung harus dicurigai apabila seorang bayi cukup bulan (penyakit ini
tidak biasa terjadi pada bayi kurang bulan) yang terlambat mengeluarkan tinja.
Terlambatnya pengeluaran mekonium merupakan tanda yang signifikan. Distensi
abdomen dan muntah hijau merupakan gejala penting lainnya. Pada beberapa bayi
yang baru lahir dapat timbul diare yang menunjukkan adanya enterokolitis dengan
gejala berupa diare, distensi abdomen, feses berbau busuk dan disertai demam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Periode anak-anak
Walaupun kebanyakan gejala akan muncul pada bayi, namun ada beberapa
kasus dimana gejala-gejala tersebut tidak muncul hingga usia kanak-kanak (Lakhsmi,
2008). Gejala yang biasanya timbul pada anak-anak yakni, konstipasi kronis, gagal
tumbuh, dan malnutrisi. Pergerakan peristaltik usus dapat terlihat pada dinding
abdomen disebabkan oleh obstruksi fungsional kolon yang berkepanjangan. Selain
obstruksi usus yang komplit, perforasi sekum, fecal impaction atau enterocolitis akut
yang dapat mengancam jiwa dan sepsis juga dapat terjadi.
A. Identitas Pasien
Nama : MA
Tanggal lahir : 11 November2017
Umur : 19 hari
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Tanggal masuk : 17 November 2017
B. Anamnesa
Keluhan utama:
Tidak BAB sejak lahir
Telaah:
Hal ini dialami OS ± 5 hari ini. Pasien merupakan rujukan dari rumah sakit langsa
dengan diagnosa hirschsprung’s disease dd ileus obstruksi. Sebelumnya, pasien
dibaw ke RS Langsa dikarenakan pasien muntah berwarna kehijauan. OS
merupakan anak ke 2.
Riwayat Persalinan:
Jenis persalinan : Partus per vaginam
Tempat lahir : Aceh
Tanggal lahir : 11 November 2017
Penolong : Bidan
Usia kehamilan : 9 bulan
BB saat lahir : 3800 gr
PB saat lahir : 51 cm
Riwayat makan:
0 bulan : ASI
Riwayat Imunusasi:
Hepatitis B : 1 kali, <12 jam setelah lahir
RPT : Tidak dijumpai
RPO : Tidak jelas
C. Pemeriksaan Fisik
1. Status presens
KU/KP/KG : Sedang/Sedang/Sedang
GCS : 15 (E4V5M6)
Sensorium : Compos mentis
Frequensi Nadi : 144 kali/menit
Frequensi Napas : 30 kali/menit
Temperatur : 36,50C
BB masuk : 2965 gram
Pucat :-
Dyspnoe :-
Kuning :+
Edema :-
Cyanosis :-
2. Status lokalisata
a. Kepala : Ubun – ubun tertutup
Mata : RC (+/+), pupil isokor, palpebra superior edema (-/-),
konjungtiva palpebra inferior anemis (-/-), ikterik
(+/+)
Hidung : Nafas cuping hidung (-), (Terpasang NGT)
Telinga : Dalam batas normal
Mulut : Dalam batas normal
b. Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)
c. Thorax
Inspeksi : simetris fusiformis, retraksi dinding dada (-)
Palpasi : sulit dinilai
Perkusi : tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi : SP vesikuler,ST ronchi (-/-), RR 30 x/menit
HR 144 x/menit, reguler, desah (-)
d. Abdomen
Inspeksi : simetris, membesar (+)
Palpasi : defans muskular (-), hepar dan lien tidak teraba,
distensi (+)
Perkusi : timpani
Auskultasi : Peristaltik (+) melemah
e. Ekstremitas
Atas : pulse 144 x/menit, reguler, akral hangat, CRT <3”, T/V
cukup, oedema (-).
Bawah : akral hangat, CRT <3”, T/V cukup, oedema (-).
E. Diagnosa Kerja
Hirschsprung’s disease dd ileus obstruksi
F. Terapi
• Puasa
• Terpasang OGT dan kateter
• IVFD KAEN MG3 20 gtt/i (dari RS Langsa)
• Inj. Ceftriaxone 100 mg/12 jam
• Paracetamol 30 mg, 3x1
G. Rencana
Cek DR, LFT, RFT, elektrolit
FOLLOW UP
Tanggal Hari Rawatan 5
Hari Rawatan 3 Hari Rawatan 6
(Hari (21 November
(19 November 2017) (22 November 2017)
Rawatan) 2017)
Keluhan Perut membesar (+), BAB tidak lancar (+)
Status Present
Sensorium Composmentis
Frekuensi
142 x/i 140 x/i 140 x/i
Nadi
Frekuensi
50 x/i 55 x/i 50 x/i
Nafas
Temperature 36,8°C 37,0°C 36,70C
Status Lokalisata
Mata Conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik +/+
Leher Dalam batas normal
I : simetris I : simetris I : simetris
P : sulit dinilai P : sulit dinilai P : sulit dinilai
Thoraks P : sulit dinilai P : sulit dinlai P : sulit dinilai
A : sp: vesikuler, st (-) A : sp: vesikuler, A : sp: vesikuler, st (-
RR: 50 x/i st (-), RR: 55x/i ), RR: 50x/i
I : Simetris, membesar (+)
P : Distensi (+)
Abdomen
P : Timpani
A : Peristaltik (+) melemah.
