Anda di halaman 1dari 7

Terapi Psoriasis

1. Topikal
Terapi-terapi topikal yang digunakan untuk penatalaksanaan psoriasis meliputi
preparat ter, kortikosteroid topikal, antralin, calcipotriol, derivate vitamin D topikal dan
analog vitamin A, imunomodulator topikal (takrolimus dan pimekrolimus), dan keratolitik
(seperti asam salisilat). Terapi-terapi tersebut merupakan pilihan untuk penderita-penderita
dengan psoriasis plak yang terbatas atau menyerang kurang dari 20% luas permukaan tubuh.
Terapi topikal digunakan secara tunggal atau kombinasi dengan agen topikal lainnya atau
dengan fototerapi.1,9

a) Preparat ter
Preparat ter biasanya kurang efektif jika digunakan tunggal. Hasilnya akan lebih baik
jika dikombinasikan dengan terapi sinar ultraviolet. Preparat ter berfungsi sebagai anti
proliferasi dan anti inflamasi.1
Preparat ter yang berasal dari fosil biasanya kurang efektif, sehingga yang biasa
digunakan adalah yang berasal dari kayu atau batubara. Ter dari batubara lebih efektif dari
kayu, tapi kemungkinan dapat juga memberikan iritasi yang besar. Pada psoriasis yang telah
menahun lebih baik digunakan ter yang berasal dari batubara, dan untuk yang akut biasanya
digunakan ter yang berasal dari kayu.1,9
Folikulitis adalah efek samping utama dari ter batubara. Iritasi dan alergi jarang
terjadi dan meskipun ter batubara telah terbukti menjadi karsinogen dalam percobaan hewan,
karsinoma hanya diprovokasi oleh aplikasi klinis yang jarang terjadi.9
Konsentrasi yang biasa digunakan 2-5% dimulai dengan konsentrasi rendah jika tidak
ada perbaikan maka dapat ditingkatkan. Untuk meningkatkan hasil pengobatan maka daya
penetrasinya harus dipertinggi dengan cara menambahkan asam salisilat 3-5%.3,7

b) Kortikosteroid topikal
Kortikosteroid topikal yang digunakan dalam bentuk cream, salep dan lotion.
Kortikosteroid kelas I digunakan maksimal selama 2 minggu. Terapi kortikosteroid dikenal
sebagai anti-inflamasi, anti-proliferatif, dan imunosupresif. Obat ini merupakan jenis yang
paling banyak dipakai untuk pengobatan psoriasis ringan atau terbatas. Dalam suatu
penelitian terhadap para spesialis kulit di Amerika Serikat terlihat 85% responden
memilihnya sebagai pilihan pertama. Di Indonesia, kortikosteroid topikal tersedia dalam
bentuk salep, krim, dan solusio.15,17
Pada kulit kepala, muka dan daerah lipatan digunakan krim, dan ditempat lain
digunakan salep. Pada daerah muka, lipatan, dan genitalia eksterna dipilih potensi sedang
misalnya Triamcinolon acetoninide. Jika diberikan potensi kuat pada mata dapat memberikan
efek samping diantaranya teleangiektasis, sedangkan di lipatan berupa stria attrifikans. Pada
batang tubuh dan ekstremitas digunakan salep dengan potensi kuat bergantung pada lama
penyakit. Jika telah terjadi perbaikan maka potensinya harus dikurangi.1,9

c) Antralin
Antralin merupakan obat lama untuk mengobati psoriasis ringan sampai sedang.
Antralin mempunyai efek anti mitotik dan menghambat beberapa enzim yang terlibat di
dalam proliferasi epidermal.7
Obat ini dikatakan efektif tetapi bersifat iritatif dan kekurangan lainnya ialah
mewarnai kulit dan pakaian. Konsentrasi 0,1 sampai 1% dengan kontak singkat (15-30 menit)
untuk mencegah iritasi. Digunakan setiap hari mampu membersihkan lesi psoriasis. Efek
samping yang dijumpai adalah iritasi. Sediaan ini banyak diterima oleh pasien karena
pemakaiannya malam hari. Penyembuhan dalam 3 minggu. Untuk penggunaan 24 jam dapat
digunakan 0,1%, jika tidak terdapat efek samping konsentrasinya dapat ditingkatkan, setiap3-
4 hari, dan maksimum sampai 1%. Antralin digunakan hanya pada plak yang kronik.
Pengobatan psoriasis dengan antralin memberikan efek yang maksimal ketika
dikombinasikan dengan UVB.19

