PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Etika memang bukanlah bagian dari ilmu pengetahuan yang datang
demikian saja sebagai barang yang sudah jadi dan datang dari dunia khayal.
Akan tetapi ilmu pengetahuan suatu cara berfikir yng demikian jelimet dan
mendalam tentang suatu objek yang khas.1 Tetapi Etika lebih merupakan
sarana untuk memperoleh orientasi kritis yang berhadapan dengan moralitas
atau perwujudan dalam bentuk perilaku yang baik (Akhlak mulia). Kendati
demikian etika tetaplah berperan penting dalam IP. Penerapan IP dalam
kehidupan bermasyarakat sehari-hari memerlukan adanya dimensi etis
sebagai pertimbangan yang terkadang ikut berpengaruh dalam proses
perkembangan IP selanjutnya.
Dengan begitu tanggung jawab etis, merupakan hal yang menyangkut
kegiatan maupun penggunaan IP. Dalam hal ini berarti ilmuwan dalam
mengembangkan IP harus memperhatikan kodrat dan martabat manusia,
menjaga keseimbangan ekosistem, bertanggung jawab pada kepentingan
umum, dan generasi mendatang, serta bersifat universal karena pada dasarnya
IP adalah untuk mengembangkan dan memperkokoh eksistensi manusia
bukan untuk menghancurkan eksistensi manusia dan bukan menjadikan
manusia menjadi budak teknologi dari IP itu sendiri. Keberadaan tanggung
jawab etis tidak bermaksud menghambat kemajuan IP.
Justru dengan adanya dimensi etis yang mengendalikan, kemajuan IP
akan semakin berlomba-lomba meningkatkan martabat manusia sebagai
“tuan” teknologi dan bukan hamba teknologi. Tanggung jawab etis juga
diharapkan mampu menginspirasi, memacu, memobilitasi, dan memotivasi
manusia untuk mengembangkan IP yang tidak mencelakakan manusia serta
aman bagi lingkungan hidup. Jadi dalam penjabaran di atas bisa kita lebih
perjelas lagi bahwasanya.
1
Ilmu Pengetahuan merupakan alat bagi manusia, yang diciptakan
dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan umat manusia. Dengan
ilmu dapat diciptakan suasana yang lebih baik dan dengan demikian melalui
ilmulah manusia dapat lebih mudah mencapai tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan. Meskipun dalam perkembangannya kemajuan ilmu
pengetahuan tidak selalu mensejahterakan manusia, tetapi banyak pula
keburukan bahkan penderitaan yang dialami oleh manusia sebagai dampak
dari kemajuan ilmu pengetahuan itu sendiri.
Sebagai sebuah disiplin ilmu dan keilmuan, didalamnya tekandung
nilai-nilai seperti etika, moral, norma, dan kesusilaan. Demikian pula pada
aplikasinya, seorang ilmuwan dalam kehidupan sehari-hari seakan dituntut
untuk menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya, baik saat berpikir
maupun bertindak. Kendati tinggi ilmu seseorang, apabila tidak memiliki
nilai-nilai yang sudah menjadi semacam aturan dalam kehidupannya dan
tidak memanfaatkan ilmu yang dimilikinya untuk kebaikan dan kemaslahatan
orang banyak orang tersebut tidak akan dipandang tinggi.2
Dalam filsafat juga memiliki konsep pemikiran baik dan buruk yang
dikenal dengan nama etika, yakni aturan untuk membedakan baik dan buruk.
Suatu ilmu dan etika adalah sumber pengetahuan yang diharapkan dapat
meminimalkan dan menghentikan perilaku menyimpang di kalangan
masyarakat. Untuk itu peranan ilmu sangat dibutuhkan sebagai sumber
moralitas dalam mengembangkan kesejahteraan dan kemaslahatan manusia.3
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa penngertian dari etika, atau moral itu?
2. Bagaimana hubungan antara ilmu pengetahuan dan etika?
3. Apa yang dimaksud dengan ilmu bebas nilai atau tidak bebas nilai?
4. Bagaimana persoalan etika ilmu pengetahuan itu?
5. Bagaimana melihat sikap ilmiah dan tanggung jawab ilmuwan itu?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan memahami penngertian dari etika, atau moral.
