Anda di halaman 1dari 26

Presentasi Kasus Bedah Anak

SEORANG ANAK LAKI-LAKI USIA 29 HARI


DENGAN GASTROSCHISIS

Oleh :
Naila Izzatus Sa’adah

Periode : 18 Desember – 20 Desember 2017

Pembimbing:
dr. Suwardi, Sp.B, Sp.BA

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2017
BAB I
STATUS PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : bayi Ny. Amalia Dwi Ranida Putri
Umur : 29 hari
Jenis kelamin : laki-laki
Pekerjaan :-
Agama :
Alamat : Bololor, Boyolali
Tanggal masuk : 21 November 2017
Tanggal Pemeriksaan : 18 Desember 2017
No. RM : 01399641

B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Keluar usus dari dinding perut.

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien lahir dengan SCTP-em di OK IGD RSUD Dr. Mowardi.
Pasien lahir dengan berat badan 2200 gram dan panjang badan 42 cm.
Setelah pasien dilahirkan, nampak usus keluar dari perut.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan serupa : disangkal
Riwayat operasi : disangkal
Riwayat trauma : disangkal
Riwayat mondok : disangkal
Riwayat alergi : belum diketahui

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat keluhan serupa : disangkal

2
Riwayat penyakit bawaan : disangkal

5. Riwayat Kelahiran
Pasien lahir dari ibu G1P1A0 pada usia kehamilan 38 minggu lahir
secara SCTP-em di RSUD Dr. Moewardi. Saat lahir APGAR 6-7-9,
ketuban hijau keruh, berbau, pasien menangis kuat (+)
Panjang badan : 42 cm
Berat badan lahir : 2200 gram

6. Riwayat Kehamilan
Riwayat Ibu ANC : rutin di bidan setempat
Riwayat keguguran : disangkal
Riwayat Ibu sakit saat hamil : disangkal
Riwayat konsumsi jamu saat hamil : disangkal
Riwayat sakit kuning saat hamil : disangkal
Riwayat ibu merokok : disangkal
Riwayat ibu mengonsumsi alcohol : disangkal

7. Riwayat Imunisasi
Pasien belum pernah mendapatkan imunisasi sejak lahir.

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : Compos mentis, menangis kuat, gerak aktif, berat
bayi 2800 gram
2. Vital Sign
Temperature : 35 ˚C Respiration Rate : 44x/ menit
Heart Rate : 160x/ menit Saturasi O2 : 92%
3. Kulit : Kulit tampak ikterik, kering (-), hiperpigmentasi
(-)
4. Kepala : mesocephal

3
5. Mata : konjungtiva anemis (-/-), air mata (+/+), sklera
ikterik (-/-)
6. Telinga : sekret (-/-), darah (-/-)
7. Hidung : bentuk simetris, nafas cuping hidung (+), sekret (-),
darah (-)
8. Mulut : mukosa basah (+), sianosis (+), jejas (-)
9. Leher : pembesaran tiroid (-), pembesaran limfonodi (-)
10. Thoraks : bentuk normochest, retraksi (+) dada
11. Jantung
a. Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
b. Palpasi : ictus cordis kuat angkat
c. Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar
d. Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas normal reguler, bising
(-)
12. Pulmo
a. Inspeksi : pengembangan dada kanan sama dengan kiri
b. Palpasi : fremitus raba kanan sama dengan kiri
c. Perkusi : sonor/ sonor
d. Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
13. Abdomen
a. Inspeksi : tampak organ intraabdomen, selaput (-), distensi
(-), defek pada umbilicus ± 2x3 cm
b. Auskultasi : bising usus (+)
c. Perkusi : timpani
d. Palpasi : supel, hepar 2 cm bawah arcus costae dekstra
abdomen distended (-)
14. Genitourinaria : anus (+), urin (+), BAK darah (-)
15. Ekstremitas : Capillary refill time kurang dari 2 detik, arteri
dorsalis pedis (+) teraba kuat
Akral dingin Oedema
- -

4
- -
- - - -

D. ASSESSMENT
1. Sepsis neonaturum
2. Gastroschisis
3. Hypothermia
4. Neonatus laki-laki, BBLK, cukup bulan, lahir SC, partus dalam,
tersangka gastroschisis

