Anda di halaman 1dari 13

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN

MASALAH GIZI “GAKY”

Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Syarat Dalam Penyelesaian Praktikum Mata
Kuliah Pemberdayaan Masyarakat dalam Promosi Gizi

Disusun oleh :

Anida Lathifah (P07131115003)


Hana Ika Nurmaitsa (P07131115020)
Vivin Vitriana D (P07131115048)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA

JURUSAN GIZI

2017

1
DAFTAR ISI

COVER …………….………………………………………………….... 1
DAFTAR ISI…………………………………………………………….. 2
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….. 3
A. Latar Belakang…………………………………………………… 3
B. Tujuan…………………………………………………..……….. 3
C. Manfaat ………………………………………………………….. 3
BAB II ISI………………………………………………………………... 4
A. Pengertian …………………….…………………………………. 4
B. Gejala dan tanda……………..…………………………………... 4
C. Faktor penyebab..………………………………………………… 6
D. Cara penanggulangan atau pencegahan………………………… 8
E. Program penanggulangan masalah gizi…………………………. 10
F. Factor penghambat dan pendukung keberhasilan program….... 10
BAB III KESIMPULAN………………………………………………... 12
A. Kesimpulan……………………………………………………… 12
B. Saran…………………………………………………………….. 12
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………… 13

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara yang memiliki masalah gizi yang sangat
beragam. Masalah gizi terdapat pada ibu hamil, balita, sampai dengan
permasalahan gizi pada lansia. Masalah gizi secara garis besar di Indonesia
diantaranya adalah KEP (kurang energy kronis), KVA (kurang vitamin A),
GAKY (gangguan akibat kekurangan yodium), Anemia.
Salah satu masalah gizi di Indonesia adalah GAKY. GAKY merupakan
kumpulan gejala yang ditimbulkan akibat kekurangan yodium. Menurut laporan
WHO tahun 1990, di negara yang sedang berkembang hampir 1 miliar penduduk
mempunyai resiko mengalami GAKY, diantaranya 200 juta mengalami gondok,
500 juta mengalami kretin dengan keterlambatan mental dan 15 juta mengalami
gangguan mental yang lebih besar (Almatsier, 2001). Masalah GAKY di
Indonesia menurun dari 27.7% pada tahun 1990 menjadi 9.8% pada tahun 1998
(Aritonang, 2004). GAKY umumnya banyak terjadi di wilayah penduduk yang
tinggal di pegunungan atau dataran tinggi dekat lereng gunung berapi.
Mengentaskan masalah GAKY, memerlukan berbagai program
penanggulangan/ intervensi yang tepat. Sehingga perlu dilakukan perencanaan
program yang matang, pemantauan dan evaluasi program guna mencapai
keberhasilan program penanggulangan masalah GAKY.

B. Tujuan
Untuk menganalisis program penanggulangan masalah GAKY melalui
partisipasi masyarakat berbasis pemberdayaan

C. Manfaat
Dapat menganalisis program penanggulangan masalah GAKY melalui
partisipasi masyarakat berbasis pemberdayaan.

3
BAB II

ISI

A. Pengertian GAKY

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) adalah rangkaian efek


kekurangan yodium pada tumbuh kembang manusia. Spektrum seluruhnya
terdiri dari gondok dalam berbagai stadium, kretin endemik yang ditandai
terutama oleh gangguan mental, gangguan pendengaran, gangguan pertumbuhan
pada anak dan orang dewasa. (Supariasa, 2002).
Adapun pengertian dari gondok, endemik dan kretin adalah :
1. Gondok
Gondok/goiter adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan
pembesaran kelenjar thyroid (Djokomoeljanto, 1985).
2. Gondok Endemik
Gondok endemik bukan penyakit melainkan suatu istilah kesehatan dalam
konsep kesehatan masyarakat yaitu apabila dalam masyarakat terdapat
prevalensi gondok / atau penderita gondok di masyarakat itu lebih dari 10 %
dari jumlah penduduk setempat, maka daerah tersebut disebut daerah gondok
endemik (Dir. Bina Gizi Masyarakat, 1992).
3. Kretin Endemik
Seseorang disebut kretin endemik apabila lahir di daerah gondok endemik.
Kelainan kretin terjadi pada waktu bayi dalam usia kandungan atau tidak
lama setelah dilahirkan dan terdiri atas kerusakan pada saraf pusat dan
hipotiroidisme.