2. Melihat dan mengerahui hubungan antara ilmu pengetahuan dan etika.
3. Lebih mengetahui arti ilmu bebas nilai atau tidak bebas nilai.
4. Memahami persoalan etika ilmu pengetahuan.
5. Cara yang mudah untuk melihat sikap ilmiah dan tanggung jawab
ilmuwan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
3. Kapasitas untuk diarahkan pada kesadaran benar-salah, dan kepastian
untuk mengarahkan orang lain agar sesuai dengan kaidah tingkah laku
yang dinilai benar-salah dan
4. Sikap seseorang dalam hubungannya dengan orang lain.
5
Masalah moral tidak dapat dilepaskan dengan tekad nanusia untuk
menemukan kebenaran. Sebab untuk menemukan dan mempertahankan
kebenaran diperlukan keberanian. Sejarah kemanusiaan telah mencatat
semangat para ilmuwan yang rela mengorbankan nyawanya untuk
mempertahankan apa yang mereka anggap benar. Kemanusiaan tak pernah
urung dihalangi untuk menemukan kebenaran. Tanpa landasan moral maka
ilmuwan akan mudah melakukan pemaksaan intelektual. Penalaran secara
rasional yang telah membawa manusia mencapai harkat kemanusiaannya
berganti dengan proses rasionalisasi yang mendustakan kebenaran.
Maka inilah pentingnya etika dan moral dalam ilmu pengetahuan yang
menyangkut tanggung jawab manusia dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan untuk dimanfaatkan bagi sebesar-besarnya kemaslahatan
manusia itu sendiri. Karena dalam penerapannya ilmu pengetahuan juga
mempunyai akibat positif dan negatif bahkan destruktif maka diperlukan nilai
atau norma untuk mengendalikannya. Di sinilah etika menjadi ketentuan
mutlak yang akan menjadi pengendali bagi pemanfaatan ilmu pengetahuan
dan tekhnologi untuk meningkatkan derajat hidup serta kesejahteraan dan
kebahagiaan manusia.
6
dikembangkan demi ilmu pengetahuan dan tidak didasarkan pada
pertimbangan lain di luar ilmu pengetahuan.
Apabila ilmu pengetahuan tunduk pada berbagai pertimbangan di luar
ilmu pengetahuan seperti politik, religius dan moral, ilmu tidak akan
berkembang secara otonom, karena ilmu menjadi tidak murni. Di sini ada
bahaya kebenaran yang harus dikorbankan demi nilai-nilai lain. Dengan
demikian kita tidak akan pernah mencapai kebenaran ilmiah dan rasional-
obyektif.
Menurut Konrad Kebung (2011) ilmu harus bebas nilai dan lepas dari
nilai-nilai di luar ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan bertujuan memberi
pemahaman tentang pelbagai masalah dalam hidup. Ada dua kecenderungan
dasar dalam melihat tujuan ilmu pengetahuan.
Pertama, kecenderungan puritan-elitis (ilmu adalah sesuatu yang
mewah, elit), bahwa tujuan akhir dari ilmu pengetahuan adalah demi ilmu
pengetahuan itu sendiri. Ilmu bertujuan untuk menemukan penjelasan tentang
sagala sesuatu demi kebenaran yang memuaskan rasa ingin tau manusia.
Kepuasan seorang ilmuwan adalah menemukan teori-teori besar yang
dapat menjelaskan pelbagai persoalan terlepas dari kegunaan ilmu
pengetahuan itu sendiri. Dengan begitu ilmu pengetahuan menjadi sesuatu
yang elit, mewah dan hanya untuk segelintir orang saja.
Kedua, Kecenderungan pragmatis, ilmu pengetahuan tidak hanya
untuk mencari penjelasan tentang berbagai persoalan tetapi juga untuk
memecahkan berbagai persoalan dalam kehidupan, karena berguna ilmu
menjadi menarik, membuat hidup menjadi lebih baik dan menyenangkan.
Josep Situmorang (1996) seperti dikutip oleh Mohammad Adib, MA,
menyatakan bahwa bebas nilai artinya tuntutan terhadap setiap kegiatan
ilmiah agar didasarkan pada hakikat ilmu pengetahuan itu sendiri. Ilmu
pengetahuan menolak campur tangan faktor eksternal yang tidak secara
hakiki menentukan ilmu pengetahuan itu sendiri.