E. PLANNING
1. Pemasangan sonde lambung (OGT) dan alirkan
2. Rawat tegak berdiri dengan bogota bag modifikasi + NPWT
3. Terapi lain sesuai TS pediatri
4. Awasi KUVS, SiO2, balance cairan, tanda dehidrasi dan tanda infeksi

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium darah (21/11/2017)
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Hematologi Rutin
Hemoglobin 15.3 g/dL 13.4-19.8
Hematokrit 46 % 50-82
Leukosit 26.6 ribu/µl 5.0-19.5
Trombosit 225 ribu/µl 150 – 450
Eritrosit 4.96 juta/µl 3.50 – 5.90
Indeks Eritrosit
MCV 92.5 /um 80.0 – 96.0
MCH 30.8 pg 28.0 – 33.0
MCHC 33.3 g/dl 33.0 – 36.0
RDW 14.6 % 11.6 – 14.6

5
MPV 10.1 fl 7.2 – 11.1
PDW 18 % 25 – 65
Hitung Jenis
Eosinofil 0.50 % 0.00 – 4.00
Basofil 0.90 % 0.00 – 1.00
Netrofil 82.10 % 18.00 – 74.00
Limfosit 12.90 % 60.00 – 66.00
Monosit 3.90 % 0.00 – 6.00
Kimia Klinik
Creatinin 0.2 mg/dl 0.2 – 0.4
Ureum 20 mg/dl <42

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan


Kimia Klinik
Glukosa darah sewaktu 66 mg/dl 50 – 80
SGOT 168 u/l < 35
SGPT 228 u/l < 45
Bilirubin total 11.97 mg/dl 0.00 – 1.00
Albumin 2.3 g/dl 3.8 – 5.4
Elektrolit
Natrium darah 129 mmol/l 129 – 147
Kalium darah 5.0 mmol/l 3.6 – 6.1
Calcium ion 1.17 mmol/L 1.17-1.29

6
2. Foto Thorak AP (26/11/2017)

Foto Thorak AP (4/12/2017)

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Gastroschisis adalah penonjolan dari isi abdomen biasanya melibatkan usus

dan lambung melalui lubang atau defek pada dinding abdomen disebelah kanan tali

pusar. Omphalocele defek pada dinding abdomen terletak ditengah, isi abdomen

yang keluar ditutupi oleh lapisan. Omphalocele biasanya berhubungan dengan

kelainan kromosom atau kelainan jantung sedangkan bayi dengan gastroschisis

jarang ditemukan dengan kelainan tersebut kecuali adanya atresia usus. Nama lain

adalah Paraomphalocele, Laparoschisis, atau abdominoschisis.

B. Epidemiologi

Dalam suatu penelitian di California menunjukan bahwa adanya kelainan ini

berhubungan dengan kehamilan pada wanita muda, status sosial ekonomi rendah dan

kehidupan sosial yang tidak stabil. Penggunaan aspirin, ibuprofen, dan

pseudoephedrine pada kehamilan trimester pertama dihubungkan dengan

peningkatan resiko gastroschisis mendukung teori kerusakan pembuluh darah

sebagai penyebabnya. Rokok, alkohol, dan obat-obat penenang memberikan

kenaikan resiko malformasi. Penelitian epidemologi di eropa juga menunjukan

peningkatan resiko terjadinya gastroschisis sampai 11 kali pada ibu dibawah umur 20

tahun. Kelainan kromosom dan anomali lain sangat jarang ditemukan pada

gastroschisis, kecuali adanya atresia intestinal. Bayi dengan gastroschisis biasanya

kecil untuk masa kehamilannya.

8
C. Embriologi

Pertumbuhan janin dan pembentukannya diatur oleh proses spesifik pada

waktu dan tempat yang tepat. Percepatan pertumbuhan yang sering diikuti oleh

perlambatan. Diferensiasi seluler, proliferasi, migrasi, dan deposisi terlibat dalam

pembentukan jaringan baru. Permulaannya, embrio sejajar rata dengan cincin

umbilicus, yang ditandai secara histology dengan hubungan epitel silinder dari

epiblast (ektoderm) dan epitel kubus epitel dari amnion. Embrio terdiri dari dua lapis,

epiblast (ektoderm) yang akan menjadi salah satu neuroektoderm atau epitel

permukaan, dan hipoblast, yang menjadi epitel dalam dari organ dalam perut.