B. Gejala dan Tanda GAKY


Tanda-tanda klinisnya yaitu terjadi perbesaran kelenjar gondok (kelenjar
Tiroid). Penentuan perbesaran kelenjar gondok digunakan metode inspeksi
(pengamatan) dan palpasi (perabaan). Metode inspeksi digunakan untuk
mengetahui apakah ada pebesaran, sedangkan palpasi untuk konfirmasi atau
mengetahui apakah perbesaran betul-betul perbesaran kelenjar gondok.

Gondok dapat menampakkan dari dalam bentuk gejala yang sangat luas,
yaitu dalam bentuk kretinisme (cebol) di satu sisi dan pembesaran kelenjar

4
tiroid pada sisi lain. Gejala kekurangan yodium adalah malas dan lamban.
kelenjar tiroid membesar, pada ibu hamil dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan janin, dan dalam keadaan berat bayi lahir dalam keadaan cacat
mental yang permanen serta hambatan pertumbuhan yang dikenal sebagai
kretinisme. Seorang anak yang menderita kretinisme mempunyai bentuk tubuh
abnormal dan IQ sekitar 20. Kekurangan yodium pada anak-anak menyebabkan
kemampuan belajar yang rendah (Almatsier, 2002).
Kretinisme juga merupakan gejala dari kekurangan iodium. Kretinisme
terjadi pada masa awal setelah bayi dilahirkan. Kretinisme ini memiliki ciri
seperti pertumbuhan bayi sangat terhambat, wajahnya kasar dan membengkak,
perut kembung dan membesar, kulitnya menjadi tebal, kering dan mengeriput,
lidahnya membesar, bibirnya tebal dan selalu terbuka. Gejala seorang bayi
menderita kritinisme tidak mudah dikenali sampai si bayi telah berusia tiga atau
empat bulan setelah lahir. Hal inilah yang menyebabkan bayi dapat menderita
cacat seumur hidup (Adriani, 2012).

Tingkat Pembesaran Kelenjar Gondok


Grade (Tingkat) Hasil Palpasi
Normal (0) Tidak ada pembesaran kelenjar
Pembesaran kelenjar tidak nampak walaupun leher pada
posisi
IA tengadah maksimum
Pembesaran kelenjar teraba ketika palpasi

Pembesaran kelenjar gondok terlihat jika leher pada posisi


tengadah maksimum
IB
Pembesaran kelenjar teraba ketika palpasi

Pembesaran kelenjar gondok terlihat pada posisi kepala


II normal dan terlihat dari jarak 1 meter

Pembesaran kelenjar gondok tampak nyata da


III ri jarak 5- 6 meter

Sumber: Proyek Intensifikasi Penanggulangan GAKI IBRD - LOAN,1998.

