Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

Banyak kematian dari kasus yang wajar terjadinya tak dapat diramalkan
sebelumnya, secara mendadak atau merupakan kematian tak ada yang melihat.
Kematian mendadak sering terjadi dan didapatkan pada orang yang sebelumnya tampak
dalam keadaan yang sehat.1 Kematian mendadak yang disebabkan oleh penyakit,
seringkali mendatangkan kecurigaan baik bagi penyidik maupun masyarakat umum,
khususnya bila kematian tersebut menimpa orang yang cukup dikenal oleh masyarakat,
kematian di hotel, cottage, atau motel atau bahkan di dalam mobil.2

Definisi WHO untuk kematian mendadak adalah kematian yang terjadi pada 24
jam sejak gejala-gejala timbul, namun pada kasus-kasus forensik, sebagian besar
kematian terjadi dalam hitungan menit atau bahkan detik sejak gejala pertama timbul.
Kematian mendadak tidak selalu tidak diduga, dankemtian yang tak diduga tidak selalu
terjadi mendadak, namun amat sering keduanya ada bersamaan pada suatu kasus.3,4
Terminologi kematian mendadak dibatasi pada suatu kematian alamiah yang terjadi
tanpa diduga dan terjadi secara mendadak, mensinonimkan kematian mendadak dengan
terminologi ”sudden natural unexpected death”. Kematian alamiah di sini berarti
kematian hanya disebabkan oleh penyakit bukan aibat trauma atau racun.

Hasil otopsi yang pernah dilaporkan selama lebih dari lima setengah tahun
(1973-1943), pada Office Chief Medical Examiner, New York, didapatkan 2030 kasus
kematian mendadak karena sebab yang wajar, yang dianalisis oleh Helpern dan Rapson.
Dari hasil tersebut nama penyakit system kardiovaskuler merupakan penyebab
kematian mendadak yang menduduki peringkat pertama sebesar 44,9%, lalu sistim
pernapasan sebesar 23,1%, sistim saraf (otak dan selaput otak) sebesar 17,9%, sistim
pencernaan dan urogenital sebesar 9,7%, dan sebab-sebab lainnya sebesar 4,4%.1,2
Makalah ini dibuat untuk membahas mengenai kematian mendadak didalam bidang
forensik sehingga diharapkan dapar membantu pembaca mengenai kematian mendadak
di dalam bidang forensik.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Kematian Mendadak

Kematian mendadak dapat berupa:1

1. Kematian seketika (Instantaneous death)


Contoh: Seorang yang dalam keadaan sehat bertamu ke rumah temannya, baru
duduk beberapa menit kemudian orang tersebut langsung meninggal.
2. Kematian tak terduga (Unexpected death)
Contoh: Seorang yang hanya mengeluh sakit perut dikira gastritis biasa,
sehingga ia bekerja seperti biasa, kemudian orang tersebut langsung meninggal
di tempat kerja.
3. Kematian tanpa saksi atau sebab kematian yang tidak jelas (Unwitness death)
Contoh: Seorang yang hidup sendiri tanpa teman di sebuah rumah, kemudian
orang tersebut ditemukan sudah dalam keadaan meninggal dengan sebab
kematian tidak diketahui dengan jelas.
Pada kasus kematian mendadak, korban biasanya tidak meninggal seketika atau
segera, tetapi sering korban meninggal dalam beberapa menit sampai lebih dari 24
jam setelah menderita sakit. Pada kasus kematian medadak harus dipikirkan
kemungkinan penyakit, kekerasan, keracunan, yang kadang-kadang sulit dibedakan.
Contohnya:1
1. Orang yang meninggal karena varices esophagus yang pecah, oleh karena
sirosis hepatis, etiologinya dapat : wajar oleh karena hepatitis infection,
chronic alkoholisme, racun.
2. Orang yang meninggal oleh karena apoflexi cerebri ternyata juga ditemukan
trauma kepala. Orang tersebut dapat mengalami apoflexi cerebri kemudian
jatuh sehingga mengalami trauma kepala atau orang tersebut mengalami
trauma kepala lebih dulu kemudian tekanan darah naik dan mengalami
apoplexia cerebri.