Pembentukan dari lapisan germinal yang ketiga (mesoblast) muncul seiring dengan

9
perubahan bentuk dari embrio. Pemanjangan dari disk embrio dan pelengkungan

longitudinal dan lateral terbentuk silinder sehingga calon bentuk tubuh dapat

dikenali.

Singkatnya embrio manusia berbentuk disk yang terdiri dari dua lapisan. Ini

membutuhkan lapisan sel yang ketiga yang tumbuh diatas cincin umbilicus dan

menjadi silinder dengan memanjang dan melekuk ke dalam. Lipatan dari tubuh

(cephalic, caudal, lateral) bertemu ditengah embrio dimana amnion tertanam dalam

yolk sak. Kecacatan perkembangan pada titik ini menyebabkan berbagai macam

kelainan dinding abdomen. Pada minggu keenam, pertumbuhan yang cepat dari

midgut menyebabkan hernia fisiologis dari usus melalui cincin umblilikus. Usus

akan kembali kedalam kavum abdomen pada minggu kesepuluh, dan rotasi dan

fiksasi dari usus timbul. Proses ini tidak terjadi pada bayi dengan gastroschisis atau

omphalocele, menyebabkan peningkatan resiko volvulus midgut.

10
Kemungkinan penjelasan secara embriologi dari kelainan dinding abdomen

pada gastroschisis yaitu kecacatan perkembangan jaringan mesenkimal pada tubuh

yang terletak pada pertemuan dinding abdomen yang mungkin pecah dengan

meningkatnya tekanan abdomen. Involusi yang abnormal dari vena umbilikalis kanan

atau kecelakaan pembuluh darah melibatkan arteri omphalomesenteric menyebabkan

kelemahan dinding abdomen lokal yang kemudian pecah. Pecahnya omphalocele

kecil yang kantongnya diserap dan tumbuhya jembatan kulit antara defek dinding

abdomen dan tali pusar telah ditemukan dalam USG prenatal secara berurutan.

D. Etiologi

Etiologi tepat gastroskischis masih belum jelas, walaupun telah ada hipotesa

yang menyatakan gastroschisis diakibatkan oleh pecahnya selaput ketuban dalam

uterus pada basis tali pusat. Sedangkan etiologi dari omfalokel dianggap akibat dari

kegagalan fusi lipatan dinding abdomen sefalik, kaudal dan lateral dengan cacat

sentral yang mengakibatkan penghambatan lipatan dinding lateral, dan terjadi

omfalokel pada garis tengah yang rendah dan epigastrium.

E. Genetika

Gastroschisis mempunyai data empiris yang rendah 3,5% tentang

kemungkinan timbulnya kejadian berulang pada saudara kandung. Sampai sekarang

tercatat tujuh kasus yang dipublikasikan adanya kejadian berulang pada suatu

keluarga. Pada keluarga ini muncul pada saudara kandung, saudara satu orang tua,

sepupu pertama, sepupu kedua, paman dan keponakannya. Dalam keluarga ini

semua yang terlibat berhubungan darah dari ibu. Ada juga keluarga yang

11
mengalami kelainan oleh saudara kandung dan satu kasus lagi yang dialami dua

saudara yang satu ayah. Dari pengalaman mereka ini merupakan kasus pertama

yang muncul pada saudara kandung seayah. Setelah semua kasus yang dilaporkan

tersebut melalui jalur maternal, satu melalui paternal yang menyebabkan ahli

berspekulasi adanya jejak genetik yang berperan dalam penyakit ini. Tetapi

observasi yang dilakukan tidak menunjukan hal yang sama.

