Anda di halaman 1dari 7

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN REMAJA KELAS VII DAN VIII YANG MENGALAMI PUBERTAS

DI SMP BUDI LUHUR – CIMAHI

Lela Juariah

ABSTRAK

Masa remaja merupakan masa seorang anak mengalami pubertas dan mulai melakukan pencarian jati
diri. Sebagai anak yang beranjak dewasa dalam pencarian jati diri, mereka tidak mau dianggap atau
diremehkan sebagai anak-anak lagi. Mereka ingin menempuh jalan sendiri dan diperlakukan secara
khusus. Penerimaan di kelompok tertentu merupakan suatu hal yang penting bagi mereka. Dari sinilah
muncul gejala konfromitas, yaitu tekanan dari kelompok sebaya (peer), baik nyata ataupun tidak (hanya
persepsi dari remaja sendiri), sehingga ia mengadopsi sikap atau perilaku pemimpin atau anggota
kelompoknya. Dari hasil studi pendahuluan dan wawancara terhadap 10 remaja di SMP Budi Luhur
Cimahi, 8 orang mengatakan cemas saat mengalami pubertas, ada yang mengalami penurunan minat
belajar,kurang konsentrasi pada suatu masalah, dan takut akan terjadinya perubahan fisik, 2 orang
mengatakan lebih percaya diri.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan remaja kelas VII dan VIII yang
mengalami pubertas. Metode penelitian yang digunakan deskriptif kuantitatif dengan sampel 83 remaja
dan teknik pengambilan sampelnya menggunakan Accidental Sampling. Alat ukur yang digunakan
kuesioner dan dianalisis secara statistik. Hasil penelitian uji statistik diperolehkan bahwa remaja yang
mengalami cemas ringan sebanyak 6.0%, cemas sedang 42.2%, cemas berat 36.15%, dan panik 14.5%.
Kesimpulan berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa remaja kelas VII dan VIII mengalami
kecemasan dari mulai tingkat ringan sampai panik akibat pubertas. Maka dari itu, perawat harus
bekerjasama dengan pihak sekolah terutama Guru Bimbingan Penyuluhan (BP) dalam
menghilangkan/menurunkan tingkat kecemasan siswa kelas VII dan VIII melalui penyuluhan kesehatan
tentang pubertas.

Kata kunci : Deskriptif kuantitatif, Tingkat kecemasan


Kepustakaan : 28, 1988 – 2009

A. PENDAHULUAN

Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap
berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh
dengan masalah-masalah (Hurlock, 1998). Oleh karena itu, remaja sangat rentan sekali mengalami
masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya
perubahan sosial (TP-KJM, 2002).
Perkembangan pada masa remaja yang disertai oleh berkembangnya kapasitas intelektual,
stress dan harapan-harapan baru yang dialami remaja membuat mereka mudah mengalami
gangguan baik berupa gangguan pikiran, perasaan maupun gangguan perilaku.
Bentuk gangguan perasaan, salah satunya adalah kecemasan yang merupakan respon emosi
tanpa objek yang spesifik yang secara objek dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal
(Suliswati, 2005). Sedangkan (Stuart&Sundeen,1998) yang mengatakan kecemasan adalah respon
emosiaonal terhadap penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya, keadaan emosi ini tidak
memiliki objek yang spesifik. Adapun tanda dan gejala kecemasan mulai tingkat ringan sampai berat
menurut Towsend (1988) yaitu takut, gelisah, kurangnya kontak mata, fokus terhadap diri, kesulitan

