PENDAHULUAN
Banyak kematian dari kasus yang wajar terjadinya tak dapat diramalkan
sebelumnya, secara mendadak atau merupakan kematian tak ada yang melihat.
Kematian mendadak sering terjadi dan didapatkan pada orang yang sebelumnya tampak
dalam keadaan yang sehat.1 Kematian mendadak yang disebabkan oleh penyakit,
seringkali mendatangkan kecurigaan baik bagi penyidik maupun masyarakat umum,
khususnya bila kematian tersebut menimpa orang yang cukup dikenal oleh masyarakat,
kematian di hotel, cottage, atau motel atau bahkan di dalam mobil.2
Definisi WHO untuk kematian mendadak adalah kematian yang terjadi pada 24
jam sejak gejala-gejala timbul, namun pada kasus-kasus forensik, sebagian besar
kematian terjadi dalam hitungan menit atau bahkan detik sejak gejala pertama timbul.
Kematian mendadak tidak selalu tidak diduga, dankemtian yang tak diduga tidak selalu
terjadi mendadak, namun amat sering keduanya ada bersamaan pada suatu kasus.3,4
Terminologi kematian mendadak dibatasi pada suatu kematian alamiah yang terjadi
tanpa diduga dan terjadi secara mendadak, mensinonimkan kematian mendadak dengan
terminologi ”sudden natural unexpected death”. Kematian alamiah di sini berarti
kematian hanya disebabkan oleh penyakit bukan aibat trauma atau racun.
Hasil otopsi yang pernah dilaporkan selama lebih dari lima setengah tahun
(1973-1943), pada Office Chief Medical Examiner, New York, didapatkan 2030 kasus
kematian mendadak karena sebab yang wajar, yang dianalisis oleh Helpern dan Rapson.
Dari hasil tersebut nama penyakit system kardiovaskuler merupakan penyebab
kematian mendadak yang menduduki peringkat pertama sebesar 44,9%, lalu sistim
pernapasan sebesar 23,1%, sistim saraf (otak dan selaput otak) sebesar 17,9%, sistim
pencernaan dan urogenital sebesar 9,7%, dan sebab-sebab lainnya sebesar 4,4%.1,2
Makalah ini dibuat untuk membahas mengenai kematian mendadak didalam bidang
forensik sehingga diharapkan dapar membantu pembaca mengenai kematian mendadak
di dalam bidang forensik.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
Contoh-contoh lain kasus kematian mendadak antara lain:1
3
- Seorang pejabat ditemukan meninggal di dalam ruang kerjanya
- Seorang pembantu RT, sedang melihat TV tiba-tiba jatuh dan meninggal
dunia.
Cara menangani kematian mendadak:1
1. Keterangan dari korban dikumpulkan baik dari keluarga, teman-teman, polisi
dan saksi-saksi yang meliputi :
a. Usia
b. Penyakit yang pernah diderita
c. Kesehatan akhir-akhir ini, apa telah berobat dan dimana serta bagaimana
hasil laboratoriumnya.
d. Tingkah laku yang aneh.
2. Hal ikhwal sekitar kematian, apakah ada hal-hal yang mencurigakan,
misalnya:
a. Makan soto kemudian meninggal
b. Habis bertengkar dengan seseorang kemudian meninggal
c. Apakah pernah kedatangan tamu
3. Keadaan sekitar korban bagaimana.
a. Teratur atau berantakan
b. Kamar terkunci dari dalam atau tidak
c. Apakah ditemukan barang-barang yang mencurigakan
4. Apakah korban tersebut diasuransikan.
5. Pada pemeriksaan luar, apakah ditemukan tanda-tanda kekerasan atau hal-
hal lain yang mencurigakan.
4
4. Korban diduga meninggal secara wajar, misalnya CVA tetapi juga
ditemukan tanda-tanda kekerasan, maka keluarga atau dokter lapor polisi.