Dari kasus-kasus tersebut kita menegakan diagnosis dengan USG, dan

membedakan antara gastroschisis dengan omphalocele melalui letak masuknya tali

pusat, adanya lapisan penutup, dan organ apa yang keluar melalui defek. Dengan

keakuratan mendekati 100%. Pembedaan ini sangat penting pada kehamilan dini

karena seringnya ditemukan kelainan lainnya dan kelainan kromosom pada

omphalocele Jadi dari penelitian ini dapat disimpulkan adanya kemungkinan

kejadian dalam keluarga yang rendah 3,5%, jalur transmisi penyakit ini secara

signifikan dapat terjadi melalui kedua jalur baik maternal maupun paternal.

Pemeriksaan USG pada keluarga penderita diindikasikan sebagai diagnosis dini.

12
F. Diagnosis

Sekitar minggu ke 16 dari kehamilan, bisa dilakukan pemeriksaan protein

yang disebut alphafetoprotein (AFP). Bila mana hasilnya tidak normal atau tinggi

maka dokter spesialis kandungan biasanya akan melakukan pemeriksaan

ultrasonografi USG. USG akan menunjukan adanya kelainan dibagian luar perut

bayi. Biasanya dokter akan melihat adanya usus diluar perut bayi, melayang di cairan

amnion. AFP sendiri bermanfaat pada trimester kedua kehamilan. Ini berguna untuk

kelainan omphalocele maupun gastroschisis yang secara statistik kadar AFP

gastroschisis lebih besar daripada omphalocele. Serum kehamilan yang lain seperti

estriol dan Human Chorionic Gonadotropin, tidak terbukti berguna secara klinik

Pada masa kehamilan awal ibu tidak akan merasakan kelainan atau

kejanggalan dalam kehamilannya saat mereka mengandung bayi dengan

gastroschisis. Pemeriksaan tambahan biasanya tidak dilakukan karena keadaan ini

13
tidak berhubungan dengan kelainan janin lainnya. Kadang-kadang janin mengalami

obstruksi usus sebagai konsekuensi dari gastroschisis. Bayi dengan gastroschisis

diawasi secara hati-hati dengan USG untuk memastikan apakah pertumbuhannya

cukup saat didalam uterus dan memeriksa kerusakan pada ususnya. Kerusakan usus

dapat diakibatkan oleh pemaparan cairan amnion atau karena kerusakan pembuluh

darah pada usus yang terbuka. Interval dari pemeriksaan USG serial ini tergantung

dari keadaan kehamilan dan janin.

G. Gambaran klinis

Defek biasanya hampir sama bentuk, ukuran dan tempatnya. Yaitu lima

centimeter vertikal, dan pada 95% kasus ditemukan defek disebelah kanan umbilicus.

Adanya inflamasi yang luas dari usus yang menjadikan pembengkakan usus dan

kekakuan sangat mengganggu masuknya usus dan penutupan dinding abdomen.

Inflamasi juga mengubah bentuk dari usus yang menjadikan kesulitan dalam

menentukan apakah ada atresia dari usus. Bila usus bisa masuk ke cavum abdomen,

14
inflamasi akan menurun, usus melunak, dan bentuk kembali ke normal. Koreksi

untuk atresia usus sampai saat ini masih lebih baik dengan penundaan, biasanya tiga

minggu setelah operasi pertama. Kelainan fungsi dari usus membutuhkan waktu lama

sampai normal, dari enam minggu sampai beberapa bulan.

Omphalocele Gastroschisis
Cord Into the base of the cord Para umbilical
Covered by membrane + -
Liver + -
Associated anomalies + -

Klinis perbandingan antara Omphalocele dan Gastroschisis

Faktor Omphalocele Gastroschisis


Lokasi Cincin umbilicus Samping umbilikus
Defek
Besar (2-10 cm) Kecil (2-4 cm)
ukuran
Tali pusat Menempel pada kantong Normal
Kantong Ada Tidak
Isi Hepar, usus. Usus, gonad.
Usus Normal Kusut , meradang
Malrotasi Ada Ada
Abdomen
Ada Ada
kecil
Fungsi Fungsi menurun pada
Normal
Intestinal awal
Anomali Tidak biasa kecuali
Sering (30-70%)
lain atresia usus.

