Anda di halaman 1dari 4

Rohingya Dulu dan Kini

Kamis, 01 Jan 1970

Tahun-tahun terakhir ini, Muslim Rohingya menyedot perhatian dunia. Sayangnya, kabar
tentang mereka selalu jauh dari nuansa gembira. Berbicara Muslim Rohingya hari-hari ini
selalu saja menggoreskan rasa pilu. Sejatinya, siapakah mereka?

Rohingya adalah kelompok minoritas Muslim yang sebagian besarnya mendiami negara
bagian Arakan (kini Rakhine) di Myanmar. Meski berpuluh generasi telah lahir dan hidup
setelah leluhur, mereka pertama kali menjejakkan kaki di Myanmar, Pemerintah Myanmar
tidak mau mengakui orang-orang Rohingya sebagai warga negara.

Tanpa kewarganegaraan, Rohingya harus menelan pahitnya penindasan, tak hanya di tanah
tempat mereka lahir dan besar, tapi juga di kamp pengungsian di perbatasan Bangladesh -
Thailand. Mereka seolah tertolak di semua sudut dunia.

Kendati kaum Buddha Myanmar menolak keberadaan Rohingya, catatan sejarah secara
gamblang menyebut bahwa etnis ini telah hidup di Rakhine selama berabad-abad. Populasi
Muslim yang cukup besar pernah hidup di bawah Kerajaan Mrauk-U yang memerintah
Rakhine pada pertengahan abad 15 hingga akhir abad 18 (1430-1784).

Raja-raja Buddha dari Kerajaan Mrauk-U kala itu bahkan, menghormati Muslim dan
menggunakan istilah-istilah Islam untuk beberapa jabatan kerajaan seperti yang digunakan
Dinasti Moghul di Asia Selatan.

Kala itu, banyak orang Rohingya yang bekerja melayani Raja Narameikhla (Min Saw Mun)
yang memerintah Arakan pada 1430-an Masehi. Raja Narameikhla memberi ruang bagi
Muslim untuk menjadi panasihat dan pejabat di pengadilan di ibu kota Arakan. Bahkan,
komunitas Muslim saat itu boleh membangun masjid yang kemudian disebut Masjid
Santikan.

Para raja Buddha di masa Kerajaan Mrauk-U bahkan, begitu menghormati kaum Muslim.
Bukti yang ada menunjukkan, komunitas Muslim tersebut adalah cikal bakal etnis Rohingya.
Kelompok ini kemudian berasimilasi dengan kelompok pendatang dari Bangladesh yang
dibawa Inggris di masa pemerintahan kolonial.

Namun, etnis Rohingga tidak bermula dari para pendatang itu. Pada 1785, pemeluk Buddha
dari selatan Burma menaklukkan Arakan. Mereka mengusir semua Muslim Rohingya yang
mereka temui. Sekitar 35 ribu warga Arakan lari ke Bengal yang ketika itu menjadi bagian
daerah kekuasaan Inggris di India.

Pada 1826 Masehi, Inggris mengambil alih Arakan setelah Perang Anglo-Burma Pertama
(1824-1826 Masehi). Mereka membawa para petani dari Bengal untuk mendiami tempat tak
berpenduduk di Arakan. Mereka terdiri dari warga Bengal asli dan mereka yang semula
berasal dari Rohingya.

Aliran imigran dadakan ini memicu reaksi dari pemeluk Buddha Rakhine yang mendiami
Arakan saat itu. Benih ketegangan etnis yang tertanam sejak saat itu ternyata memunculkan
dampak buruknya hingga hari ini.
Selama ini, istilah Rohingya selalu mengacu pada orang Bangladesh yang dibawa Kolonial
Inggris. Namun, narasi itu salah. Dari catatan sejarah, pada 1799, seorang sersan di British
East India Company, Francis Buchanan, pernah berkunjung ke Myanmar dan bertemu
kelompok Muslim yang telah lama menetap di Arakan (atau Rakhine saat ini).

Komunitas Muslim ini menyebut diri mereka Rooinga atau warga asli Arakan. Hal itu
mengindikasikan bahwa orang Rohingya sudah menetap di Rakhine, bahkan sebelum 1823
Masehi. Pada 1830-an, gelombang warga dari Bangladesh mengalir ke Myanmar karena upah
pekerja di Arakan lebih besar dibandingkan di Bangladesh.

Mereka umumnya bekerja sebagai pekerja tani, pekerja sektor perdagagan, dan buruh pabrik.
Jumlah mereka pun jadi dominan di Arakan.

Pada masa kolonial, protes anti-India (yang di dalamnya terdapat pula Bengali) pecah di
Burma karena perasaan tidak adil atas penempatan warga Bengali di area permukiman khusus
di Arakan, Tenasserim, dan daerah rendah Burma. Protes itu juga terjadi di Rangoon dan
kota-kota utama lain pada 1926 dan 1938. Namun, tidak pernah berdampak apa pun kepada
warga di Arakan, termasuk warga Muslim.

Kehidupan bersama yang damai antara dua kelompok agama di Arakan senantiasa terjaga
hingga awal Perang Dunia II. Ketika Perang Dunia II berkecamuk, Inggris menelantarkan
Arakan di tengah ekspansi Jepang ke Asia Tenggara. Di tengah kepanikan Inggris menarik
diri tanah jajahannya, pasukan Muslim dan Buddha malah terlibat konflik terbuka.

