Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Etika memang bukanlah bagian dari ilmu pengetahuan yang datang
demikian saja sebagai barang yang sudah jadi dan datang dari dunia khayal.
Akan tetapi ilmu pengetahuan suatu cara berfikir yng demikian jelimet dan
mendalam tentang suatu objek yang khas.1 Tetapi Etika lebih merupakan
sarana untuk memperoleh orientasi kritis yang berhadapan dengan moralitas
atau perwujudan dalam bentuk perilaku yang baik (Akhlak mulia). Kendati
demikian etika tetaplah berperan penting dalam IP. Penerapan IP dalam
kehidupan bermasyarakat sehari-hari memerlukan adanya dimensi etis
sebagai pertimbangan yang terkadang ikut berpengaruh dalam proses
perkembangan IP selanjutnya.
Dengan begitu tanggung jawab etis, merupakan hal yang menyangkut
kegiatan maupun penggunaan IP. Dalam hal ini berarti ilmuwan dalam
mengembangkan IP harus memperhatikan kodrat dan martabat manusia,
menjaga keseimbangan ekosistem, bertanggung jawab pada kepentingan
umum, dan generasi mendatang, serta bersifat universal karena pada dasarnya
IP adalah untuk mengembangkan dan memperkokoh eksistensi manusia
bukan untuk menghancurkan eksistensi manusia dan bukan menjadikan
manusia menjadi budak teknologi dari IP itu sendiri. Keberadaan tanggung
jawab etis tidak bermaksud menghambat kemajuan IP.
Justru dengan adanya dimensi etis yang mengendalikan, kemajuan IP
akan semakin berlomba-lomba meningkatkan martabat manusia sebagai
“tuan” teknologi dan bukan hamba teknologi. Tanggung jawab etis juga
diharapkan mampu menginspirasi, memacu, memobilitasi, dan memotivasi
manusia untuk mengembangkan IP yang tidak mencelakakan manusia serta
aman bagi lingkungan hidup. Jadi dalam penjabaran di atas bisa kita lebih
perjelas lagi bahwasanya.

1 Tim Dosen Filsafat Ilmu,Filsafat Ilmu.(Yogyakarta:Liberty Yogyakarta,


1996).hlm,174.

1
Ilmu Pengetahuan merupakan alat bagi manusia, yang diciptakan
dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan umat manusia. Dengan
ilmu dapat diciptakan suasana yang lebih baik dan dengan demikian melalui
ilmulah manusia dapat lebih mudah mencapai tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan. Meskipun dalam perkembangannya kemajuan ilmu
pengetahuan tidak selalu mensejahterakan manusia, tetapi banyak pula
keburukan bahkan penderitaan yang dialami oleh manusia sebagai dampak
dari kemajuan ilmu pengetahuan itu sendiri.
Sebagai sebuah disiplin ilmu dan keilmuan, didalamnya tekandung
nilai-nilai seperti etika, moral, norma, dan kesusilaan. Demikian pula pada
aplikasinya, seorang ilmuwan dalam kehidupan sehari-hari seakan dituntut
untuk menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya, baik saat berpikir
maupun bertindak. Kendati tinggi ilmu seseorang, apabila tidak memiliki
nilai-nilai yang sudah menjadi semacam aturan dalam kehidupannya dan
tidak memanfaatkan ilmu yang dimilikinya untuk kebaikan dan kemaslahatan
orang banyak orang tersebut tidak akan dipandang tinggi.2
Dalam filsafat juga memiliki konsep pemikiran baik dan buruk yang
dikenal dengan nama etika, yakni aturan untuk membedakan baik dan buruk.
Suatu ilmu dan etika adalah sumber pengetahuan yang diharapkan dapat
meminimalkan dan menghentikan perilaku menyimpang di kalangan
masyarakat. Untuk itu peranan ilmu sangat dibutuhkan sebagai sumber
moralitas dalam mengembangkan kesejahteraan dan kemaslahatan manusia.3

2 Ali Mudhafar, Filsafat Ilmu, Pengertian filsafat ilmu .(Yogyakarta: Liberty


Yogyakarta, 1996), Cet.I,hlm. 2-4.
3 Achmad Sunarto, Ilmu filsafat dan Manfaatnya.( Surabaya: Karya Agung
Surabaya,2010), hlm,25.