Ada tiga faktor sebagai indikator bahwa ilmu pengetahuan itu bebas
nilai, yaitu:
7
1. Ilmu harus bebas dari pengeruh eksternal seperti faktor politis, idiologis,
agama, budaya dan unsur kemasyarakatan lainnya,
2. Perlunya kebebasan ilmiah yang mendorong terjadinya otonomi ilmu
pengetahuan. Kebebasan itu menyangkut kemungkinan untuk menentukan
diri sendiri,
3. Penelitian ilmiah tidak luput dari pertimbangan etis (yang sering dituding
menghambat kemajuan ilmu), karena nilai etis itu sendiri bersifat
universal.
Seorang sosiolog, Weber menyatakan bahwa ilmu sosial harus bebas
nilai, tetapi ia juga mengatakan bahwa ilmu-ilmu sosial harus menjadi nilai
yang relevan. Weber tidak yakin ketika para ilmuwan sosial melakukan
aktifitasnya seperti mengajar atau menulis mengenai bidang sosial itu, mereka
tidak terpengaruh oleh kepentingan tertentu.
Nilai-nilai itu harus diimplikasikan ke dalam bagian praktis ilmu
sosial jika praktik itu mengandung tujuan rasional. Tanpa keinginan melayani
kepentingan orang, budaya, maka ilmu sosial tidak beralasan untuk diajarkan.
Jadi meskipun obyektifitas merupakan ciri mutlak ilmu pengetahuan, tetapi
dalam pengembangan atau penerapannya ilmu dihadapkan pada nilai-nilai
yang ikut menentukan pilihan atas masalah dan kesimpulan yang dibuatnya.
8
Tanggung jawab ini juga termasuk berbagai hal yang menjadi sebab
dan akibat ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa lalu maupun masa
yang akan datang. Jadi bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
akan menghambat atau meningkatkan keberadaan manusia tergantung pada
manusia itu sendiri, karena ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan oleh
manusia dan untuk kepentingan manusia. Kemajuan di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi memerlukan kedewasaan manusia dalam arti yang
sesungguhnya, yakni kedewasaan untuk menentukan mana yang layak atau
tidak layak, mana yang baik dan mana yang buruk.
Beberapa problem yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi seperti dicontohkan oleh Amsal Bakhtiar (2010) pada
perkembangan ilmu bioteknologi, perkembangan yang dicapai sangat maju
seperti rekayasa genetika yang menghkhawatirkan banyak kalangan. Tidak
saja para agamawan dan pemerhati hak-hak asasi manusia tetapi para ahli
bioteknologipun juga semakin khawatir karena jika akibatnya tidak bisa
dikendalikan maka akan terjadi bencana besar bagi kehidupan manusia.
Sebagai contoh adalah rekayasa genetika yang dahulunya bertujuan untuk
mengobati penyakit keturunan seperti diabetes, sekarang rekayasa tidak hanya
bertujuan untuk pengobatan tetapi untuk menciptakan manusia-manusia baru
yang sama sekali berbeda baik secara fisik maupun sifat-sifatnya. Dengan
rekayasa tersebut manusia tidak memiliki hak yang bebas lagi. Meskipun
teori ini belum tentu terwujud dalam waktu singkat tetapi telah menimbulkan
persoalan dan kekhawatiran di kalangan ahli etika dan para agamawan,
apalagi jika jatuh pada penguasa yang lalim pasti dampaknya akan sangat
membahayakan karena bisa menghancurkan eksistensi manusia. Maka
disinilah diperlukan kedewasaan dari manusia itu sendiri untuk menentukan
mana yang baik dan buruk bagi kehidupannya.
Tugas terpenting ilmu pengetahuan dan teknologi adalah menyediakan
bantuan agar manusia dapat sungguh-sungguh mencapai pengertian tentang
martabat dirinya. Ilmu pengetahuan dan teknologi bukan saja sarana untuk
mengembangkan diri manusia, tetapi juga merupakan hasil perkembangan
dan kreatifitas manusia untuk memperkokoh kedudukan serta martabat
9
manusia baik dalam hubungan sebagai pribadi dengan lingkungannya,
maupun sebagai makhluk yang bertanggung jawab terhadap Allah Swt.
a) Tidak adanya rasa pamrih yaitu suatu sikap yang diarahkan untuk
mencapai pengetahuan ilmiah yang obyektih;
b) Bersikap selektif yang menyangkut cara mengambil kesimpulan yang
beragam, macam-macam metodologi dan lain-lain;
c) selalu tidak merasa puas dengan hasil penelitiannya sehingga selalu ada
dorongan untuk melakukan riset dalam hidupnya dan
d) Memiliki sikap etis untuk mengembangkan ilmu pengetahuan demi
kebahagiaan manusia dan untuk pembangunan bangsa dan negara.