2
Contoh-contoh lain kasus kematian mendadak antara lain:1

1. Seorang pria, 28 tahun ditemukan meninggal dalam mobilnya. Pada otopsi


ditemukan adanya perdarahan cerebral yang luas. Juga ditemukian gross
emfisema bersamaan bronchiectasis bilateral dan cor pulmonale. Perbesaran
arteri dan cabang-cabangnya menunjukkan adanya perubahan degenerasi dan
obstruksi parsial oleh thrombus. Tidak ditemukan adanya bukti baik secara
klinik maupun patologi adanya hipertensi kronik.
2. Seorang pria, 85 tahun ditemukan meninggal di kamar hotel. Pada otopsi telah
ditemukan adanya intrapericardial hemorrhage yang ditimbulkan karena rupture
pada aorta tepat di atas katub. Pada kepala ditemukan perdarahan intracerebral
massif, hal ini menandakan adanya perdarahan pada dua tempat secara
bersamaan. Terdapat bukti adanya kardiomiopati hipertensif derajat sedang,
Pada pemeriksaan histologist bukti adanya menunjukkan perubahan pembuluh
darah, hipertensi ringan dan tidak ada tanda-tanda hipertensi maligna.
3. Seorang Indian mengeluh nyeri abdomen dan dokter bedah memutuskan untuk
melakukan laparotomi. Kemudian 15 menit sebelum dianestesi, pasien
memuntahkan seekor cacing dan tiba-tiba meninggal di meja operasi. Pada
otopsi ditemukan adanya investasi massif strongyloides stercoralis pada usus
halus, dan juga pada paru. Ada sedikit keraguan tentang nyeri abdomen
menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing tadi dan larva pada paru yang
menyebabkan edema paru. Anestesi inhalsi nampaknya dapat bereaksi sebagai
iritan pada nematode. Seharusnya apda pasien yang menderita infeksi oleh
nematode harus diterapi dahulu sebelum dilakukan prosedur anestesi.
4. Kematian mendadak pernah dilaporkan pada seorang wanita, 68 tahun yang
mati mendadak di rumah dalam posisi terduduk. Dari hasil otopsi ditemukan
kista larynx pada kelenjar bsekretorik di atas pita suara, yang menyebabkan
sumbatan glottis dan menyebabkan asfiksia.
5. Kasus yang lain antara lain:1
- Atlit yang sehat, tiba-tiba dalam pertandingannya jatuh dan meninggal
- Bayi digendong ibunya lalu tiba-tiba meninggal
- Seorang sedang bermain tenis, tiba-tiba meninggal di lapangan
- Laki-laki umur 53 tahun, meninggal dipelukan wanita 18 tahun
- Seorang sopir ditemukan meninggal di dalam mobilnya

3
- Seorang pejabat ditemukan meninggal di dalam ruang kerjanya
- Seorang pembantu RT, sedang melihat TV tiba-tiba jatuh dan meninggal
dunia.
Cara menangani kematian mendadak:1
1. Keterangan dari korban dikumpulkan baik dari keluarga, teman-teman, polisi
dan saksi-saksi yang meliputi :
a. Usia
b. Penyakit yang pernah diderita
c. Kesehatan akhir-akhir ini, apa telah berobat dan dimana serta bagaimana
hasil laboratoriumnya.
d. Tingkah laku yang aneh.
2. Hal ikhwal sekitar kematian, apakah ada hal-hal yang mencurigakan,
misalnya:
a. Makan soto kemudian meninggal
b. Habis bertengkar dengan seseorang kemudian meninggal
c. Apakah pernah kedatangan tamu
3. Keadaan sekitar korban bagaimana.
a. Teratur atau berantakan
b. Kamar terkunci dari dalam atau tidak
c. Apakah ditemukan barang-barang yang mencurigakan
4. Apakah korban tersebut diasuransikan.
5. Pada pemeriksaan luar, apakah ditemukan tanda-tanda kekerasan atau hal-
hal lain yang mencurigakan.

Dari hasil pemeriksaan korban tersebut, maka kemungkinannya adalah:1

1. Korban meninggal secara wajar, dan sebab kematian jelas misalnya;


coronary heart disease, maka selanjutnya diberi surat kematian untuk
dimakamkan.
2. Sebab kematian tidak jelas, maka keluarga atau dokter lapor ke polisi
kemudian polisi meminta visum et repertum. Setelah SPVR datang maka
korban diotopsi untuk menenrukan sebab kematian.
3. Korban meninggal secara tidak wajar, misalnya ditemukan adanya tnda-
tanda kekerasan, maka keluarga atau dokter lapor ke polisi.

4
4. Korban diduga meninggal secara wajar, misalnya CVA tetapi juga
ditemukan tanda-tanda kekerasan, maka keluarga atau dokter lapor polisi.

