Anda di halaman 1dari 5

Perikatan

Hukum perikatan adalah hubungan hukum antara dua orang atau lebih yang terletak di dalam bidang
harta kekayaan di mana pihak yang satu berhak atas suatu prestasi dan pihak lainnya wajib memenuhi
suatu prestasi.

B. Unsur-unsur perikatan

Hubungan hukum (legal relationship)

Pihak-pihak yaitu 2 atau lebih pihak (parties)

Harta kekayaan (patrimonial)

Prestasi (performance)

1. Debitur adalah pihak yang wajib melakukan suatu prestasi atau Pihak yang memiliki utang
(kewajiban)

2. Kreditur adalah Pihak yang berhak menuntut pemenuhan suatu prestasi atau pihak yang
memiliki piutang (hak)

B. Unsur-unsur perikatan

1. Hubungan hukum (legal relationship)

2. Pihak-pihak yaitu 2 atau lebih pihak (parties)

3. Harta kekayaan (patrimonial)

4. Prestasi (performance)

Sumber perikatan berdasarkan undang-undang :

1. Perikatan ( Pasal 1233 KUH Perdata )

Perikatan, lahir karena suatu persetujuan atau karena undang-undang. Perikatan ditujukan untuk
memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu.

2. Persetujuan ( Pasal 1313 KUH Perdata )

Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu
orang lain atau lebih.

3. Undang-undang ( Pasal 1352 KUH Perdata )

Perikatan yang lahir karena undang-undang timbul dari undang-undang atau dari undang-undang
sebagai akibat perbuatan orang.
Schuld adalah kewajiban debitur untuk membayar utang sedangkan

haftung adalah kewajiban debitur membiarkan harta kekayaannya diambil oleh kreditur
sebanyak hutang debitur, guna pelunasan hutangnya apabila debitur tidak memenuhi
kewajibannya membayar hutang tersebu

1. Schuld tanpa Haftung

Hal ini dapat dijumpai dalam perikatan alam (natuurlijke verbentenis). Dalam perikatan
alam sekalipun Debiror memiliki hutang (schuld) kepada Kreditor, namun jika Debitor
tidak melaksanakan prestasinya, Kreditor tidak dapat menuntu pemenuhannya.
Contohnya dapat ditemukan dalam hutang yang timbul karena perjudian. Sebaliknya
jika Debitor memenuhi prestasi, Debitor tidak dapat menuntut pengembalian apa yang
telah dibayarkan.

2. Schuld dengan Haftung terbatas

Dalam hal ini Debitor tidak bertanggung jawab dengan seluruh harta kekayaannya, akan
tetapi terbatas sampai dengan jumlah tertentu atau atas barang tertentu. Contoh: ahli
waris yang menerima warisan dengan hak pendaftaran berkewajiban untuk
membayar schulddaripada pewaris samapai schuld jumlah harta kekayaan pewaris yang
diterima oleh ahli waris tersebut.

3. Haftung dengan Schuld pada pihak lain

Jika pihak III menyerahkan barangnya untuk dipergunakan sebagai jaminan oleh Debitor
kepada Kreditor maka walupun dalam hal ini pihak III tidak memiliki hutang kepada
Kreditor akan tetapi pihak III tersebut bertanggung jawab atas hutang Debitor dengan
barang yang dipakai sebagia jaminan. Hal ini dapat dikatakan
sebagi bourtogh(pertanggungan). Contoh: A mengadakan perjanjian hutang piutang
dengan B akan tetapi C bersedia menjaminkan barang yang dimilikinya untuk pelunasan
hutang yang dimiliki oleh A terhadap B walaupun C tidak memiliki hutang terhadap B.

● Hapusnya Perikatan

Perikatan itu bisa hapus jika memenuhi kriteria-kriteria sesuai dengan Pasal 1381 KUH Perdata. Ada
10 (sepuluh) cara penghapusan suatu perikatan adalah sebagai berikut :

1. Pembaharuan utang (inovatie)

2. Perjumpaan utang (kompensasi)

3. Pembebasan Utang

4. Musnahnya barang yang terutang

5. Kebatalan dan pembatalan perikatan-perikatan.

6. kadaluarsa
A. Pengertian Wanprestasi:
 Wanprestasi dapat diartikan sebagai tidak terlaksananya prestasi karena kesalahan debitur
baik karena kesengajaan atau kelalaian.
 Menurut J Satrio: “Suatu keadaan di mana debitur tidak memenuhi janjinya atau tidak
memenuhi sebagaimana mestinya dan kesemuanya itu dapat dipersalahkan kepadanya”.
 Yahya Harahap: “Wanprestasi sebagai pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada
waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya, sehingga menimbulkan keharusan bagi
pihak debitur untuk memberikan atau membayar ganti rugi (schadevergoeding), atau dengan
adanya wanprestasi oleh salah satu pihak, pihak yang lainnya dapat menuntut pembatalan
perjanjian.

Mulai terjadinya Wanprestasi


Pada umumnya, suatu wanprestasi baru terjadi jika debitur dinyatakan telah lalai untuk
memenuhi prestasinya, atau dengan kata lain, wanprestasi ada kalau debitur tidak dapat
membuktikan bahwa ia telah melakukan wanprestasi itu di luar kesalahannya atau karena
keadaan memaksa.