C. Faktor Penyebab GAKY

5
Penyebab utama GAKY adalah rendahnya asupan yodium, yang bisa
terjadi karena rendahnya kandungan yodium dalam tanah, sehingga bahan
makanan yang tumbuh di atasnya juga mempunyai kandungan yodium yang
rendah. Banyak faktor yang juga berperan terhadap kejadian GAKY, antara lain
faktor genetika, mutasi gen, rusaknya lingkungan yang menyebabkan mineral
dalam lapisan tanah banyak yang hilang, dan konsumsi zat goitrogenik.
Konsumsi zat goitrogenik merupakan faktor lingkungan yang mempunyai
pengaruh bermakna terhadap menetap dan berkembangnya kasus-kasus baru
diberbagai daerah endemik dan memperberat endemisitas coastal goiter di
daerah dengan defisiensi yodium (Stanbury & Hetzel, 1980 dalam Thaha et al.,
2002b).
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa sebagian besar zat goitrogenik
tidak menimbulkan efek klinis, kecuali keberadaannya bersama-sama dengan
kekurangan yodium. Oleh karena itu, konsumsi zat goitrogenik menjadi etiologi
di daerah endemik (Zimmermann et al., 2008).
1. Konsumsi Garam Beryodium
Beberapa hal yang mungkin mempengaruhi tingkat konsumsi garam
rumah tangga, antara lain adalah :
a) Kandungan yodium garam belum tentu sesuai dengan yang tercantum
pada label kemasannya.
b) Penanganan/penyimpanan garam oleh Rumah tangga
Walaupun garam yang dibeli mengandung yodium cukup tetapi
penanganan dan cara penyimpanan dapat mengakibatkan kandungan
yodium dalam garam berkurang atau bahkan hilang.
c) Pilihan jenis garam
Garam curai dapat berfungsi untuk membantu mempercepat penghalusan
bumbu. Oleh karena itu sebagian konsumen memilih garam curai dari
pada garam halus walaupun garam halus umumnya mengandung
yodium.
d) Produksi dan distribusi
Konsumsi garam berodium di daerah produsen garam rakyat cenderung
rendah, antara lain karena :
 Harga garam rakyat jauh lebih murah dibandingkan harga garam
beryodium.
 Garam rakyat lebih mudah diperoleh dibandingkan garam beryodium

6
 Distribusi garam beryodium belum merata, karena permintaan juga
kurang.
e) Pengetahuan mengenai manfaat garam beryodium
Mayoritas penduduk Indonesia bahkan juga para pedagang, belum
mengetahui manfaat garam yodium, sehingga dalam transakai jual beli
garam hampir tidak terjadi pemilihan merek/kualitas. (BPS-UNICEF,
1996: 6-7)
2. Kebiasaan Makan Makanan Beryodium
Faktor Defisiensi Yodium dan Iodium Excess
Defisiensi yodium merupakan sebab pokok terjadinya masalah GAKY. Hal
ini disebabkan karena kelenjar tiroid melakukan proses adaptasi fisiologi
terhadap kekurangan unsur yodium dalam makanan dan minuman yang
dikonsumsinya (Djokomoelyanto, 1999: 752).
Iodium Excess terjadi apabila yodium yang dikonsumsi cukup besar
secara terus-menerus, seperti yang dialami oleh masyarakat Hokaido
(Jepang) yang mengkonsumsi ganggang laut dalam jumlah yang besar. Bila
yodium yang di konsumsi dalam dosis tinggi akan terjadi hambatan
hormogenesis, khususnya iodinisasi tiroksin dan proses coupling
(Djokomoelyanto, 1999: 753).
3. Pengetahuan
Pengetahuan tentang GAKY meliputi definisi GAKY, penyebab
GAKY, gejala GAKY, dan bahaya GAKY. Minimnya pengetahuan tentang
GAKY antara lain disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan.
4. Pendapatan
Rendahnya pendapatan dalam suatu masyarakat menyebabkan orang-
orang tidak mampu membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan.
Perubahan pendapatan dapat secara langsung mempengaruhi perubahan
konsumsi pangan keluarga. Meningkatnya pendapatan berarti memperbesar
peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas yang lebih
baik. Sebaliknya penurunan pendapatan akan menyebabkan penurunan
dalam hal kualitas dan kuantitas pangan yang dibeli.
Elastisitas pendapatan (pengeluaran) menunjukkan perubahan jumlah
pangan yang diminta yang disebabkan oleh perubahan pendapatan

7
(pengeluaran) yang terjadi pada tingkat harga yang tepat. Elastisitas
pendapatan yang bernilai positif maupun negatif. Bila dilihat dari
elastisitasnya maka pangan dapat dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu
pangan inferior, pangan normal, dan pangan superior. Pangan inferior
misalnya ikan asin, singkong, dan lain-lain, pangan normal misalnya bahan
pangan pokok, pangan superior misalnya bahan pangan mewah seperti
daging, ayam, susu, dan lain-lain (Yayuk Farida Baliwati, 2004: 71).