Prevalensi Kematian Mendadak

Kematian mendadak terjadi empat kali lebih sering pada laki-laki dibandingkan
pada perempuan. Penyakit pada jantung dan pembuluh darah menduduki urutan
pertama dalam penyebab kematian mendadak, dan sesuai dengan kecenderungan
kematian kematian mendadak pada laki-laki yang lebih besar, penyakit jantung dan
pembuluh darah juga memiliki kecenderungan serupa. Penyakit jantung dan
pembuluh darah secara umum menyerang laki-laki lebih sering dibanding
perempuan dengan perbandingan 7 : 1 sebelum menopause, dan menjadi 1 : 1 setelah
perempuan menopause. Di Indonesia,seperti yang dilaporkan Badan Litbang
Departemen Kesehatan RI, persentase kematian akibat penyakit ini meningkat dari
5,9% (1975) menjadi 9,1% (1981), 16,0% (1986) dan 19,0% (1995).5,6

Tahun 1997 -2003 di Jepang dilakukan penelitian pada 1446 kematian pada
kecelakaan lalu lintasdan dari autopsi pada korban kecelakaan lalu lintas di Dokkyo
University dikonfirmasikan bahwa 130kasus dari 1446 kasus tadi penyebab
kematiannya digolongkan dalam kematian mendadak, bukankarena trauma akibat
kecelakaan lalu lintas.7

Penggolongan Kematian Alamiah

Kematian alamiah dapat dibagi menjadi dua kategori besar yaitu:

Kematian yang terjadi dimana ada saksi mata dan keadaan dimana
faktor fisik dan emosi mungkin memainkan peran, juga dapat terjadi saat
aktivitas fisik, dimana cara mati dapat lebih mudah diterangkan atau kematian
tersebut terjadi selama perawatan/pengobatan yang dilakukan oleh dokter
(attendaned physician).

Keadaan dimana mayat ditemukan dalam keadaan yang lebih


mencurigakan seringnya diakibatkan TKP nya atau pada saat orang tersebut
meninggal tidak dalam perawatan atau pengobatan dokter (unattendaned

5
physician), terdapat kemungkinan hadirnya saksi-saksi yang mungkin ikut
bertanggung jawab terhadap terjadinya kematian.

Pada kematian alamiah kategori pertama, kematian alamiah dapat


dengan lebih mudah ditegakkan, dan kepentingan dilakukannya autopsi menjadi
lebih kecil. Pada kematian alamiah kategori kedua, sebab kematian harus benar-
benar ditentukan agar cara kematian dapat ditentukan dan kematian alamiah dan
tidak wajar sedapat mungkin ditentukan dengan cara apakah kekerasan atau
racun ikut berperan dalam menyebabkan kematian.

Pada kematian alamiah kategori kedua, karena keadaan yang lebih


mencurigakan, polisi akan mengadakan penyidikan dan membuat surat
permintaan visum et repertum. Pada keadaan ini hasil pemeriksaan akan
dituangkan dalam visum et repertum, dan persetujuan keluarga akan menjadi
prioritas yang lebih rendah dari kepentingan penegakan hukum.

Aspek Medikolegal Natural Sudden Death

Pada tindak pidana pembunuhan, pelaku biasanya akan melakukan suatu


tindakan/usaha agar tindak kejahatan yang dilakukanya tidak diketahui baik
oleh keluarga, masyarakat dan yang pasti adalah pihak penyiidik (polisi) , salah
satu modus operandus yang bisa dilakukan adalah dengan cara membawa
jenazah tersebut ke rumah sakit dengan alasan kecelakaan atau meninggal di
perjalanan ketika menuju kerumah sakit (Death On Arrival) dimana
sebelumnya almarhum mengalami serangan suatu penyakit (natural sudden
death).

Pada kondisi diatas, dokter sebagai seorang profesional yang


mempunyai kewenangan untuk memberikan surat keterangan kematian harus
bersikap sangat hati-hati dalam mengeluarkan dan menandatangani surat
kematian pada kasus kematian mendadak (sudden death) karena dikhawatirkan
kematian tersebut setelah diselidiki oleh pihak penyidik merupakan kematian
yang terjadi akibat suatu tindak pidana. Kesalahan prosedur atau kecerobohan
yang dokter lakukan dapat mengakibatkan dokter yang membuat dan
menandatangani surat kematian tersebut dapat terkena sangsi hukuman pidana.

6
Ada beberapa prinsip secara garis besar harus diketahui oleh dokter
berhubungan dengan kematian mendadak akibat penyakit yaitu:

 Apakah pada pemeriksaan luar jenazah terdapat adanya tanda-tanda


kekerasan yang signifikan dan dapat diprediksi dapat menyebabkan
kematian?
 Apakah pada pemeriksaan luar terdapat adanya tanda-tanda yang mengarah
pada keracunan?
 Apakah almarhum merupakan pasien (Contoh: Penyakit jantung
koroner) yang rutin datang berobat ke tempat praktek atau poliklinik di
rumah sakit?
 Apakah almarhum mempunyai penyakit kronis tetapi bukan merupakan
penyakit tersering penyebab natural sudden death?
 Adanya kecurigaan atau kecenderungan pada kematian yang tidak wajar
berdasarkan kriteria tersebut, maka dokter yang bersangkutan harus
melaporkan kematian tersebut kepada penyidik (polisi) dan tidak
mengeluarkan surat kematian.