Jurnal Kesehatan Kartika 9


konsentrasi, peningkatan pernafasan dan jantung, nafsu makan berkurang. Sedangkan tanda dan
gejala pada tingkat panik yaitu sesak nafas, nyeri atau rasa tidak nyaman pada dada, pusing, panas
dingin, berkeringat, menggigil, melakukan sesuatu yang tidak terkontrol, gelisah dan mual.
Menurut Kartono (2006:50) pada masa remaja masih banyak terdapat unsur-unsur kanak-
kanak, sekalipun anak gadis sering menghayati kelemahan-kelemahan dan kemantapan diri, namun
sekaligus dengan rasa “terheran-heran” ia merasa menemukan kepercayaan-diri, keberanian dan
tanggung jawab yang baru. Sehubungan dengan peristiwa ini, remaja mengalami peristiwa osilasi
(oscillato = ayunan, bergerak dari suatu situasi ke situasi lainnya) di antara dua iklim-psikis yang
positif dan negatif, diantara ketidakmantapan dan kepercayaan diri. Kedua iklim psikis ini mau tidak
mau harus dilaluinya, maka pada masa remaja sering muncul kegelisahan, kekecewaan,
kebimbangan, kecemasan, kebingungan, kekecewaan, frustasi, penolakan, kepedihan hati, kesakitan
jasmani dan rohani.
Remaja dengan kisaran umur 14–15 tahun termasuk remaja yang sudah mengalami masa
pubertas, dimana pada masa ini sudah terdapat perubahan–perubahan yang terjadi pada diri mereka
diantaranya perubahan pada fisik atau psikologis. Dari hasil studi pendahuluan pada tanggal 28 maret
2009 di SMP Budi Luhur dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada 10 remaja yang
sudah mengalami pubertas didapatkan 8 remaja mengatakan cemas saat mengalami pubertas. Ada
yang mengalami penurunan minat belajar karena kurangnya konsentrasi pada suatu masalah,
persepsi negatif tentang timbulnya pubertas, takut terjadi perubahan fisik dan ada pula yang
beranggapan pubertas adalah masa-masa yang menakutkan dimana hawa nafsu tidak terkontrol dan
2 orang remaja mengatakan tidak mengalami cemas saat pubertas, mereka menganggap pubertas
merupakan hal yang biasa terjadi.Menurut pengakuan seorang remaja yang diwawancara
mengungkapkan bahwa pertama kali menstruasi saat berumur 10 tahun timbul pikiran negatif, sering
marah-marah, tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya, sering menarik nafas dalam dan takut
dengan orang asing khususnya laki-laki sehingga timbul keinginan untuk menyendiri karena
perubahan fisik yang terjadi, juga terjadi penurunan minat belajar. Bahkan setiap minggunya ada hari
yang tidak masuk sekolah dan mengatakan selalu memakai baju berukuran besar karena takut
diketahui sudah menstruasi dan payudaranya tumbuh lebih dahulu daripada teman-temannya.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan remaja kelas VII
dan VIII yang mengalami pubertas di SMP Budi Luhur - Cimahi.

B. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang
dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan
yang objektif (Notoatmodjo, 2005:138). Pada penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran
tingkat kecemasan pada remaja kelas VII dan VIII yang mengalami pubertas di SMP Budi Luhur
Cimahi yang meliputi kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat, dan juga panik.

Pubertas 1. Perubahan Fisiologi Masalah Psikososial :


Pada 2. Perubahan Psikologi
Remaja 3. Perubahan Minat 1. Kecemasan
4. Perubahan Prilaku 2. HDR Situasional
3. Keputusasaan
4. Intervensi krisis
5. Ketidakberdayaan
Sumber : Kartono (2006) & depkes.kep.jiwa 2000

Jurnal Kesehatan Kartika 10


Berdasakan kerangka konsep diatas maka dapat disimpulkan bahwa variabel yang akan
diteliti pada penelitian ini adalah gambaran tingkat kecemasan remaja kelas VII dan VIII yang
mengalami pubertas. Apakah termasuk dalam tingkatan tidak cemas, kecemasan ringan, sedang,
berat, ataupun panik. Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel diteliti perlu
variabe–variabel tersebut diberi batasan atau definisi operasional. Definisi operasional bermanfaat
untuk mengarahkan pada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel–variabel yang
bersangkutan serta pengembangan instrument (Notoatmodjo, 2003). Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 3.2 berikut ini :

Tabel 1. Definisi Operasional Penelitian

Variabel Sub Variabel Defenisi Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Konseptual Operasional
Kecemasan Kecemasan Kecemasan Kuesioner Tidak Ordinal
merupakan respons adalah perasaan cemas (<14)
individu terhadap yang tidak
suatu keadaan menyenangkan, Cemas
yang tidak tidak enak, Ringan (14-
menyenangkan dan khawatir dan 20)
dialami oleh semua gelisah tanpa
makhluk hidup objek yang spesifik Cemas
dalam kehidupan
Sedang (21-
sehari-hari
27)
(Suliswati, 2005).
Cemas
Berat
(28-41)