D. Cara Penanggulangan atau Pencegahan GAKY


1. Garam Beryodium
Garam beryodium adalah garam Natrium Chlorida (NaCl) yang
diproduksi melalui proses yodisasi yang memenuhi Standar Nasional
Indonesia (SNI) mengandung yodium antara 30-80 ppm untuk konsumsi
manusia atau ternak, pengasinan ikan dan bahan penolong industri pangan.
Konsumsi garam beryodium adalah garam yang dikonsumsi semua
orang dengan dosis dan jumlah yang tertentu sepanjang tahun. (DepKes RI,
2000: 6-7)
Di Indonesia digunakan garam beryodium dengan kadar yodium 50
ppm. Dengan anggapan konsumsi garam 10 g sehari maka dimakan 400 μg
postasium iodide dan ini sesuai dengan 237 μg iodide. Cara ini merupakan
cara terpilih dan menjadi cara pencegahan jangka lama bagi Indonesia.
(Djokomoelyanto, 1999: 755)
Menurut Depkes RI (2000:17) bentuk garam di bagi 3 jenis yaitu :
1. Halus : garam yang kristalnya sangat halus menyerupai gula pasir, biasa
juga disebut garam meja. Garam halus ini dikemas dalam wadah atau plastik
dengan label lengkap.
2. Curai atau krosok : garam yang kristalnya kasar-kasar, biasa dibungkus
dengan karung dan dijual dalam kiloan.
3. Briket : garam berbentuk bata.
2. Suntikan Minyak Beryodium
Pemberian lipiodol ini ditujukan terutama untuk daerah endemis
berat. Namun sejak tahun 1992 preparat ini diganti dengan kapsul minyak
beryodium agar cakupan penerimaan meningkat. Manfaat penggunaan

8
suntikan minyak beryodium untuk mencegah gondok dan kretin endemis.
Suntikan minyak beryodium ternyata cocok digunakan terutama bagi
masyarakat yang bermukim di desa terpencil. Minyak beryodium (dosis 1 cc
mengandung 480 mg yodium) harus disuntikan pada setiap wanita yang
berusia hingga 40 tahun, dan pria sampai umur 20 tahun. Suntikan ulangan
dilakukan 3-5 tahun kemudian. Karena itu dosis anjuran harus diulangi
setelah 3 tahun, terutama jika kekurangan berlangsung parah. (Arisman MB,
2003: 141-142)
Anjuran Dosis Suntikan yang Digunakan dalam Pencegahan
Umur Kandungan yodium (µg) Dosis (ml)
0 - 6 bulan 95,0 - 180,0 0,2 – 0,4
6 -12 bulan 142,5 - 285,0 0,3 – 0,6
1 - 6 bulan 225,5 - 465,0 0,5 – 1,0
6 - 45 tahun 475,0 - 950,0 1,0 – 2,0
Sumber : Djokomoelyanto (1999:756)

3. Kapsul Minyak Beryodium


Upaya lain dalam menanggulangi masalah GAKY di masyarakat di
samping melalui suplementasi langsung larutan minyak beryodium, dan juga
secara tidak lansung melalui fortifikasi bahan makanan. Tujuan dari upaya-
upaya tersebut adalah untuk: menjamin nutrisi yodium yang cukup bagi
seluruh penduduk, terutama bagi kelompok berisiko tinggi, dan mencegah
gangguan retardasi mental, fisik, dan gangguan perkembangan lain yang ada
hubungannya dengan GAKY. (Soeharyo H, 2002: 41).

