Anda di halaman 1dari 2

Herpes zoster merupakan hasil dari reaktivasi virus varisela zoster yang memasuki saraf

kutaneus selama episode awal chicken pox. Shingles adalah nama lain dari herpes zoster. Virus
ini tidak hilang tuntas dari tubuh setelah infeksi primernya dalam bentuk varisela melainkan
dorman pada sel ganglion dorsalis sistem saraf sensoris yang kemudian pada saat tertentu
mengalami reaktivasi dan bermanifestasi sebagai herpes zoster.
Manifestasi dari herpes zoster biasanya ditandai dengan rasa sakit yang sangat dan
pruritus selama beberapa hari sebelum mengembangkan karakteristik erupsi kulit dari vesikel
berkelompok pada dasar yang eritematosa.
Gejala prodormal biasanya nyeri, disestesia, parestesia, nyeri tekan intermiten atau terus
menerus, nyeri dapat dangkal atau dalam terlokalisir, beberapa dermatom atau difus. Nyeri
prodormal tidak lazim terjadi pada penderita imunokompeten kurang dari usia 30 tahun, tetapi
muncul pada penderita mayoritas diatas usia 60 tahun. Nyeri prodormal : lamanya kira –kira 2 –
3 hari, namun dapat lebih lama.
Salah satu faktor risiko yang kuat adalah usia lebih tua. Lesi kulit yang paling sering
dijumpai adalah vesikel dengan eritema di sekitarnya herpetiformis berkelompok dengan
distribusi segmental unilateral. Dermatom yang terlibat : biasanya tunggal dermatom
dorsolumbal merupakan lokasi yang paling sering terlibat, diikuti oleh trigeminal oftalmika,
kemudian servikal dan sakral. Ekstremitas merupakan lokasi yang paling jarang terkena.
Pemeriksaan laboratorium antara lain : tzanck smear, direct fluorescent antibody
dilakukan untuk HSV-1, kultur virus : tes yang sangat spesifik, tetapi tidak sensitif. Diagnosa
banding dari herpes zoster antara lain herpes simpleks karena herpes zoster dapat muncul di
daerah genital, selulitis, erisipelas, eritema gangrenosum terutama bentuk atipikal, infeksi jamur
diseminata, infeksi mikobakterium diseminata.
Komplikasi yang paling sering adalah neuralgia paska herpes. Neuralgia pascaherpes
merupakan keadaan yang dirasakan paling menganggu pada herpes zoster dirasakan sebagai
nyeri dermatomal yang menetap setelah penyembuhan walau lesi sudah hilang.
Obat yang biasa digunakan ialah asiklovir dan modifikasinya, misalnya valasiklovir. Obat
yang lebih baru ialah famsiklovir dan pensiklovir yang mempunyai waktu paruh eliminasi yang
lebih lama sehingga cukup diberikan 3x250 mg sehari.
Dosis asiklovir yang dianjurkan ialah 5 x 800 mg sehari dan biasanya diberikan 7
hari,paling lambat dimulai 72 jam setelah lesi muncul berupa rejimen yang dianjurkan.
Valasiklovir cukup 3 x 1000 mg sehari karena konsentrasi dalam plasma lebih tinggi.
Valasiklovir terbukti lebih efektif dibandingkan asiklovir sedangkan famsiklovir sama dengan
asiklovir. Pengobatan lain yang juga dipakai antara lain kortikosteroid jangka pendek dan
diberikan pada masa akut. Indikasi pemberian kortikosteroid ialah sindrom Ramsay Hunt.
Diberikan prednison dosis 3 x 20 mg sehari, setelah seminggu dosis diturunkan bertahap. Jika
masih stadium vesikel diberikan bedak dengan tujuan protektif untuk mencegah pecahnya
vesikel agar tidak terjadi infeksi sekunder.
Menurut FDA, obat pertama yang dapat diterima untuk nyeri neuropatik pada neuropati
perifer diabetik dan neuralgia paska herpetic ialah pregabalin. Obat tersebut lebih baik daripada
obat gaba yang analog yaitu gabapentin, karena efek sampingnya lebih sedikit, lebih poten (2 – 4
kali), kerjanya lebih cepat, serta pengaturan dosisnya lebih sederhana.Terapi topikal seperti krim
EMLA, lidokain patches, dan krim capsaicin dapat digunakan untuk neuralgia paska herpes.
Vaksin Zostavax℗ merupakan strain hidup yang dilemahkan dari VVZ. Telah disetujui
oleh FDA untuk pasien > 60 tahun tanpa riwayat penyakit herpes zoster sebelumnya. Zostavax
telah diktahui untuk mengurangi penyakit herpes zoster dan neuralgia paska herpes.
Prognosis umumnya baik, pada herpes zoster oftalmikus prognosis bergantung pada
tindakan perawatan secara dini.

Anda mungkin juga menyukai