Anda di halaman 1dari 56

TUGAS REKLAMASI TAMBANG

RENCANA REKLAMASI TAMBANG BESI

Dibuat untuk Memenuhi Tugas Reklamasi Tambang


Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung

OLEH :

Disusun oleh :
ANDREW BERKAT S. 1031511007
ARMANSYAH PUTRA S. 1031411008
HERMITA RAMADHINI 1031411027
RIKA FITRIANI 1031511044

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
2017
PT. MAJU MUNDUR

PT. MAJU MUNDUR


RENCANA REKLAMASI

IZIN USAHA PERTAMBANGAN OPERASI PRODUKSI


Nomor : 545/22/DPE/2015,
Luas : 300 Ha
Kabupaten Tanah Datar
Provinsi Sumatera Barat

Tanah Datar
Oktober 2016
KATA PENGANTAR

PT. Maju Mundur telah mendapatkan Persetujuan Izin Usaha


Pertambangan (IUP) tahap Operasi Produksi sesuai dengan Keputusan Bupati
Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat No.545/22/DPE/2015 yang terletak di
Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat dengan luas wilayah sebesar 300
ha.
Laporan Rencana Reklamasi ini dibuat untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 07
tahun 2014 sebagai acuan dalam penempatan Jaminan Reklamasi maupun
pelaksanaan Reklamasi untuk 5 tahun pertama periode penambangan.
Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan. Atas segala perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Tanah Datar, Oktober 2016

Armansyah Sinulingga, S.T,M.T


Direktur Utama
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Identitas Pemrakarsa


PT. Maju Mundur sebagai salah satu perusahaan penananam modal
dalam negeri yang melakukan usaha dibidang pertambangan besi, telah
melakukan eksplorasi detail dan sedang menyusun studi kelayakan
penambangan dengan area Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi (IUP)
seluas 500 hektar di Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat.
Kegiatan ini didasarkan pada Surat Keputusan Bupati Tanah Datar Provinsi
Sumatera Barat No.545/22/DPE/2015 tentang Pemberian Izin Usaha
Pertambangan Eksplorasi Bahan Galian Besi kepada PT. Maju Mundur
tanggal 1 November 2015. Dari hasil eksplorasi yang dilakukan maka PT.
Maju Mundur juga memperoleh peningkatan dari Izin Usaha Pertambangan
Eksplorasi menjadi Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi dengan luas
area 300 hektar. Berikut disajikan data perusahaan PT. Maju Mundur

Nama Perusahaan : PT. Maju Mundur


Alamat : Jl. Mahoni, Kabupaten Tanah Datar,
Provinsi Sumatera Barat, Telp/Fax (0752)
892799
Direktur Utama : Armansyah Sinulingga, S.T,M.T
Lokasi Pertambangan : Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera
Barat
Bahan Tambang : Besi

1.2 Wilayah Perizinan


PT. Maju Mundur melaksanakan kegiatan usaha tambang besi
berdasarkan surat keputusan Bupati Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat
No.545/22/DPE/2015 tentang pemberian Izin Usaha Pertambangan
Eksplorasi (IUP) bahan galian besi kepada PT. Maju Mundur tanggal 1
November 2015 yang terletak di Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera
Barat dengan luas 300 Ha. (Gambar 1.1)

Gambar 1.1 Peta IUP PT. Maju Mundur

1.3 Kesampaian Daerah dan Sarana Perhubungan Setempat


Survey batas untuk menentukan titik KP Eksplorasi dan KP
Eksploitasi telah dilakukan dengan menggunakan GPS (Global Position
Satelite) dengan ketelitian yang baik dimana penyimpangannya berkisar
sekitar 5 cm saja. Koordinat masing-masing lokasi KP Eksplorasi dan KP
Eksploitasi disajikan pada Tabel 1.1 dan Tabel 1.2.
Tabel 1.1 Daftar Koordinat KP Eksplorasi PT. Maju Mundur
BUJUR TIMUR (BT) LINTANG SELATAN (LS)
Nomor Titik
° ' ° '

1 100 19 00 30

2 100 22 00 31

3 100 22 00 27

4 100 23 00 28

5 100 21 00 28

6 100 20 00 28

7 100 22 00 28

8 100 23 00 30

9 100 21 00 30

10 100 19 00 31

11 100 19 00 28

12 100 20 00 27

Sumber : Keputusan Bupati Tanah Datar No.545/22/DPE/2015

Tabel 1.2 Daftar Koordinat KP Eksploitasi PT. Maju Mundur


BUJUR TIMUR (BT) LINTANG SELATAN (LS)
Nomor Titik
° ' ° '

1 100 19 00 27

2 100 23 00 28
3 100 22 00 28

4 100 23 00 28

5 100 22 00 30

6 100 20 00 30

7 100 21 00 27

8 100 19 00 31

Sumber : Keputusan Bupati Tanah Datar No. 545/22/DPE/2015

Areal KP Eksplorasi PT. Maju Mundur dapat dicapai dari Padang


yang merupakan ibukota Provinsi Sumatera Barat, dapat dijangkau dari
Jakarta dengan penerbangan komersial selama kurang lebih 1,5-2 jam. Dari
Padang dapat ditempuh dengan perjalanan darat dengan mobil selama
kurang lebih 45 menit (58 km) menuju Kabupaten Tanah Datar dengan
kecepatan kendaraan rata-rata 80 km/jam.
Kabupaten Tanah Datar merupakan daerah yang kaya dengan sumber
air. Selain Danau Singkarak, di Kabupaten Tanah Datar terdapat lebih dari
25 buah sungai. Apabila dilihat dari sebelah barat Kabupaten Tanah Datar,
berhubungan dengan Kabupaten Padang Pariaman. Dari sebelah timur
berhubungan dengan Kabupaten Sijunjung. Apabila dari sebelah utara
berhubungan dengan Kabupaten Agam dan Kabupaten Lima Puluh Kota.
Dan dari sebelah selatan berhubungan dengan Kota Sawah Lunto dan
Kabupaten Solok.

1.4 Keadaan Lingkungan Daerah


a. Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Tanah Datar merupakan daerah pertanian, hal ini terlihat
dari dominasi sektor pertanian dalam perekonomian wilayah, penyerapan
tenaga kerja dan pemanfaatan lahan. Lokasi pertanian tersebar merata di
seluruh wilayah dan produksinya terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal
ini membutuhkan jaringan jalan sebagai pendukung aktivitas sektor
pertanian tersebut mulai dari kegiatan produksi, pascapanen dan pemasaran.
Sementara itu kondisi jaringan jalan yang ada belum dapat
mendukung sepenuhnya aktivitas pertanian tersebut, hal ini terlihat dari
masih banyaknya ruas jalan yang lebarnya belum memenuhi syarat, kondisi
permukaan jalan yang rusak dan masih banyak ruas jalan yang melalui
lokasi pertanian belum dapat dilalui kendaraan roda dua sekalipun, dengan
mengatasi penanganan jaringan jalan ini, maka tentunya aktivitas sektor
pertanian akan lebih ekonomis sehingga dengan sendirinya dapat
meningkatkan perekonomian masyarakat setempat dan sekaligus akan
meningkatkan pengembangan wilayah dari Kabupaten Tanah Datar itu
sendiri.
Pada saat ini pembangunan jalan di Kabupaten Tanah Datar pada
dasarnya hanya berupa memperbaiki kualitas jalan, sementara pembukaan
jalan baru dipandang masih belum memungkinkan karena terkendala oleh
keterbatasan dana. Selama tahun 2011 jumlah jembatan di Kabupaten Tanah
Datar sebanyak 238 buah dengan panjang 2.019,60 km. Jumlah jembatan
yang paling banyak terdapat di Kecamatan Tanjung Emas sebanyak 33 buah
dengan panjang 383,20 km.

b. Penduduk dan Sosial Ekonomi


Kabupaten Tanah Datar merupakan salah satu kabupaten yang berada
di Provinsi Sumatera Barat, Indonesia, dengan ibu kota Batusangkar 00º17"
LS - 00º39" LS dan 100º19" BT – 100º51" BT. Kabupaten ini merupakan
kabupaten terkecil kedua untuk luas wilayahnya di Sumatera Barat, yaitu
133.600 ha (1336 km2). Jumlah penduduk di kabupaten ini berdasarkan
sensus pada tahun 2016 adalah 345.383 jiwa yang mendiami 14 kecamatan.
Kabupaten Tanah Datar merupakan daerah agraris, lebih 70%
penduduknya bekerja pada sektor pertanian, baik pertanian tanaman pangan,
perkebunan, perikanan, maupun peternakan. Luhak Nan Tigo, nama lain
dari Kabupaten Tanah Datar, saat ini masih banyak terdapat peninggalan
sejarah seperti prasasti atau batu bersurat terutama peninggalan zaman
Adityawarman.
Kabupaten Tanah Datar merupakan daerah pertanian, hal ini terlihat
dari dominasi sektor pertanian dalam perekonomian wilayah, penyerapan
tenaga kerja dan pemanfaatan lahan. Lokasi pertanian tersebar merata di
seluruh wilayah dan produksinya terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal
ini membutuhkan jaringan jalan sebagai pendukung aktivitas sektor
pertanian tersebut mulai dari kegiatan produksi, pascapanen dan pemasaran.
Sementara itu kondisi jaringan jalan yang ada belum dapat mendukung
sepenuhnya aktivitas pertanian tersebut, hal ini terlihat dari masih
banyaknya ruas jalan yang lebarnya belum memenuhi syarat, kondisi
permukaan jalan yang rusak dan masih banyak ruas jalan yang melalui
lokasi pertanian belum dapat dilalui kendaraan roda dua sekalipun. Dengan
mengatasi penanganan jaringan jalan ini, maka tentunya aktivitas sektor
pertanian akan lebih ekonomis sehingga dengan sendirinya dapat
meningkatkan perekonomian masyarakat setempat dan sekaligus akan
meningkatkan pengembangan wilayah dari Kabupaten Tanah Datar itu
sendiri.
Untuk data pendidikan tahun 2015/2016, untuk sekolah dasar
menunjukkan bahwa di Kabupaten Tanah Datar terdapat 309 SD yang
terdiri dari 302 sekolah dasar negeri dan 2 sekolah dasar swasta, dengan
jumlah siswa seluruhnya 43.506 orang. Sedangkan madrasah ibtidaiyah 5
sekolah, 2 di antaranya swasta dengan jumlah siswa seluruhnya 534 orang.
Dengan demikian jelas terlihat bahwa jumlah sekolah dan jumlah siswa
pada sekolah dasar lebih banyak jika dibandingkan dengan madrasah
ibtidaiyah yang hanya 1,31% dari sekolah dasar.
Kabupaten Tanah Datar adalah daerah agraris, lebih 70%
penduduknya bekerja pada sektor pertanian, baik pertanian tanaman pangan,
perkebunan, perikanan, maupun peternakan. Begitu juga dengan usaha
masyarakat pada sektor lain juga berbasis pertanian seperti pariwisata dan
industri kecil atau agro industri.
Potensi ekonomi Kabupaten Tanah Datar dapat dikategorikan atas tiga
kategori yaitu : sangat potensial, potensial, dan tidak potensial. Untuk sektor
pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan adalah ubi kayu,
kubis, karet, tebu, peternakan sapi potong, peternakan kuda, peternakan
kambing potong, budidaya ayam ras pedaging, ayam bukan ras, budidaya
itik, dan budidaya ikan air tawar. Sektor lain yang sangat potensial untuk
dikembangkan adalah industri konstruksi bangunan sipil, pedagang
cenderamata, dan wisata sejarah. Kabupaten Tanah Datar yang potensial
untuk hampir semua sektor pertanian kecuali cengkih, tembakau, bayam,
dan merica. Sedangkan untuk sektor pertambangan yang potensial
dikembangkan adalah galian kapur dan besi.
Untuk sektor usaha pertambangan, Kabupaten Tanah Datar memiliki
potensi bahan tambang berupa batu gamping kristalin, dolomit, granit,
sirtukil, tanah liat, batu setengah permata, trass, fosfat, batubara, besi, emas,
belerang, kuarsa, dan slate. Untuk sektor usaha industri, didominasi oleh
industri kecil seperti tenunan pandai sikek, kopi bubuk, kerupuk ubi,
kerupuk kulit, anyaman lidi, gula aren, gula tebu. Sektor industri besar
berupa peternakan ulat sutera oleh PT. Sutera Krida.