Kala itu, sebagian Rohingya masih berharap proteksi Inggris. Bahkan, ada beberapa
Rohingya yang bekerja sebagai mata-mata atas Jepang bagi tentara Sekutu. Saat mengetahui
itu, Jepang membantai Rohingya di Arakan. Akibatnya, puluhan ribu Rohingya Arakan sekali
lagi mengungsi ke Bengal.

Diakui sebagai warga negara


Lepas dari kolonialisme Inggris, parlemen Myanmar pada 1948-1962 mengakui Rohingya
sebagai warga negara. Perdana Menteri U Nu menyebut kelompok Muslim Rakhine dengan
istilah Rohingya. Kepada orang Rohingya, Pemerintah Myanmar saat itu memberikan kartu
tanda penduduk dan dokumen legal, memberi hak kewarganegaraan, bahkan beberapa
program siaran radio mengudara dalam bahasa orang Rohingya.

Peneliti London School of Economics, Maung Zarni bahkan, mengunggah beberapa dokumen
bahasa Burma yang menunjukkan pengakuan Pemerintah Burma atas etnis Rohingya selama
dipimpin Perdana Menteri U Nu dan era awal masa kepemimpinan Jenderal Ne Win.
Termasuk di dalamnya adalah pernyataan masyarakat, bukti siaran radio resmi, buku yang
dicetak lembaga resmi pemerintah, dan aneka izin yang resmi diterbitkan pemerintah.

Beberapa anggota parlemen Myanmar pascakemerdekaan secara terbuka menyebut diri


mereka orang Rohingya. Mereka menolak memasukkan kawasan permukiman Rohingya ke
dalam Negara Bagian Arakan. Karena itu, pada 1961,U Nu memutuskan untuk membagi
Buthidaung, Maungdaw, dan separuh Rathedaung yang didiami warga Rohingya menjadi
wilayah administrasi bernama Mayu Frontier Administration yang terpisah dari mayoritas
Buddha di Arakan.

Namun, semua berubah saat Myanmar dipimpin rezim militer di bawah komando Jenderal Ne
Win. Benedict Rogers, dalam Burma: A Nation at the Crossroads menulis, pemerintahan Ne
Win memiliki aturan tidak tertulis, yakni menghabisi komunitas Muslim, Kristen,Karen, dan
etnis lain. Karena itu, pemerintahannya saat itu sangat ketat mengatur kewarganegaraan,
mulai dari aturan imigrasi dan puncaknya adalah keluarnya aturan kewarganegaraan pada
1982.

Mayu Frontier Administration akhirnya kembali disatukan dalam Negara Bagian Arakan.
Ribuan warga Rohingya mencari suaka ke Bangladesh selama konflik pada 1978 dan 1991.
Sejak saat itu pula, warga Rohingya secara sistematis kehilangan kewarganegaraan.

Dari generasi ke generasi, warga Myanmar hidup dengan doktrin bahwa orang Rohingya
adalah orang yang tak diinginkan di Myanmar, pencuri tanah, dan kesempatan ekonomi, serta
berniat buruk menghabisi warga Buddha sebagai mayoritas.

Untuk mendapat kewarganegaraan, mereka harus membuktikan telah tinggal di Myanmar


selama 60 tahun. Namun, dokumen macam itu hampir musykil dimiliki orang Rohingya.
Bilapun ada, mereka sering tetap ditolak. Bila beruntung mendapat kewarganegaraan, status
mereka adalah warga naturalisasi.

Karena itu, mereka tak punya hak untuk belajar, bekerja, bepergian, dan menjalankan agama.
Semua terlarang bagi mereka. Oleh Fuji Pratiwi, ed: Wachidah Handasah

***
Kilas Sejarah Rohingya

- Abad 8
Muslim pertama kali tiba di Kerajaan Arakan (sekarang Negara Bagian Rakhine).

- Abad 16-17
Pasukan Arakan melancarkan serangan ke wilayah tetangganya, Bengali. Muslim Bengali
yang ditawan, dibawa ke Arakan.

- 1785
Arakan ditaklukkan oleh Kerajaan Burma.

- 1825
Arakan ditaklukkan oleh Inggris.

- 1825-1942
Muslim tiba dari Bengal ke Arakan.

- 1942
Pertempuran sengit pecah antara Muslim dan kaum Buddhis Arakan.

- 1948
Burma, kini disebut Myanmar, meraih kemerdekaan dari Inggris.

- 1982
Rohingya tidak diakui sebagai salah satu dari 135 etnis resmi di Myanmar. Pemerintah juga
menolak memberi kewarganegaraan kepada orang-orang Rohingya.
- 1990
Sekitar 200 ribu Muslim Rohingya yang telah mengungsi ke Bangladesh dipaksa kembali ke
Myanmar.

- 2013-2015
Menggunakan perahu-perahu kayu, puluhan ribu Muslim Rohingya melakukan eksodus ke
berbagai negara seperti Thailand, Malaysia, dan Indonesia untuk menyelamatkan diri.

Anda mungkin juga menyukai