d) Calcipotriol
Calcipotriol merupakan sintetik dari vitamin D, preparatnya berupa salep atau krim.
Calcipotriol merupakan pilihan utama atau kedua dalam pengobatan psoriasis. Walaupun
tidak seefektif kortikosteroid superpoten, obat ini hanya memiliki sedikit efek samping. Obat
ini mampu mengobati psoriasis ringan sampai sedang. Mekanisme kerja sediaan ini adalah
anti-proliferasi keratinosit, menghambat proliferasi, dan meningkatkan diferensiasi sel, juga
menghambat produksi sitokin yang berasal dari keratinosit maupun limfosit. Respon terapi
terlihat setelah dua minggu pengobatan, respons maksimal baru terlihat setelah 6-8 minggu.
Reaksi iritasi dapat mengawali keberhasilan terapi, tetapi ada pula yang tetap teriritasi dalam
pemakaian ulangan. Walaupun lesi dapat menghilang sempurna, tetapi eritema dapat
bertahan. Untuk meredakan proses iritasi, calcipotriol dapat dikombinasikan dengan
kortikosteroid superpoten.1,9

e) Tazaroten
Tazaroten merupakan molekul retinoid asetelinik topikal, efeknya menghambat
proliferasi dan normalisasi dari differensiasi keratinosit dan menghambat inflamasi.
Indikasinya diberikan pada psoriasis sedang sampai berat, dan terutama diberikan pada
daerah badan. Tazaroten tersedia dalam bentuk gel dan krim dengan konsentrasi 0,05%-0,1%.
Bila dikombinasikan dengan steroid topikal potensi sedang dan kuat maka akan mempercepat
penyembuhan dan mengurangi iritasi. Efek sampingnya adalah iritasi berupa gatal dan rasa
terbakar, dan eritema pada 30% pada kasus yang bersifat fotosintesis. Tazaroten digunakan
satu kali dalam sehari pada kulit yang kering, dapat digunakan sebagai monoterapi atau
dikombinasikan dengan obat lain seperti steroid topikal pada lokasi plak psoriasis.9

f) Emolien
Terapi topikal apapun yang dipakai, penetrasi akan lebih baik dan terapi lebih efektif,
jika terlebih dahulu skuama psoriasis yang kering dikendurkan (loosen), dilunakkan (soften)
dan atau dilepaskan, yaitu dengan menggunakan moisturizer dan emolien. Efek emolien
adalah melembutkan permukaan tubuh selain lipatan, juga pada ekstremitas atas dan bawah.
Biasanya digunakan salep dengan bahan dasar vaselin, fungsinya juga sebagai emolien
dengan akibat meninggikan daya penetrasi bahan aktif. Emolien yang lain adalah lanolin dan
minyak mineral. Jadi emolien sendiri tidak mempunyai efek antipsoriasis.9