American Pediatric Surgical Association, 2004

Liver hampir tidak pernah berada diluar abdomen. Hanya lambung, usus

halus, dan usus besar yang biasanya diluar. Usus mungkin terjadi perforasi pada 5%

penderita. Biasanya ovarium dan tuba falopii pada perempuan dan undescesus testis

15
pada laki-laki berada diluar. Ruangan cavum abdomen biasanya kecil. Kedua jenis

kelamin terkena secara sama. Ibu yang berumur belasan sekitar 40% bayi mereka

prematur atau kecil untuk masa kehamilan. Bayi dengan gastroschisis biasanya

mempunyai malrotasi dan kira-kira 23% mempunyai atresia usus atau stenosis.

Begitu dilahirkan bayi dengan gastroschisis akan mengalami problem yang sangat

serius karena usus yang terpapar. Suhu yang menurun, kehilangan cairan, dan infeksi

merupakan masalah utama yang harus dihindari. Biasanya digunakan plastik steril

untuk memasukan usus.

H. Penatalaksanaan

Bila usus atau organ intra abdomen terletak diluar abdomen, maka ini akan

meningkatkan resiko kerusakan bila melewati kelahiran normal. Banyak ahli

menganjurkan diberlakukan seksio sesaria untuk semua kasus gastroschisis dan

omphalocele. Pada kenyataan adanya resiko kehamilan normal hanyalah teori, dan

persalinan pervaginam tidak meningkatkan resiko komplikasinya. Atas dasar alasan

tersebut beberapa ahli merekomendasikan persalinan normal. Kecuali ada alasan dari

bagian obstetrik untuk dilakukan seksio sesaria. Selama dalam uterus janin dengan

gastroschisis akan terlindung baik dari trauma dan komplikasi. Setelah lahir usus

yang terpapar harus dilindungi dari trauma, infeksi, dan dehidrasi, kemudian baru

dapat dibawa secara aman ke rumah sakit rujukan setelah prosedur tersebut

dijalankan. Bila diagnosis sudah dapat ditegakan dalam kandungan, sangatlah

beralasan bila kelahiran dilakukan di rumah sakit pusat rujukan

16
Satu hal yang paling diperhatikan dalam gastroschisis adalah usus yang

menjadi sangat rusak karena terpapar, yang fungsinya juga sangat menurun dan bayi

akan mengalami perawatan di ruang intensif untuk waktu yang sangat lama. Seperti

diketahui bayi dengan gastroschisis mempunyai usus yang sangat rusak, tebal, kaku,

dan mengelupas. Salah satu teori dari kerak ini adalah ( pada kenyataannya beberapa

bayi sedikit atau tidak mempunyai kerak yang mengelupas ini) disebabkan karena

lamanya usus terpapar oleh cairan amnion menyebabkan kerusakan yang progresif.

Dalam lain kata membatasi waktu pemaparan usus oleh cairan amnion ( atau

mengencerkan cairan tersebut dengan cairan saline steril ke dalam rahim) secara teori

dapat menurunkan terjadinya kerusakan pada usus.

Pre operatif

Segera diberikan cairan melalui jalur vena. Daerah luas pada usus yang

terpapar menyebabkan kehilangan cairan dan panas yang cepat dengan konsekuensi

adanya sok hipovolemik dan hipotermi. Kebanyakan bayi telah mengalami banyak

kerusakan iskemi jaringan pada organ tubuhnya karena defisit perfusi. Pemberian

cairan 20 ml/kg segera diberikan setelah terpasang jalur intravena. Resusitasi hanya

menggunakan D5/RL atau D5/RL ditambah albumin . pemberian cepat setara dengan

tiga sampai empat kali kecepatan cairan rumatan. Harus dipastikan sampai produksi

urin mencapai 1,5 sampai 2 ml/kg/jam atau 40 ml/kg/hr.

Usus yang terpapar harus dilindungi dengan kasa lembut mengandung NaCl

dengan sedikit larutan antiseptik. Kemudian usus harus dijaga agar usus tidak melipat

diatas tepi defek sehingga arteri mesenterika tidak terjepit. Bila defek kecil dan arteri

17
mesenterika terjepit maka dilebarkan sampai di tengah 1-2 cm untuk melebarkan

defek dan membebaskan jepitan. Lindungi usus dengan kasa gulung yang lembut

beberapa kali diakhiri dengan ikatan angka delapan akan menjaga usus adekuat. Bayi

kemudian ditempatkan pada kantong plastik dengan kepala diluar untuk mengurangi

kehilangan cairan ke udara luar.