Akibat adanya Wanprestasi

Ada empat akibat adanya wanprestasi, yaitu sebagai berikut.

1. Perikatan tetap ada.

2. Debitur harus membayar ganti rugi kepada kreditur (Pasal 1243 KUH Perdata).

3. Beban resiko beralih untuk kerugian debitur, jika halangan itu timbul setelah debitur
wanprestasi, kecuali bila ada kesenjangan atau kesalahan besar dari pihak kreditur.
Oleh karena itu, debitur tidak dibenarkan untuk berpegang pada keadaan memaksa.

4. Jika perikatan lahir dari perjanjian timbal balik, kreditur dapat membebaskan diri
dari kewajibannya memberikan kontra prestasi dengan menggunakan pasal 1266 KUH
Perdata.

1. Sommatie: Peringatan tertulis dari kreditur kepada debitur secara resmi melalui Pengadilan
Negeri.
2. Ingebreke Stelling: Peringatan kreditur kepada debitur tidak melalui Pengadilan Negeri.
Isi Peringatan:
1. Teguran kreditur supaya debitur segera melaksanakan prestasi;
2. Dasar teguran;
3. Tanggal paling lambat untuk memenuhi prestasi (misalnya tanggal 9 Agustus 2012).
Kapan somasi tidak diperlukan?

Somasi tidak diperlukan apabila tenggang waktu yang diberikan dalam perjanjian antara
para-pihak merupakan tenggang waktu yang mutlak.

Somasi juga tidak diperlukan apabila pihak yang mempunyai kewajiban menolak untuk
mengadakan pembayaran, atau dalam hal ia telah memenuhi kewajibannya, akan tetapi
tidak dilakukan secara sempurna.

Juga pada perikatan untuk tidak berbuat sesuatu, dalam hal mana pada umumnya, tidak
diperlukan satu somasi, karena dengan melaksanakan perbuatan yang bertentangan
dengan apa yang tidak boleh diperbuat saja, maka sudah mengakibatkan pihak itu lalai
dalam memenuhi kewajibannya. Persoalan somasi ini diatur dalam pasal 1243 dan pasal
1238 KUH Perdata.

1. E. Keadaan Memaksa (Overmacht/Force Majeur):


 Pengertian:
Tidak dirumuskan dalam UU, akan tetapi dipahami makna yang terkandung dalam pasal-pasal
KUHPerdata yang mengatur tentang overmacht.

Adalah: “Suatu keadaan di mana debitor tidak dapat melakukan prestasinya kepada
kreditor, yang disebabkan adanya kejadian yang berada di luar kekuasaannya, seperti karena
adanya gempa bumi, banjir, lahar, dan lain-lain”. Misalkan: seseorang menjanjikan
akanmenjual seekor kuda (schenking) dan kuda ini sebelum diserahkan mati karena disambar
petir.
 Akibat keadaan memaksa:
1. Krediturtidak dapat meminta pemenuhan prestasi;
2. Debiturtidak dapat lagi dinyatakan lalai;
3. Resiko tidak beralih kepada debitur.
 Unsur-unsur Keadaan memaksa:
(1)Peristiwa yang memusnahkan benda yang menjadi obyek perikatan;

(2)Peristiwa yang menghalangi Debitur berprestasi;

(3)Peristiwa yang tidak dapat diketahui oleh Kreditur/Debitur sewaktu dibuatnya perjanjian.

1. F. Sifat Keadaan memaksa:


Keadaan memaksa dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu:

1. a. Keadaan memaksa absolut:


Adalah suatu keadaan di mana debitor sama sekali tidak dapat memenuhi prestasinya kepada
kreditor, oleh karena adanya gempa bumi, banjir bandang, dan adanya lahar. Contoh:si A ingin
membayar utangnya pada si B, namun tiba-tiba pada saat si A ingin melakukan pembayaran
utang, terjadi gempa bumi, sehingga A sama sekali tidak dapat membayar utangnya pada B.

1. b. Keadaan memaksa yang relatif:


Adalah suatu keadaan yang menyebabkan debitor masih mungkin untuk melaksanakan
prestasinya, tetapi pelaksanaan prestasi itu harus dilakukan dengan memberikan korban yang
besar, yang tidak seimbang, atau menggunakan kekuatan jiwa yang di luar kemampuan
manusia, atau kemungkinan tertimpa bahaya kerugian yang sangat besar. Contoh: seorang
penyanyi telah mengikatkan dirinya untuk menyanyi di suatu konser, tetapi beberapa detik
sebelum pertunjukan, ia menerima kabar bahwa anaknya meninggal dunia.
MACAM MACAM PERIKATAN MAH KEDEINYA AYA DI
TUGAS GE
Prestasi adalah kewajiban yang harus dilaksanakan. Prestasi merupakan objek perikatan.

Bentuk-bentuk prestasi (Pasal 1234 KUHPerdata) :

1. Memberikan sesuatu;

2. Berbuat sesuatu;

3. Tidak berbuat sesuatu

Syarat-syarat prestasi :

1. Tertentu atau setidaknya dapat ditentukan;

2. Objeknya diperkenankan oleh hukum;

3. Dimungkinkan untuk dilaksanakan

Anda mungkin juga menyukai