Anda di halaman 1dari 4

2.

8 Angioedema

2.8.1 Definisi
Angioedema (giant urticaria, angioneurotic edema, quinkes edema) adalah sebuah
lesi yang sama dengan urtikaria tetapi pada angioedema meliputi jaringan subkutan yang
lebih dalam , tidak gatal, namun biasanya disertai dengan rasa nyeri dan terbakar. Urtikaria
(kaligata, gidu, nettle rash, hives) adalah erupsi kulit yang menonjol, berbatas tegas,
berwarna merah, umumnya berbentuk bulat, gatal, dan berwarna putih di bagian tengah bila
ditekan.

Gambar 1. Urtikaria

Gambar 2. Angioedema
2.8.2 Epidemiologi
Urtikaria dan angioedema sering dijumpai pada semua umur, orang dewasa
lebih banyak mengalami urtikaria dibandingkan dengan usia muda. Sebagian besar anak-anak
(85%) yang mengalami urtikaria tidak disertai angioderma. Sedangkan 40% dewasa yang
mengalami urtikaria juga mengalami angioderma. Sekitar 50% pasien urtikaria kronis akan
sembuh dalam waktu 1 tahun, 65% sembuh dalam waktu 3 tahun dan 85% akan sembuh
dalam waktu 5 tahun. Pada kurang dari 5% pasien, lesi akan menetap lebih dari 10 tahun.
2.8.3 Etiopatogenesis
Urtikaria terjadi karena vasodilatasi disertai permeabilitas kapiler yang meningkat akibat
pengelepasan histamin dari sel mast dan basofil. sel mas adalah efektor utama pada urtikaria
dan mediator lain yang turut berperan adalah serotonin, leukoterin, prostaglandin, protease
dan kinin.
Faktor imunologik yang terdiri atas
- Hipersensitivitas tipe cepat yang diperantari IgE, contohnya alergi obat
- Aktivitas komplemen jalur klasik maupun alternatif, menghasilkan anafilatoksin (C3a,
C4a dan C5a) yang menyebabkan pelepasan mediator sel mast.
Faktor non imunologik yang mengakibatkan aktivitas langsung sel mast oleh penyebab
misalnya bahan kimia, pelepas mediator ( morfin, kodein, media radio-kontras, aspirin) faktor
fisik ( suhu, mekanik, sinar x, ultraviolet)

2.8.4 Gambaran Klinis


Rasa gatal yang hebat hampir selalu merupakan keluhan subyektif urtikaria, dapat juga
timbul rasa terbakar atau rasa tertusuk. Secara klinis lesi urtiakria ( eritem dan edema
setempat yang berbatas tegas ) dengan berbagai bentuk dan ukuran. Kadang-kadang bagian
tengah lesi tampak pucat.
Bila lesi melibatkan jaringan yang lebih dalam sampai dermis dan subkutis atau
submukosa akan terlihat edema disebut angioedema. Rasa gatal umunya tidak dijumpai pada
angioedema, namun terdapat rasa terbakar. Angioedema sering dijumpai di kelopak mata dan
bibir. Bila angioedema terjadi di mukosa saluran nafas dapat terjadi sesak nafas, suara serak
dan rhinitis. Angioedema di saluran cerna bermanifestasi sebagai rasa mual, muntah, kolik
abdomen dan diare.

2.8.5 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan darah, urin dan fases rutin untuk menilai ada tidaknya infeksi yang
tersembunyi, infektasi atau kelainan alat dalam.
2. Pemeriksaan kadar igE total dan eosinofil untuk mencari kemungkinan kaitannya
dengan faktor atopi
3. Pemeriksaan gigi dan THT, serta usapan genitalia interna wanita untuk mencari fokus
infeksi.

2.8.6 Tatalaksana
Hal terpenting dalam penatalaksanaan urtikaria adalah identifikasi dan eliminasi penyebab
dan atau faktor pencetus. Pasien juga dijelaskan tentang pentingnya menghindari konsumsi
alkohol, kelelahan fisik dan mental, tekanan pada kulit misalnya pakaian yang ketat dan suhu
lingkungan yang sangat panas akrena hal-hal tersebut akan memperberat gejala urtikaria.
Medikamentosa utama adalah antihistamin karena mediator utama pada urtikaria
adalah histamin. Preparat yang bisa digunakan:
- Antihistamin H1 generasi I (sedatif), misal Chlorfeniramin Maleat (CTM)
dengan dosis 0,25 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis, atau antihistamin H1
generasi II (nonsedatif), contoh setirizin dengan dosis 0,25 mg/kgBB/kali (usia
< 2 tahun: 2 kali/hari; usia > 2 tahun: 1 kali/hari). Pada urtikaria akut
lokalisata cukup diberikan antihistamin H1.
- Penambahan antihistamin H2, misal simetidin 5 mg/kgBB/kali, 3 kali/hari
dapat membantu efektifitas antihistamin H1
Pada umumnya efek antihistamin telah terlihat dalam waktu 15-30 menit setelah pemakaian
oral, dan mencapai puncaknya pada 1-2 jam, sedangkan lama kerjanya bervariasi dari 3-6
jam. Antihistamin dapat diberikan selama 7-10 hari

Adrenergik
Pada urtikaria akut generalisata dan disertai gejala distress pernapasan, asma atau edema
laring, mula-mula diberi adrenalin (1:1000) dengan dosis 0,01 ml/kgBB/kali subkutan
(makasimal 0,3 ml) dilanjutkan dengan pemberian antihistamin.

Kortikosteroid
Kortikosteroid diberikan bila tidak memberi respon yang baik dengan obat lain dengan
mewaspadai efek samping yang dapat terjadi. Kortikosteroid jangka pendek digunakan pada
urtikaria akut yang berat dengan atau tanpa angioedema atau bila urtikaria diduga
berlangsung akibat reaksi alergi fase lambat. Obat yang digunakan adalah prednison dengan
dosis 1 mg/kgBB/hari selama 5 hari, tapering off biasanya tidak dibutuhkan pada urtikaria
akut.
Penanganan Topikal
Untuk mengatasi pruritus, dapat diberikan lotion calamin atau bedak salisilat.

Indikasi Rawat
Urtikaria yang meluas dengan cepat (hitungan menit-jam) disertai dengan angioedema hebat,
distres pernapasan, dan nyeri perut hebat.
2.8.7 Prognosis
Urtikaria akut prognosisnya lebih baik karena penyebabnya cepat ditemukan dan
diatasi, sedangkan urtikaria kronis lebih sulit diatasi karena penyebabnya sulit dicari. Pada
umumnya, prognosis urtikaria dapat dikatakan baik, tetapi karena urtikaria merupakan bentuk
kutan anafilaksis sistemik, dapat saja terjadi obstruksi jalan napas karena adanya edema
laring atau jaringan di sekitarnya, atau anafilaksis sistemik yang dapat mengancam jiwa.

Anda mungkin juga menyukai