Lesi Penyebab

Lesi yang dapat menyebabkan kematian alamiah yang mendadak secara


garis besar terdiri dari 3 golongan:5

 Grup terbesar adalah lesi yang diakibatkan oleh proses penyakit yang berjalan
perlahan atau insidental berulang yang merusak organ vital tanpa menimbulkan
suatu gejala renjatan akut sampai terjadi suatu penghentian fungsi organ vital
yang tiba-tiba. Salah satu contoh yang paling baik untuk golongan ini adalah
kematian mendadak akibat penyakit jantung koroner.
 Terjadinya ruptur pembuluh darah yang mendadak dan tak terduga, yang diikuti
dengan perdarahan yang berakibat fatal. Contoh golongan ini adalah pecahnya
aneurisma aorta dengan perdarahan ke dalam pericardial sac atau pecahnya
aneurisma pada sirkulus Willisi yang menyebabkan perdarahan subdural.
 Golongan ketiga mencakup infeksi latent atau infeksi hebat yang perjalanan
penyakitnya berkembang tanpa menunjukkan gejala yang nyata atau bermakna

7
sampai terjadi kematian. Contohnya adalah endokarditis bakterial atau obstruksi
mendadak usus karena volvulus.
 Pengenalan sebab kematian pada kasus kematian mendadak secara mendasar
adalah proses interpretasi yang mencakup deteksi perubahan patologis yang
ditemukan secara anatomis, patologi anatomi, bakteriologis dan kimiawi serta
seleksi lesi yang ditemukan yang dianggap mematikan bagi korban.
 Menurut sistem tubuh, lesi yang menyebabkan kematian mendadak dapat dibagi
atas:5
1. Penyakit jantung dan pembuluh darah
 Penyumbatan arteri koroner
 Lesi miokard, katup jantung, endocardium dan pericardium
 Penyakit jantung kongenital
 Lesi aorta
2. Penyakit respirasi
 Lesi yang menyebabkan asfiksia
 Perdarahan dari jalan nafas
 Pneumothorax
 Infeksi paru
3. Penyakit otak dan lesi intrakranial lain
4. Penyakit saluran cerna dan urogenital
 Perdarahan ke dalam saluran cerna
 Perdarahan intra-abdomen
 Syok
 Infeksi peritoneum
 Lesi urogenital
5. Lain-lain
 Addison disease
 Pheochromocytoma dari medula adrenal yang menyebabkan
hiperadrenalin
 Senile marasmus
 Diabetes melitus
 Hemochromatosis
 Discrasias darah

8
 Status lymphaticus
 Hipertiroid
 Malaria
 Deformitas berat dari spinal
 Perdarahan dari ulcus varises di kaki
 Penyebab yang belum dapat ditentukan
6. Anak
 Anomali kongenital
 Penyakit infeksi
 Konvulsi dengan asfiksia
 Penyakit defisiensi

Kematian Mendadak akibat Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah

Penyakit jantung dan pembuluh darah adalah penyebab terbanyak yang


terdeteksi dalam kematian mendadak, menyebabkan kematian 300.000 sampai
400.000 setahun di Amerika.3,4,6

Penyakit Arteri Koroner

Arteri koroner adalah pembuluh darah yang memberi makan jantung,


sehingga kerusakan pada arteri koroner akan sangat mempengaruhi kinerja dan
kelangsungan hidup jantung. Stenosis dari koroner oleh ateroma sangat sering
terjadi, konsekuensinya terjadi pengurangan aliran darah ke otot jantung yang
dapat menyebabkan kematian dengan berbagai cara.3,7

Insufisiensi koroner akibat penyempitan lumen utama yang


mengakibatkan iskemia kronik dan hipoksia dari otot-otot jantung di bawah
stenosis. Otot jantung yang mengalami hipoksia mudah menyebabkan aritmia
dan fibrilasi ventrikel, terutama pada adanya beban stress seperti olahraga atau
emosi.

Komplikasi dari ateroma dapat memperburuk stenosis koroner dan


kematian otot jantung yang mengikutinya. Plak ateroma ulseratif dapat pecah
atau hancur, mengisi sebagian atau seluruh pembuluh darah dengan kolesterol,
lemak dan debris fibrosa. Pecahan ini akan terbaca ke arah distal pembuluh

9
darah dan pada percabangan pembuluh darah menyumbat pembuluh darah dan
menyebabkan multipel mini-infark. Bagian endotel dari plak yang hancur dapat
bertindak seperti katup dan menutup total pembuluh darah. Komplikasi lain
adalah perdarahan sub-intima yang terjadi pada plak, membesarkannya secara
tiba-tiba dan menutup lumen pembuluh darah.