9
E. Program Penanggulangan GAKY
Salah satu program dalam mengatasi masalah GAKY adalah dengan
demonstrasi dan pelatihan penggunaan garam yodium dalam memasak dengan
benar dan tepat. Dalam demonstrasi tersebut masyarakat diberikan pemahaman
tentang pentingnya garam beryodium bagi kesehatan, selain itu juga diberikan
pemahaman tentang penyimpanan garam beryodium yang baik, karena selama
penyimpanan kadar iodium menurun seiring dengan lamanya garam disimpan.
Hasil penelitian menyatakan bahwa kehilangan iodium terbanyak pada garam
yang dikemas dengan plastik berwarna bening dan sedikit pada kemasan plastik
berwarna gelap.
Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap bahan yang
diterima agar aman, terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya
tetap terjamin. Penyimpanan bertujuan agar bahan yang tersedia terjamin mutu
dan kemasannya. Garam beriodium sebaiknya disimpan di tempat kering dan
terhindar dari panas dan sinar matahari (Depkes RI, 2005).
Pada pelatihan penggunaan garam yang benar saat memasak diberikan
contoh kegiatan memasak secara langsung, yaitu dengan cara memasukkan
garam setelah hasil masakan diangkat dari bara api kompor. Cara tersebut akan
mengurangi kehilangan kadar iodium dalam masakan tersebut.

F. Faktor Penghambat dan Pendukung Keberhasilan Program


Faktor penghambat dari program yang telah dibuat adalah tingkat
pengetahuan ibu rumah tangga. Pengetahuan ibu sangat berpengaruh didalam
pelaksanaan dan penerapan dirumah tangganya. Semakin banyak pengetahuan
ibu tentang garam beriodium maka dapat diperhitungkan jenis garam yang
dipilih untuk dikonsumsinya. Ibu yang tidak mempunyai pengetahuan yang
cukup tentang garam beriodium tidak melakukan pemilihan garam berdasarkan
kandungan iodium, dan tidak memahami cara penggunaan garam beriodium
(Sediaoetomo, 2003).
Faktor pendukung dari program yang telah dibuat adalah partisipasi dari
masyarakat sekitar, karena dengan dukungan dan partisipasi masyarakat sekitar

10
maka program akan berjalan dengan lancar. Semakin banyak masyarakat yang
berpartisipasi semakin banyak pula masyarakat yang akan terpengaruh dan sadar
akan pentingnya garam iodium bagi kesehatan.
1. Faktor penghambat bisa terjadi karena:
a. Kurangnya tenaga kesehatan untuk melaksanakan atau terjun langsung
dalam melaksanakan program
b. Kurangnya minat masyarakat untuk mengetahui penggunaan garam
dalam memasak dengan benar dan tepat
c. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya penggunaan
garam iodium dengan benar dan tepat
d. Kurangnya pendekatan dengan kader dan tokoh masyarakat
2. Factor pendukung dapat terjadi bila:
a. Terdapat kader dan tokoh masyarakat yang mau berpartisipasi dengan
program tersebut
b. Masyarakat yang wellcome (mau menerima dengan senang hati terhadap
program tersebut)
c. Tersedianya garam beryodium disetiap rumah tangga

11
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Untuk mengatasi masalah GAKY dapat dilakukan program demontrasi
tentang penggunaan garam yodium dalam memasak dan penyimpanannya yang
benar dan tepat pada ibu rumah tangga. Jadi diharapkan masyarakat dapat
dengan mandiri mencegah kekurangan yodium dengan cara memasak
menggunakan garam beryodium dan menyimpannya dengan benar dan tepat
sehingga masalah GAKY dapat dicegah secara mandiri (pemberdayaan
masyarakat).

B. Saran
Perlu adanya pemantauan dan evaluasi program demontrasi tentang
penggunaan garam yodium yang benar dan tepat dalam memasak dan
penyimpanannya, sehingga masyarakat tidak sekedar tahu dan mau tapi juga
mampu menerapkan penggunakan garam yodium dalam memasak dan
penyimpan garam beryodium dengan benar dan tepat dalam kehidupan sehari –
hari.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-nuningrahm-5252-3-
bab2.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/20838/Chapter
%20II.pdf;jsessionid=1488EFCC17739AF6C99717A727D43EA7?sequence=3

http://lib.unnes.ac.id/3851/1/6622.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/47516/Chapter
%20II.pdf;jsessionid=59DDCA540BA0C1F57B3FB55F3795FE65?sequence=4

13

Anda mungkin juga menyukai