2
B. Rumusan Masalah
1. Apa penngertian dari etika, atau moral itu?
2. Bagaimana hubungan antara ilmu pengetahuan dan etika?
3. Apa yang dimaksud dengan ilmu bebas nilai atau tidak bebas nilai?
4. Bagaimana persoalan etika ilmu pengetahuan itu?
5. Bagaimana melihat sikap ilmiah dan tanggung jawab ilmuwan itu?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan memahami penngertian dari etika, atau moral.
2. Melihat dan mengerahui hubungan antara ilmu pengetahuan dan etika.
3. Lebih mengetahui arti ilmu bebas nilai atau tidak bebas nilai.
4. Memahami persoalan etika ilmu pengetahuan.
5. Cara yang mudah untuk melihat sikap ilmiah dan tanggung jawab
ilmuwan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika, Moral


Secara etimologis etika berasal dari kata ethos yang berarti adat,
kebiasaan atau susila. Etika berkaitan erat dengan bagian masalah-masalah
nilai karena etika pada pokoknya membicarakan masalah-masalah predikat
nilai “Susila” dan “Tidak Susila”.4 Dalam filsafat etika membicarakan
tentang tingkah laku atau perbuatan manusia dalam kaitan antara baik dan
buruk. Baik dan buruk adalah suatu penilaian atas apa yang bisa dilihat dan
dirasakan seperti perbuatan dan tingkah laku. Sedangkan untuk hal-hal yang
menyangkut aspek motif atau watak, sulit dinilai. Secara garis besar ada dua
macam etika yaitu etika deskriptif dan etika normatif. Etika deskriptif hanya
bersifat menggambarkan, melukiskan dan menceritakan sesuatu seperti apa
adanya tanpa memberikan penilaian atau pedoman tentang bagaimana
seharusnya bertindak. Sedangkan etika selain memberikan penilaian baik dan
buruk juga memberikan pedoman mana yang harus diperbuat dan yang tidak.
Dalam bahasa Yunani, ethika berati ethikos yang mengandung arti
karakter, kebiasaan, kecenderungan dan sikap yang menagandung analisis
konsep-konsep seperti harus, benar salah, mengandung pencarian watak ke
dalam watak moralitas atau tindakan-tindakan moral atau mengandung
pencarian kehidupan yang baik secara moral. Etika secara lebih detail
merupakan ilmu yang membahas tentang moralitas atau tentang manusia
sejauh berkaitan dengan moral.
Moral berasal dari bahasa Latin moralis (kata dasar mos, moris) yang
berarti adat istiadat, kebiasaan, cara, dan tingkah laku. Moral berarti sesuatu
yang menyangkut prinsip benar salah, dan salah satu dari suatu perilaku yang
menjadi standar perilaku manusia. Bila dijabarkan lebih lanjut moral
mengandung empat pengertian:
1. Baik-buruk, benar-salah dalam aktifitas manusia,
2. Tindakan yang adil dan wajar,

4 Tim Dosen Filsafat Ilmu,Filsafat Ilmu.(Yogyakarta:Liberty Yogyakarta,


1996).hlm,175-176.

4
3. Kapasitas untuk diarahkan pada kesadaran benar-salah, dan kepastian
untuk mengarahkan orang lain agar sesuai dengan kaidah tingkah laku
yang dinilai benar-salah dan
4. Sikap seseorang dalam hubungannya dengan orang lain.