10
membawa pada persoalan etika keilmuan serta masalah bebas nilai. Fungsi
ilmuwan tidak berhenti pada penelaah dan keilmuan secara individual namun
juga ikut bertanggungjawab agar produk keilmuannya sampai dan dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat.
11
Di bidang etika tanggung jawab ilmuwan bukan lagi hanya
memberikan informasi namun juga memberikan contoh bagaimana bersifat
obyektif, terbuka, menerima kritikan, menerima pendapat orang lain, kukuh
pada pendirian yang dianggap benar dan berani mengakui kesalahan. Tugas
seorang ilmuwan harus menjelaskan hasil penelitiannya sejernih mungkin
berdasarkan rasionalitas dan metodologis yang tepat. Secara moral seorang
ilmuwan tidak akan membiarkan hasil penelitiannya digunakan untuk tujuan
yang melanggar asas-asas kemanusian.
12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sebagai suatu obyek etika berkaitan dengan konsep yang dimiliki
oleh oleh individu maupun masyarakat untuk menilai suatu tindakan yang akan
dikerjakan. Dimana etika memberikan penilaian. batasan dan arahan yang
mengatur manusia dalam kelompok sosial lainnya. Dalam proses penilaiannya
etika memberikan arahan agar ilmu pengetahuan berguna dalam memberikan
arah atau pedoman dan tujuan masing-masing orang. Ilmu secara moral harus
ditujukan untuk kebaikan umat manusia tanpa merendahkan martabat
seseorang.
Dalam penyelenggaraan ilmu pengetahuan menurut pendapat
beberapa tokoh menyatakan bahwa ilmu pengetahuan bersifat bebas nilai
artinya tuntutan terhadap setiap kegiatan ilmiah agar didasarkan pada hakikat
ilmu pengetahuan itu sendiri. Ilmu pengetahuan tidak terpengaruh oleh faktor
eksternal seperti faktor politis, idiologis, agama dan budaya. Tetapi dalam
penerapannya ilmu pengetahuan harus mempertimbangkan segi
kemaslahatannya bagi umat manusia.
Persoalan yang mendasar dalam etika keilmuan adalah bahwa
penerapan ilmu pengetahuan selalu memerlukan pertimbangan dari segi etis
yang berpengaruh pada pengembangan ilmu pengetahuan di masa yang akan
datang. Sehingga dalam pengembangannya para ilmuwan harus
memperhatikan dan menjaga martabat manusia dan kelestarian lingkungan.
juga diperlukan, kedewasaan yang sesungguhnya dari manusia untuk
menentukan mana yang baik dan buruk bagi kehidupannya.
Dalam penyelenggaraan ilmu pengetahuan seorang ilmuwan harus
menghasilkan pengetahuan ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan secara
terbuka, kritis rasional, logis dan obyektif. Dan dalam pengembangannya
diperlukan moralitas dan tanggung jawab yang tinggi dari ilmuwan sehingga
berdampak positif bagi kehidupan manusia. Tanggung jawab ilmuwan meliputi
tanggung jawab terhadap tata ilmiah, manusia dan kepada Allah Swt.
13
B. SARAN
Para ilmuwan harus mempunyai sikap formal mengenai
penggunaan pengetahuan ilmiah. Bagi kita sendiri yang hidup dalam
masyarakat atau mahasiswa dan mahasiswi Pancasila, tidak mempunyai
pilihan lain selain konsisten dengan sikap sebagai ilmuwan, dan secara sadar
mengembangkan tanggung jawab sosial di kalangan ilmuwan dengan
Pancasila sebagai sumber moral (das sollen) sikap formal kita.
14
DAFTAR PUSTAKA
Tim Dosen Filsafat ilmu, Fakultas Filsafat UGM. Filsafat Ilmu, Yogyakarta:
Liberty Yogyakarta,1996.
15