Panik
(> 41)

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah remaja SMP Budi Luhur kelas VII
dan VIII sebanyak 107 remaja pada tahun 2009. Kelas VIIa berjumlah 32 remaja, kelas VIIb
berjumlah 31 remaja dan kelas VIII berjumlah 44 remaja. Sampel penelitian pada penelitian adalah
seluruh remaja kelas VII dan VIII yang mengalami pubertas di SMP Budi Luhur Cimahi. Dalam
penelitian ini metode pengambilan sampel yang digunakan adalah Non-Random (Non Prability)
sampling dengan teknik accidental sampling, yaitu pengambilan sampel secara accidental ini
dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia (Notoatmodjo,
2005). Penelitian ini menggunakan accidental sampling dengan pertimbangan bahwa SMP Budi
Luhur Cimahi akan libur semester, dan waktu yang tersedia sebelum libur adalah satu minggu.
Analisa data yang digunakan dalam mengukur kecemasan dikategorikan berdasarkan
HRSA dalam Alimul A (2003), Kemudian dituangkan ke dalam bentuk tabel dengan perhitungan
analisis. Perhitungan analisis data menggunakan rumus (Arikunto, 2006:239) :

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Dari kuesioner yang telah disebarkan kepada 83 responden yang dianalisis univariat yaitu
untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan pada remaja yang mengalami pubertas di SMP Budi
Luhur Cimahi, adalah sebagai berikut :

Jurnal Kesehatan Kartika 11


Tabel 2. Distribusi Tingkat Kecemasan Pada Remaja Kelas VII dan VIII di SMP Budi Luhur Cimahi
Tahun 2009

Tingkat Kecemasan Jumlah Persen (%)


Normal 1 1,2
Cemas Ringan 5 6,0
Cemas Sedang 35 42,2
Cemas Berat 30 36,1
Panik 12 14,5
Total 83 100

Berdasarkan dari tabel 2 didapatkan bahwa dari 83 remaja kelas VII dan VIII di SMP Budi
Luhur Cimahi yang mengalami pubertas, didapatkan sebagian kecil mengalami cemas ringan (6,0 %)
dan sebagian besar remaja mengalami cemas sedang (36,1%) . Remaja yang mengalami cemas
ringan karena tidak bisa menerima perubahan dan tetapi masih bisa mengontrol emosi.
Menurut Peplau (2006), kecemasan ringan merupakan ketegangan yang dialami sehari-hari
dengan tanda dan gejala mudah tersinggung, gelisah. Individu masih waspada serta lapang
persepsinya meluas, menajamkan indra. Dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu
memecahkan masalah secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. Jadi, pada
kecemasan ringan ini dapat disimpulkan bahwa seorang individu masih bisa melakukan aktifitasnya
seperti biasa dan apabila individu tersebut mengetahui bahwa dirinya sedang mengalami cemas
maka masih bisa diatasi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan pubertas pada sebagian
kecil remaja SMP kelas VII dan VIII yang mengalami kecemasan akibat pubertas dapat menimbulkan
kecemasan tingkat ringan sesuai dengan gejala yang ditimbulkan akibat pubertas. Gejala yang
sering timbul pada sebagian remaja yang mengalami cemas ringan akibat dari ketegangan yaitu
remaja sering merasa lesu, tidak bisa istirahat tenang dan gelisah, ada juga remaja yang mengalami
gangguan gastrointestinal yaitu peru terasa mual. tetapi kecemasan tingkat ringan masih dapat
dikelola dengan sendirinya, asalkan remaja tersebut menyadari bahwa dirinya mengalami
kecemasan tingkat ringan. Peran remaja pribadi yang mengalami pubertas sangatlah penting karena
bisa membantu menyadarkan diri, bahwa dirinya sedang mengalami kecemasan. Sesuai dengan
hasil penelitian Suliswati (2005), bahwa kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan
kehidupan sehari-hari menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang
persepsinya, menajamkan indra, muka berkerut tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada
tangan, suara kadang-kadang meninggi, gejala pada lambung menyelesaikan masalah secara
efektif, konsentrasi pada masalah.
Menurut hasil penelitian Kartono (2006), mengatakan pubertas dapat mengakibatkan salah
satunya adalah kecemasan karena remaja mengalami peristiwa osilasi (oscillatio = ayunan, bergerak
dari satu situasi ke situasi yang lain) atau diantara dua iklim-psikis yang positif dan negatif, dan
diantara ketidakmantapan dan kemampuan diri. Maka dari itu ada sebagian remaja yang bisa
menerima perubahan dan ada pula yang tidak bisa menerima perubahan tersebut.
Rencana tindakan keperawatan yang bisa dilakukan untuk mengatasi cemas ringan yang
dialami remaja akibat pubertas yaitu dengan membantu remaja untuk meyakinkan bahwa dirinya
sedang mengalami cemas, apabila remaja sudah menyadarinya ajarkan untuk menarik nafas
panjang dan mengeluarkan secara berlahan-lahan (relaksasi).