b. Flora dan Fauna


Flora yang terdapat di daerah ini diantaranya yaitu pohon andalas.
Pohon andalas adalah tumbuhan dari famili Moraceae dan berkerabat dekat
dengan Murbai (Morus alba). Pohon Andalas dimanfaatkan kayunya untuk
bahan perabot rumah tangga, almari, dan bahan bangunan termasuk dalam
pembuatan rumah gadang. Kayunya mempunyai kualitas tinggi, awet, tahan
air, dan anti rayap.
Sedangkan fauna yang terdapat di daerah ini yaitu kera, babi hutan,
juga burung kuau. Burung ini suka hidup di kawasan hutan, mulai dari
dataran rendah sampai pada ketinggian sekitar 1300 m di atas permukaan
laut. Penyebaran burung ini adalah di Sumatera dan Kalimantan. Juga
terdapat di Asia Tenggara. Mereka jarang dijumpai di hutan sekunder dan
bekas tebangan sampai ketinggian 1.300 meter dpl. Makanannya terdiri dari
buah-buahan yang jatuh, biji-bijian, siput, semut dan berbagai jenis
serangga.

Gambar 1.2 Pohon Andalas

Gambar 1.3 Burung Kuau Raja

Gambar 1.4 Burung Kuaua Besar


c. Iklim dan Curah Hujan
Secara umum iklim di kawasan Kabupaten Tanah Datar adalah sedang
dengan temperatur antara 12°C – 25°C dengan curah hujan rata-rata lebih
dari 3.000 mm per tahun. Hujan kebanyakan turun pada bulan September
hingga bulan Februari. Curah hujan yang cukup tinggi ini menyebabkan
ketersediaan air cukup, sehingga memungkinkan usaha pertanian secara luas
dapat dikembangkan.
BAB II
TATA GUNA LAHAN

2.1 Tata Guna Lahan Sebelum Ditambang


Berdasarkan kenampakan pada wilayah IUP OP PT. Maju Mundur,
saat ini sebagian lahan dimanfaatkan penduduk untuk pemukiman,
perkebunan, lainnya sedangkan sebagian lagi masih berupa hutan sekunder
dan semak belukar.
Kabupaten Tanah Datar terletak di antara dua gunung, yaitu Gunung
Merapi dan Gunung Singgalang. Kondisi topografi ini didominasi oleh
daerah perbukitan, serta memiliki dua pertiga bagian danau Singkarak.
Kondisi topografis Kabupaten Tanah Datar adalah sebagai berikut :
1. Wilayah Datar 0–3% dengan luas 6.189 ha atau 6,63% dari luar wilayah
Kabupaten Tanah Datar.
2. Wilayah Berombak 3–8% dengan luas 3.594 ha atau 2,67% dari luar
wilayah Kabupaten Tanah Datar.
3. Wilayah Bergelombang 8-15% dengan luas 43.922 ha atau 32,93% dari
luas Kabupaten Tanah Datar.
4. Kemiringan di atas 15% dengan luas wilayah 79.895 ha atau 59,77% dari
luas Kabupaten Tanah Datar.

Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa areal kegiatan


memiliki fisiografi dataran-perbukitan dengan kelerengan 0-60 % dan
ketinggian berkisar antara 100-500 meter di atas permukaan laut. Di wilayah
studi dijumpai areal perbukitan. Berdasarkan pengamatan dan pengukuran
pada kenampakan morfologi, ketinggian dan analisa proses eksogenik
dilapangan serta kontrol batuannya, maka wilayah studi secara umum dapat
dibagi ke dalam 3 (tiga) satuan geomorfologi sebagai berikut :
1. Satuan geomorfologi perbukitan (D1).
Satuan geomorfologi menempati hampir 40% dari wilayah studi pada umum
nya terdiri dari batuan beku lava maupun intrusi, batupasir dan struktur
lipatan. Ketinggian satuan ini antara 300 – 600 m diatas permukaan laut
dengan sudut lereng 30° - ˃ 60°. Satuan geomorfologi ini tersusun oleh
batuan yang keras dan homogen yaitu andesit.
2. Satuan geomorfologi dataran tinggi (D2).
Satuan geomorfologi ini menempati 30% dari wilayah studi dan pada
umumnya terdiri dari batuan sedimen batupasir selang seling batulempung
sisipan batupasir dan lapisan tanah liat serta kontrol struktur sayap sinklin
dan antiklin. Ketinggian satuan ini antara 100 – 300 m diatas permukaan
laut dengan sudut lereng 10° - ˃ 30°. Satuan geomorfologi ini tersusun oleh
batuan yang relatif keras dan homogen yaitu batupasir dan batu lempung.
3. Satuan geomorfologi dataran (D3).
Satuan geomorfologi ini menempati 30% dari wilayah studi dan pada
umumnya terdiri dari batuan sedimen diantaranya batulempung sisipan
tanah liat serta kontrol struktur sayap sinklin dan antiklin. Ketinggian satuan
ini antara ˂ 50 m diatas permukaan laut atau dengan sudut lereng 0° - ˃ 10°.
Satuan geomorfologi ini disusun oleh batuan yang relatif homogen dan
merupakan batuan hasil rombakan yaitu lempung dan pasir.

Tanah yang dijumpai di wilayah studi adalah tanah Andisol (ordo


Tropudult, Dystropept dan Kambisol).

Gambar 2.1 Tanah Andisol


Andisol merupakan tanah dari bahan induk abu vulkanik, yang
biasanya banyak mengandung gelas vulkanik yang amorf, sedikit feldspar,
mineral mineral kelam (mineral Fe dan Mn) dan sejumlah kuarsa. Abu
vulkan yang berasal dari gunung berapi di Indonesia umumnya bersifat
andesitik sampai basalt. Disamping abu vulkanik, bahan induk Andisol
adalah apa yang disebut tufa, yaitu batuan porous yang biasanya berlapis
lapis terdiri dari akumulasi scoria dan abu di sekitar gunung berapi yang
terikat bersama membentuk suatu masa padat. Kadang-kadang tufa terdiri
dari abu vulkanik dan pasir yang diangkut dan diendapkan oleh air hujan.

2.2 Geoteknik dan Geohidrologi


Masalah yang paling menonjol pada Andisol adalah sifat kemampuan
menyerap dan menyimpan air yang tak pulih kembali apabila mengalami
kekeringan (irreversible drying). Hal ini disebabkan oleh koloid amorf
seperti abu vulkan dan bahan organik yang mempunyai daya serap air tinggi
(equivalen 80-90 dari bobotnya). Kalau mengalami kekeringan sampai 15
atm atau lebih maka film air yang terikat pada permukaan partikel akan
menguap dan selanjutnya tanah akan mengkerut dan bersifat irreversible,
akibatnya jika sudah mengalami kekeringan akan sulit untuk dibasahi
kembali.
Kohesi tanah pada sub sol yang basah lebih tinggi, sehingga gerakan
air dalam tanah selalu dapat ditahan oleh kohesi yang rendah pada
permukaan tanah yang kering. Bila ikatan antar partikel tanah putus/rusak,
kekuatan tanah menjadi rendah, sehingga menyebabkan terjadinya gerakan
tanah bila terjadi hujan yang berlebihan. Hal tersebut menggambarkan
bahwa Andisol kurang mempunyai kestabilan lereng. Kecuraman lereng
pada Andisol umumnya memungkinkan terjadinya frekuensi pergerakan
massa tanah. Hal ini tergantung pada geomorfologi dan iklimnya.
Kelongsoran merupakan masalah yang umum dijumpai pada Andisol.
Andisol merupakan tanah yang cukup subur untuk dikembangkan
sebagai lahan pertanian tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan.
Kendala-kendala yang dijumpai pada tanah ini diantaranya adalah : rawan
terhadap erosi karena berkembang di daerah bertopografi miring, berat
isinya ringan dan adanya sifat irreversible drying mengakibatkan tanah ini
mudah tererosi. Secara umum reaksi tanah tergolong agak masam,
kandungan bahan organik tergolong tinggi dan kandungan nitrogen total
adalah sedang sampai tinggi. Sedangkan kemampuan pertukaran kation
umumnya rendah. Sedangkan untuk peruntukkan lain selain pertanian
terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan mengingat tanah ini mudah
mengalami erosi, terutama karena sifat tanah andisol dan kelerengan lahan
yang cukup tinggi. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tanah di wilayah
studi didominasi oleh pasir dan debu. Tanah-tanah yang didominasi oleh
fraksi pasir mempunyai daya tahan air sangat rendah.
BAB III
RENCANA PEMBUKAAN TAMBANG