Trombosis koroner

Miokard infark, terjadi ketika stenosis berat terjadi atau terjadi oklusi
total dari pembuluh darah, bila pembuluh darah kolateral di tempat
bersangkutan tidak cukup memberi darah pada daerah yang bersangkutan.
Infark umumnya baru terjadi bila lumen tertutup lebih dari atau sama dengan
70%.

Lesi pada sistem konduksi jantung. Efek dari infark yang besar adalah
mengurangi fungsi jantung karena kegagalan pompa dan otot yang mati tidak
dapat berkontraksi atau menyebabkan aritmia dan fibrilasi ventrikel. Infark
yang dapat dilihat dengan mata secara makroskopik tidak terjadi saat kematian
mendadak, karena perlu beberapa jam agar oklusi jantung menjadi jelas. Tapi
efek fatal dari infark dapat terjadi pada setiap saat setelah otot menjadi iskemik.

Infark miokard yang ruptur dapat menyebabkan kematian mendadak


karena hemoperkardium dan tamponade jantung. Keadaan ini umumnya terjadi
pada wanita tua, yang mempunyai miokardium yang rapuh, namun tidak
menutup kemungkinan terjadi pada semua orang. Keadaan ini cenderung terjadi
dua atau tiga hari setelah onset infark dan bagian otot yang infark menjadi lunak.
Ruptur terkadang terjadi pada septum interventrikuler, menyebabkan ”left-right
shunt” pada jantung.

Fibrosis miokard, terjadi ketika infark miokard menyembuh karena


miokardium tidak dapat berprofilerasi. Sebuah daerah fibrosis yang besar di
ventrikel kiri dapat kemudian membengkak karena tekanan yang tinggi selama
sistole membentuk aneurisma jantung yang mengurangi fungsi jantung.

10
Ruptur otot papilaris, dapat terjadi karena infark dan nekrosis. Keadaan
ini memungkinkan katup mitral mengalami prolaps dengan gejala insufisiensi
mitral dan bahkan kematian.

Kematian Mendadak akibat Gangguan Sistem Saraf

Kematian dari sistem organ ini (otak dan selaput otak) menmcapai
17,9% dari kematian mendadak yang ditemukan pada otopsi. Adapun penyakit-
penyakit dari organ ini yang menimbulkan kematian mendadak antara lain :1,2

a. Perdarahan serebral spontan


Perdarahan ini mnyebabkan kematian tak terduga tertinggi mencapai
9,4% dari kasus otopsi. Perdarahan terjadi biasanya di daerah basal ganglia
karena pecahnya arteri lentikulostriata dan biasanya penyakit yang mendasari
adalah aterosklerosis cerebral atau hiperetensi. Kematian biasanya tidak terjadi
seketika tapi biasanya diawali pada keadaan koma sampai diagnosis dapat
ditegakkan. Perdarahan ini lebih sering menyerang umur pertengahan atau lebih
tua. Secara klinis perdarahan intrasererbral spontan sering dikelirukan dengan
perdarahan intracranial berhubungan dengan trauma atau tanda-tanda
kekerasan.1
b. Perdarahan spontan pons dan serebellum
Perdarahan ini terjadi biasanya akibat pecahnya aneurisma pada arteri
sereberal tapi hal ini sering tak dapat dibuktikan. Beberapa perdarahan pontin
menghasilkan hiperpireksis atau peningkatan suhu tubuh, pupil menjadi miosis
dan kondis seperti ini sering dikelirukan dengan keracunan akibat morfin.1
Dari hasil otopsi perdarahan pons ini tidak dapat terlihat karena pons
tidak dapat dibuka. Perdarahan ini dapat menyebabkan kematian yang cepat
karena terjadi penekanan pada batang otak.1
c. Perdarahan subaraknoid
Perdarahan ini biasanya penting sebagai penyebab kematian mendadak
dan tak terduga. Perdarahan ini mencapai 4,7% dari total kasus yang diotopsi
dan merupakan 29% dari kelompok kasus penyakit otak dan selaput otak.1
Penyebab kematian dari kasus bini adalah pecahnya aneurisma pada
arteri serbral, lebih sering terjadi pada cabang-cabang sirkulus willisi.1