Kematian mendadak terjadi empat kali lebih sering pada laki-laki dibandingkan
pada perempuan. Penyakit pada jantung dan pembuluh darah menduduki urutan
pertama dalam penyebab kematian mendadak, dan sesuai dengan kecenderungan
kematian kematian mendadak pada laki-laki yang lebih besar, penyakit jantung dan
pembuluh darah juga memiliki kecenderungan serupa. Penyakit jantung dan
pembuluh darah secara umum menyerang laki-laki lebih sering dibanding
perempuan dengan perbandingan 7 : 1 sebelum menopause, dan menjadi 1 : 1 setelah
perempuan menopause. Di Indonesia,seperti yang dilaporkan Badan Litbang
Departemen Kesehatan RI, persentase kematian akibat penyakit ini meningkat dari
5,9% (1975) menjadi 9,1% (1981), 16,0% (1986) dan 19,0% (1995).5,6
Tahun 1997 -2003 di Jepang dilakukan penelitian pada 1446 kematian pada
kecelakaan lalu lintasdan dari autopsi pada korban kecelakaan lalu lintas di Dokkyo
University dikonfirmasikan bahwa 130kasus dari 1446 kasus tadi penyebab
kematiannya digolongkan dalam kematian mendadak, bukankarena trauma akibat
kecelakaan lalu lintas.7
Kematian yang terjadi dimana ada saksi mata dan keadaan dimana
faktor fisik dan emosi mungkin memainkan peran, juga dapat terjadi saat
aktivitas fisik, dimana cara mati dapat lebih mudah diterangkan atau kematian
tersebut terjadi selama perawatan/pengobatan yang dilakukan oleh dokter
(attendaned physician).
5
physician), terdapat kemungkinan hadirnya saksi-saksi yang mungkin ikut
bertanggung jawab terhadap terjadinya kematian.
6
Ada beberapa prinsip secara garis besar harus diketahui oleh dokter
berhubungan dengan kematian mendadak akibat penyakit yaitu:
Lesi Penyebab
Grup terbesar adalah lesi yang diakibatkan oleh proses penyakit yang berjalan
perlahan atau insidental berulang yang merusak organ vital tanpa menimbulkan
suatu gejala renjatan akut sampai terjadi suatu penghentian fungsi organ vital
yang tiba-tiba. Salah satu contoh yang paling baik untuk golongan ini adalah
kematian mendadak akibat penyakit jantung koroner.
Terjadinya ruptur pembuluh darah yang mendadak dan tak terduga, yang diikuti
dengan perdarahan yang berakibat fatal. Contoh golongan ini adalah pecahnya
aneurisma aorta dengan perdarahan ke dalam pericardial sac atau pecahnya
aneurisma pada sirkulus Willisi yang menyebabkan perdarahan subdural.
Golongan ketiga mencakup infeksi latent atau infeksi hebat yang perjalanan
penyakitnya berkembang tanpa menunjukkan gejala yang nyata atau bermakna
7
sampai terjadi kematian. Contohnya adalah endokarditis bakterial atau obstruksi
mendadak usus karena volvulus.
Pengenalan sebab kematian pada kasus kematian mendadak secara mendasar
adalah proses interpretasi yang mencakup deteksi perubahan patologis yang
ditemukan secara anatomis, patologi anatomi, bakteriologis dan kimiawi serta
seleksi lesi yang ditemukan yang dianggap mematikan bagi korban.
Menurut sistem tubuh, lesi yang menyebabkan kematian mendadak dapat dibagi
atas:5
1. Penyakit jantung dan pembuluh darah
Penyumbatan arteri koroner
Lesi miokard, katup jantung, endocardium dan pericardium
Penyakit jantung kongenital
Lesi aorta
2. Penyakit respirasi
Lesi yang menyebabkan asfiksia
Perdarahan dari jalan nafas
Pneumothorax
Infeksi paru
3. Penyakit otak dan lesi intrakranial lain
4. Penyakit saluran cerna dan urogenital
Perdarahan ke dalam saluran cerna
Perdarahan intra-abdomen
Syok
Infeksi peritoneum
Lesi urogenital
5. Lain-lain
Addison disease
Pheochromocytoma dari medula adrenal yang menyebabkan
hiperadrenalin
Senile marasmus
Diabetes melitus
Hemochromatosis
Discrasias darah
8
Status lymphaticus
Hipertiroid
Malaria
Deformitas berat dari spinal
Perdarahan dari ulcus varises di kaki
Penyebab yang belum dapat ditentukan
6. Anak
Anomali kongenital
Penyakit infeksi
Konvulsi dengan asfiksia
Penyakit defisiensi
9
darah dan pada percabangan pembuluh darah menyumbat pembuluh darah dan
menyebabkan multipel mini-infark. Bagian endotel dari plak yang hancur dapat
bertindak seperti katup dan menutup total pembuluh darah. Komplikasi lain
adalah perdarahan sub-intima yang terjadi pada plak, membesarkannya secara
tiba-tiba dan menutup lumen pembuluh darah.
Trombosis koroner
Miokard infark, terjadi ketika stenosis berat terjadi atau terjadi oklusi
total dari pembuluh darah, bila pembuluh darah kolateral di tempat
bersangkutan tidak cukup memberi darah pada daerah yang bersangkutan.
