Tutor :
dr. Retno Widiastuti, MS
Kelompok 2
Mala Sabinta Riani G1A013012
Anisa Nur Fitria G1A013013
Arifah Mabruroh Prilia G1A013015
Nur Amalia Fauziah G1A013016
Sri Nurhayati G1A013017
Tressa Sugiharti G1A013018
Dias Guita Alantus G1A013019
Moh. Rezza Rizaldi G1A013020
Khairunnisa Rahadatul A G1A013021
Meghantari Putri G1A013022
Rizki Baiti Oktaviyani G1A013023
PENDAHULUAN
A. SKENARIO
Sdr Tono, pasien Laki-laki umur 31 tahun datang ke IGD di rumah sakit
anda bekerja, 2 jam yang lalu Sdr Tono mengalami kecelakaan lalu lintas,
motornya menabrak motor lain sehingga dia terjatuh, proses terjatuh nya
dia tidak ingat karena berlangsung cepat, selama 2 jam yang lalu sampai
sekarang Sdr Tono selalu sadar,dan tidak mual atau muntah, helm nya
tidak terlepas dan tetap terpasang. Dia datang mengeluhkan nyeri di
tungkai bawah kaki kanan, terlihat bengkok, sampai tidak bisa berjalan.
Riwayat bekas dipijat tidak ada.
INFORMASI 2
A : Clear
B : Spontan
C : Perdarahan (-), Syok (-)
D : GCS : E4 M6 V5 = 15
Pemeriksaan Fisik :
KU/Kes : Sedang / CM
TD : 120/90
N : 80x/menit
Rr : 20x/menit
S : 37oC
Status Internus : dalam batas normal
Status Lokalis Regio cruris:
L : swelling (+), deformitas (+), hematom (+), VL –
F : nyeri ++
M : terbatas, nyeri
INFORMASI 3
Foto Rontgen
Laboratorium
Hb : 10,7 g/ dl
Ht : 32 %
Leukosit : 15.800/uL
Trombosit : 260.000/uL
MCV : 73 fl
MCH : 25 pg
MCHC : 34 g/dl
Ureum : 22 mg/dL
Na : 141 meq/L
K : 4,5 meq/L
Cl : 102 meq/L
INFORMASI 4
A. Klarifikasi Istilah
Bagian kaki dari lutut ke bawah,
terdiri dari os tibia dan os fibula,
Tungkai bawah ada bagian epifisis dan diafisis. Ada
condyles lateral et medial (Price dan
Wilson, 2005).
Keadaan disintegritas tulang,
penyebabnya karena trauma, faktor
Terlihat bengkok
lain seperti generative, osteoporosis,
atau fraktur (Anonim, 2012)
Spasme otot akibat reflek involunter
pada otot, trauma langsung pada
jaringan, peningkatan tekanan pada
Nyeri
saraf sendori, pergerakan pada
daerah fraktur (Price dan Wilson,
2005).
Instalasi gawat darurat salah satu
unit di Rumah Sakit yang harus
dapat memberikan pelayanan
IGD darurat kepada masyarakat yang
menderita penyakit akut dan
mengalami kecelakaan, sesuai
dengan standar (Anonim, 2012)
B. Batasan Masalah
1. Data Umum
a. Nama : Sdr. Tono
b. Usia : 31 th
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
2. RPS :
a. Onset : 2 jam
b. Keluhan utama : nyeri tungkai bawah kaki kanan
c. Letak : tungkai bawah kaki kanan
d. Kualitas : gerakan terbatas
e. Kuantitas : nyeri ++
f. Keluhan yang menyertai
g. Faktor memperberat : bengkak, deformitas, hematom
h. Faktor memperingan : selalu sadar,dan tidak mual atau muntah,
helm nya tidak terlepas dan tetap terpasang
i. Kronologi : naik kendaraan bermotor kecelakaan 2 jam
kemudian dibawa ke RS
3. RPD : -
4. RPK : -
5. RSE : -
C. Analisis Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan GCS?
2. Jelaskan anatomis tungkai bawah?
3. Biomekanika fraktur ?
4. Bagaimana cara pemeriksaan trauma skeletal?
5. Bagaimana cara pembidaian?
6. Bagaimana cara penyembuhan luka dan kelainan dalam proses
penyembuhan ?
D. Meyusun Berbagai Penjelasan Mengenai Permasalahan yang Ada
1. Apa yang dimaksud dengan GCS?
Glasgow Coma Scale (GCS) adalah skala yang dipakai untuk
menentukan/menilai tingkat kesadaran pasien, mulai dari sadar
sepenuhnya sampai keadaan koma. Teknik penilaian dengan ini terdiri
dari tiga penilaian terhadap respon yang ditunjukkan oleh pasien
setelah diberi stimulus tertentu, yakni respon buka mata, respon
motorik terbaik, dan respon verbal. Setiap penilaian mencakup poin-
poin, di mana total poin tertinggi bernilai 15.