Segera diberikan antibiotik spectrum luas, pemasangan selang orogastrik

untuk dekompresi dan mencegah pnemonia aspirasi. Usaha luar biasa dibutuhkan

untuk menjaga temperatur tubuh normal saat resusitasi dan transport. Alat transport

yang baik harus diusahakan. Bila kanulasi intravena mengalami kesulitan maka

segera dikirim tanpa menunggu. Operasi pada gastroschisis bertujuan untuk

memperbaiki defek congenital dimana sebagian atau seluruh usus beserta organ intra

abdomen berada di luar abdomen. Mengembalikan organ-organ tersebut ke dalam

cavum abdomen melalui defek, menutup defek bila mungkin atau membuat kantong

steril untuk melindungi usus pada saat mereka perlahan masuk ke cavum abdomen.

Pada tahun 1969, Allen and Wrenn melakukan modifikasi pada tehnik

Schuster’s untuk penanganan gastroschisis. Lembaran Silastic dijahitkan pada defek

dinding abdomen luas seluruh ketebalannya dan menutupi seluruh usus yang keluar,

reduksi dipermudah dengan peregangan otot abdomen, mengosongkan lambung dan

kandung kemih, mengosongkan kolon secara manual.

Faktor utama untuk mereduksi isi abdomen yang keluar adalah menurunkan

peradangan intestinal, yang menyebabkan perubahan dari kaku, menggumpal,

menjadi lunak , lentur yang nanti akan menyelinap masuk ke rongga abdomen.

18
Penutupan yang terlalu kencang dari dinding abdomen harus dihindari, bila melewati

batas diafragma akan menyebabkan peningkatan tekanan inspirasi untuk

mengkompensasi peningkatan tahanan jalan nafas. Pada umumnya, tekanan puncak

inspirasi PIPs, lebih tinggi dari 25 mmHg harus dihindari, High-frequency oscillatory

merupakan alternatif untuk ventilasi konvensional bila tekanan intra abdomen mulai

naik. Sebagai tambahan , penutupan yang terlalu kencang menghalangi venous return

ke jantung, mengurangi cardiac output dan menurunkan aliran darah ginjal dan laju

filtrasi ginjal. Trombosis vena renalis dan gagal ginjal mungkin terjadi. Hilangnya

aliran darah mesenterika akan meningkatkan berkembangnya NEC. Untuk

menghindari masalah ini, dipakai tehnik untuk memonitor CVP central venous

pressure (CVP), tekanan intra abdomen, tekanan intra vesika, dan tekanan dalam

gaster.

Tehnik operasi

19
Bayi diletakan pada pada meja operasi dengan penghangat dalam stadium

anastesi terintubasi. Antiseptic medan operasi dengan povidone iodine. Kemudian

daerah yang telah di antisepsis ditutup dengan kasa steril diatas abdomen. Asisten

melakukan irigasi melalui rektum dengan kateter besar dengan larutan hangat dengan

1% asetillsitein. Keteter dibimbing melalui usus sampai semua mekonium keluar.

Prosedur ini dilanjutkan dengan dekompresi lambung dan duodenum dengan

pipa orogastrik. Ini akan mengurangi ukuran usus yang akan dimasukan kedalam

kavum abdomen. Usus dan dinding abdomen sekali lagi di antisepsi dengan povidon

iodine, kasa steril diganti dengan yang baru. Pembuluh darah umbilical dan urakus

biasanya terletak dibawah kulit jauh dari defek. Bila defek di abdomen keberukuran

kecil maka diperlebar dengan irisan ke atas kearah xipoid dan ke bawah kearah

pubis. Kulit tidak boleh dipisahkan dari tepi defek untuk saat ini, karena masih

mungkin untuk menggunakan kantung silo.