3.1 Sistem/Metode dan Tata Cara Penambangan


a. Pemilihan Daerah Penambangan
Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa areal kegiatan
memiliki fisiografi dataran-perbukitan dengan kelerengan 0-60 % dan
ketinggian berkisar antara 100-500 meter di atas permukaan laut. Di wilayah
studi dijumpai areal perbukitan. Dari hasil pemetaan geologi dan hasil test
pit diketahui bahwa terdapat sebuah lokasi di areal KP Eksploitasi PT. Maju
Mundur yang mengandung hematite. Endapan batu besi termasuk hasil
intrusi yang muncul di lereng bukit.
Dengan memperlihatkan beberapa parameter pembentuk model desain
tambang, maka untuk melakukan analisis model desain tambang, daerah
penambangan dapat diasumsikan sebagai sebuah blok yang memiliki
dimensi panjang, lebar, dan ketebalan tertentu. Dengan mempertimbangkan
parameter model geologi sumber daya batu besi, terutama aspek penyebaran
endapan batu besi, maka dapat dilakukan seleksi blok penambangan, untuk
memilih sub blok penambangan yang prospek untuk menjadi lokasi
tambang sesuai dengan persyaratan yang diberikan oleh desain tambang.
Dari hasil proses desain tambang, terbentuk sebuah open cut yang memiliki
potensial batu besi yang potensial sehingga dapat diusahakan secara
ekonomis.

b. Karakteristik Endapan dan Tanah Penutup


PT. Maju Mundur direncanakan akan membuat satu pit bukaan
tambang seluas 300 ha yang mana dari hasil pemetaan geologi dan hasil test
pit diketahui bahwa terdapat sebuah lokasi di areal KP Eksploitasi PT. Maju
Mundur yang mengandung hematite. Karakteristik endapan batu besi
termasuk hasil intrusi yang muncul di lereng bukit. Lokasi ini mempunyai
tebal top soil nya per hektar ± 30 cm.
Berdasarkan endapan yang ditemukan, selanjutnya dilakukan
pengujian di
laboratorium untuk kadar besi dan kadar logam ikutan lainnya. Hasil
analisis yang diperoleh Fe total 66,9%. Perhitungan cadangan hematite
hanya dilakukan pada deposit yang muncul di permukaan. Hal ini
dikarenakan pada penyelidikan ini hanya berdasarkan hasil pengamatan
singkapan dan test pit. Selanjutnya perhitungan cadangan batu besi di
daerah penyelidikan didasarkan pada hasil korelasi dan interpretasi data
eksplorasi yang telah dilakukan. Penyebaran lapisan batu besi relatif stabil
dan menerus pada satu tempat.

c. Sistem Penambangan
Sehubungan dengan bentuk dan karakteristik endapan batu besi yang
termasuk hasil intrusi yang muncul di lereng bukit, maka sistem
penambangan yang akan diterapkan adalah sistem tambang terbuka (open
pit). Ditinjau dari morfologinya, kegiatan penambangan akan dilakukan
dengan sistem contour mining. Teknik penggaliannya bertahap dari elevasi
yang paling tinggi ke elevasi yang rendah. Penambangan akan berhenti
sampai elevasi kontur yang terendah. Hal ini karena perhitungan cadangan
pada penyelidikan ini pada batu besi yang muncul di permukaan. Kemajuan
penambangan batu besi selanjutnya akan mengikuti arah penyebaran lapisan
batu besi pada setiap open cut yang akan ditambang.

d. Strategi Penambangan
Ditinjau dari sistem pembuangan over burden, maka sistem yang
dipakai adalah sistem infill dump dimana over burden untuk tahun 1
dibuang di penampungan top soil dan untuk tahun berikutnya dibuang di
open cut tahun 1 yang telah selesai (mine out), dan selanjutnya dilakukan
reklamasi. Over burden yang dihasilkan tidak terlalu banyak yaitu berupa
top soil dengan ketebalan rata-rata 0,3 meter. Karena bentuk design
tambang berupa open cut, jadi tidak perlu melakukan penimbunan untuk
menutup pit, tetapi langsung di-
ditebar top soil dan langsung dilakukan reklamasi.

3.2 Tahapan Kegiatan Penambangan


Kegiatan awal pada tahap penambangan adalah pembersihan tempat
kerja (land clearing). Untuk kegiatan pembersihan lahan menggunakan alat
Bulldozer Cat D7R sebanyak 1 unit. Pembersihan lahan adalah kegiatan
pembersihan tumbuh-tumbuhan pada daerah yang akan ditambang. Proses
pembersihan pada lereng yang mempunyai kemiringan lebih besar dari 30
dilakukan dengan tenaga manusia, dengan cara menebang pohon-pohon
besar atau kecil kemudian dibakar. Sedangkan untuk lereng yang
mempunyai kemiringan kurang dari 30, proses pembersihannya
menggunakan alat berat.
Lalu selanjutnya pengupasan tanah pucuk (overburden removal),
dengan menempatkan tanah pada tempat yang aman sebagai bentuk
penyelamatan pelaksanaan reklamasi dan revegetasi daerah selesai
ditambang (mined out). Karena bentuk dan karakteristik endapan batu besi
yang termasuk hasil intrusi yang muncul di lereng bukit, maka sistem
penambangan yang akan diterapkan adalah sistem tambang terbuka (open
pit).
Ditinjau dari morfologinya, kegiatan penambangan akan dilakukan
dengan sistem contour mining. Teknik penggaliannya bertahap dari elevasi
yang paling tinggi ke elevasi yang rendah. Penambangan akan berhenti
sampai elevasi kontur yang terendah. Hal ini karena perhitungan cadangan
pada penyelidikan ini pada batu besi yang muncul di permukaan.

3.3 Rencana dan Jadwal Produksi


Jangka waktu penambangan dapat ditentukan berdasarkan mobilitas-
mobilitas peralatan atau jumlah peralatan yang digunakan. Dari cadangan
tertambang sebesar 3.294.835 ton, bila diasumsikan faktor kehilangan pada
proses penambangan sampai pengangkutan sebesar 8,91%, maka total
cadangan terjual sebesar 3.000.000 ton. PT. Maju Mundur merencanakan
produksi batu besi terjual sebesar 50.000 ton per bulan atau 600.000 ton per
tahun, maka kegiatan PT. Maju Mundur akan berlangsung selama 5 tahun
yang akan direncanakan 2 shift/hari yaitu dengan jam kerja efekif 11 jam
/shift. Waktu penambangan PT. Maju Mundur akan berlangsung selama 5
tahun, dimana akan ditabulasikan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Rencana dan Jadwal Produksi Per Tahun PT. Maju Mundur
Tahun Ke
Parameter
1 2 3 4 5

Overburden (ton) 25000 30000 32000 30000 25500

Bijih Besi 662966 660245 661967 661967 653870


Tertambang (ton)

Losses (%) 8,9% 8,9% 8,9% 8,9% 8,9%

Masuk Stockpile 603641 601164 602732 602732 595359


(ton)

Terjual (ton) 600000 600000 600000 600000 600000

Sisa di Stockpile 3641 4805 4641 4641 -


(ton)

3.4 Kebutuhan Peralatan


Teknik penambangan yang diterapkan dalam operasi penambangan
PT. Maju Mundur adalah open cut mining untuk menentukan jenis peralatan
yang digunakan dalam metode ini, maka perlu dikaji terlebih dahulu jenis-
jenis kegiatan yang akan dilakukan dalam operasi penambangan tersebut.
Dengan gambaran jenis kegiatan yang jelas, maka penentuan spesifikasi
peralatan yang akan digunakan lebih mudah dilakukan, waktu kerja operasi
penambangan, mencakup semua kegiatan penggalian, pemuatan,
pengangkutan, dan pengolahan batu besi serta spreading tanah penutup
yang direncanakan 2 shift/hari yaitu dengan jam kerja efekif 11 jam /shift.
Berdasarkan data curah hujan 10 tahunan diketahui rata-rata jumlah
hari hujan pertahun adalah 186,5 hari dengan rata-rata lama hujan 3 jam
atau 559,3 jam/tahun atau 1,53 jam/hari atau 92,23 menit/hari. Hari libur
nasional antara lain 17 Agustus, hari raya Idul Fitri, Idul Adha, Natal dan
tahun baru serta pemilu. Sedangkan waktu delay dapat diakibatkan antara
lain waktu pengisian solar, over shift, waktu safety talk, dan lain sebagainya.
Peralatan tambang yang akan digunakan adalah kombinasi backhoe-dump
truck, dibantu dengan bulldozer dan grader untuk perawatan jalan serta
peralatan penunjang seperti truck tangki air, pompa, fuel tank dan service
truck.
Kebutuhan alat-alat tambang dihitung dengan cara membagi target
produksi yang harus digali per jam dengan produktivitas alat per jam.
Target produksi yang harus digali per jam didapat dengan cara membagi
target produksi yang harus digali per tahun dengan jam kerja efektif
pertahun. Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan peralatan tambang,
untuk memproduksi batu besi sebanyak 600.000 ton pertahun maka
dibutuhkan peralatan sebagai berikut :
a. Land Clearing
Dari hasil perhitungan diketahui untuk kegiatan pembersihan lahan
menggunakan alat Bulldozer Cat D7R dibutuhkan sebanyak 1 unit .
b. Penggalian Top Soil dan Tanah Penutup
Penggalian dan pemuatan top soil dan tanah penutup digunakan Excavator
PC 200 sebanyak 1 unit. Sedangkan untuk pengangkutannya dibutuhkan HD
Nissan CWA sebanyak 2 unit dan dibantu Bulldozer Cat D7R untuk
membongkar dan mendorong over burden. Untuk merapikan disposal dan
perbaikan jalan digunakan Bulldozer D7R 1 unit.
c. Penambangan Batu Besi dan Pengangkutan ke Stockpile Tambang
Penggalian dan pemuatan batu besi dilakukan dengan menggunakan teknik
peledakan untuk memberai endapan batu besi. Batu besi hasil peledakan
kemudian digali dan dimuat ke dump truck dengan menggunakan Excavator
Cat 375 sebanyak 1 unit dan dibantu dengan Bulldozer Cat D7R sebanyak 1
unit. Sedangkan untuk pengangkatannya dibutuhkan Nissan CWA sebanyak
2 unit.
d. Pemuatan dan Pengangkutan ke Stockpile Tambang
Pemuatan dan pengangkutan batu besi ke stockpile tambang akan
menggunakan alat muat Wheel Loader Cat 998 sebanyak 1 unit.
e. Pengangkutan dari Stockpile Tambang ke Stockpile Terminal
Pengangkutan batu besi dari stockpile tambang (ROM Stockpile) digunakan
alat muat Wheel Loader Cat 998 sebanyak 1 unit. Sedangkan alat angkut
yang dibutuhkan adalah Nissan CWa sebanyak 132 unit.
f. Pemuatan dan Pengangkutan ke Tongkang
Untuk memuat batu besi ke tongkang di gunakan alat muat Wheel Loader
CAT988 sebanyak 1 unit dan alat angkut Dumptruck Nissan Cwa sebanyak
2 unit.