a. Minum alkohol
b. Pemakaian obat
c. Kejang
d. Sakit dada
e. Kehilangan kesadaran
a. Fraktur terbuka
b. Fraktur tertutup
c. Perdarahan
d. Dislokasi
e. Lecet-lecet
4. Bagaimana cara pemeriksaan trauma skeletal?
a. Pemeriksaan status lokasi
Tanda-tanda klinis pada fraktur tulang panjang (Rasjad, 2007) :
1) Look, mencari apakah terdapat :
a) Deformitas, terdiri dari penonjolan yang abnormal seperti
fraktur kondilus lateralis humerus, adanya angulasi, rotasi,
dan pemendekan
b) Functio laesa (hilangnya fungsi, misalnya pada fraktur
kruris sehingga tidak bisa berjalan
c) Melihat ukuran panjang tulang, membandingkan kiri dan
kanan, misalnya pada tungkai bawah melipuwi apparent
length (jarak antara ubilikus dengan maleolus medialis)
dan true length (jarak antara SIAS dengan maleolus
medialis)
2) Feel, mencari apakah terdapat :
a) Nyeri tekan
b) Krepitasi
c) Pemeriksaan status neurologis dan vaskuler di bagian
distal fraktur
d) Palpasi daerah ekstremitas tempat fraktur tersebut, di
bagian distal cedera meliputi pulsasi arteri, warna kulit,
capillary refill test
e) Suhu kulit, denyutan arteri
f) Jaringan lunak, mengetahui adanya spasme otot, atrofi otot
g) Pada pemeriksaan nyeri sumbu tidak dilakukan lagi karena
akan menambah trauma
3) Move, mencari :
a) Krepitasi, terasa bila fraktur digerakkan. Tetapi pada
tulang spongiosa atau tulang rawan epifisis tidak terasa
krepitasi. Pemeriksaan ini sebaiknya tidak dilakukan
karena akan menambah trauma
b) Nyeri bila digerakkan, baik pada gerakan aktif maupun
pasif
c) Seberapa jauh gangguan-gangguan fungsi, gerakan-
gerakan yang tidak mampu digerakkan, range of motion
(derajat dari ruang lingkup gerakan sendi), dan kekuatan
d) Evaluasi gerakan sendi secara aktif dan pasif, apakah
gerakan menimbulkan sakit dan disertai krepitasi
e) Stabilitas sendi
f) ROM, abduksi, adduksi, ekstensi, fleksi, rotasi eksterna,
rotasi interna, pronasi, supinasi, fleksi lateral, dorsofleksi,
plantar fleksi, inverse, eversi
b. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan radiologis
a) Mencakup dua gambaran anteroposterior dan lateral
b) Memuat dua sendi antara fraktur yaitu bagian proksimal
dan distal
c) Memuat dua ekstremitas baik yang cidera maupun yang
tidak terkena cidera
d) Dilakukan dua kali, sebelum tindakan dan sesudah
tindakan
2) Pemeriksaan laboratorium
a) Darah rutin, untuk hematokrit dan leukosit
b) Faktor pembekuan darah
c) Golongan darah
d) Urinalisa
e) Kreatinin (trauma otot dapat meningkatkan beban
kreatinin untuk kliren ginjal)
F. Belajar Mandiri
Sudah dilakukan
3. Macam-macam fraktur
Macam-macam fraktur menurut Ananggadipta (2012) adalah sebagai
berikut :
4. Klasifikasi fraktur
a. Berdasarkan garis fraktur (Sjamsuhidayat, 2011):
1) Tranversa
2) Oblik
3) Spiral
4) Kominutif
5) Segmental
6) Kupu-kupu
7) Impaksi
8) Greenstick
b. Berdasarkan hubungan antar fragmen :
1) Fraktur undisplaced (tidak bergeser) : garis patah komplit tetapi
kedua fragmen tidak bergeser, periosteum masih utuh.
2) Fraktur displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen-
fragmen fraktur yang disebut juga dislokasi fragmen.
Klasifikasi derajat fraktur yang dianut menurut Gustilo
menurut Ananggadipta (2012) :
III Terdapat kerusakan yang hebat dari jaringan lunak termasuk otot,
kulit dan struktur neurovaskuler dengan kontaminasi yang hebat.
6. Penatalaksanaan fraktur
a. Medikamentosa
Dengan fiksasi interna ( open reduction internal fixation,
ORIF) dengan menggunakan pelat atau sekrup. Keuntungannya
adalah tercapainya reposisis yang sempurna dan fiksasi yang kokoh
sehingga pasca operasi tidak perlu dipasang gips dan mobilisasi
segera bisa dilakukan. Kerugiannya dapat terjadi infeksi tulang
(Sjamsuhidayat, 2011).
Weinstein SL, Buckwalter JA. 2005. Turek’s Orthopaedics Principles and Their
Application. 6th ed. Iowa: Lippincott Williams & Wilkins.
Wilmana PF, Gan S. 2007. Analgesik-Antipiretik, Analgesik Anti-inflamasi
Nonsteroid, dan Obat Gangguan Sendi Lainnya. In: Gan S, editor. 2007.
Farmakologi dan Terapi. 5th ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.