Dinding abdomen diregangkan. Jari salah satu tangan diletakan pada dinding

posterior abdomen sedangakan jari tangan yang lain menekan dengan konstan

menggunakan gerakan memijat ke anterior dan lateral dinding. Prosedur ini

dilakukan harus dengan kuat. Untuk relaksasi selanjutnya mungkin dibutuhkan

pemotongan fasia pada garis tengah di bawah kulit ke atas ke xipoid ke bawah ke

pubis. Kemudian dengan diseksi tajam yang hati-hati usus saling dipisahkan dan

eksudat gelatine di buang.

Prosedur ini akan membebaskan usus dari pemendekan dan kekakuan.

Tetapi tidak perlu dilakukan tindakan atau usaha untuk mengelupas lapisan yang

20
mengering. Karena ini adalah lapisan seromuskular yang menebal, udem dan

pelepasannya akan menyebabkan perdarahan. Setelah itu seluruh usus diperiksa

untuk mencari kelainan yang lain. Dicari daerah dengan ganggren, perforasi, atau

atresia yang nantinya akan direseksi dan dilakukan anastomose usus end to end.

Sekali lagi abdomen diregangkan ke segala arah, tapi kali ini diberikan pelumpuh

otot oleh anestesi.

Usus ditempatkan dalam abdomen, dimulai dengan meletakan duodenum dan

jejunum di sebelah kanan, kolon dan sekum diletakan disebelah kiri sehingga posisi

non rotasi tetap dipertahankan. Terkadang, testis kiri berada diluar rongga abdomen.

Maka testis dimasukan kedalam scrotum melalui cincin luar dan dijahitkan dengan

scrotum. Bila semua bagian usus telah masuk ke abdomen yang telah diregangkan

maka usaha selanjutnya untuk menutup fasia, dalam banyak kasus penutupan fasia

secara langsung dapat dilakukan. Menggunakan benang absorbable 3.0 monofilamen.

Bila penutupan fasia terlalu kencang maka kulit dideseksi kebelakang dari

defek 2 cm dan fasia dibebaskan ke xipoid dan ke pubis. Setelah meregangkan kulit,

kulit dijahit subkutikuler dan ditutup dengan plester steril. Ini tidak meninggalkan

hernia ventralis yang besar tetapi hanya diastasis pada garis tengah yang akan ditutup

dengan mudah pada tahun pertama. Tetapi tetapi bila tetap tidak memungkinkan

maka akan digunakan lapisan silastik setebal 0,007 inc dengan jahitan matras atau

angka delapan ke kulit fasia dan peritoneum, permukaan yang halus dihadapkan ke

usus, kedua silo kemudian dijahit dengan jahitan kontinyu, setelah itu diantisepsis

dengan povidon iodine. Dan ditutup ulang dengan silo lapisan kedua. Pada keadaan

21
usus yang edem dan kaku sangat berat mungkin tidak dapat dilakukan perbaikan

primer pada kelainan atresia atau stenosis. Kelainan ini dapat diperbaiki dalam waktu

6-8 minggu pada saat radang dan penebalan sudah mengalami resolusi. Bila ada

kasus volvulus atau nekrosis usus yang tidak viabel harus direseksi yang kemudian

langsung di anastomosis. Tetapi bila keadaan sangat jelek maka dilakukan

enterostomi proksimal sesuai kebutuhan.

Post operasi

Pemberian perlindungan antibiotic. Melakukan penutupan menyeluruh

sesegera mungkin. Tiga sampai empat hari seharusnya sudah dapat menyelesaikan

penutupan bila menggunakan silo. Memenuhi dan menjaga volume secara penuh.

Mungkin memerlukan jumlah cairan yang besar pada bayi yang mempunyai

mengalami hipoperfusi yang berat pada integritas kapilernya. Pengawasan analisa

gas darah dan tekanan vena sentral. Diperlukan bantuan pada ventilasi dan kardiak

output. Tekanan positif dan ekspiratori sangatlah penting untuk bayi yang mengalami

kerusakan kapiler.

22
Mengenali sepsis sesegera mungkin dengan pengawasan hitung trombosit dan

pengawasan kultur darah, dan melakukan terapi sebaik mungkin bila itu muncul.

Memulai nutrisi total parenteral sesegera setelah pemasangan monitor vena sentral.

TPN diteruskan sampai pemberian nutrisi peroral dapat diterima.

