Anda di halaman 1dari 14

Adab Bergaul

ADAB NORMA PERGAULAN


Islam mengatur batasan-batasan pergaulan antara
lelaki dan perempuan. Batasan-batasan itu tidak dibuat untuk
mengekang kebebasan manusia, namun merupakan salah satu
wujud kasih sayang Allah terhadap umat manusia sebagai
makhluk paling mulia.

Sebagai Muslim yang beriman, hendaknya kita


senantiasa memerhatikan beberapa adab pergaulan yang
diatur dalam Al Quran. Adab-adab itu dibuat untuk membuat
harkat dan martabat manusia tetap tinggi dimata Allah Swt.
Di antara adab-adab pergaulan dalam Islam itu, adalah:
Menutup aurat
Aurat adalah bagian tubuh yang tidak boleh ditampakkan kecuali
kepada muhrimnya. Wanita maupun pria memiliki batasan-batasan
aurat. Khusus wanita, aurat ibarat perhiasan yang sangat berharga.

Ini sesuai firman Allah dalam Al Quran surat An-Nuur ayat 31.
Ayat tersebut memerintahkan wanita Muslimah agar tidak
menampakkan perhiasan (aurat), kecuali kepada suami, ayah, dan
beberapa pihak lain yang termasuk dalam pengecualian.

Dalam ayat tersebut, Allah juga melarang para wanita bertabaruj.


Tabaruj adalah berhias diri secara berlebihan, sehingga mengundang
syahwat kaum Adam. Yang termasuk perilaku tabaruj juga adalah
memakai wangi-wangian yang baunya dapat tercium orang lain
di tempat umum. Memakai perhiasan (gelang, kalung, dan lain-lain)
secara berlebihan dan mencolok mata juga termasuktabaruj.
Menjaga interaksi antara lelaki dan perempuan
Allah melarang laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim untuk
saling berpandangan secara berlebihan, apalagi saling
bersentuhan. Dalam Al Quran surat An-Nuur ayat 31 Allah bahkan
secara khusus mengingatkan kaum lelaki agar menjaga pandangan
dan memelihara kemaluannya. Artinya, tidaklah temasuk lelaki
beriman jika matanya suka jelalatan dan bergonta-ganti pasangan
seperti berganti pakaian.
Pandangan mata secara berlebihan serta persentuhan antara lelaki
dan perempuan yang bukan muhrim juga bisa menimbulkan zina.
Buka Al Quran surat Al-Isra’ ayat 32. Dalam ayat ini Allah melarang
kita mendekati zina, karena zina adalah perbuatan yang sangat keji.
Pandangan mata dan persentuhan tubuh adalah salah satu
tindakan mendekati zina. Jika mendekati zina saja haram dan
mendapat larangan keras, Anda tentu bisa menyimpulkan sendiri,
betapa berdosanya perbuatan zina yang sekarang demikian
merajalela dan dilakukan manusia tanpa rasa bersalah!
Menjaga AURAT SUARA

Baik perempuan atau laki-laki, hendaknya tidak mengeluarkan kata-


kata secara mesra atau berlebihan kepada lawan jenis selain istri
atau suaminya. Hal ini tertuang dalam firman Allah swt., Al Quran
Surat Al-Ahzaab ayat 32. Dalam ayat ini, secara khusus Allah
mengingatkan istri-istri Nabi agar jangan melembutkan suara ketika
bicara sehingga membangkitkan nafsu lelaki yang mendengarnya.

Walaupun ayat tersebut ditujukan kepada para istri Nabi, tak ada
salahnya kita meneladani ajaran Al Quran yang selalu memiliki
hikmah tersendiri bagi pengikutnya. Sebagian ulama juga
berpendapat bahwa ayat tersebut juga berlaku untuk wanita biasa.
Larangan berdua-duaan (berkhalwat)

Allah swt. melarang laki-laki dan perempuan yang bukan muhrimnya


saling berdua-duaan, kecuali disertai mahramnya atau orang ketiga.
Menurut Rasulullah saw., jika lelaki dan perempuan berdua-duaan,
maka akan muncul pihak ketiga, yakni setan. Apa akibatnya jika setan
ikut “nimbrung” di antara dua manusia yang berlainan jenis? Anda
tentu sudah tahu jawabannya, bukan?