11
d. Perdarahan serebral multiple
Perdarahan serebral yang berakibat fatal, kadang-kadang merupakan
perdarahan yang multiple. Perdarahan seperti ini sering didapat pada seseorang
yang menderita leukemia kronis.1
e. Perdarahan pachy-meningitis interna
Perdarahan ini berkembang cepat dan prograsif sehingga penyebab
kematian adalah akibat penekanan serebral.
f. Trombosis dan emboli serebral
Walau thrombosis tidak begitu umum mengakibatkan kematian
mendadak, namun thrombosis ini sering terjadi pada seseorang yang menderita
aterosklerosis serebral, dan komplikasi penyakit yang lain yang dapat
menyebabkan kematian mendadak.. Kasus ini terjadi biasanya bertahap dan
penderita biasanya mengetahui akibat dari penyakitnya. Trombosis serebral
biasanya mengenai serebral media, basiler atau arteri vertebral. Trombosis
serebral spontan dan infark serebral tidak sulit ditemukan pada otopsi. Selama
otopsi berlangsung harus hati-hati agar thrombus dalam aurikula atau ventrikel
jantung atau dalam aorta ascending dan cabang-cabangnya dapat ditemukan.
Trombus juga bisa menyumbat arteri di otak, yang berasal dari thrombosis di
ventrikel kiri.1
g. Kista koloid dan parasit
Penekanan serebral yang lama dan tersembunyi dapat diakibatkan
karena infeksi yang lama, seperti cyscercus cellulose yang membendung cairan
serebro spinal (CSF) pada ventrikel IV, di mana akibat yang timbul mirip
dengan penekanan akibat terjadinya pembuntuan foramen munro.1
h. Intrakranial neoplasma
Tumor pada kepala, pembesarannya terjadi secara perlahan-lahan
sehingga menimbulkan gejala yang tidak khas, tiba-tiba berakibat fatal akibat
penekanan serebral. Jenis yang tersering adalah glioma primer, meningioma
pada duramater yang menyebabkan penekanan penekanan pada permukaan
otak.1
Kadang-kadang proses metastase pada otak menyebabkan kematian tak
terduga, di mana tumor primernya berada jauh seperti tumor bronkus atau

12
chorio-epitelioma. Pada otopsi sering ditemukan glioma pada kedua lobus
frontal yang menyebabkan penekanan yang fatal.1
i. Abses otak, polioensefalitis dan meningitis
Abses otak yang sering akibat komplikasi dari otitis media kronik dan
mastoiditis dapat berkembang menjadi lebih parah dan dapat menyebabkan
kematian dengan cepat akibat penekanan pada serebral. Polioensefalitis akut
dan ensefalitis juga sering menyebabkan kematian mendadak. Kasus-kasus lain
yang menyebabkan kematian tak terduga adalah leptomeningitis supurativa dan
sepsis meningokokus fulminan.1
j. Infeksi sifilis
Sifilis leptomeningitis kronik ditandai dengan infiltrasi sel radang dalam
selaput piaaraknoid yang terlihat jelas di bawah permukaan pons dan sekitar
sirkulus wilisi.1

Kematian Mendadak akibat Spontaneous Cerebral Hemorrhage (Cerebral Apolexy)

Umur lebih kurang 40 tahun. Cerebral apoplexy biasanya didahului oleh


cerebral arteriosclerosis dan arterial hypertension yang kemudian diikuti
pecahnya lenticulostriate artery. Lokalisasi perdarahan paling sering basal
ganglia, jarang pada pons dan cerebellum. Korban biasanya tidak meninggal
dengan tiba-tiba tetapi didahului koma sebelum meninggal.1
Perdarahan intra cerebral, harus dibedakan antara spontan dan traumatik :1
No. Pembeda Spontaneous hemorrhage Traumatic hemorrhage
1. Lokalisasi Basal ganglia Di semua tempat
2. Trauma kepala Tidak ada Ada
3. Hypertensi Ada Tidak ada

Perlu diperhatikan adanya trauma pada kepala dapat menyebabkan


korban yang menderita hypertensi, tekanan darah tambah meningkat sehingga
dapat menimbulkan spontaneous cerebral hemorrhage. Harus dibedakan:
adanya trauma menyebabkan tensi naik yang menyebabkan cerebral apoplexy
atau karena korban tensinya naik sehingga jatuh karena cerebral apoplexy.1

13
Kematian Mendadak akibat Spontaneous Subarachnoid Hemorrhage

Umur paling muda yang terkena spontaneous subarachnoid hemorrhage


disebabkan oleh karena rupture aneurysma cerebral artery sebenarnya
congenital, memang dinding artery sudah lemah, dan dengan bertambahnya
umur maka aneurysma makin berkembang.Spontaneous subarachnoid
hemorrhage harus dibedakan dengan traumatic subarachnoid hemorrhage
yaitu:1
No. Pembeda Spontaneous hemorrhage Traumatic hemorrhage
1. Trauma kepala Tidak ada Ada
2. Ruptur Aneurysma Ada Tidak ada
3. Perdarahan Diffuse Tergantung trauma

Oleh karena perdarahan diffuse, maka akumulasi darah yang cepat di


bawah permukaan otak dan meluas sepanjang fissure of Sylvius dank e dalam
cistern magna dan ventrikel IV. Korban meninggal dengan cepat oleh karena
pusat-pusat vital di medulla tertekan.