Sup: akral hangat, Sup: akral Sup: akral hangat,
Ektremitas oedema (-), CRT <3”, hangat, oedema oedema (-), CRT <3”,
pulse 142 x/I, T/V (-), CRT <3”, pulse 140 x/i, T/V
cukup pulse 140 x/I, cukup
Inf: akral hangat, T/V cukup Inf: akral hangat,
oedema (-), CRT <3” Inf: akral oedema (-), CRT <3”
hangat, oedema
(-), CRT <3”
A Hirschsprung’s disease
- IVFD N5, 7 gtt (mikro)/i
- Inj. Meropenem 120 mg/12 jam
- Inj. Metronidazole 20 mg/12 jam
- Inj. Amikasin 22 mg/36 jam
- Inj. Neo K 3 mg/hari, selama 3 hari
P
- Inj. Aminosteril 2 cc/jam
- Transfusi FFP 30 cc/hari, selama 3 hari
- Transfusi cryoprecipitate 30 cc/hari, selama 3 hari
- ASI 20-30 cc/3 jam
- Menung
gu hasil
Ba-
- Wash out Enama
2x/hari dan Ba- - Wash out
- Menunggu retentio 2x/hari
R
penjadwalan n - Rencana
Ba-Enema - Rectal Operasi
- Pantau KU OS ube
pada Ba-
retentin
- Wash
out
2x/hari
-
FOLLOW UP
Tanggal Hari Rawatan 8
Hari Rawatan 7 Hari Rawatan 9
(Hari (24 November
(23 November 2017) (25 November 2017)
Rawatan) 2017)
Perut
Perut membesar (+), membesar Menangis lemah (+),
Keluhan
BAB tidak lancar (+) berkurang, BAB gerak lemah (+)
tidak lancar (+)
Status Present
Sensorium Composmentis
Frekuensi
140 x/i 160 x/i 140 x/i
Nadi
Frekuensi
55 x/i 32 x/i 50 x/i
Nafas
Temperature 37,0°C 36,9°C 36,00C
Status Lokalisata
Mata Conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik +/+
Leher Dalam batas normal
I : simetris I : simetris I : simetris
Thoraks P : sulit dinilai P : sulit dinilai P : sulit dinilai
P : sulit dinilai P : sulit dinlai P : sulit dinilai
A : sp: vesikuler, st (-) A : sp: vesikuler, A : sp: vesikuler, st (-
RR: 55 x/i st (-), RR: 32 x/i ), RR: 50x/i
I : Simetris, membesar (+)
P : Distensi (+)
Abdomen
P : Timpani
A : Peristaltik (+) melemah.
Sup: akral
Sup: akral hangat, hangat, oedema Sup: akral hangat,
oedema (-), CRT <3”, (-), CRT <3”, oedema (-), CRT <3”,
pulse 140 x/I, T/V pulse 160 x/I, pulse 140 x/i, T/V
Ektremitas
cukup T/V cukup cukup
Inf: akral hangat, Inf: akral Inf: akral hangat,
oedema (-), CRT <3” hangat, oedema oedema (-), CRT <3”
(-), CRT <3”
Post
Post
Hirschsprung’s sigmoidecto
A sigmoidectomy +
disease my +
Microcolon
Microcolon
- IVFD N5, 7 gtt - IVFD - IVFD N5, 13
(mikro)/i N5, 13 gtt (mikro)/i
- Inj. Meropenem gtt - Inj.
120 mg/12 jam (mikro)/i Meropenem
- Inj. - Inj. 120 mg/12
P
Metronidazole Meropen jam
20 mg/12 jam em 120 - Inj. Amikasin
- Inj. Amikasin mg/12 25 mg/12
22 mg/36 jam jam jam
- Inj. Neo K 3 - Inj. - Inj.
mg/hari, selama Amikasi Aminosteril 2
3 hari n 25 cc/12 jam
- Inj. Aminosteril mg/12 - Urdafalk
2 cc/jam jam 2x15 mg
- Transfusi FFP - Inj. - ASI 10 cc/3
30 cc/hari, Aminost jam/OGT
selama 3 hari eril 2
- Transfusi cc/12
cryoprecipitate jam
30 cc/hari, - Urdafalk
selama 3 hari 2x15 mg
- ASI 20-30 cc/3 - ASI 10
jam cc/3
jam/OG
T
- Pantau
KU
- Wash out
pasien - Wash out
2x/hari
- Wash 2x/hari via
- Rencana perasi
R out stoma
(24/11/2017)
2x/hari - Pantau KU
- Pantau KU
via pasien
pasien
stoma
-
DAFTAR PUSTAKA
1. Putu Ayu Ines, dkk. 2012. Gejala dan Diagnosis Penyakit Hirschprung.
Fakultas kedokteran Udayana. Denpasar.
2. Elfianto, dkk. 2015. Gambaran Pasien Hirschprung di RSUP Prof. Dr. R. R.
D. Kandou Manado periode Januari 2010- September 2014. Manado.
3. Kessmann, Jennifer. 2006. Hirschprung disesase, Diagnosis and Treatment.
American Family Physician. Vol 74. No. 8.
4. Staf Pengajar Bagian Ilmu Bedah FKUI. 2008. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah.
Jakarta: Binarupa Aksara Publisher.
5. Schrock, Theodore R. 1993. Ilmu Bedah Handbook of Surgery. Edisi VII.
Jakarta: EGC.