TKP
TKP
Tkp
Fase TKP Fase pertama ini dilaksanakan setelah para korban yang terluka
telah dipindahkan dari area TKP dan area tersebut telah diamankan. Fase
TKP dilaksanakan oleh tim DVI unit TKP yang terdiri dari pemeriksa
tempat kejadian perkara, fotografer, dan pencatat kejadian. Ahli patologi
dan odontologi forensik mendukung setiap tim. Tim ini melakukan
pemilahan antara korban hidup dan korban mati selain juga mengamankan
barang bukti yang dapat mengarahkan pada pelaku apabila bencana yang
terjadi merupakan bencana yang diduga akibat ulah manusia.
2. Pada kesempatan pertama label anti air dan anti robek harus diikat pada
setiap tubuh korban atau korban yang tidak dikenal untuk mencegah
kemungkinan tercampur atau hilang;
Rincian yang harus dilakukan pada saat di TKP adalah sebagai berikut:
1. Membuat sektor‐sektor atau zona pada TKP;
6. Foto mayat dari jarak jauh, sedang dan dekat beserta label jenasahnya;
?
Merupakan tindakan awal yang dilakukan di tempat kejadian peristiwa
(TKP) bencana. Ketika suatu bencana terjadi, prioritas yang paling utama
adalah untuk mengetahui seberapa luas jangkauan bencana. Sebuah
organisasi resmi harus mengasumsikan komando operasi secara
keseluruhan untuk memastikan koordinasi personil dan sumber daya
material yang efektif dalam penanganan bencana. Dalam kebanyakan
kasus, polisi memikul tanggung jawab komando untuk operasi secara
keseluruhan. Sebuah tim pendahulu (kepala tim DVI, ahli patologi
forensik dan petugas polisi) harus sedini mungkin dikirim ke TKP untuk
mengevaluasi situasi berikut :
Pada prinsipnya untuk fase tindakan awal yang dilakukan di situs bencana,
ada tiga langkah utama. Langkah pertama adalah to secure atau untuk
mengamankan, langkah kedua adalah to collect atau untuk
mengumpulkan dan langkah ketiga adalah documentation atau pelabelan.
Setelah ketiga langkah tersebut dilakukan maka korban yang sudah diberi
nomor dan label dimasukkan ke dalam kantung mayat untuk kemudian
dievakuasi.
1. To Collect
Pada langkah to collect organisasi yang memimpin komando DVI
harus mengumpulkan korban – korban bencana dan mengumpulkan
properti yang terkait dengan korban yang mungkin dapat digunakan
untuk kepentingan identifikasi korban.
3. Documentation
Pada langkah documentation organisasi yang memimpin komando
DVI mendokumentasikan kejadian bencana dengan cara memfoto area
bencana dan korban kemudian memberikan nomor dan label pada korban.
Setelah ketiga langkah tersebut dilakukan maka korban yang sudah
diberi nomor dan label dimasukkan ke dalam kantung mayat untuk
kemudian dievakuasi.
Personal di TKP
Pada fase ini, para ahli identifikasi, dokter forensik dan dokter gigi
forensik melakukan pemeriksaan untuk mencari data postmortem
sebanyak-banyaknya. Sidik jari, pemeriksaan terhadap gigi, seluruh tubuh,
dan barang bawaan yang melekat pada mayat. Dilakukan pula
pengambilan sampel jaringan untuk pemeriksaan DNA. Data ini
dimasukkan ke dalam pink form berdasarkan standar Interpol.
5) Deskripsi pakaian satu persatu mulai dari luar, kemudian dilepas dan
dikumpulkan serta diberi nomor sesuai nomor jenazah (bila diperlukan
untuk mengambil foto jika dianggap penting dan khusus);
6) Apabila rahang atas dan bawah tidak dapat dipisahkan dan rahang
kaku, maka dapat diatasi dengan membuka paksa menggunakan tangan
dan apabila tidak bisa dapat menggunakan `T chissel’ yang dimasukkan
pada region gigi molar atas dan bawah kiri atau kanan atau dapat
dilakukan pemotongan musculus masetter dari dalam sepanjang tepi
mandibula sesudah itu condylus dilepaskan dari sendi;
10) Selanjutnya bila perlu dibuat cetakan gigi jenazah untuk analisa lebih
lanjut.
3. Antemortem
Fase ketiga adalah fase pengumpulan data antemortem dimana ada tim
kecil yang menerima laporan orang yang diduga menjadi korban. Tim ini
meminta masukan data sebanyak-banyaknya dari keluarga korban. Data
yang diminta mulai dari pakaian yang terakhir dikenakan, ciri-ciri khusus
(tanda lahir, tato, tahi lalat, bekas operasi, dan lain-lain), data rekam
medis dari dokter keluarga dan dokter gigi korban, data sidik jari dari
pihak berwenang (kelurahan atau kepolisian), serta sidik DNA apabila
keluarga memilikinya. Apabila tidak ada data sidik DNA korban maka
dilakukan pengambilan sampel darah dari keluarga korban. Data Ante
Mortem diisikan ke dalam yellow form berdasarkan standar Interpol.
- Mengunjungi TKP
- Mengahadiri tempat yang berhubungan dengan keluarga korban
-Sampel Biologis dari korban orang hilang (sikat gigi, sikat rambut)
-Photos
-Sidik jari
4. Rekonsiliasi
Form data antemortem dan postmortem yang telah selesai selama fase
pertama dan kedua dibandingkan selama fase rekonsiliasi. Perbandingan
ini dicapai secara sistematis menggunakan bagan rekonsiliasi dan masing-
masing dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, warna kulit, dan umur.
Seseorang dinyatakan teridentifikasi pada fase rekonsiliasi apabila
terdapat kecocokan antara data antemortem dan postmortem dengan
kriteria minimal 1 macam Primary Identifiers atau 2 macam Secondary
Identifiers.
5. DVI
Tim DVI bersifat profesional, lintas sektoral dan lintas disiplin yang
meliputi unsur-unsur :
1. Kesehatan (Depkes, Dinkes, Rumah sakit)
4. Perguruan tinggi
8. Pemadam kebakaran
POLISI
- FORENSIC PATHOLOGY
- FORENSIC ODONTOLOGY
- FINGERPRINTS EXPERT
- DNA EXPERT
- PHOTOGRAPHERS , etc
++