B. Hubungan antara Ilmu Pengetahuan dan Etika


Etika adalah sebuah ilmu dan bukan sebuah ajaran yang mengatakan
bagaimana seharusnya hidup, tetapi itu adalah ajaran moral. Ilmu
Pengetahuan dan etika sebagai suatu pengetahuan yang diharapkan dapat
meminimalkan dan menghentikan perilaku penyimpangan dan kejahatan di
kalangan masyarakat. Ilmu pengetahuan dan etika diharapkan mampu
mengembangkan kesadaran moral di lingkungan masayarakat sekitar agar
dapat menjadi ilmuwan yang memiliki moral dan akhlak yang baik dan
mulia.
Sebagai suatu obyek, etika berkaitan dengan konsep yang dimiliki
oleh individu maupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan
yang telah dilakukan itu salah atau benar, baik atau buruk.5 Dengan begitu
dalam proses penilaiannya ilmu pengetahuan sangat berguna dalam
memberikan arah atau pedoman dan tujuan masing-masing orang. Ilmu
secara moral harus ditujukan untuk kebaikan umat manusia tanpa
merendahkan martabat seseorang.
Etika memberikan batasan maupun standar yang mengatur pergaulan
manusia di dalam kelompok sosialnya yang kemudian dirupakan ke dalam
aturan tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip-
prinsip moral yang ada dan pada saat diperlukan dapat di fungsikan sebagai
pedoman untuk melakukan tindakan tertentu terhadap segala macam tindakan
yang secara umum dinilai menyimpang dari kode etik yang telah ditentukan
dan disepakati bersama. Ilmu sebagai asas moral atau etika mempunyai
kegunaan khusus yakni kegunaan universal bagi umat manusia dalam
meningkatkan martabat kemanusiaannya.

5 Tim Dosen Filsafat UGM. Ilmu,Filsafat Ilmu.(Yogyakarta:Liberty


Yogyakarta, 1996).hlm,175.

5
Masalah moral tidak dapat dilepaskan dengan tekad nanusia untuk
menemukan kebenaran. Sebab untuk menemukan dan mempertahankan
kebenaran diperlukan keberanian. Sejarah kemanusiaan telah mencatat
semangat para ilmuwan yang rela mengorbankan nyawanya untuk
mempertahankan apa yang mereka anggap benar. Kemanusiaan tak pernah
urung dihalangi untuk menemukan kebenaran. Tanpa landasan moral maka
ilmuwan akan mudah melakukan pemaksaan intelektual. Penalaran secara
rasional yang telah membawa manusia mencapai harkat kemanusiaannya
berganti dengan proses rasionalisasi yang mendustakan kebenaran.
Maka inilah pentingnya etika dan moral dalam ilmu pengetahuan yang
menyangkut tanggung jawab manusia dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan untuk dimanfaatkan bagi sebesar-besarnya kemaslahatan
manusia itu sendiri. Karena dalam penerapannya ilmu pengetahuan juga
mempunyai akibat positif dan negatif bahkan destruktif maka diperlukan nilai
atau norma untuk mengendalikannya. Di sinilah etika menjadi ketentuan
mutlak yang akan menjadi pengendali bagi pemanfaatan ilmu pengetahuan
dan tekhnologi untuk meningkatkan derajat hidup serta kesejahteraan dan
kebahagiaan manusia.

C. Ilmu Bebas Nilai atau Tidak Bebas Nilai


Rasionalisasi ilmu pengetahuan terjadi sejak Descartes dengan sikap
skeptic-metodisnya meragukan segala sesuatu, kecuali dirinya dengan yang
sedang ragu-ragu, Cogito Ergo Sum.6
Untuk membedakan apakah ilmu bebas nilai atau tidak bebas nilai kita
perlu membedakan antara penyelenggaraan ilmu itu sendiri dan penerapan
Ilmu, antara mengusahakan ilmu dan menggunakan ilmu. Ilmu memang
mewakili nilai tertentu, ilmu bernilai karena menghasilkan pengetahuan yang
dapat dipercaya, yang obyektif dan dikaji secara kritis. Bebas nilai adalah
tuntutan bagi ilmu pengetahuan agar ilmu pengetahuan dikembangkan dengan
tidak memperhatikan niali-nilai lain di luar ilmu, agar ilmu pengetahuan

6 Rizal Mustansyir, Misnar Munir.Filsafat Ilmu.(Yogyakarta:Pustaka Plajar Offset ,


2000).hlm,168-169.