Infark umumnya baru terjadi bila lumen tertutup lebih dari atau sama dengan
70%.
Lesi pada sistem konduksi jantung. Efek dari infark yang besar adalah
mengurangi fungsi jantung karena kegagalan pompa dan otot yang mati tidak
dapat berkontraksi atau menyebabkan aritmia dan fibrilasi ventrikel. Infark
yang dapat dilihat dengan mata secara makroskopik tidak terjadi saat kematian
mendadak, karena perlu beberapa jam agar oklusi jantung menjadi jelas. Tapi
efek fatal dari infark dapat terjadi pada setiap saat setelah otot menjadi iskemik.
10
Ruptur otot papilaris, dapat terjadi karena infark dan nekrosis. Keadaan
ini memungkinkan katup mitral mengalami prolaps dengan gejala insufisiensi
mitral dan bahkan kematian.
Kematian dari sistem organ ini (otak dan selaput otak) menmcapai
17,9% dari kematian mendadak yang ditemukan pada otopsi. Adapun penyakit-
penyakit dari organ ini yang menimbulkan kematian mendadak antara lain :1,2
11
d. Perdarahan serebral multiple
Perdarahan serebral yang berakibat fatal, kadang-kadang merupakan
perdarahan yang multiple. Perdarahan seperti ini sering didapat pada seseorang
yang menderita leukemia kronis.1
e. Perdarahan pachy-meningitis interna
Perdarahan ini berkembang cepat dan prograsif sehingga penyebab
kematian adalah akibat penekanan serebral.
f. Trombosis dan emboli serebral
Walau thrombosis tidak begitu umum mengakibatkan kematian
mendadak, namun thrombosis ini sering terjadi pada seseorang yang menderita
aterosklerosis serebral, dan komplikasi penyakit yang lain yang dapat
menyebabkan kematian mendadak.. Kasus ini terjadi biasanya bertahap dan
penderita biasanya mengetahui akibat dari penyakitnya. Trombosis serebral
biasanya mengenai serebral media, basiler atau arteri vertebral. Trombosis
serebral spontan dan infark serebral tidak sulit ditemukan pada otopsi. Selama
otopsi berlangsung harus hati-hati agar thrombus dalam aurikula atau ventrikel
jantung atau dalam aorta ascending dan cabang-cabangnya dapat ditemukan.
Trombus juga bisa menyumbat arteri di otak, yang berasal dari thrombosis di
ventrikel kiri.1
g. Kista koloid dan parasit
Penekanan serebral yang lama dan tersembunyi dapat diakibatkan
karena infeksi yang lama, seperti cyscercus cellulose yang membendung cairan
serebro spinal (CSF) pada ventrikel IV, di mana akibat yang timbul mirip
dengan penekanan akibat terjadinya pembuntuan foramen munro.1
h. Intrakranial neoplasma
Tumor pada kepala, pembesarannya terjadi secara perlahan-lahan
sehingga menimbulkan gejala yang tidak khas, tiba-tiba berakibat fatal akibat
penekanan serebral. Jenis yang tersering adalah glioma primer, meningioma
pada duramater yang menyebabkan penekanan penekanan pada permukaan
otak.1
Kadang-kadang proses metastase pada otak menyebabkan kematian tak
terduga, di mana tumor primernya berada jauh seperti tumor bronkus atau
12
chorio-epitelioma. Pada otopsi sering ditemukan glioma pada kedua lobus
frontal yang menyebabkan penekanan yang fatal.1
i. Abses otak, polioensefalitis dan meningitis
Abses otak yang sering akibat komplikasi dari otitis media kronik dan
mastoiditis dapat berkembang menjadi lebih parah dan dapat menyebabkan
kematian dengan cepat akibat penekanan pada serebral. Polioensefalitis akut
dan ensefalitis juga sering menyebabkan kematian mendadak. Kasus-kasus lain
yang menyebabkan kematian tak terduga adalah leptomeningitis supurativa dan
sepsis meningokokus fulminan.1
j. Infeksi sifilis
Sifilis leptomeningitis kronik ditandai dengan infiltrasi sel radang dalam
selaput piaaraknoid yang terlihat jelas di bawah permukaan pons dan sekitar
sirkulus wilisi.1
13
Kematian Mendadak akibat Spontaneous Subarachnoid Hemorrhage
14
Kematian Mendadak akibat Status Lymphaticus
Ada 2 pendapat :1
1. Pada otopsi korban dewasa muda dan anak-anak yang meninggal mendadak
tidak ditemukan kelainan-kalainan anatomi yang menyebabkan kematian,
kecuali adanya kelenjar limfa yang membesar. Maka menurut pendapat
pertama tersebut, sebab kematian korban adalah Status lymfatikus.