Terutama pada bayi yang mempunyai volvulus atau atresia yang direpair akan

mempunyai usus yang pendek, ketidak mampuan mengkonsumsi nutrisi per oral

akan berkepanjangan dan menjadi masalah. Maka diadakan peningkatan bertahap

volume dan konsentrasi dari formula predigesti dan dijalankan sampai dapat

menerima volume dan konsentrasi penuh. Baru kemudian formula standard yang

komplek bisa ditambahkan pada awalnya sebagian kecil dari seluruh volume

makanan.

I. Komplikasi

a. Distress pernapasan (kesalahan peletakan isi abdomen akan menyebabkan

gangguan pengembangan paru)

b. Nekrosis usus / nekrosis.

c. Bentuk pusar dapat mengalami bentuk yang tidak normal walaupun dengan

bekas luka yang tipis.

d. Komplikasi dari operasi abdomen adalah peritonitis dan paralisis usus sementara

e. Bila kerusakan usus halus terlalu banyak, bayi mungkin akan mengalami short

bowel syndrome dan mengalami gangguan pencernaan dan penyerapan.

f. Penguapan dan pancaran panas dari tubuh cepat berlangsung sehingga terjadi

dehidrasi dan hipotermi.

23
g. Kontaminasi usus dengan kuman cepat berlangsung sehingga mudah terjadi

sepsis.

h. Aerofagi menyebabkan usus distensi sehingga mempersulit koreksi pemasukan

intestine kerongga abdomen pada waktu pembedahan.

J. Prognosis

Prognosis tergantung dari derajat beratnya masalah yang muncul, termasuk

prematuritas, atresia intestinal, usus yang pendek, dan disfungsi usus karena

peradangan.

Banyak bedah anak percaya bahwa prognosis meningkat karena pemeriksaan

USG dan diagnosis pada kehamilan yang menyebabkan kita bisa menentukan cara

terbaik untuk melahirkan bayi tersebut di senter pengobatan. Tahun lalu penutupan

abdomen secara langsung pada bayi dengan gastroschisis tidak wajar, biasanya kita

memerlukan silo untuk menutup defek. Sekarang penutupan primer sudah dapat

dicapai. Pada suatu penelitian menyebutkan bahwa prognosis omphalocele tiga kali

lebih buruk dibanding dengan gastroschisis karena seringnya kasus yang

berhubungan dengan kelainan congenital yang lain.

24
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Gastroschisis terbentuk akibat kegagalan fusi somite dalam pembentukan dinding
abdomen sehingga dinding abdomen sebagian tetap terbuka. Letak defek biasanya
disebelah kanan umbilikus yang terbentuk normal.usus sebagian besar terdapat di luar
rongga abdomen janin.akibatnya usus menjadi tebal dan kaku karena pengendapan dan
iritasi cairan amnion dalam kehidupan intrauterine. Usus juga tampak pendek rongga
abdomen tampak sempit. Diagnosisnya dengan terdapatnya dinding abdomen terbuka
tanpa tertutup peritoneum. Umbilicus tampak normal dan usus terlihat tebal dan pendek.
Pertolongan pertama untuk mencegah penyulit yang timbul dengan pemasangan sonde
lambung, peberian cairan elektrolit, antibiotika spectrum luas, suhu tubuh dipertahankan
dengan baik, pencegahan kontaminasi usus dengan menutup kasa steril.
B. Saran
Pemeriksaan USG dan diagnosis pada kehamilan yang menyebabkan kita bisa

menentukan cara terbaik untuk melahirkan bayi tersebut di senter pengobatan.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Reksoprodjo S. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : Binarupa Aksara.2000.129-130

2. Samsuhidajat R, De Jong W. Buku ajar Ilmu bedah Edisi 2. Jakarta : EGC.2004.520-521

3. Schwartz, Shires, Spencer. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, Edisi 6. Jakarta :

EGC.2000.568-569

4. Sabiston, David C. Buku Ajar Bedah bagian 2. Jakarta: EGC 1994.265-267

5. Doherty, M Gerard. Current Surgical Diagnosis and Treatment, Ed 12, USA: The

McGraw-Hill Companies Inc. 2006.1198-1199

26

Anda mungkin juga menyukai