Jurnal Kesehatan Kartika 12


Beberapa gejala yang sering timbul saat remaja mengalami cemas sedang yaitu seperti
mengalami ketegangan, gangguan tidur, gangguan kecerdasan, gejala somatik, gejala
kardiovaskuler, gejala respiratori, gejala autonom dan tingkah laku yang aneh pada saat wawancara.
Dari beberapa gejala yang ditimbulkan yang sering terjadi pada remaja yang mengalami cemas
sedang yaitu remaja sering merasa lesu, tidak bisa istirahat tenang, sulit untuk masuk tidur, sulit
berkosentrasi, dan sering merasa mual. Sesuai dengan teori menurut Suliswati (2005), cemas
sedang adalah dimana individu terfokus hanya pada pikiran yang perhatiannya, terjadi penyempitan
lapangan persepsi, masih dapat melakukan sesuatu dengan arahan.
Sehingga bila seorang remaja yang mengalami pubertas dan berada pada tingkat cemas
sedang, cemasnya tersebut masih dapat teratasi bila orang-orang terdekat mau peduli karena cemas
sedang dapat teratasi dengan arahan atau saran dari pihak lain, misalnya dari keluarga terdekat,
teman atau guru.
Rencana tindakan terhadap kecemasan tingkat sedang merupakan tindakan suportif dan
dicapai melalui pencapaian tujuan jangka pendek. Implementasi ditujukan untuk membantu klien
melakukan upaya untuk mengatasi stres. Tujuan jangka panjang fokusnya membantu remaja
memahami penyebab kecemasan dan mempunyai cara baru mengontrolnya. Edukasi merupakan
aspek penting pada remaja untuk meningkatkan respon adaptif terhadap stress yaitu sebagai berikut
1) Pengenalan terhadap sumber kecemasan
Eksplorasi perasaan cemas remaja, perlihatkan diri sebagai orang yang hangat, menjadi
pendengar yang baik, beri waktu yang cukup dan dukungan terhadap ekspresi perasaan
remaja dan gunakan teknik komunikasi yang tepat serta mulai dari topik ringan.
2) Menyadari adanya cemas
Bantu remaja mengenali perasaan cemas dan menyadari nilainya,
3) Membantu memiliki koping terhadap ancaman
Dorong remaja untuk menggunakan koping adaptif dan efektif yang telah berhasil digunakan
pada waktu lalu.
4) Meningkatkan respons relaksasi
Tujuan jangka panjang ditujukan untuk menolong remaja mengatur distress emosional

D. KESIMPULAN dan SARAN


1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
a. Sebagian kecil remaja (1,2%) tidak mengalami cemas dengan jumlah 1 remaja.
b. Sebagian kecil remaja (6,0%) mengalami cemas ringan dengan jumlah 5 remaja.
c. Hampir setengahnya (42,2%) remaja mengalami cemas sedang dengan jumlah 35
remaja.
d. Hampir setengahnya (36,1%) remaja mengalami cemas berat dengan jumlah 30 remaja.
e. Sebagian kecil (14,5%) remaja yang mengalami panik dengan jumlah 12 remaja.