3.5 Umur Tambang


Dari cadangan tertambang sebesar 3.294.835 ton, bila diasumsikan
faktor kehilangan pada proses penambangan sampai pengangkutan ke
tongkang sebesar 8,91%, maka total cadangan terjual sebesar 3.000.000 ton.
PT. Maju Mundur merencanakan produksi batu besi terjual sebesar 50.000
ton per bulan atau 600.000 ton per tahun. Maka umur tambang adalah
selama 5 tahun.

3.6 Jalan Tambang dan Desain Tambang


Infrastruktur jalan di dalam lokasi rencana penambangan batu besi PT.
Maju Mundur belum tersedia. Oleh karena itu PT. Maju Mundur perlu akan
pekerjaan pernbuatan jalan. Konstruksi jalan tambang merupakan sarana
transportasi yang paling utama untuk mendukung tercapainya target
produksi tambang batu besi yang telah direncanakan oleh PT. Maju
Mundur. Jalan utama tambang untuk mengangkut batu besi didesain dengan
lebar 25 meter dan rolling resistance 3 % dengan panjang sekitar 4
kilometer.
Struktur jalan dibangun di atas lapisan dasar dengan nilai CBR = 5.
Total panjang jalan angkut batu besi adalah 28,20 km dengan konstruksi
pengerasan pasir dan batu setebal 50-70 cm. Jalan tambang ini perlu dirawat
dengan baik untuk menjamin kelancaran operasi pengangkutan dan lifetime
dari ban. Alat-alat yang diperlukan untuk perawatan jalan adalah grader dan
truk penyiraman jalan.
Ditinjau dari sistem pembuangan over burden, maka sistem yang
dipakai adalah sistem infill dump dimana over burden untuk tahun 1
dibuang di penampungan top soil dan untuk tahun berikutnya dibuang di
open cut tahun 1 yang telah selesai (mine out), dan selanjutnya dilakukan
reklamasi. Over burden yang dihasilkan tidak terlalu banyak yaitu berupa
top soil dengan ketebalan rata-rata 0,3 meter. Karena bentuk design
tambang berupa open cut, jadi tidak perlu melakukan penimbunan untuk
menutup pit, tetapi langsung ditebar top soil dan langsung dilakukan
reklamasi.
Dengan memperlihatkan beberapa parameter pembentuk model desain
tambang, maka untuk melakukan analisis model desain tambang, daerah
penambangan dapat diasumsikan sebagai sebuah blok yang memiliki
dimensi panjang, lebar, dan ketebalan tertentu. Dengan mempertimbangkan
parameter model geologi sumber daya batu besi, terutama aspek penyebaran
endapan batu besi, maka dapat dilakukan seleksi blok penambangan, untuk
memilih sub blok penambangan yang prospek untuk menjadi lokasi
tambang sesuai dengan persyaratan yang diberikan oleh desain tambang.
Dari hasil proses desain tambang, terbentuk empat buah open cut yang
memiliki potensial batu besi yang potensial sehingga dapat diusahakan
secara ekonomis.
3.7 Rencana Sediment Pond
Settling pond (kolam pengontrol air tambang), berfungsi untuk
memantau kualitas air yang akan dibuang sungai, dibangun antara pit
dengan titik buangan air (seperti sungai). Sehingga diharapkan air tidak
mencemari sungai yang dimanfaatkan oleh penduduk di hilir. Bentuk
settling pond adalah persegi panjang dengan ukuran 20 m x 60 m x 4 m atau
seluas 7200 m2 (0.72 ha) sebab PT. Maju Mundur membangun 6 sediment
pond.

3.8 Sarana Penunjang


Pengadaan fasilitas penunjang sangat perlu untuk mendukung
kegiatan utama penambangan sehingga dapat berjalan sesuai dengan yang di
rencanakan. Lokasi fasilitas penunjang ini dikonsentrasikan pada daerah
tertentu agar memudahkan dalam pengaturan dan pengawasannya, yang
biasanya dekat dengan daerah penambangan. Adapun fasilitas yang akan
dibangun adalah :
- Bangunan faktor administrasi tambang (perkantoran).
Luas bangunan kantor yang direncanakan dibangun 14,0 m x 10,8 m atau
sekitar 0,0151 ha.
- Bangunan tempat ibadah.
Luas bangunan untuk ibadah (mushola) adalah sebesar 0,0064 ha dengan
ukuran 8 m x 8 m.
- Bangunan tempat makan (kantin).
Lokasinya terletak di sekitar bangunan perkantoran dengan ukuran 8 m x
8,8 m, luas area sekitar 0,0070 ha.
- Pos keamanan.
Bangunan pos keamanan dibangun dengan ukuran 3 m x 3 m, dengan luas
area sekitar 0,0009 ha.
- Stasiun bahan bakar.
Stasiun BBM berupa tangki, yang dibangun pada lahan seluas 6 m x 6 m
dengan luas area sekitar 0,0036 ha.
- Genset room
Luasan lahan untuk genset room sekitar 8 m x 6,2 m atau 0,005 ha.
- Fasilitas air bersih.
Sumber air bersih berasal dari sungai yang diolah di water treatment yang
berukuran 10 m x 10 m dengan kapasitas 150 m3 sampai memenuhi air
baku yang layak digunakan.
- Bengkel dan gudang.
Bengkel dan fasilitasnya antara lain gudang (ware house), garasi, tempat
cuci kendaraan dan lain-lain dibangun di areal 500 m2 atau 0,05 ha.
Gudang dibangun berdekatan dengan bengkel yang dibangun dengan
ukuran 5 m x 8 m atau seluas 40 m2 atau 0,004 ha.
- Parking area.
Parking area dibangun di areal 15 m x 7,7 m atau 0,0115 ha.
- Nursery.
Nursery untuk pembibitan dibangun di areal seluas 50 m x 100 m atau 0,5
ha.
BAB IV
PROGRAM REKLAMASI

4.1. Lokasi Lahan yang Akan Direklamasi


a. Lahan Bekas Tambang
Lokasi lahan yang akan direklamasi adalah lahan bekas tambang yang
terdiri dari sebuah pit beserta daerah sekelilingnya di luar pit yang
terganggu dengan luas areal total 500 ha.

b. Timbunan Tanah/Batuan Penutup Diluar Tambang


Pada kegiatan penambangan ini hanya akan menghasilkan 1 lokasi
waste dump area. Waste dump area tersebut akan ditata kembali dan
direvegetasi yang akan dimulai pada tahun kedua. Metode penimbunan
tanah penutup dilakukan dengan teknik infill dump yaitu dengan
menimbunkan kembali sebagian bekas tambang tahun pertama dilakukan
pada tahun ke dua dan di lakukan revegetasi pada tahun ke dua dan
seterusnya.Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah.

Tabel 4.1. Pengisian Kembali Lahan Bekas Tambang Selama 5 Tahun


Tahun ke
Kegiatan
1 2 3 4 5
1. Lahan Yang Dibuka (ha)
a. Daerah Tambang/Pit (ha) 8,2 5,5 5,7 7,9 1,2
b. Daerah Luar Tambang
(ha)
- Disposal (ha) 4,8 - - - -
- Stockpile (ha) 3
- Jalan (ha) 10
- Sarana penunjang (ha) 1,6
2. Penambangan

a. Lahan selesai ditambang


- 8,2 5,5 5,7 9,1
(ha)
b. Lahan aktif ditambang
8,2 5,5 5,7 7,9 9,1
(ha)
c. Volume tanah penutup
25000 30000 32000 30000 25500
yang digali (bcm)

3. Penimbunan
a. Di bekas tambang (ha) - 2,3 5,9 5,5 5,7
b. Di luar bekas tambang
1,98 2,8 - - -
(ha)
c. Volume yang ditimbun
- 25000 32000 30000 25500
dibekas tambang (m3)
d. Volume yang ditimbun
25000 5000
diluar bekas tambang (m3)

4. Reklamasi
- Penataan lahan (ha) - 2.3 5.9 5.5 5.7
- Revegetasi (ha) - 2.3 5.9 5.5 5.7

5. Pencegahan dan
penanggulangan air asam 3418 3418 3418 3418 3418
tambang (m3)

6. Pekerjaan sipil sesuai - - - - -


peruntukan lahan pasca
tambang (ha)
c. Jalan Tambang dan Non Tambang yang Tidak Digunakan Lagi
Rencana reklamasi dan revegetasi lahan untuk keperluan jalan
produksi akan direvegetasi pada tahun ke-l. Revegetasi ini dilakukan di
kanan dan kiri (2 meter) sepanjang jalan produksi batu besi, sehingga luas
keseluruhan adalah 0,001 ha.

d. Bekas Kolam Sedimen


Selama 5 tahun kegiatan penambangan batu besi PT. Maju Mundur,
kolam sedimen dan sarana kendali erosi akan direklamasi dengan cara
memperbaiki tanggul sekitar kolam. Sedpond di disposal dan di pit tidak di
tutup karena masih berguna untuk mengendalikan sedimentasi ketika
revegetasi belum maksimal. Luas tanggul yang akan direvegetasi adalah 0.1
ha.

e. Fasilitas Penunjang Lainnya


Kegiatan pertambangan PT. Maju Mundur berumur 5 tahun dan untuk
rencana pembongkaran fasilitas tambang akan dilakukan pada tahun ke-6
ketika memasuki tahap pasca operasi. Oleh karena itu, pada periode lima
tahun pertama belum ada fasilitas penunjang tambang yang direklamasi.
Kegiatan reklamasi hanya berupa kegiatan revegetasi (penanaman pohon-
pohon berkayu) sebagai areal konservasi dengan lingkungan sekitar.

