Anda di halaman 1dari 2

Paper Islamic Business Ethics

Arsitek Idola: Kengo Kuma

Kengo Kuma adalah arsitek dari Negeri Sakura (Jepang). Ia lahir di Yokohama, Jepang pada
tahun 1954 dan menyelesaikan pendidikan arsitekturnya di University of Tokyo pada Tahun 1979. Dia
bekerja untuk pertama kalinya di Nihon Sekkei and Toda Coorporation, yang kemudian memeutuskan
untuk pindah ke kota New York untuk melanjutkan studinya di Columbia University sebagai visiting
researcher dari tahun 1985-1986.

Pada tahun 1987, Ia mendirikan “Spatial Design Studio” dan pada tahun 1990, Ia mendirikan
kantornya sendiri, yakni “Kengo Kuma & Associated”, yang hingga kini telah memperkerjakan 150
arsitek di Tokyo dan Paris. Selain itu, Ia juga telah mengajar di beberapa Universitas, yakni University of
Tokyo, Columbia University, University of Illinois at Urbana-Campaign, dan Keio University dan
memperoleh gelar Ph.D pada tahun 2008.

“You could say that my aim is „to recover the place‟. The place is a result of nature and time; this is the
most important aspect. I think my architecture is some kind of frame of nature. With it, we can
experience nature more deeply and more intimately. Transparency is a characteristic of Japanese
architecture; I try to use light and natural materials to get a new kind of transparency.” –Kengo Kuma-

Dalam mendesain setiap bangunan yang menjadi proyeknya, Ia selalu memperhatikan lingkungan
sekitar lahan pembangunan. Mulai dari sejarah, iklim, bangunan asli, bangunan lama dan sebagainya.
Menurutnya, lingkungan sekitar sangat mempengaruhi desain yang dibuatnya. Karya Arsitektur yang
baik, adalah yang bisa menyatu dengan alam sekitar. Selain itu baginya, sejarah suatu tempat adalah
elemen yang penting. Ia meyakini bahwa setiap karya arsitektur harus dapat merepresentasikan kualitas
tapaknya. Untuk dapat mengerti dan memahami akan hal ini, Kengo Kuma menggunakan pendekatan
sejarah sebagai aspek utama dalam mendesain, belajar dari masa lalu adalah kunci dari desainnya.

Karya arsitekturalnya selalu fokus pada penggunaan material yang alami dan lokal, seperti kayu
dan batu, meskipun beliau juga menghindari penggunaan kayu sebagai material utama.
Kejadian tsunami yang terjadi di Jepang pada Maret 2011 adalah salah satu penyebab perubahan
pandangan Kengo Kuma terhadap bangunan dan materialnya, serta
bagaimana suatu bangunan diperlakukan agar dapat berdiri tahan lama. Dari penggunaan beton sebagai
pondasi, Kengo Kuma menemukan solusi penggunaan material kayu sebagai bahan utama, setidaknya
untuk mencegah bencana keretakan seperti pada beton.

Bagi Kengo Kuma, untuk menjadi seorang desainer dibutuhkan pengalaman dan kemurahan hati
untuk menciptakan suatu karya arsitektur yang baik. Mampu mengalami arsitektur seutuhnya di tempat
yang sama juga dapat memperluas perspektif seorang arsitek, untuk merasakan keadaan sekitar,
mengetahui situasi, untuk berhubungan, dan dapat menemukan sesuatu yang mungkin tidak mampu
dicari hanya melalui gambar pada layar elektronik.

Adapun karya- karya Keno Kuma adalah sebagai berikut:


Zhafira Rizqa Bennaradicta (16515030)
PPAR UII ANGKATAN V

Anda mungkin juga menyukai