6
dikembangkan demi ilmu pengetahuan dan tidak didasarkan pada
pertimbangan lain di luar ilmu pengetahuan.
Apabila ilmu pengetahuan tunduk pada berbagai pertimbangan di luar
ilmu pengetahuan seperti politik, religius dan moral, ilmu tidak akan
berkembang secara otonom, karena ilmu menjadi tidak murni. Di sini ada
bahaya kebenaran yang harus dikorbankan demi nilai-nilai lain. Dengan
demikian kita tidak akan pernah mencapai kebenaran ilmiah dan rasional-
obyektif.
Menurut Konrad Kebung (2011) ilmu harus bebas nilai dan lepas dari
nilai-nilai di luar ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan bertujuan memberi
pemahaman tentang pelbagai masalah dalam hidup. Ada dua kecenderungan
dasar dalam melihat tujuan ilmu pengetahuan.
Pertama, kecenderungan puritan-elitis (ilmu adalah sesuatu yang
mewah, elit), bahwa tujuan akhir dari ilmu pengetahuan adalah demi ilmu
pengetahuan itu sendiri. Ilmu bertujuan untuk menemukan penjelasan tentang
sagala sesuatu demi kebenaran yang memuaskan rasa ingin tau manusia.
Kepuasan seorang ilmuwan adalah menemukan teori-teori besar yang
dapat menjelaskan pelbagai persoalan terlepas dari kegunaan ilmu
pengetahuan itu sendiri. Dengan begitu ilmu pengetahuan menjadi sesuatu
yang elit, mewah dan hanya untuk segelintir orang saja.
Kedua, Kecenderungan pragmatis, ilmu pengetahuan tidak hanya
untuk mencari penjelasan tentang berbagai persoalan tetapi juga untuk
memecahkan berbagai persoalan dalam kehidupan, karena berguna ilmu
menjadi menarik, membuat hidup menjadi lebih baik dan menyenangkan.
Josep Situmorang (1996) seperti dikutip oleh Mohammad Adib, MA,
menyatakan bahwa bebas nilai artinya tuntutan terhadap setiap kegiatan
ilmiah agar didasarkan pada hakikat ilmu pengetahuan itu sendiri. Ilmu
pengetahuan menolak campur tangan faktor eksternal yang tidak secara
hakiki menentukan ilmu pengetahuan itu sendiri.
Ada tiga faktor sebagai indikator bahwa ilmu pengetahuan itu bebas
nilai, yaitu:

7
1. Ilmu harus bebas dari pengeruh eksternal seperti faktor politis, idiologis,
agama, budaya dan unsur kemasyarakatan lainnya,
2. Perlunya kebebasan ilmiah yang mendorong terjadinya otonomi ilmu
pengetahuan. Kebebasan itu menyangkut kemungkinan untuk menentukan
diri sendiri,
3. Penelitian ilmiah tidak luput dari pertimbangan etis (yang sering dituding
menghambat kemajuan ilmu), karena nilai etis itu sendiri bersifat
universal.
Seorang sosiolog, Weber menyatakan bahwa ilmu sosial harus bebas
nilai, tetapi ia juga mengatakan bahwa ilmu-ilmu sosial harus menjadi nilai
yang relevan. Weber tidak yakin ketika para ilmuwan sosial melakukan
aktifitasnya seperti mengajar atau menulis mengenai bidang sosial itu, mereka
tidak terpengaruh oleh kepentingan tertentu.
Nilai-nilai itu harus diimplikasikan ke dalam bagian praktis ilmu
sosial jika praktik itu mengandung tujuan rasional. Tanpa keinginan melayani
kepentingan orang, budaya, maka ilmu sosial tidak beralasan untuk diajarkan.
Jadi meskipun obyektifitas merupakan ciri mutlak ilmu pengetahuan, tetapi
dalam pengembangan atau penerapannya ilmu dihadapkan pada nilai-nilai
yang ikut menentukan pilihan atas masalah dan kesimpulan yang dibuatnya.