4.2. Teknik dan Peralatan yang Akan digunakan dalam Reklamasi


Teknik dan peralatan yang digunakan dalam pengelolaan lingkungan
(reklamasi) adalah sebagai berikut :
(a) Untuk mencapai tujuan reklamasi salah satu upaya yang dilakukan
adalah pengelolaan tanah pucuk, dalam hal ini adalah melakukan
pengupasan top soil (lapisan tanah atas) yang dikumpulkan pada suatu
area tertentu dan nantinya akan dipakai sebagai penutup lapisan atas
sebagai sumber hara utama dalam proses revegetasi.
(b) Melakukan penambangan dengan sistem infill dump yang dilengkapi
dengan sistem drainase dan perencanaan lereng yang sesuai dengan sifat
teknis dan mekanis tanah. Apabila overburden masih tidak mencukupi
untuk menutup rata areal bekas tambang maka lereng yang terbentuk
akan dibuat teras sering selain untuk menjaga kestabilan lereng secara
teknis, juga diperuntukan sebagai penempatan tanaman revegetasi.
(c) Melakukan pekerjaan reklamasi sesegera mungkin pada daerah-daerah
bekas galian tambang. Kegiatan ini meliputi pekerjaan :
(1) Penataan tanah pada bekas galian tambang.
Pemerataan tanah pada bekas galian penambangan dan perapian
lereng jenjang untuk memperkecil sudut kerniringan. Jenjang yang
dirapikan sebaiknya dibuat dengan perbandingan minimum 3 : 1
dimana tingkat erosinya cukup dan tingkat keberhasilan penanaman
cukup. Tingkat erosinya cukup ini dapat diimbangi dengan cara
pernbuatan drainase pada jenjang penambangan dan perapian jenjang
membentuk sudut kerniringan yang kecil. Untuk melakukan kernbali
penanaman pada bekas jenjang digunakan cara membuat lubang
pada jenjang yang diisi dengan campuran tanah pucuk dan penutup,
kompos, kapur, pupuk buatan dan kotoran ternak.
(2) Penataan tanah pada waste dump area.
Pada tahun ke-3, waste dump area sudah dapat dilakukan reklamasi.
Kegiatan reklamasi pada lokasi ini meliputi kegiatan persiapan lahan
dan penanaman kembali. Kegiatan persiapan yang dilakukan adalah
pemerataan bentuk muka tanah buangan yang masih berupa
tumpukan atau timbunan pada lokasi buangan diratakan. Setelah
keadaan tanah rata dapat dilakukan perencanaan pembuatan lubang
untuk tanaman pohon tersier. Pada lubang tanaman dimasukkan
campuran tanah pucuk dan tanah penutup, kompos/pupuk
buatan/kotoran ternak dan kapur. Campuran ini dibiarkan selama 2-3
hari untuk menghilangkan panas yang ditimbulkan dari reaksi kapur
dengan tanah. Setelah lahan dan lubang siap maka tanaman dapat
ditanam pada lahan yang telah disiapkan tersebut. Tanaman yang
dapat ditanam untuk reklamasi pada lokasi tambang dan tanah
buangan adalah tanaman akasia dan sengon. Pada lokasi tanah
buangan tambang harus ditanami tumbuhan perambat atau (Pueraria
javanica) dengan jarak 1 x 1 m. Pada masa pertumbuhan tanaman
penutup pada lahan tanah buangan harus ditutup dengan penutup
yang terbuat dari anyaman bambu atau atap daun rumbia yang
berfungsi untuk mengontrol erosi. Pemenuhan kebutuhan bibit
tanaman yang digunakan untuk rehabilitasi dapat memanfaatkan
kerjasama dengan masyarakat desa sekitar lokasi tambang dan bibit
dapat juga diambil dari kebun pembibitan sendiri.
(d) Melakukan pemantauan lereng bekas tambang secara rutin. Kondisi
lereng bekas penambangan yang harus dimantapkan pada kegiatan
pasca penambangan terdiri dari dua jenis lereng yaitu lereng akhir
tambang (final pit slope) dan lereng timbunan (dumping slope).
Berdasarkan pada kajian geoteknik yang telah dilakukan oleh PT. Maju
Mundur diperoleh geometri lereng yang stabil atau mantap yaitu dengan
tinggi jenjang 10 m, kemiringan jenjang 60°, lebar 8 m kemiringan
overall slope sebesar 50° tinggi overall slope maksimal 80 m dan
dengan faktor keamanan ˃ 1,3 untuk lereng akhir tambang. Dengan
tinggi jenjang 5 m, kemiringan jenjang 25° lebar 2,5 m, kemiringan
overall slope sebesar 20°, sedangkan tinggi overall slope 100 m serta
dengan faktor keamanan sebesar ˃ 1,3 untuk lereng timbunan
overburden/interburden.
e) Dalam menangani kemantapan lereng pada pasca penambangan, selain
dilakukan dengan cara mengikuti kondisi geometri seperti yang telah
diuraikan diatas, juga dapat dilakukan dengan menggunakan cara
penyaliran atau drainase lereng yaitu dengan cara memasang beberapa
pipa mendatar pada lereng timbunan, yang dimaksudkan agar muka air
tanah yang ada di dalam lereng timbunan tersebut menjadi rendah dan
lereng timbunan tersebut agar tidak menjadi jenuh air serta menanami
rumput pada bagian permukaan lereng timbunan tersebut yang
dimaksudkan untuk menghindari erosi air permukaan yang dapat
mengakibatkan kelongsoran lereng timbunan secara lokal atau dengan
pemasangan tembok penahan (retain wall) pada bagian kaki lereng
timbunan (toe) yang dimaksudkan untuk meningkatkan gaya penahan,
sehingga faktor keamanan lereng timbunan tersebut dapat lebih
meningkat.
f) Memberikan pengertian kepada masyarakat untuk tidak menebang
pohon terutama pada vegetasi-vegetasi yang dipertahankan dengan
memberikan himbauan dan papan pengumuman.
g) Melibatkan masyarakat dan melakukan kerjasama dengan Dinas
Kehutanan Kabupaten Tanah Datar dalam kegiatan reklamasi.

4.3 Sumber Material Pengisi


Kegiatan infill dump dimulai pada tahun ke-2. Sumber material infill
dump adalah lapisan tanah penutup hasil kegiatan penambangan pada tahun
ke-2 yang melakukan penggalian lapisan tanah penutup di open cut kedua
dan ditimbunkan ke open cut pertama.

4.4 Revegetasi
Kendala utama dalam melakukan kegiatan revegetasi pada lahan-
lahan terbuka pasca penambangan adalah kondisi lahan yang marginal
termasuk masalah fisik, kimia (nutrients dan toxicity), dan biologi tanah.
Masalah fisik tanah mencakup tektsur dan struktur tanah. Masalah kimia
tanah berhubungan dengan reaksi tanah (pH), kekurangan unsur hara, dan
mineral toxicity. Selain itu tanah terbuka bekas tambang biasanya tanah
memadat, minim kandungan unsur hara, berpotensi keracunan mineral,
miskinnya bahan organik, dan minimnya populasi dan aktivitas mikroba
tanah potensial, merupakan faktor-faktor penyebab buruknya pertumbuhan
tanaman dan rendahnya tingkat keberhasilan revegetasi. Untuk dapat
mengatasi masalah ini maka upaya perbaikan lahan dan upaya memilih jenis
tanaman yang tepat.

a. Pemilihan Jenis
Revegetasi pada areal bekas penambangan besi PT. Maju Mundur
ini direncanakan akan mengkombinasikan antara jenis lokal yang
merupakan tanaman perintis atau pionir dalam pertumbuhan suksesi
hutan sekunder yaitu Mahang (Macaranga spp) dan jenis komersil yang
sudah terlihat adaptip di daerah tersebut dan mempunyai nilai ekonomis
yang tinggi yaitu Sunkai (Penorema canescens).
1) Pengenalan Jenis Mahang (Macaranga spp)
Mahang (Macaranga spp) termasuk pada famili Euhporbiaceae
merupakan kelompok jenis yang termasuk pada fast growing species
dan pioneer species, jenis ini umumnya tumbuhnya di hutan sekunder
yang terdegradasi sebagai pohon perintis mempunyai sifat intoleran
dimana mampu bertahan tumbuh di areal terbuka tanpa ada naungan.
Beberapa jenis mahang yang tumbuh di daerah gambut tetapi ada
beberapa jenis mahang yang tumbuh mencapai ketinggian 3000 m dpl
dan jenis ini umumnya dapat tumbuh pada daerah yang memiliki jenis
tanah berpasir, tufa dan tanah liat. Oleh sebab itu, secara alami melalui
proses suksesi mahang mampu tumbuh di areal bekas penambangan
batu besi PT. Maju Mundur pada sela-sela tumpukan batu besi dan
hamparan areal terbuka bekas penambangan batu besi.

Gambar 4.1 Anakan Mahang


Karakter fisik pohon mahang termasuk pohon kecil hingga sedang,
tinggi total mencapai 30 m dan diameter batang mencapai 40 cm.
Buahnya berbentuk kapsul, licin dan mempunyai warna biji yang hitam.
Berat jenis kayu berkisar antara 0,21– 0,47 atau rata-rata mencapai
0,34. Melalui berbagai uji keteguhan, kayu mahang termasuk pada
kelas kuat III-IV dan kelas awet III-V.
Kayu mahang dapat digunakan sebagai bahan bangunan yang tidak
langsung menyentuh tanah, selain itu juga dapat digunakan untuk
rangka ringan, perlengkapan interior, peti kemas, pelampung, dan
tangkai korek api. Di Filipina, kayu mahang disukai untuk membuat
sandal. Kayu mahang pun merupakan bahan baku industri kayu untuk
pembuatan kayu lapis, selain itu juga bagus untuk dijadikan kayu bakar.
Pemanfaatan kayu bakar di sekitar lokasi masih potensial, dimana
masyarakat sekitar lokasi penambangan masih memakai kayu bakar
sebagai sumber energi khususnya memasak.