Kematian Mendadak akibat Spontaneous Subdural Hemorrhage

Keadaan ini terjadi secara:1

1. Spontan subarachnoid hemorrhage menjadi besar dan merobek arachnoid


hingga subdural terisi darah, kadang-kadang sulit dibedakan dengan traumatic
subdural hemorrhage.
2. Rupture dari aneurysma arteri carotis interna, menimbulkan subdural
hemorrhage tanpa subarachnoid hemorrhage.
Adapun perbedaan antara spontan hemmorage dan traumatic adalah sebagai
berikut:1
No. Pembeda Spontaneous hemorrage Traumatic
hemorrhage
1. Trauma kepala Tidak ada Ada
2. Aneurysma Ada Tidak ada
3. Rupture sinuses Aneurysma a. carotis interna Perforating veins,
venous sinuses

14
Kematian Mendadak akibat Status Lymphaticus

Ada 2 pendapat :1
1. Pada otopsi korban dewasa muda dan anak-anak yang meninggal mendadak
tidak ditemukan kelainan-kalainan anatomi yang menyebabkan kematian,
kecuali adanya kelenjar limfa yang membesar. Maka menurut pendapat
pertama tersebut, sebab kematian korban adalah Status lymfatikus.
2. Status lymfatikus merupakan variasi morfologis yang normal, bukan
merupakan kelainan pathologis yang menyebabkan kematian, tetapi sarjana
yang mempunyai pendapat kedua tersebut meskipun sudah melakukan
penyelidikan yang intensif juga tidak ditemukan sebab kematian yang lain.
Kesimpulan : Status Lymfatikus masih dianggap sebagai salah sebab
kematian. Mekanisme terjadinya kematian mendadak pada status lymfatikus
belum jelas. Menurut sjmmers, dapat sebagian hasil anaphylaction reaction oleh
karena :1
- Sensitisasi oleh necrotic germinal centers dari kelenjar yang hyperplastic.
- Pelepasan nucleoprotein.
Kejadian tersebut dapat terjadi spontan atau karena faktor-faktor dari
luar antara lain: injeksi antitoxin, tusuk jarum, menyelam ke dalam air dingin.
Pemeriksaan luar:1
a. Perkembangan individu normal
b. Pertumbuhan badan normal
c. Thorax ramping
d. Otot-otot kaki bulat
e. Kulit bersih dan licin
f. Pada laki-laki : kumis, janggut, rambut ketiak dan rambut pubis sedikit
(seperti pada wanita)
Pemeriksaan dalam:1
a. Thymus membesar dan hyperplasia yang semestinya umur 30 tahun
sudah hilang
b. Kelenjar lymfa dari spleen, GI tract, tonsil, lidah dan lymfonodes dari
mesenterium hyperplasia

15
c. Cardiovascular system hypoplasia : jantung kecil, aorta mengecil dan
lumennya menyempit, arteri terutama di otak dindingnya menipis dan
menyempit
d. Adrenal glands tipis dan hypoplastic
e. Alat kelamin perkembangannya terlambat

Tidakan pada Kasus Kematian Mendadak

Setiap kematian mendadak harus diperlakukan sebagai kematian yang


tidak wajar, sebelum dapat dibuktikan bahwa tidak ada bukti-bukti yang
mendukungnya. Dengan demikian dalam penyelidikan kedokteran forensik
pada kematian mendadak atau terlihat seperti wajar, alasan yang sangat penting
dalam otopsi adalah menentukan apakah terdapat tindak kejahatan. Dari sudut
kedokteran forensik, tujuan utama pemeriksaan kasus kematian mendadak
adalah menentukan cara kematian korban.1
Pemeriksaan kasus kematian mendadak perlu beberapa alasan anatara lain:1
1. Menentukan adakah peran tindak kejahatan pada kasus tersebut
2. Kalim pada asuransi
3. Menentukan apakah kematian tersebut karena penyakit akibat industry atau
merupakan kecelakaan belaka, terutama pada pekerja industry.
4. Adakah faktor keracunan yang berperan
5. Mendeteksi epidemiologi penyakit untuk pelayanan kesehatan masyarakat.
Pada kasus kematian yang terjadi seketika atau tidak terduga, khususnya
bila tak ada tanda-tanda penyakit sebelumnya dan kemungkinan sangat kecil,
untuk menetukan penyebabnya hanya ada satu cara yaitu dilakukannya
pemeriksaan otopsi pada jenazah, bila perlu dilengkapi dengan pemeriksaan
tambahan lain seperti pemeriksaan toksikologi. Hal ini sangat penting untuk
menentukan apakah termasuk kematian mendadak yang wajar. Adapun
kepentingan otopsi antara lain:1
1. Untuk keluarga korban, dapat menjelaskan sebab kematian
2. Untuk kepentingan umum, melindungi yang lain agar dapat terhindar dari
penyebab kematian yang sama.
Penentuan kasus kematian adalah berdasarkan proses interpretasi yang
meliputi:1