D. Persoalan Etika Ilmu Pengetahuan


Penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi selalu memerlukan
pertimbangan-pertimbangan dari dimensi etis dan hal ini tentu sangat
berpengaruh pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa
depan. Tanggung jawab etis ini menyangkut kegiatan atau penggunaan ilmu
pengetahuan dan teknologi itu sendiri. Sehingga seorang ilmuwan dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi harus selalu
memperhatikan kodrat dan martabat manusia, ekosistem dan bertanggung
jawab terhadap kepentingan generasi yang akan datang dan kepentingan
umum, karena pada dasarnya ilmu pengetahuan dan teknologi itu bertujuan
untuk pelayanan eksistensi manusia dan bukan sebaliknya untuk
menghancurkan eksistensi manusia itu sendiri.

8
Tanggung jawab ini juga termasuk berbagai hal yang menjadi sebab
dan akibat ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa lalu maupun masa
yang akan datang. Jadi bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
akan menghambat atau meningkatkan keberadaan manusia tergantung pada
manusia itu sendiri, karena ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan oleh
manusia dan untuk kepentingan manusia. Kemajuan di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi memerlukan kedewasaan manusia dalam arti yang
sesungguhnya, yakni kedewasaan untuk menentukan mana yang layak atau
tidak layak, mana yang baik dan mana yang buruk.
Beberapa problem yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi seperti dicontohkan oleh Amsal Bakhtiar (2010) pada
perkembangan ilmu bioteknologi, perkembangan yang dicapai sangat maju
seperti rekayasa genetika yang menghkhawatirkan banyak kalangan. Tidak
saja para agamawan dan pemerhati hak-hak asasi manusia tetapi para ahli
bioteknologipun juga semakin khawatir karena jika akibatnya tidak bisa
dikendalikan maka akan terjadi bencana besar bagi kehidupan manusia.
Sebagai contoh adalah rekayasa genetika yang dahulunya bertujuan untuk
mengobati penyakit keturunan seperti diabetes, sekarang rekayasa tidak hanya
bertujuan untuk pengobatan tetapi untuk menciptakan manusia-manusia baru
yang sama sekali berbeda baik secara fisik maupun sifat-sifatnya. Dengan
rekayasa tersebut manusia tidak memiliki hak yang bebas lagi. Meskipun
teori ini belum tentu terwujud dalam waktu singkat tetapi telah menimbulkan
persoalan dan kekhawatiran di kalangan ahli etika dan para agamawan,
apalagi jika jatuh pada penguasa yang lalim pasti dampaknya akan sangat
membahayakan karena bisa menghancurkan eksistensi manusia. Maka
disinilah diperlukan kedewasaan dari manusia itu sendiri untuk menentukan
mana yang baik dan buruk bagi kehidupannya.
Tugas terpenting ilmu pengetahuan dan teknologi adalah menyediakan
bantuan agar manusia dapat sungguh-sungguh mencapai pengertian tentang
martabat dirinya. Ilmu pengetahuan dan teknologi bukan saja sarana untuk
mengembangkan diri manusia, tetapi juga merupakan hasil perkembangan
dan kreatifitas manusia untuk memperkokoh kedudukan serta martabat

9
manusia baik dalam hubungan sebagai pribadi dengan lingkungannya,
maupun sebagai makhluk yang bertanggung jawab terhadap Allah Swt.

E. Sikap llmiah dan tanggung jawab Ilmuwan


Ilmu adalah suatu cara berpikir tertentu mengenai suatu obyek dengan
pendekatan yang khas sehingga menghasilkan kesimpulan berupa
pengetahuan ilmiah, dalam arti bahwa sisten dan struktur ilmu itu dapat
dipertanggungjawabkan secara terbuka. Pengetahuan ilmiah adalah
pengetahuan yang bersifat kritis, rasional dan logis, obyektif dan terbuka.
Namun yang juga penting adalah apakah pengembangan pengetahuan ilmiah
itu membawa dampak positif`dan baik bagi manusia atau sebaliknya justru
membawa keburukan. Oleh karena itu penting sekali sikap ilmiah yang harus
dimiliki oleh seorang ilmuwan. Dan di sini letak moralitas dari seorang
ilmuwandalam penembangan ilmu, baik itu menyangkut tanggungjawabnya
terhadap tata alamiah, terhadap manusia maupun terhadap Allah Swt. Sikap
ilmiah yang sesuai bagi seorang ilmuwan antara lain:

a) Tidak adanya rasa pamrih yaitu suatu sikap yang diarahkan untuk
mencapai pengetahuan ilmiah yang obyektih;
b) Bersikap selektif yang menyangkut cara mengambil kesimpulan yang
beragam, macam-macam metodologi dan lain-lain;
c) selalu tidak merasa puas dengan hasil penelitiannya sehingga selalu ada
dorongan untuk melakukan riset dalam hidupnya dan
d) Memiliki sikap etis untuk mengembangkan ilmu pengetahuan demi
kebahagiaan manusia dan untuk pembangunan bangsa dan negara.