2) Pengenalan Jenis Sungkai (Peronema canescens)


Sungkai (Peronema canescens) sering disebut sebagai jati sabrang
atau ki sabrang sungkai termasuk dalam famili Verbenaceae. Tempat
tumbuh di dalam hutan tropis dengan tipe curah hujan A sampai C,
pada tanah kering atau sedikit basah dengan ketinggian sampai 600 m
di atas permukaan laut. Tinggi pohon mencapai 20-30 m panjang
batang bebas cabang mencapai 15 m, dengan diameter 60 cm atau lebih,
batang lurus dan sedikit berlekuk dangkai, dan ranting penuh bulu
halus.
Kulit luar berwarna kelabu atau sawo muda, beralur dangkal,
mengelupas kecil-kecil dan tipis. Tekstur kayu kasar dan tidak merata.
Arah serat lurus, kadang-kadang bergelombang dengan permukaan
kayu agak kesat. Kayu sungkai bernilai ekonomis dapat digunakan
untuk bangunan, furniture, lantai, papan dinding, patung, ukiran,
kerajinan tangan.
Gambar 4.2 Tanaman Sungkai (Peronema canescens)
Disamping itu, daunnya dapat digunakan sebagai obat penyakit gigi
dan untuk menurunkan demam panas. Kayu sungkai termasuk dalam
kelas awet III dan kelas kuat II-III, berat jenis 0,53-0,73 atau rata-rata
mencapai 0,62.

b. Pengadaan dan Perlakuan Benih


Pengadaan tanaman ini dapat dilakukan dengan melalui biji yang
disemaikan dulu, dengan menggunakan cabutan alam. Musim
pembuangan dan pembuatan jenis ini relatif teratur, memiliki daging
buah yang berwarna jingga atau merah.
Perbanyakan tanaman generatif untuk jenis sungkai (Peronema
canescens) bisa melalui benih yang disemaikan terlebih dahulu dimana
tanaman sungkai berbuah sepanjang tahun, terutama pada bulan Maret-
Juni. Tiap kilogram biji berisi 262.000 butir. Selain itu juga dapat
mnggunakan anakan cabutan alam atau tukulan/puteran.bisa juga
melalui vegetatif bahkan hal ini lebih dianggap lebih efektif,biasanya
menggunakan stek batang dengan panjang stek 20-30 cm dan stek
pucuk yang diambil dari kebun pangkas.
Pemilihan terubusan yang akan dipakai sebagai bahan stek
dilakukan dengan cara memilih terubusan yang sehat dan sudah
berkayu dengan diameter lebih kurang dari 2,5 cm dengan panjang 25
cm – 30 cm. Untuk merangsang pertumbuhan akar maka stek diberi
hormon tumbuh (Roton F), kemudian ditanam atau disemaikan dalam
kantong plastik. Kantong-kantong plastik sebaiknya dibuat bedengan
dan dinaungi. Cara pemeliharaan bibit adalah penyiraman dua kali
sehari dan jika terserang hama/penyakit dilakukan pemberantasan
dengan insektisida/fungisida. Dengan cara ini biasanya bibit siap
dipindahkan ke lapangan pada umur lebih kurang 3 bulan.

c. Pembangunan Persemaian
Yang dimaksud dengan persemaian (nursery) adalah tempat atau
areal untuk kegiatan memproses benih (atau bahan lain dari tanaman)
menjadi bibit/semai yang siap ditanam dilapangan. Tempat tersebut
dipersiapkan sedemikian rupa dengan memenuhi berbagai persyaratan
teknis dan administrasi yaitu sebagai lokasi khusus bagi suatu calon
tanaman untuk dilakukan berbagai perlakuan dalam rangka bakal
tanaman siap tanam dilapangan. Terdapat 2 teknis penyemaian tanaman
yang lazim adalah menggunakan teknik vegetatif dan teknik generatif
kegiaan di persemaian merupakan kegiatan awal di lapangan dari
kegiatan penanaman, karena ittu sangat penting dan merupakan kunci
pertama didalam upaya mencapai keberhasilan tanaman.
Dalam pelaksanaan pembangunan persemaian akan
memperdayakan masyarakat dengan pertimbangan beberapa faktor
antara lain letak, kondisi tanah, persedian air, perlindungan terhadap
ganguan hama, penyakit, angin, dan gangguan lainnya. Letak lokasi
diupayakan dekat dengan permukiman masyarakat, keadaan tempat
datar, ada akses jalan untuk pengangkutan dan dekat dengan lokasi
tanam atau lokasi reklamasi. Syarat lain yang mutlak harus diperhatikan
adalah adanya sumber air untuk penyiraman. Memilih kondisi tanah
persemaian yang subur, drainase baik, tidak terlalu basah dan tidak
terlalu kering, tidak mengandung batu-batu. Hal ini dimaksudkan agar
tanah tersebutdapatdigunakan sebagai media tabur ataupun media sapih.
Dalam pembangunan suatu persemaian harus dilengkapi dengan
pembuatan fasilitas pendukung yang sangat bergantung pada umur
persemaian, kapasitas produksi dan sarana atau teknologi yang akan
dipakai.. dalam pembuatan reklamasi ini dengan umur persemaian yang
relativ singkat maka tipe persemaian yang dipilih adalah persemaian
sementara dengan fasilitas, bahan dan peralatan persemaian adalah ;

1). Pondok kerja sebagai sarana administrasi pekerjaan dan tempat


pekerja istirahat
2). Pembangunan bedeng tabur dan bedeng sapih semi permanen
3). Saluran penyiraman dengan menggunakan selang plastik
4). Mesin pompa
5). Hand sprayer
6). Paranet/sarlon
7). Parang, cangkul
8). Kantong plastik
9). Media tabur dan media sapih yang sudah dicampurdengan pupuk
10). Fungisida dan pestisida untuk persiapan pemberantasan hama dan
penyakit

d. Penaburan benih
Penaburan benih adalah menanam benih yang telah dipersiapkan/
telah melalui perlakuan-perlakuan khusus dibedengan/bak dengan
tujuan agar benih dapat berkecambah dengan baik. Media tabur yang
digunakan adalah campuran tanah subur dan pasir dengan perbandingan
1 : 2. Bahan media tersebut disterilkan dengan cara dijemur. Penaburan
benih dilakukan secara merata menurut larikan/jalur-jalur atau lubang-
lubang yang telah dibuat, kemudian ditutup dengan pasir atau tanah
halus setebal 0,5 - 1 cm/setebal benih. Secara garis besar penaburan
dapat dilakukan tiga cara : (1) satu perastu (drill sowing), (2) bentuk
garis/baris (line sowing), dan (3) menabur merata (dust sowing). Jarak
tanam antara benih dan antara larikan tergantung pada benih dari suatu
jenis tanaman, namun rata-rata 5 cm antar benih dan 5-10 cm antar
larikan. Penyiraman dilakukan dengan cara hati-hati atau diusahakan
memakai embrat yang halus (kabut) agar bii-biji yang ditabur tidak
terbuka, dijaga jangan terlalu basah agar tidak terjadi pembusukan.

e. Penyapihan
Penyapihan adalah memindahkan bibit/anak semai dari
bedengan/bak ke medium di bedengan sapih. Cara penyapihan, baik
pada waktu mecabut/menggali bibit/anak semai di bedengan/bak
maupun waktu menanamnya ke medium sapih harus dilakukan dengan
hati-hati, jangan sampai batang/akar-akarnya rusak atau tidak tertanam
tegak lurus. Waktu penyapihan sebaiknya dilakukan sore hari, dan
setalah disapih segera dilakukan penyiraman sampai tanahnya cukup
basah.
Penyapihan dilakukan setelah kelopak biji sudah terlepas yaitu
pada umur 1-1,5 bulan atau setelah keluar daun pertama. Saat itu benih
sudahh dapat dipindahkan kedalam polybag secara hati-hati supaya
akarnya tidak putus. Ukuran plastik yang digunakan adalah 10cm x
15cm dengan memakai media tanah humus dicampur dengan pupuk
kandang. Setelah bibit/semai sapihan berumur 3-4 minggu sejak
disapih, kerapatan atap/naungan mulai dikurangi dan setelah berumur 8-
10 minggu sebelum semai dipindahkan/ditanam ke lapangan,
atau/naungan sama sekali ditiadakan.

f. Pemeliharaan bibit di persemaian


Pemeliharaan dipersemaian dilakukan mulai dari benih sampai
dengan semai siap ditanam di lapangan, meliputi pekerjaan sebagai
berikut :
a. Penyiraman, dilakukan 2x sehari atau 3x pada bulan cuaca sangat
panas dan berangin. Penyiraman digunakan sprayer gendong dengan
butiran air yang halus (kabut).
b. Penyiangan/perumputan, dengan maksud untuk meghilangkan
rumput atau tumbuh-tumbuhan lain (liar) yang tidak diinginkan tumbuh
bersama semai, yang akan membebaskan semai dari persaingan dengan
tumbuhan liar dalam hal memperoleh cahaya, udara, air dan unsur-
unsur hara.
c. Pemupukan dimaksudkan supaya kadar unsur hara dalam
tanah/medium semai dipertinggi dan dapat merubah keadaan fisik,
kimiawi dan hayati dari tanah sehingga sesuai dengan tuntutan semai
atau secara sederhana, pemupukan persemaian bertujuan untuk
meningkatkan produktivitas tanah agar diperoleh hasil semai yang
meringkat.
d. Pemupukan, dengan memakai pupuk kandang, dilakukan pada saat
pengisian media sapih.
e. Setelah 2 minggu atau 1 bulan dari penyapihan dilakukan
penyulaman untuk megganti semai-semai sapihan yang mati atau
tumbuhnya kurang baik/kurang sehat dengan menggunakan kecambah
yang sehat dari bedengan/bak tabur.
f. Pembersihan dilakukan agar memberikan ruang tumbuh yang luas
pada penyemprotan hama dan penyakit dengan pestisida apabila
dianggap perlu.

g. Penanaman
Sehubungan dengan sudah tersedianya anakan-anakan mahang
(Macaranga spp) yang tumbuh secara alami, maka penanaman akan
memakai sistem penanaman pengayaan, memelihara mahang
(Macaranga spp) yang tumbuh secara alami dan menambah menanam
pada areal-areal yang kosong, dikombinasikan dengan penanaman
sunkai (Peronema canescens) yang akan menggunakan sistem jalur
dengan jarak tanam 3 x 2 m.
Komposisi antara mahang (Macaranga spp) dan sunkai
(Peronemacanescens) akan diatur sedemikian rupa hingga mencapai
perbandingan 50%-50%, melalui proses pemeliharaan penyiangan dan
penyulaman yang akan dilakukan secara rutin. Hal ini dilakukan adalah
untuk mengarahkan terbentuknya jenis baru yang diharapkan yaitu
sunkai (Peronema canescens) dan memeliharan jenis yang sudah sangat
adaptif untuk membentuk iklim mikro menghantarkan terjadinya
suksesi ke arah yang lebih baik dimana pada akhirnya akan mencapai
suksesi krimaks yaitu terbentuknya hutan tropis primer. Adapun
tahapan-tahapan yang akan dlakukan dalam penanaman adalah:

