Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

“HERNIA SCROTALIS / INGUINALIS LATERAL”

A. Konsep Dasar
1. Definisi
Hernia adalah kelemahan pada dinding otot abdomen dimana segmen dari isi
perut atau strukrur abdomen lain yang menonjol atau turn (Donna & Bayne, 2002)
Hernia scrotalis adalah hernia yang melalui cincin inguinalis dan turun ke
kanalis pada sisis funikulus spermatikus pada bagian anterior dan lateral, yang dapat
mencapai scrotum. (Sachdeva, 1996). Menurut Syamsuhidarajat (1997) hernia
scrotalis merupakan hernia inguinalis lateral yang mencapai scrotum.
Selain itu berdasarkan pendapat Haryono (2012) Hernia inguinalis adalah
hernia berisi abdomen yang menonjol di daerah sela paha (regio inguinalis). Hernia
inguinalis lateralis adalah tonjolan dari abdomen di lateral pembuluh epigastrika
inferior melalui dua pintu yaitu anulus dan kanalis inguinalis. (Sjamsuhidajat &
Jong, 2010)

2. Anatomi Fisiologi
Hernia inguinalis indirek atau lateralis keluar dari peritonium melalui celah
anulus inguinalis internal yang terletak di lateral dari pembuluh epigastrika inferior,
kemudian hernia masuk ke kanalis inguinalis yang dapat menonjol keluar dari
anulus inguinalis eksternal (Haryono, 2012).
3. Etiologi
Hal yang mengakibatkan hernia menurut Haryono (2012) adalah :
a. Kelainan kongenital atau kelainan bawaan
b. Kelainan didapat, meliputi :
1) Jaringan kelemahan
2) Luasnya daerah di dalam ligamen inguinal
3) Trauma
4) Kegemukan
5) Melakukan pekerjaan berat
6) Terlalu mengejan saat buang air kecil atau besar
4. Pathway
5. Manifestasi
Menurut Sjamsuhidayat (2004) tanda dan gejala hernia inguinalis yaitu sebagai
berikut :
1) Benjolan pada regio iunginale, di atas ligamentum inguinal, yang mengecil bila
pasien berbaring.
2) Bila pasien mengejan atau batuk, mengangkat berat, maka benjolan hernia akan
bertambah besar.
3) Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit di tempat itu disertai
perasaan mual.
4) Bila terjadi hernia inguinalis strangulata perasaan sakit akan bertambah hebat
serta sakit diatasnya menjadi merah dan panas.
5) Pada laki-laki isi henia dapat mengisi skrotum

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiografi abdomen : sejumlah gas terdapat dalam usus, enema barium
menunjukan tingkat obstruksi
b. Laboratorium
 Hb dan Ht meningkat karena hemokonsentrasi
 Sel darah putih meningkat pada hernia strangulasi (<10.000 sel/mm)
 Defisiensi elektrolit, pasien akan kehilangan kalium, hydrogen, klorida, yang
akan mengakibatkan alkalis metabolic

7. Penatalaksanaan
Pada hernia inguinalis reponibilis dan ireponibilis dilakukan tindakan bedah
efektif karena ditakutkan terjadi komplikasi. Sebaliknya bila telah terjadi proses
stranglasi tindakan bedah harus dilakukan tindakan secepat mungkin sebelum
terjadinya nekrosis usus.
Prinsip terapi operasi pada inguinalis:
Untuk memperoleh keberhasilah maka faktor yang menimbulkan terjadinya
hernia harus dicari dan diperbaiki( batuk kronis, prostat, tumor, asites, dan lain-lain)
dan defek yang ada direkonstruksi dan diaproksinasi tanpa tegangan.
1) Kasus hernia indirek harus diisolasi, dipisahkan dari peritoneum, dan diligasi.
Pada bayi dan anak-anak yang mempunyai anatomi inguinal normal, repair hanya
terbatas pada ligasi tinggi, memisahkan sakus, danmengecilkan cincin keukuran
yang semestinya. Pada kebanyakan pada orang dewasa, dasar inguinal juga harus
direkontruksi cincin inguinal juga dikecilkan. Pada wanita cincin inguinal dapat
ditutup total untuk mencegah rekurenasi dari tempat yang sama.
2) Hernia rekuren yang terjadi dalam beberapa bulan atau setahun biasanya
menunjukkan adanya repair yang tidk adekuat. Sedangkan rekuren yang terjadi
setelah dua atau lebih cenderung disebabkan oleh timbulnya kelemahan yang
progresif pada fasia rekurensi terulang setelah repair berhati-hati yang dilakukan
oleh seorang ahli menunjukkan adanya defek dalam sintesis kolagen.
Tindakan pada hernia adalah herniorafi. Pada bedah elektif, kanalis dibuka, isi
hernia dimasukkan kantong diikat, dan dilakukan Basini plasty. Atau teknik yang
lain untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
Pada bedah darurat, prinsipnya hampir sama dengan bedah elektif. Cincin hernia
langsung dicari dan dipotong. Usus halus dilihat vital atau tidak. Bila vital
dikembalikan kerongga perut, bila tidak vital dilakukan reseksi dan anastomosis
end to end. Untuk fasilitas dan keahlian terbatas, setelah cincin hernia dipotong
dan usus dinyatakan vital langsung di tutup kulit dan dirujuk ke rumah sakit
(Sjamsulhidayat, 2004).

8. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian Fokus
Data dasar pengkajian menurut Dongoes (2000)
1. Aktivitas/ istirahat
Pembatasan aktifitas yang dapat meningkatkan tekanan intra abdomen seperti
bersin, mengangkat benda berat, batuk mengejan.. Ansietas, nyeri sebagai
manifestasi obstruksi usus
2. Eliminasi
Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi, adanya inkotenensia atau
retensio urin
3. Nutrisi/ cairan
Anoreksia : mual, muntah
4. Nyeri/ kenyamanan
Nyeri pada lokasi, pada selakangan dan daerah sekitarnya.

B. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan rasa Nyaman: Nyeri berhubungan dengan adanya benjolan hernia
dengan keluhan sakit pada benjolan hernia, perilaku hati-hati pada saat berdiri,
penurunan toleransi tubahan pola terhadap aktivitas, wajah menahan nyeri,
perubahan pola tidur.
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual dan muntah
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya nyeri yang hebat dengan
aktivitas ditandai dengan laporan verbal kelemahan, ekspresi wajah
C. Fokus Intervensi dan Rasional
1) Gangguan rasa Nyaman: Nyeri berhubungan dengan adanya benjolan
hernia dengan keluhan sakit pada benjolan hernia, perilaku hati-hati
pada saat berdiri, penurunan toleransi terhadap aktifitas, wajah menahan
nyeri, perubahan pola tidur.
Tujuan : Nyeri berkurang atau terkontrol.
Kriteria hasil : Tidak merasa sakit, postur tubuh rileks, tidak mengeluh,
mampu tidur atau istirahat dengan tepat.
Intervensi :
a. Kaji dan catat karakteristik nyeri, gunakan skala nyeri dengan pasien,
rentangkan ketidaknyamanan dari 0-10, selidiki dan laporkan nyeri dengan
tepat.
Rasional : Berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan
penyembuhan. Perubahan pada karaikteristik nyeri menunjukkan terjadinya
abses atau peritonitis. Memerlukan upaya evaluasi medik dan intervensi.
b. Demonstrasikan penggunaan ketrampilan relaksasi seperti napas dalam.
Rasional : Dengan memfokuskan kepada perhatian tertentu, menurunkan
ketegangan otot, meningkatkan rasa memiliki dan kontrol atau menurunkan
rasa kurang nyaman.
c. Pertahankan istirahat dengan posisi semifowler.
Rasional : Gravitasi melokalisasi eksudat inflamasi dalam abdomen bawah
atau pelvis, menghilangkan ketegangan abdomen yang bertambah dengan
terlentang.
d. Dorong ambulasi dini.
Rasional : Meningkatkan normalisasi fungsi organ.
e. Beri analgetik sesuai indikasi.
Rasional : Menghilangkan nyeri mempermudah kerjasama dengan intervensi
lain
c. Fokus Intervensi
No Diagnosa NOC NIC
1. Nyeri akut b/d Setelah dilakukan a. Kaji dan catat
peningkatan tekanan tindakan keperawatan 1 karakteristik nyeri,
vascular Cerebral kali kunjungan, nyeri gunakan skala nyeri
akut teratasi dengan dengan pasien, rentangkan
kriteria hasil : ketidaknyamanan dari 0-
- Tidak merasa sakit, 10, selidiki dan laporkan
postur tubuh rileks, nyeri dengan tepat.
- tidak mengeluh, b. Demonstrasikan
- mampu tidur atau penggunaan ketrampilan
istirahat dengan relaksasi seperti napas
tepat. dalam.
c. Pertahankan istirahat
dengan posisi semifowler.
d. Dorong ambulasi dini.
Rasional : Meningkatkan
normalisasi fungsi organ.
e. Beri analgetik sesuai
indikasi.
2. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Monitor nutrisis
- Berat badan pasien dalam
nutrisi kurang dari implementasi
batas normal
kebutuhan tubuh keperawatan selama 1 kali - Monitor adanya penurunan
berat badan
berhubungan dengan kunjungan,
- Monitor tipe dan jumlah
mual dan muntah Ketidakseimbangan aktivitas yang biasa
dilakuakn
nutrisi kurang dari
- Monitor interaksi anak dan
kebutuhan tubuh teratasi orang tua selama makan
- Monitor lingkungan selama
dengan kriteria hasil:
makan
- Jadwalkan pengobatan dan
- Intake nutrien normal tindakan tidak selama jam
- Intake makanan dan makan
cairan normal - Monitor kulit kering dan
- Berat badan normal perubahan pigmentasi
- Massa tubuh normal - Monitor turgor kulit
3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan - Kaji respon pasien terhadap
berhubungan dengan implementasi aktivitas, perhatikan
adanya nyeri yang keperawatan selama 1 frekuensi nadi lebih dari 20
hebat dengan aktivitas kali kunjungan, kali per menit diatas
ditandai dengan intoleransi aktivitas frequency istirahat :
laporan verbal teratasi dengan kriteria peningkatan tekan darah
kelemahan, ekspresi hasil : yang nyata selama atau
wajah sesudah aktivitas ( tekanan
- Berpartisipasi dalam
sistolik meningkat 40 mmhg
aktivitas fisik tanpa
atau tekanan diastolic
disertai peningkatan
meningkat 20 mmHg)
tekanan darah, nadi dan
dispnea atau nyeri dada:
RR
kelemahan dan keletihan
- Mampu melakukan
yang belebihan: pusing atau
aktivitas sehari hari
pingsan.
(ADLs) secara mandiri
- Instruksikan pasien tentang
teknik penghematan energy,
misalnya menggunakan
kursi saat mandi,duduk saat
menyisir rambut atau
menyikat gigi,melakukan
aktivitas dengan perlahan.

Anda mungkin juga menyukai