Ilmu pengetahuan menghasilkan teknologi yang diterapkan pada


masyarakat. Ilmu pengetahuan dan teknologi dalam penerapannya dapat
menjadi berkah dan penyelamat bagi manusia, tetapi juga bisa menjadi
bencana bagi manusia. Disinilah pemanfaatan ilmu pengetahuan dan
teknologi perlu diperhatikan dengan sebaik-baiknya.

Proses transformasi ilmu pengetahuan yang dimanfaatkan oleh


masyarakat tidak terlepas dari ilmuwan. Seorang ilmuwan akan dihadapkan
pada kepentingan-kepentingan pribadi ataukah kepentingan masyarakat akan

10
membawa pada persoalan etika keilmuan serta masalah bebas nilai. Fungsi
ilmuwan tidak berhenti pada penelaah dan keilmuan secara individual namun
juga ikut bertanggungjawab agar produk keilmuannya sampai dan dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat.

Ilmu merupakan hasil karya perseorangan yang dikomunikasikan dan


dikaji secara terbuka oleh masyarakat. Sekiranya hasil karya itu memenuhi
syarat-syarat keilmuan maka dia diterima sebagai bagian dari kumpulan ilmu
pengetahuan dan digunakan oleh masyarakat tersebut. Dengan perkataan lain,
penciptaan ilmu bersifat individual namun komunikasi dan penggunaan ilmu
adalah bersifat sosial. Peranan individu inilah yang bersifat dominan dalam
kemajuan ilmu yang dapat mengubah wajah peradaban. Kreatifitas individu
yang didukung oleh sistem komunikasi sosial yang bersifat terbuka menjadi
proses pengembangan ilmu berjalan secara efektif. Maka jelaslah bahwa
seorang ilmuwan memiliki tanggung jawab sosial yang tinggi. Bukan saja
karena dia adalah warga masyarakat yang kepentingannya terlibat secara
langsung di masyarakat, namun yang lebih penting adalah adalah karena dia
mempunyai fungsi tertentu dalam kelangsungan hidup bermasyarakat.

Implikasi penting dari tanggung jawab sosial seorang ilmuwan adalah


bahwa setiap pencarian dan penemuan kebenaran secara ilmiah harus disertai
dengan landasan etis yang utuh.. Proses pencarian dan penemuan kebenaran
ilmiah yang dilandasi etika, merupakan kategori moral yang menjadi dasar
sikap etis seorang ilmuwan. Ilmuwan bukan saja berfungsi sebagai
penganalisis materi tersebut, tetapi juga harus memiliki moral yang baik.

Kaum ilmuwan tidak boleh menganggap ilmu dan teknologi adalah


segala-galanya, masih terdapat banyak lagi sendi-sendi lain yang menyangga
peradaban manusia dengan baik. Demikian juga masih terdapat kebenaran-
kebenaran lain disamping kebenaran keilmuan yang melengkapi harkat
kemanusiaan yang hakiki. Jika kaum ilmuwan konsekuen dengan pandangan
hidupnya baik secara moral maupun intelektual maka salah satu penyangga
masyarakat modern ini, yaitu ilmu pengetahuan akan berdiri secara kokoh.

11
Di bidang etika tanggung jawab ilmuwan bukan lagi hanya
memberikan informasi namun juga memberikan contoh bagaimana bersifat
obyektif, terbuka, menerima kritikan, menerima pendapat orang lain, kukuh
pada pendirian yang dianggap benar dan berani mengakui kesalahan. Tugas
seorang ilmuwan harus menjelaskan hasil penelitiannya sejernih mungkin
berdasarkan rasionalitas dan metodologis yang tepat. Secara moral seorang
ilmuwan tidak akan membiarkan hasil penelitiannya digunakan untuk tujuan
yang melanggar asas-asas kemanusian.