1) Persiapan Lapangan
Untuk sistim jalur ataupun sistim cempiongan pekerjaan utama yang
perlu dilaksanakan adalah pembuatan dan pemasangan ajir. Arah
pembersihan lapangan di sesuai dengan ajir. Tahap 40 cm x 50 cm x 40
cm yang jaraknya disesuaikan dengan jarak tanam yg telah direncanaka
yaitu 3 m x 2 m. Sebelum penanaman, lubang dipupuk dengan pupuk
dasar yang sesuai dengan kebutuhan masing masing land sistem. Pupuk
diberikan secara merata di dasar lubang tanam. Setelah diberi pupuk
dasar dibiarkan 2 sampai 3 hari selanjutnya baru dilaksanakan
penanaman.
2) Penanaman
Proses penanaman diawali dengan pemasangan aji (panjang 45 cm)
yang ditancapkan pada titik dan jalur tanam sebagai tanda posisi lubang
tanaman yang akan dibuat Air ditancapkan pada semua titik tanam
dengan dibantu tali (supaya lurus). Jika tepat dititik tanam terdapat batu
atau pangkal batang yang mengganggu, posisi ajir digeser, tetapi untuk
titik berikutnya tetap mengikuti jalur awal. Lubang tanam dibuat pada
setiap titik tanam yang telah ditandai ajir. Bibit ditanam satu persatu
pada setiap lubang dengan terlebih dahulu melepas/menyobek bagian
bawah kantong plastik/polybag secara hati- hati agar media tetap utuh
dan tanahnya tidak rusak. Jika terdapat akar cabang atau tunggang yang
menerobos keluar dari tanah dalam polybag, dipotong agar tidak terlipat
dalam lubang tanam biibit ditanam berdiri tegak pada lubang yang
disiapkan pada setiap ajir yang terlebih dahulu sudah di tancapkan,
kemudian ditutup dengan tanah yang gembur sampai leher akar, Tanah
disekelilingnya ditekan dari samping agar tanah menjadi padat. Bila
perlu bibit diikat pada ajir agar tidak goyang ditiup angin.

4.5. Pemeliharaan Tanaman


Keberhasilan hidup tanaman dan pertumbuhannya dipengaruhl oleh
berbagai faktor lingkungan yang terdapat pada tempat tumbuhnya berupa
faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik meliputi semua komponen
lingkungan berupa organisme hidup yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan tanaman anatara lain patogen, parasit, serangga dan
tetumbuhan liar seperti gulma, Faktor abiotik meliputi semua kondisi
lingkungan yang berupa benda mati yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan tanaman seperti iklim dan kesuburan tanah Untuk
meningktakan peran positif dan menekan peran negatif dari semua factor
lingkungan tersebut, maka pemeliharaan tanaman sangat diperlukan agar
keberhasilan hidup dan pertumbuhan tanaman menjadi baik. Beberapa
kegiatan pemeliharaan tanaman antara lain:

4.5.1.Pemeliharaan Tanaman Tahun Ke-1


Pemeliharaan tanaman tahun tahun ke-1 mulai dilakukan pada saat
umur tanaman satu bulan. Kegiatan pokok pemeliharaan tanaman berupa
penyulaman, penyangan, pendangiran, pemangkasan serta pemberantasan
hama dan penyakit tanaman.
a. Penyulaman
Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati dengan
tanaman yang masih seumur. Dalam kegiatan ini dilakukan penggantian
terhadap tanaman mati atau tanaman sakit dengan tanaman baru yang baik
dan sehat. Penyulaman didasarkan pada hasil sensus tanaman < 90%, maka
dilakukan penyulaman. Secara umum kegiatan penyulaman diperkirakan
meliputi sekitar 20% dari kegiatan penanaman. Penyulaman pertama
dilakukan satu bulan setelah penanaman dan penyulaman ke-dua dilakukan
satu tahun setelah penanaman. Penyulaman harus dilakukan pada waktu
musim hujan sebagaimana waktu yang layak untuk penanaman. Bibit yang
digunakan adalah bibit yang sehat, seumur dan berasal dari persemaian yang
sama dengan bibit yang ditanam terdahulu.

b. Penyiangan
Kegiatan penyiangan bertujuan untuk membebaskan tanaman dari tumbuhan
pengganggu agar ruang tumbuh menjadi lebih luas, terutama untuk
memperoleh kandungan hara, mineral dan cahaya matahari yang
dibutuhkan. Penyiangan dilakukan dengan cara membersihkan gulma dan
tanaman pengganggu secara total diareal tanaman, dengan cara manual
dengan mengunakan alat cangkul atau parang. Bagian gulma yang
dibersihkan dapat berbentuk piringan atau melingkar dengan diameter 1-3 m
atau berbetuk jalur dengan lebar jalur 1-3m. Kegiatan penyiangan dapat
dilakukan pada saat musim kemarau atau musim hujan de ngan frekuensi 3-
4 bulan sekali dalam setahun untuk tanaman umur 1-2 tahun, frekuensi 6-12
bulan sekali untuk tanaman umur lebih dari 2 tahun hinggá tampak ada
kepastian bahwa pohon tidak akan terkalahkan dalam bersaing dengan
gulma. Sedangkan pada tahun ketiga cukup satu kali penyiangan dengan
cara menebas perdu/pohon yang dianggap mengganggu tanaman pokok.
c. Pendangiran
Pendangiran dilakukan apabila pertumbuhan tanaman terhambat oleh
kondisi tanah yang padat atau drainase jelek atau merupakan kegiatan
penggemburan tanah disekitar tanaman dalam upaya memperbaiki sifat fisik
tanah. Pendangiran dilakukan secara manual dengan menggunakan cangkul
pada tanah disekitar tanaman dengan radius 25-50 cm. Kegiatan ini
dilakukan selama tiga kali dalam satu tahun berjalan, yaitu pada umur 4
bulan, 8 bulan dan 12 bulan.

d. Pemupukan
Pemupukan merupakan kegiatan penambahan unsur hara pada media
tumbuh tanaman untuk menyeimbangkan unsur hara yang diperlukan
terhadap pertumbuhan tanaman. Cara melakukan pemupukan dengan cara
meletakkan pupuk dalam lubang pada area tanam. Pemupukan dengan NPK
dapat dilakukan dengan dosis 75-100 g/tahun/pohon. Kegiatan pemupukan
pada tahun 1 dilakukan bersamaan dengan kegiatan persiapan lahan. Pupuk
yang digunakan untuk tanaman Acacia spp yaitu NPK (5-15-15) dengan
dosis pupuk setiap batang selam daur 240 gram/batang, Teknis pemupukan
adalah dengan meletakkan pupuk diatas tanam pada dasar lubang tanam.
Setelah bibit tanaman dimasukkan dalam lubang tanam maka pupuk tersebut
beserta bagian akar bibit tanaman ditimbun dengan tanah dari sekeliling
lubang tanam.

e. Singling dan Pemangkasan


Pemangkasan cabang merupakan kegiatan membuang cabang bagian bawah
untuk memperoleh batang bebas cabang yang panjang dan bebas dari mata
kayu. Pemangkasan dilakukan dengan tujuan dengan memperkecil mata
kayu dan memperbaiki kualitas bentuk kayu, Singling dan pemangkasan
dalam kepentingan reklamasi tidak diperlukan, Karena pertumbuhan
tanaman periode pertama lebih mengutamakan fungsi ekologis bukan
ekonomis (kualitas kayu).
f. Pemberantasan Hama dan Penyakit
Kegiatan ini dilakukan sebagai upaya pencegahan serangan hama dan
penyakit dengan melakukan penyemprotan segera setelah ditemukan gejala
dan tanda serangan oleh mikroorganisme atau serangga. Prakiraan frekuensi
penyemprotan dilakukan sebanyak dua kali dengan menggunakan Dithane
dan Afodrin dengan dosis masing-masing 0,2% atau 20 ml per 10 liter air
unutk sekitar 150-200 batang tanaman, sehingga kebutuhan setiap jenis obat
pada setiap kali penyemprotan rata-rata 145 ml/ha atau untuk selama
pemeliharaan tahun berjalan 290 m/ha.

4.5.2. Pemeliharaan Tanaman Tahun Ke-2


Kegiatan pemeliharan Tahun ke-2 dimulai setelah tanaman umur lebih
dari 1 tahun atau tahun kedua penanaman meliputi kegiatan penyulaman
80% pembersihan, pemupukan, serta pemberantasan hama dan penyakit.

4.5.3.Perlindungan dan Pengamanan Tanaman


Selain melakukan perlindungan atas gangguan hama dan penyakit,
tujuan kegiatan perlindungan juga untuk melakukan perlindungan atas
gangguan lainnya seperti hewan, ternak kebakaran dan dari gangguan
manusia.
BAB V
RENCANA BIAYA REKLAMASI

5.1 Biaya Langsung


5.1.1 Biaya Penataan Kegunaan Lahan
a. Jumlah Top Soil
Lahan yang terganggu akibat dari kegiatan penambangan harus ditata
kembali agar lingkungan hidup dapat pulih kembali. Penataan lahan
dilanjutkan dengan kegiatan reklamasi lainnya yaitu penyebaran tanah
pucuk (top soil). Perencanaan dan jumlah tanah pucuk yang disebar dihitung
per hektar dengan ketebalan ± 30 cm, total top soil yang harus ditebar ±
3000 m3.

b. Biaya Penebaran Top Soil


Dari rencana reklamasi diketahui bahwa lahan yang telah siap
dilakukan penebaran top soil pada selama kegiatan penambangan adalah
65,54 hektar. Dan penataan lahan dimulai pada tahun ke-2 penambangan.
Maka tingkat produksi dan biaya perjam untuk tiap-tiap alat yang digunakan
untuk penataan lahan adalah seperti tabel di bawah ini.