Demikian beberapa adab pergaulan dalam Islam yang harus


diperhatikan setiap umat Islam yang mengaku beriman. Islam tak
pernah melarang pergaulan dengan siapa pun. Bergaul bahkan
sangat dianjurkan sebagai upaya meningkatkan ukhuwah Islamiyah.
Yang dilarang adalah pergaulan secara bebas antara lelaki dan
perempuan yang bukan muhrim. Pergaulan yang tidak mematuhi
norma-norma agama
TATA CARA PERGAUAN YANG BAIK MENURUT ISLAM

Adapun tata cara pergaulan yang baik menurut Islam adalah sebagai
berikut :
1. Mengucapkan salam.
2. Meminta izin.
3. Menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi yang lebih
muda
4. Bersikap santun dan tidak sombong
5. Berbicara dengan perkataan yang sopan
6. Tidak boleh saling menghina
7. Tidak boleh membenci dan iri hati
8. Mengisi waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat
9. Mengajak untuk berbuat kebaikan
Rosulullah SAW melarang duduk di pinggir jalan, baik
ditempat duduk yang khusus, seperti diatas kursi, di bawah pohon,
dan lain – lain. Sebenarnya larangan tersebut bukan pada tempat
duduknya , yakni bahwa membuat tempat duduk dipinggir jalan itu
haram. Terbukti ketika para sahabat merasa keberatan dan
berargumen bahwa hanya itulah tempat mereka mengobrol.

Artinya : Dari Abu Sa’id Al-Khudri Ra, Rasulullah SAW bersabda :


“Janganlah kamu sekalian duduk-duduk di pinggir jalan” para
sahabat berkata: “Ya Rasulullah, kami tidak dapat meninggalkan
majelis untuk ngobrol disana?” Rasulullah SAW bersabda : “Apabila
kamu semua merasa keberatan untuk meninggalkan majelis itu,
maka kamu sekalian harus memberikan hak jalan” Mereka
bertanya, “Apa hak jalan itu ya Rasulullah?” Rasulullah menjawab.
“Ialah memejamkan mata (tidak bermata keranjang), menahan
gangguan (tidak mengganggu orang, terutama anak perempuan)
menjawab salam, menganjurkan kepada kebaikan dan mencegah
dari kemungkaran. (HR. Bukhari dan Muslim)
Rosululloh SAW membolehkannya dengan syarat mereka harus memenuhi hak jalan,
yaitu, Menjaga pandangan mata

‫ظوا فُ ُرو َج ُه ْم َذ ِّل َك أ َ ْز َكى لَ ُه ْم ِّإ َّن‬


ُ َ‫ار ِّه ْم َويَ ْحف‬
ِّ ‫ص‬َ ‫ضوا ِّم ْن أ َ ْب‬ َ ِّ‫ق ُُل ِّل ْل ُمؤْ ِّمن‬
ُّ ُ‫ين يَغ‬
٣٠- ‫ون‬ َ ُ‫صنَع‬ ْ َ‫ير ِّب َما ي‬ٌ ‫َّللا َخ ِّب‬
َ َّ -
Artinya: “katakanlah kepada orang laki – laki yang beriman, “Hendaklah mereka
menahan pandangannya dan memelihara kemaluan, yang demikian itu adalah lebih suci
bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (Q.S An
–Nur : 30)

Bagi para lelaki janganlah memandang dengan sengaja kepada para wanita yang bukan
muhrim dengan pandangan syahwat, memandang dengan pandangan sinis atau iri
kepada siapapun yang lewat. Pandangan seperti ini tidak hanya akan melanggar aturan
islam, tetapi akan menimbulkan kecurigaan, persengketaan dan kemarahan bagi orang
yang dipandangnya.