Pengetahuan merupakan sarana yang dapat digunakan untuk


kemaslahatan manusia dan dapat pula disalahgunakan. Sehingga tanggung
jawab ilmuwan sangatlah besar, tanggung jawab akademis dan tanggung
jawab moral. Jika ilmuwan telah dapat memenuhi tanggung jawab sosialnya,
maka ilmu penetahuan itu akan berkembang dengan pesat, ilmu pengetahuan
itu akan dapat memberikan manfaat besar bagi kehidupan manusia, dan ilmu
pengetahuan itu tidak akan menimbulkan kerusakan dan konflik di
masyarakat.

12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sebagai suatu obyek etika berkaitan dengan konsep yang dimiliki
oleh oleh individu maupun masyarakat untuk menilai suatu tindakan yang akan
dikerjakan. Dimana etika memberikan penilaian. batasan dan arahan yang
mengatur manusia dalam kelompok sosial lainnya. Dalam proses penilaiannya
etika memberikan arahan agar ilmu pengetahuan berguna dalam memberikan
arah atau pedoman dan tujuan masing-masing orang. Ilmu secara moral harus
ditujukan untuk kebaikan umat manusia tanpa merendahkan martabat
seseorang.
Dalam penyelenggaraan ilmu pengetahuan menurut pendapat
beberapa tokoh menyatakan bahwa ilmu pengetahuan bersifat bebas nilai
artinya tuntutan terhadap setiap kegiatan ilmiah agar didasarkan pada hakikat
ilmu pengetahuan itu sendiri. Ilmu pengetahuan tidak terpengaruh oleh faktor
eksternal seperti faktor politis, idiologis, agama dan budaya. Tetapi dalam
penerapannya ilmu pengetahuan harus mempertimbangkan segi
kemaslahatannya bagi umat manusia.
Persoalan yang mendasar dalam etika keilmuan adalah bahwa
penerapan ilmu pengetahuan selalu memerlukan pertimbangan dari segi etis
yang berpengaruh pada pengembangan ilmu pengetahuan di masa yang akan
datang. Sehingga dalam pengembangannya para ilmuwan harus
memperhatikan dan menjaga martabat manusia dan kelestarian lingkungan.
juga diperlukan, kedewasaan yang sesungguhnya dari manusia untuk
menentukan mana yang baik dan buruk bagi kehidupannya.
Dalam penyelenggaraan ilmu pengetahuan seorang ilmuwan harus
menghasilkan pengetahuan ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan secara
terbuka, kritis rasional, logis dan obyektif. Dan dalam pengembangannya
diperlukan moralitas dan tanggung jawab yang tinggi dari ilmuwan sehingga
berdampak positif bagi kehidupan manusia. Tanggung jawab ilmuwan meliputi
tanggung jawab terhadap tata ilmiah, manusia dan kepada Allah Swt.

13
B. SARAN
Para ilmuwan harus mempunyai sikap formal mengenai
penggunaan pengetahuan ilmiah. Bagi kita sendiri yang hidup dalam
masyarakat atau mahasiswa dan mahasiswi Pancasila, tidak mempunyai
pilihan lain selain konsisten dengan sikap sebagai ilmuwan, dan secara sadar
mengembangkan tanggung jawab sosial di kalangan ilmuwan dengan
Pancasila sebagai sumber moral (das sollen) sikap formal kita.

14
DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, Amsal. Filsafat Ilmu, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2010.

Rizal Mustansyir, Misnal Munir. Filsafat Islam.Yogyakarta: Pustaka Pelajar


Offiset,2000

Sunario, Ahmad. Filsafat Ilmu dan Manfaatnya, Surabaya: Karya Agung


Surabaya, 2010.

Tim Dosen Filsafat ilmu, Fakultas Filsafat UGM. Filsafat Ilmu, Yogyakarta:
Liberty Yogyakarta,1996.

15

Anda mungkin juga menyukai