16
1. Perubahan patologi anatomi, bakteriologi dan kimia
2. Pemilihan lesi yang fatal pada korban.
Pada kasus kematian mendadak yang sering kita hadapi, tindakan yang mampu
dilakukan pada kematian mendadak adalah:1
1. Semua keterangan almarhum dikumpulkan baik dari keluarga, teman,
polisis, atau saksi-saksi, yang meliputi : usia, penyakit yang pernah diderita,
pernah berobat di mana, hasil pemeriksaan laboratorium, tingkah laku yang
aneh, dll
2. Keadaan korban dan sekitar korban saat ditemukan, pakaian yang
ditemukan, tanda-tanda kekerasan atau luka, posisi tubuh, temperature,
lebam mayat, situasi TKP rapi atau berantakan, adanya barang-barang
mencurigakan
3. Keadaan sebelum korban meninggal
4. Bila sebab kematian tidak pasti, sarankan kepada keluarga untuk melapor
kepada polisi, jika polisi tidak meminta visum et repertum dapat diberi surat
kematian
5. Dalam mengisi formulir B, pada sebab kematian bila tidak diketahui sebab
kematiannya ditulis tidak diketahui atau mati mendadak
6. Bila dilakukan pemeriksaan dalam, buat preparat histopatologi bagian
organ-organ tertentu diperiksa dan pemeriksaan toksikologi
7. Sebaiknya jangan menandatangani surat kematian tanpa memeriksa
korban, jangan menyentuh apapun terutama yang dipakai sebagai barang
bukti.
Dari hasil pemeriksaan kemungkinan:1
1. Korban meninggal secara wajr dan sebab kematian jelas, misalnya coronay
heart disease, maka diberi surat kematian dan dikuburkan
2. Sebab kematian tidak jelas, keluarga/dokter lapor ke polisi, kemudian polisi
minta visum et repertum, setelah SPVR dating maka korban diotopsi untuk
menetukan sebab kem,kmatian korban
3. Korban meninggal secara tidak wajar, misalnya ditemukan adanya tanda-
tanda kekerasan, maka keluarga atau dokter lapor ke polisi
4. Korban diduga meninggal secara wajar, misalnya CVA tetapi juga
ditemukan tanda-tanda kekerasan, maka keluarga atau dokter lapor ke
polisi.

17
BAB III

PENUTUP

Kematian mendadak meliputi kematian seketika, kematian tak terduga dan


kematian tanpa saksi atau sebab kematian yang tidak jelas. Penyebab kematian
mendadak dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok menurut sistem dalam
tubuh, di mana kelompok penyakit sistem kardiovaskuler, sistem pernapasan, sistem
saraf, sistem pencernaan, sistem saluran kencing, sistem genital dan sebab lain.
Kematian mendadak dalam aspek forensik selalu dianggap tidak wajar sampai
dibuktikan merupakan kematian wajar. Untuk menetukan sebab kematian, perlu
dilakukan otopsi dan dilengkapi dengan pemeriksaan penunjang lainnya. Dengan
demikian dalam penyelidikan kedokteran forensik pada kematian mendadak, alasan
yang sangat penting dilaksanakannya otopsi adalah menentukan apakah terdapat
tindak kejahatan. Dari sudut kedokteran forensik, tujuan utama pemeriksaan kasus
kematian mendadak adalah menentukan cara kematian korban.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Mutahal, Hariadi A. Ilmu kedokteran forensik dan medikolegal. Surabaya:


Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga; 2007. ed.3.

2. Idries AM. Pedoman ilmu kedokteran forensik. Jakarta: Binarupa Aksara; 1997.
ed.1.

3. Knight B. Simpson’s Forensic medicine. New York: Arnold; 1997. ed.11.

4. Di Maio DJ, Di Maio VJM. Forensic pathology. Florida: CRC Press; 2000.

5. Gonzales TA, Vance M, Helpern M, Umberger CJ. Legal medicine, pathology


and toxicology. New York: Appleton century croft; 1954. ed.2.

6. Kusmana D. Kasiat teh dan kesehatan jantung. Jakarta: FKUI; 2003..

7. Motozawa Y, Yokoyama T, Hitosugi M, et all. Analysis of sudden natural deaths


while driving withforensic autopsy findings. Available from: http: www-
nrd.nhtsa.dot.gov/pdf/nrd-01/esv/esv19/05-0112-W.pdf.

19

Anda mungkin juga menyukai