Tidak menyakiti Tidak boleh menyakiti orang – orang yang lewat, dengan lisan, tangan,
kaki, dan lain – lain. Menjawab salam Jika ada yang mengucapkan salam ketika duduk
dijalan, hukum menjawabnya adalah wajib. Memerintah kepada kebaikan dan melarang
kepada kemunkaran
Menyebarluaskan Salam

Menyiarkan (menyebar) salam Salam merupakan salah satu identitas


seorang muslim untuk mendoakan antar sesama muslim setiap kali
bertemu. Ini dipahami dari ayat 86 surah An – Nisa :

٨٦- ً ‫ش ْيءٍ َح ِّسيبا‬


َ ‫علَى ُك ِّل‬
َ َ‫َّللا َكان‬ َ ‫ َو ِّإ َذا ُحيِّ ْيتُم بِّتَ ِّحيَّ ٍة فَ َحيُّواْ بِّأ َ ْح‬-
َ ‫سنَ ِّم ْن َها أَ ْو ُر ُّدو َها ِّإ َّن‬
Artinya: “ Apabila ada orang yang memberi hormat (salam) kepada
kamu, balaslah hormat (salamnya) itu dengan cara yang lebih baik,
atau balas penghormatan itu (serupa dengan penghormatannya).
Sesungguhnya Tuhan itu menghitung segala sesuatu.” (Q.S An – Nisa:
86)
Mengucapkan salam tidak hanya disunnahkan ketika berjumpa
dengan orang yang dikenal saja, tetapi juga ketika bertemu dengan
orang Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
Salam juga Sunnah diucapkan dalam berbagai situasi, misalnya ketika
hendak masuk rumah orang lain.
Menghubungkan kekeluargaan (silaturahim)
Banyak cara untuk menyambung tali silaturahmi. Misalnya dengan cara saling
berziarah (berkunjung), saling memberi hadiah, atau dengan pemberian yang
lain. Sambunglah silaturahmi itu dengan berlemah lembut, berkasih sayang,
wajah berseri, memuliakan, dan dengan segala hal yang sudah dikenal manusia
dalam membangun silaturahmi. Dengan silaturahmi, pahala yang besar akan
diproleh dari Allah Azza wa Jalla. Silaturahim menyebabkan seseorang bias masuk
ke dalam surga. Silaturahim juga menyebabkan seorang hamba tidak akan putus
hubungan dengan Allah di dunia dan akhirat.

Silaturahmi juga merupakan faktor yang dapat menjadi penyebab umur panjang
dan banyak rizki. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Barang siapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka
hendaklah ia menyambung tali silaturahmi”. [Muttafaqun ‘alaihi].

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Ar-rahim itu tergantung di Arsy. Ia berkata: “Barang siapa yang menyambungku,


maka Allah akan menyambungnya. Dan barang siapa yang memutusku, maka
Allah akan memutus hubungan dengannya”. [Muttafaqun ‘alaihi].
Yang amat disayangkan, ternyata ada sebagian orang yang tidak mau
menyambung silaturahmi dengan kerabatnya, kecuali apabila
kerabat itu mau menyambungnya. Jika demikian, maka sebenarnya
yang dilakukan orang ini bukanlah silaturahmi, tetapi hanya sebagai
balasan. Karena setiap orang yang berakal tentu berkeinginan untuk
membalas setiap kebaikan yang telah diberikan kepadanya,
meskipun dari orang jauh.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


“Orang yang menyambung silaturahmi itu, bukanlah yang
menyambung hubungan yang sudah terjalin, akan tetapi orang yang
menyambung silaturahmi ialah orang yang menjalin kembali
hubungan kekerabatan yang sudah terputus”. [Muttafaqun ‘alaihi].

Oleh karena itu, sambunglah hubungan silaturahmi dengan kerabat-


kerabat kita, meskipun mereka memutuskannya. Sungguh kita akan
mendapatkan balasan yang baik atas mereka.
Memberi makan kepada fakir miskin

Maksud memberi makan kepada kaum miskin


adalah mencakup yang wajib,yaitu zakat dan yang
sunnah, yakni sedekah. Bagi mereka yang memiliki
harta lebih mereka harus menyadari bahwa
setengah dari harta mereka adalah terdapat harta
orang lain, yaitu haknya fakir miskin dan orang –
orang yang lemah.
SELESAI

Anda mungkin juga menyukai