2. Status lymfatikus merupakan variasi morfologis yang normal, bukan
merupakan kelainan pathologis yang menyebabkan kematian, tetapi sarjana
yang mempunyai pendapat kedua tersebut meskipun sudah melakukan
penyelidikan yang intensif juga tidak ditemukan sebab kematian yang lain.
Kesimpulan : Status Lymfatikus masih dianggap sebagai salah sebab
kematian. Mekanisme terjadinya kematian mendadak pada status lymfatikus
belum jelas. Menurut sjmmers, dapat sebagian hasil anaphylaction reaction oleh
karena :1
- Sensitisasi oleh necrotic germinal centers dari kelenjar yang hyperplastic.
- Pelepasan nucleoprotein.
Kejadian tersebut dapat terjadi spontan atau karena faktor-faktor dari
luar antara lain: injeksi antitoxin, tusuk jarum, menyelam ke dalam air dingin.
Pemeriksaan luar:1
a. Perkembangan individu normal
b. Pertumbuhan badan normal
c. Thorax ramping
d. Otot-otot kaki bulat
e. Kulit bersih dan licin
f. Pada laki-laki : kumis, janggut, rambut ketiak dan rambut pubis sedikit
(seperti pada wanita)
Pemeriksaan dalam:1
a. Thymus membesar dan hyperplasia yang semestinya umur 30 tahun
sudah hilang
b. Kelenjar lymfa dari spleen, GI tract, tonsil, lidah dan lymfonodes dari
mesenterium hyperplasia
15
c. Cardiovascular system hypoplasia : jantung kecil, aorta mengecil dan
lumennya menyempit, arteri terutama di otak dindingnya menipis dan
menyempit
d. Adrenal glands tipis dan hypoplastic
e. Alat kelamin perkembangannya terlambat
16
1. Perubahan patologi anatomi, bakteriologi dan kimia
2. Pemilihan lesi yang fatal pada korban.
Pada kasus kematian mendadak yang sering kita hadapi, tindakan yang mampu
dilakukan pada kematian mendadak adalah:1
1. Semua keterangan almarhum dikumpulkan baik dari keluarga, teman,
polisis, atau saksi-saksi, yang meliputi : usia, penyakit yang pernah diderita,
pernah berobat di mana, hasil pemeriksaan laboratorium, tingkah laku yang
aneh, dll
2. Keadaan korban dan sekitar korban saat ditemukan, pakaian yang
ditemukan, tanda-tanda kekerasan atau luka, posisi tubuh, temperature,
lebam mayat, situasi TKP rapi atau berantakan, adanya barang-barang
mencurigakan
3. Keadaan sebelum korban meninggal
4. Bila sebab kematian tidak pasti, sarankan kepada keluarga untuk melapor
kepada polisi, jika polisi tidak meminta visum et repertum dapat diberi surat
kematian
5. Dalam mengisi formulir B, pada sebab kematian bila tidak diketahui sebab
kematiannya ditulis tidak diketahui atau mati mendadak
6. Bila dilakukan pemeriksaan dalam, buat preparat histopatologi bagian
organ-organ tertentu diperiksa dan pemeriksaan toksikologi
7. Sebaiknya jangan menandatangani surat kematian tanpa memeriksa
korban, jangan menyentuh apapun terutama yang dipakai sebagai barang
bukti.
Dari hasil pemeriksaan kemungkinan:1
1. Korban meninggal secara wajr dan sebab kematian jelas, misalnya coronay
heart disease, maka diberi surat kematian dan dikuburkan
2. Sebab kematian tidak jelas, keluarga/dokter lapor ke polisi, kemudian polisi
minta visum et repertum, setelah SPVR dating maka korban diotopsi untuk
menetukan sebab kem,kmatian korban
3. Korban meninggal secara tidak wajar, misalnya ditemukan adanya tanda-
tanda kekerasan, maka keluarga atau dokter lapor ke polisi
4. Korban diduga meninggal secara wajar, misalnya CVA tetapi juga
ditemukan tanda-tanda kekerasan, maka keluarga atau dokter lapor ke
polisi.
17
BAB III
PENUTUP
18
DAFTAR PUSTAKA
2. Idries AM. Pedoman ilmu kedokteran forensik. Jakarta: Binarupa Aksara; 1997.
ed.1.
4. Di Maio DJ, Di Maio VJM. Forensic pathology. Florida: CRC Press; 2000.
19