Tabel 5.1. Biaya dan Tingkat Produksi Peralatan per Jam

Biaya
Tingkat
Jumlah Upah
Produksi Biaya Total Total
No Alat Alat Buruh Total
(BCM/ Operasi Solar Oli
(Unit) (Rp/ (Rp/jam)
jam) (Rp/jam) (liter) (liter)
jam)

Excavator Cat
1 1 293 400000 15000 126000 22000 563000
375
2 Nissan Cwa 4 293 25000 15000 25200 5500 282800

3 D7R Penataan
1 5050 300.000 15000 126000 22000 463000
Awal

D7R Penataan
4 1 3651 300.000 15000 126000 22000 463000
Akhir

Dan diketahui bahwa top soil yang akan di tebarkan adalah 3.000
m3/hektar. Maka biaya penebaran top soil per hektar adalah sebesar Rp
9.311.855 secara lengkap pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.2 Biaya Penebaran Dan Penataan Top Soil Per Hektar

Jumlah Tingkat Volume Top Jam


Biaya Alat Total Biaya
No Alat Alat Produksi soil/hektar Operasi
Perjam (Rp) (Rp/hektar)
(Unit) (m3/jam) (m3) (jam)

Excavator Cat
1 1 293 3000 10,23 563000 5.757.955
375

2 Nissan Cwa 4 293 3000 10,23 282800 2.892.273

D10R
3 1 5002 3000 0,6 463000 2.77.673
Penataan Awal

D10R
4 Penataan 1 3618 3000 0,83 463000 383.950
Akhir

Total 9.311.855
5.1.2.Biaya Revegetasi

Tabel 5.3 Jumlah Biaya Revegetasi Seluruhnya Untuk Tiap Tahun Perhektar
Biaya
yang di
Harga Kebutuhan
No Komponen Satuan butuhkan
(Rp) Per Hektar
per Hektar
(Rp)
1. Analisa kualitas tanah
a.analisa fisik pcs 70.725 0,41 28.750
b.analisa kimia pcs 202.400 0,41 82.276

2 Jenis tanaman pokok


(Mahang dan sungkai)
Benih dalam bentuk biji kg 50.000 0,5 25.000

3 Benih tanaman
penutup/kacangan-kacangan
a.Puerairia javanica kg 100.000 2 200.000
b.Colopanginium
moconoides/Cetracema kg 30.000 5 150.000
fubercens

4 Pembuatan lahan bibit


a.penebasan 2 orang x 4 hari OH 100,000 4 400,000
b.pencangkulan 2 org x 4 hari OH 100,000 4 400,000

5 Persiapan penanaman bibit


kedalam polybag
a.pemupukan dasar
-NPK kg 8.000 30 240.000
b.memasukan tanah dan BH 500 500 250.000
benih ke polybag
c.pembuatan bedeng BH 150.000 2 300.000
persemaian

6 Pemeliharaan bibit (7 bulan)


a.pemupukan (2 kali)
-NPK kg 8.000 30 240.000

Tabel 5.3 Jumlah biaya revegetasi PT. Maju Mundur selama 5 tahun
Tahun ke
Uraian
1 2 3 4 5
1.Penataan lahan - 2.30 5.90 5.50 5.70
(ha)
2. Biaya - 5.290.684 5.290.684 5.290.684 5.250.684
revegetasi per
hektar (Rp)
3.Biaya - 12.076.574.3 30.979.038.0 28.878.764.2 29.928. 901.1
revegetasi per
tahun (Rp)

5.1.4 Pemeliharaan Dan Perawatan


Besarnya biaya pemeliharaan dan perawatan per hektar adalah adalah
sebesar Rp 2.120.000,-, secara lengkap dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 5.4 Biaya Pemeliharaan dan Perawatan Per Hektar
Biaya yang
Harga Kebutuhan di butuhkan
No Komponen Satuan
(Rp) per Hektar per Hektar
(Rp)

1. Pemeliharaan tahun 1
a.penyulaman (tenaga 2
OH 100.000 1 100.000
orang)
b.penyiangan (tenaga 2
OH 100.000 1 100.000
orang)
c.pemupukan
-NPK Organik kg 8.000 40 320.000
-tenaga (2 orang) OH 100.000 1 100.000
d.singling dan pemangkasan
OH 100.000 1 100.000
(tenaga 2 orang)
e.pembersihan hama dan
penyakit
-obat-obatan (paket) paket 300.000 1 300.000
-tenaga (2 orang) OH 100.000 1 100.000

2 Pemeliharaan tahun 2
a.penyiangan (tenaga 2
OH 100.000 1 100.000
orang)
b.pemupukan
-NPK organik kg 8.000 50 400.000
-tenaga (2 orang) OH 100.000 1 100.000
c.penjarangan (tenaga 2
orang)
d.pembersihan hama dan
penyakit
-obat-obatan (paket) paket 300.000 1 300.000
-tenaga (2 orang) OH 100.000 1 100.000

TOTAL BIAYA
PEMELIHARAAN PER 2.120.000
HEKTAR

Dan total biaya pemeliharaan pada kegiatan rencana reklamasi adalah sebagai
berikut :
Tabel 5.5 Total Biaya Pemeliharaan
Tahun ke
Uraian
1 2 3 4 5
1.Penataan - 2,30 5,90 5,50 5,70
lahan (ha)
2. Biaya - 2.120.000 2.120.000 2.120.000 2.120.000
revegetasi per
hektar (Rp)
3.Biaya - 4.876.000 12.508.000 16.660.000 12.084.000
revegetasi per
tahun (Rp)

5.1.5 Pemantauan
Biaya pemantauan terdiri dari pemantauan tanah. Biaya pemantauan adalah
sebesar Rp.111.026/ hektar. Secara lengkap dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 5.6 Biaya Pemantauan per Hektar
Biaya yang
Kebutuhan
No Komponen Satuan Harga (Rp) dibutuhkan per
per Hektar
Hektar (Rp)
1. Analisa tanah
(pemantauan)
a.analisa fisik
pcs 70.725 0,406504 28.750

b.analisa kimia
pcs 202.400 0,406504 82.276

Total biaya pemantauan


111.026
per hektar

Dan besarnya total biaya pemantauan adalah seperti tabel di bawah ini :

Tabel 5.7 Biaya Pemantauan Tiap Tahun


Tahun ke
Uraian
1 2 3 4 5
1. Penataan lahan
- 2.30 5.90 5.50 5.70
(ha)
2. Biaya revegetasi
- 111.026 111.026 111.026 111.026
per hektar (Rp)
3. Biaya revegetasi
- 255.360,7 655.055,8 610.645,2 632.850,2
per tahun (Rp)

5.1.6 Kegiatan Reklamasi Lainnya


5.1.6.1 Pencegahan dan penanggulangan air asam tambang
Biaya pencegahan dan penanggulangan air asam tambang dihitung
berdasarkan perkiraan volume air larian permukaan yang berasal dari
catchment area dilokasi tambang dan timbunan tanah penutup. Kemudian
volume air larian yang berpotensi untuk menghasilkan air asam tambang
sekitar 50% lalu nilai koefesien larian air permukaan (C-nya) adalah 0,20.
Biaya pengapuran untuk menaikan Ph air adalah sebesar Rp.50/m3. Biaya
pengapuran per tahun adalah Rp.12.442.855.

5.1.7.Total biaya langsung


Total Biaya langsung untuk penetapan jaminan reklamasi PT. Maju
Mundur selama 5 tahun adalah sebesar Rp 388.099.180,-, secara lengkap
dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.8 Perhitungan Biaya Langsung Selama 5 Tahun


TAHUN KE
Uraian Total (Rp)
1 2 3 4 5
1.Biaya
Langsung
(Rp)
a.Biaya
Penataan - 21417266 54939944 51215202 53077573 180.649.985
Lahan (Rp)
b.Biaya
Revegetasi - 12076574 30979038 288787664 29928901 101.863.277
(Rp)
c.Biaya
Pemeliharaan - 4876000 12508000 11650000 12084000 41.128.000
(Rp)
d.Biaya
Pemantauan - 255361 655056 610645 632581 2.153.643
(Rp)
e.Biaya
Pencegahan 12442855 12442855 12442855 12442855 12442855 62.214.275
dan
Penanggulan
gan air Asam
tambang (Rp)
f. Biaya
Pekerja Sipil
Pasca - - - - - -
Tambang
(Rp)
Sub Total
Biaya
12442855 51068056 111524893 104807466 108165910 388.009.180
Langsung
(Rp)

5.2. Biaya Tidak Langsung


Biaya tidak langsung dihitung berdasarkan Peraturan Menteri Sumber
Daya Mineral Nomor 18 Tahun 2008, secara lengkap dapat dilihat pada
Tabel 5.9 di bawah ini.

Tabel 5.9 Perhitungan Biaya Tidak Langsung


TAHUN KE
Uraian Total (Rp)
1 2 3 4 5
1.Biaya Tidak
Langsung (Rp)
A. Biaya
Mobilisasi dan
Demobilisasi 311071 56000000 56000000 56000000 56000000 224.311.071
Air (2,5%)
(Rp)
B. Biaya
622143 2553403 5576245 5240373 5408296 19.400.459
Perencanaan
dan Kegiatan
(Rp)
C. Biaya
Administrasi
dan Keuntung 746571 3064083 6691494 6288448 6439955 23.260.551
an Kontraktor
(6%) (Rp)
D. Biaya
497714 2042222 4450996 4192299 4326636 15.520.367
Supervisi (Rp)
Sub Total
Biaya Tidak
2177500 63660208 72728734 71721120 72224887 565.024.896
Langsung
(Rp)

5.3. Total Biaya


Biaya reklamasi dihitung berdasarkan biaya langsung ditambah
dengan biaya tidak langsung. Dari perhitungan diatas maka diketahui bahwa
biaya reklamasi PT. Maju Mundur selama 5 (lima) tahun adalah Rp
953.124.076, secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 5.10 di bawah ini.

Tabel 5.10 Total Biaya Reklamasi


TAHUN KE
Uraian Total
1 2 3 4 5
1.Biaya
Langsung
(Rp)
a.Biaya
Penataan - 21417266 54939944 51215202 53077573 180649.985
Lahan (Rp)
b.Biaya - 12076574 30979038 288787664 29928901 101.863.277
Revegetasi
(Rp)
c.Biaya
Pemeliharaan - 4876000 12508000 11650000 12084000 41.128.000
(Rp)
d.Biaya
Pemantauan - 255361 655056 610645 632581 2.153.643
(Rp)
e.Biaya
Pencegahan
dan
12442855 12442855 12442855 12442855 12442855 62.214.275
Penanggulan
gan air Asam
tambang (Rp)
f. Biaya
Pekerja Sipil
Pasca - - - - - -
Tambang
(Rp)
Sub total
biaya
12442855 51068056 111524893 104807466 108165910 388.009.180
Langsung
(Rp)
2.Biaya
Tidak
Langsung
(Rp)
a. Biaya
Mobilisasi 311071 56000000 56000000 56000000 56000000 224.311.071
dan
Demobilisasi
Air (2,5%)
(Rp)
B Biaya
Perencanaan
622143 2553403 5576245 5240373 5408296 19.400.459
dan Kegiatan
(Rp)
C Biaya
Administrasi
dan
746571 3064083 6691494 6288448 6439955 23.260.551
Keuntungan
Kontraktor
(6%) (Rp)
D Biaya
Supervisi 497714 2042222 4450996 41 92299 4326636 15.520.367
(Rp)
Sub Total
Biaya Tidak
2177500 63660208 72728734 71721120 72224887 565024896
Langsung
(Rp)
Grand Total
14620355 114728264 184253627 176528586 180391797 953.124.076
(Rp)

Anda mungkin juga menyukai