2. Saran
a. Bagi SMP Budi Luhur Cimahi
Berdasarkan hasil penelitian, masih banyak remaja yang mengalami kecemasan
sedang dan panik. Akibat dari kecemasan tersebut dapat mengakibatkan gangguan
identitas bahkan gangguan jiwa. Rencana tindakan yang dapat diberikan oleh perawat
dan dilakukan oleh pihak sekolah khususnya guru BP sesuai dengan tingkat
kecemasannya yaitu sebagai berikut :

Jurnal Kesehatan Kartika 13


Rencana tindakan pada kecemasan tingkat sedang, dapat dilakukan dengan:
1. Pengenalan terhadap sumber kecemasan.
2. Eksplorasi perasaan cemas remaja, perlihatkan diri sebagai orang yang hangat,
menjadi pendengar yang baik, beri waktu yang cukup dan dukungan terhadap
ekspresi perasaan remaja dan gunakan teknik komunikasi yang tepat serta mulai
dari topik ringan.
3. Menyadari adanya cemas
4. Bantu remaja mengenali perasaan cemas dan menyadari nilainya,
5. Membantu memiliki koping terhadap ancaman.
6. Dorong remaja untuk menggunakan koping adaptif dan efektif yang telah berhasil
digunakan pada waktu lalu.
7. Meningkatkan respons relaksasi
8. Tujuan jangka panjang ditujukan untuk menolong remaja mengatur distress
emosional.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya


Diharapkan hasil penilitian ini dapat dipergunakan sebagai data dasar bagi peneliti lain
yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengembangkan penelitian tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan dikalangan remaja.

c. Bagi Remaja
Diharapkan para remaja lebih banyak membaca, baik itu artikel, majalah, koran atau
buku-buku lain untuk menambah pengetahuan tentang pubertas dan kecemasan.

DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, Hendriati. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung : PT. Rineka Cipta

Alimul Hidayat A.A, (2003). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah Edisi I Jakarta : Salemba
Medika.

Arikunto.(1988). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :PT Rineka Cipta

_______.(2003). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :PT Rineka Cipta

_______.(2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :PT Rineka Cipta

Dariyo, A (2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Jakarta : Ghalia Indonesia

. (2003). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba Medika

Format referensi elektronik oleh Khaidir Muhaj Blog’site, tersedia http://khaidirmuhaj.blogspot.com/


diperoleh pada tanggal 7 Juni 2009.

Format referensi elektronik oleh Respon kecemasan dan gangguan kecemasan, tersedia
http://imron46.blogspot.com.html. 2009. Diperoleh tanggal 24 Maret 2009.

Jurnal Kesehatan Kartika 14


Format referensi elektronik oleh Artikel psikologi kesehatan. Tersedia
http://www.gizi.net/cgibin/berita/fullnews. Diperoleh tanggal 22 maret 2009.

Format referensi elektronik oleh Wilkipedial,2007 tersedia http://id.wikipedia.org/wiki/Pubertas _co.id.htm.,


diperoleh tanggal 10 Maret 2009)

Hamid, Y. dkk. (2000), Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Depkes RI

Hidayat A, Z (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika

Judhawisastra, (1993). Kiat Mengatasi Stres Th. 92/93 No. 43Jabar : Edaran Penyuluhan.

Kartono, (2006). Psikologi Wanita, Bandung : Mandar Maju

Kaplan, (1998). Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Edisi Ke VII Jilid 2, Jakarta
:Bina Rupa Aksara.

Kaplan & Sadock, (2007). Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat, Jakarta : Widya Medika

Kreitner & Kinci, (2004). Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

______. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta: Jakarta.

Poedji Rochjati. (2003). Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil. Surabaya : Airlangga University Press.

Potter & Perry. (2005). Buku ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta:EGC

Stuart & Sundeen (2007), Keperawatan Jiwa Edisi III. Jakarta : EGC

Stuart Wiscard (1998). Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Sulaiman, (1995). Manajemen Stres dan Depresi. Jakarta : Gramedia

Suliswati, S. dkk (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Jurnal Kesehatan Kartika 15

Anda mungkin juga menyukai