2. Sistemik
a. Metotreksat
Metotrexat adalah antagonis asam folat yang menghambat dihydrofolat reduktase.
Sintesis DNA terhambat setelah pemakaian Metoteksat akibat penurunan tiamin dan purin.
Metotreksat menekan reproduksi sel epidermal, sebagai anti inflamasi dan immunosupresif
sehingga kontraindikasi pada pasien dengan infeksi sistemik. Metotreksat biasanya dipakai
bila pengobatan topikal dan fototerapi tidak berhasil. Obat ini terbukti merupakan obat yang
efektif dibandingkan dengan obat oral lainnya. Metotreksat berespon baik dalam pengobatan
psoriasis arthritis. Obat ini juga diberikan dalam jangka panjang pada psoriasis berat dan
efektif untuk mengontrol psoriasis pustulosa dan psoriasis eritroderma. Metotreksat mampu
menekan proliferasi limfosit dan produksi sitokin.9
Cara pemberian mula-mula diberikan tes dosis inisial 5 mg untuk mengetahui apakah
ada gejala sensitivitas atau gejala toksik. Jika terjadi efek yang tidak dikehendaki maka
diberikan dosis 3 x 2,5 mg dengan interval 12 jam dalam seminggu dengan dosis total 7,5
mg. Jika tidak tampak perbaikan dosis dinaikkan 2,5 mg – 5 mg per minggu. Cara lain
dengan diberikan i.m 7,5 mg-25 mg dosis tunggal setiap minggu.9
Toksisitas sum-sum tulang belakang merupakan efek samping yang akut, sebaliknya
hepatotoksisitas adalah efek samping jangka panjang. Dengan demikian metotreksat tidak
boleh diberikan pada pasien dengan gangguan hati dan alkoholisme. Sebelum memberikan
metotreksat, fungsi hati, ginjal, dan sistem hematopoetik pasien harus dalam kondisi yang
baik.9

b. Acitretin
Acitretin merupakan bentuk metabolit dari Etretinat. Etretinat disetujui untuk
pengobatan psoriasis tetapi karena keberadaannya dalam jaringan tubuh persisten,
memungkinkan terjadi teratogenitas tetapi acitretin memiliki waktu paruh yang lebih cepat
dibandingkan etretinat.15,17
Dosis optimal penggunaan acitretin pada orang dewasa adalah 25-50 mg/hari.
Toksisitas yang dapat timbul pada penggunaan acitretin adalah hipervitaminosis A. Efek
samping yang umum adalah kulit dan membran mukosa kering, xerofthalmia, dan kerontokan
rambut. Acitretin bersifat teratogen dan dapat menyebabkan kelainan bawaan. Efek samping
sistemik yang sering terjadi adalah kenaikan lipid serum terutama trigliserida. Efek samping
yang juga mungkin muncul adalah osteoporosis, kalsifikasi ligamen, dan hiperostosis
skeletal. Pemakaian obat dengan pemantauan yang teliti dapat mengurangi efek samping.9
c. Siklosporin
Siklosporin merupakan pengobatan yang sangat efektif pada penyakit psoriasis. Obat
ini menghambat calcineurin fosfatase dan transkripsi IL-2 pada sel T, juga menghambat
presentasi antigen oleh sel Langerhans dan degranulasi sel mast yang dimana hal itu
berkontribusi pada patogenesis terjadinya psoriasis. Siklosporin dalam bentuk mikroemulsi
lebih baik diserap oleh lambung daripada jenis sebelumnya. Dosis rendah 2,5 mg/kgBB/hari
dipakai sebagai terapi awal dengan dosis maksimum 4 mg/kgBB/hari.15
Hipertensi dan disfungsi ginjal adalah efek samping yang harus diperhatikan dalam
penggunaan silosporin. Efek samping ini merupakan akibat dari berkurangnya aliran darah ke
ginjal dan efek toxic pada sel-sel ginjal. Perubahan anatomik yang dapat terjadi antara lain
fibrosis intestinal, atrofi tubular, arteriolpati. Biasa terjadi pada pasien yang mengkonsumsi
siklosporin jangka panjang ( ± 1 tahun).6
Efek samping umum yang mungkin muncul adalah intoleransi gastrointestinal yang
bermanifestasi diare, mual, muntah, nyeri abdominal dan penekanan sumsum tulang.
Siklosporin sangat efektif untuk segala bentuk psoriasis tetapi dengan mempertimbangkan
berbagai efek samping dan kurangnya pengalaman, obat ini jarang dipakai oleh dermatologis.
Bersifat nerotoksik dan hepatotoksik.6

3. Fototerapi
Sinar ultravioet mempunyai efek menghambat mitosis, sehingga dapat digunakan
untuk pengobatan psoriasis. Cara yang terbaik adalah dengan penyinaran secara alamiah,
tetapi sayang tidak dapat diukur dan jika berlebihan maka akan memperparah psoriasis.
Karena itu, digunakan sinar ultraviolet artifisial, diantaranya sinar A yang dikenal sebagai
UVA. Sinar tersebut dapat digunakan secara tersendiri atau berkombinasi dengan psoralen (8-
metoksipsoralen, metoksalen) dan disebut PUVA, atau bersama-sama dengan preparat ter
yang dikenal sebagai pengobatan cara Goeckerman. PUVA efektif pada 85 % kasus ketika
psoriasis tidak berespon terhadap terapi yang lain.6,9
Karena psoralen bersifat fotoaktif, maka dengan UVA akan terjadi efek sinergik.
Diberikan 0,6 mg/kgBB secara oral 2 jam sebelum penyinaran ultraviolet. Dilakukan 2x
seminggu, kesembuhan terjadi 2-4 kali pengobatan. Selanjutnya dilakukan pengobatan
rumatan (maintenance) tiap 2 bulan. Efek samping overdosis dari fototerapi berupa mual,
muntah, pusing dan sakit kepala. Adapun kanker kulit (karsinoma sel skuamosa) yang
dianggap sebagai resiko PUVA masih kontroversial.9
Gambar 13. Terapi penyinaran ultraviolet
IV. KOMPLIKASI
Komplikasi dari psoriasis antara lain : 3
1. Dapat menyerang sendi menimbulkan arthritis psoriasis
2. Jika menyerang telapak kaki dan tangan serta ujung jari disebut psoriasis pustul tipe
barber. Namun jika pustul timbul pada daerah psoriasis dan juga kulit di luar lesi, dan
disertai gejala sistemik berupa panas atau rasa terbakar disebut Zumbusch.
3. Psoriasis eritroderma jika lesi psoriasis terdapat di seluruh tubuh dengan skuama yang
halus disertai gejala konstitusi berupa malaise

V. PROGNOSIS
Prognosis baik jika mendapat terapi yang efektif namun angka kekambuhan dan
perbaikan spontan tidak dapat diduga sebelumnya. Jarang dilaporkan kematian karena kasus
ini, tetapi biasanya angka kesakitan pasien akan meningkat akibat seringnya kekambuhan dari
penyakit.2,3

VI. KESIMPULAN
Psoriasis merupakan dermatosis yang sering dijumpai, bersifat kronik residif. Kasus
psoriasis sering djumpai secara universal di berbagai belahan dunia. Di Indonesia sendiri
secara prevalensi jumlah penderita psoriasis mencapai 1-3 persen (bahkan bisa lebih) dari
populasi penduduk Indonesia. Sampai sekarang etiopatogenesis psoriasis belum diketahui
secara pasti, tetapi diperkirakan ada dua komponen patogenesis psoriasis, yaitu infiltrasi sel-
sel radang di dermis dan hyperplasia epidermis.
Berbagai faktor pencetus pada psoriasis diantaranya stres psikis, infeksi lokal, trauma,
endokrin, gangguan metabolik, obat, alkohol, dan merokok. Lesi kulit yang pertama kali
timbul biasanya pada tempat yang mudah terkena trauma seperti pada siku, lutut, sakrum,
kepala, dan genitalia berupa makula eritematous yang berbentuk bulat, tertutup skuama tebal.
Skuama ini selalu menunjukkan gambaran menebal yang konstan dan perlekatannya kendor.
Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner (isomorfik).
Pengobatan psoriasis terbagi tiga, terdiri dari pengobatan topikal, sistemik dan
fototerapi. Prognosis psoriasis adalah baik. Meskipun tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat
dikontrol dengan pengobatan yang rutin dan teratur. Meskipun psoriasis tidak menyebabkan
kematian, tetapi bersifat residif. Sehingga diperlukan pemberian edukasi kepada penderita
tentang bagaimana psoriasis itu dan bagaimana menghindari faktor pencetus yang
memungkinkan terjadinya psoriasis.

Anda mungkin juga menyukai