Anda di halaman 1dari 15

ANALISA TERHADAP PERKARA PIDANA 1104/Pid B/2017/PN BDG

TENTANG PENCURIAN DI PENGADILAN NEGERI BANDUNG

Tineke Andriani (10040015161)

Prasetyo Raharjo (10040015163)

Claudhea Fauziah (10040015165)

Fakultas Hukum
Program Studi Ilmu Hukum
Universitas Islam Bandung
2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji dan
syukur kami panjatkan bersama karena telah mencurahkan rahmat dan anugrah-Nya kepada
kita semua. Tidak lupa kami ucapkan rasa terima kasih kepada para pihak yang sudah ikut
berperan serta dalam penyusunan makalah ini.

Tidak lupa juga kami mengingatkan para pembaca untuk lebih menelaah substansi atau
isi dari makalah ini, dimana makalah ini memiliki ketidaksempurnaan dalam halnya
penyusunan, baik dari substansi maupun estetik.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu kami yang telah
menerima dan memberikan penilaiannya secara objektif dan sesuai dengan fakta yang ada.

Bandung, 3 Januari 2018

TIM PENYUSUN
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tindak kejahatan (tindak pidana/delik) dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Berbagai
bentuk tindak kejahatan terus berkembang baik modus maupun skalanya, seiring
berkembangnya suatu masyarakat dan daerah seiring juga perkembangan sektor perekonomian
demikian pula semakin padatnya populasi penduduk maka perbenturan berbagai kepentingan
dan urusan diantara komunitas tidak dapat dihindari. Berbagai motif tindak kejahatan
dilatarbelakangi berbagai kepentingan baik individu maupun kelompok. Tindak pidana
pencurian merupakan kejahatan yang sangat umum terjadi ditengah masyarakat dan merupakan
kejahatan yang dapat dikatakan paling premitif.

Sehingga dapat diartikan bahwa Pencurian adalah salah satu jenis kejahatan terhadap
kekayaan manusia yang diatur dalam Bab XXII Buku II Kitab Undang -Undang Hukum Pidana
(KUHP) dan merupakan masal ah yang tak habis-habisnya. Pencurian sudah merajalela
dikalangan masyarakat, baik di desa, di kota, maupun di negara lain. Menurut KUHP pencurian
adalah mengambil sesuatu barang yang merupakan milik orang lain dengan cara melawan hak,
dan untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada pasal 362 KUHP.

Pasal 362 KUHP yang berbunyi :


“ Barang siapa yang mengambil sesuatu barang yang sama sekali atau sebagian
termasuk kepunyaan orang lain dengan maksud akan memiliki barang itu dengan
melawan hak, dihukum karena pencurian dengan hukuman penjara selama-lamanya lima tahun
atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 900,-“.

Serta KUHP mengatur lebih jelas tentang pencurian khusu dalam Pasal 363 ayat (1) KUHP
yang berbunyi:
“(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun:
1. pencurian ternak;

2. pencurian pada waktu ada kebakaran, letusan, banjir gempa bumi, atau gempa laut,
gunung meletus, kapal karam, kapal terdampar, kecelakaan kereta api, huru-hara,
pemberontakan atau bahaya perang;

3. pencurian di waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada
rumahnya, yang dilakukan oleh orang yang ada di situ tidak diketahui atau tidak
dikehendaki oleh yang berhak;

4. pencurian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih:

5. pencurian yang untuk masuk ke tempat melakukan kejahatan, atau untuk sampai pada
barang yang diambil, dilakukan dengan merusak, memotong atau memanjat, atau
dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu.

Mencuri berarti mengambil harta milik orang lain dengan tidak hak untuk dimilikinya tanpa
sepengetahuan pemilikinya. Mencuri hukumnya adalah haram. Dan seiring berjalannya waktu,
tindakan mencuri juga mengalami perkembangan. Masalah pencurian yang masih banyak
terjadi disekitar kita contohnya terjadi pada kasus di Pengadilan Negeri Bandung dengan
Nomor Perkara 1104/Pid. B/2017/PN Bandung. Atas dasar inilah kelompok kami membahas
lebih lanjut tentang bagaimana hukum mengatur tindak pidana pencurian. Oleh karena itu
kelompok kami menyusun makalah yang berjudul “ANALISA TERHADAP PERKARA
PIDANA 1104/PidB/2017/PN BDG TENTANG PENCURIAN DI PENGADILAN
NEGERI BANDUNG”.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa sajakah yang menjadi faktor terjadinya tindak pidana pencurian?

2. Apa hukuman yang didakwakan pada terdakwa kasus tindak pidana pencurian Nomor
1104/PidB/2017/PN BDG ?
BAB II

Pembahasan

A. Tindak Pidana Pencurian


1. Pengertian Tindak Pidana Pencurian
Tindak pidana pencurian merupakan kejahatan yang sangat umum terjadi ditengah
masyarakat dan merupakan kejahatan yang dapat dikatakan paling meresahkan masyarakat.
Disebutkan dalam pasal 362 KUHP bahwa: “Barangsiapa mengambil barang sesuatu, yang
seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan
hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana
denda paling banyak sembilan ratus rupiah”. Pencurian mempunyai beberapa unsur, yaitu :
1. Unsur objektif, terdiri dari :
a. Perbuatan mengambil
b. Objeknya suatu benda
c. Unsur keadaan yang menyertai/melekat pada benda, yaitu benda tersebut sebagian atau
seluruhnya milik orang lain.

2. Unsur subjektif, terdiri dari :


a. Adanya maksud
b. Yang ditujukan untuk memiliki
c. Dengan melawan hukum Suatu perbuatan atau peristiwa, baru dapat dikatakan sebagai
pencurian apabila terdapat semua unsur tersebut diatas.
Unsur perbuatan yang dilarang mengambil ini menunjukkan bahwa pencurian
adalah berupa tindak pidana formil. Mengambil adalah suatu tingkah laku positif/perbuatan
materiil, yang dilakukan dengan gerakan-gerakan otot disengaja yang pada umumnya dengan
menggunakan jari-jari dan tangan kemudian diarahkan pada suatu benda, menyentuhnya,
memegangnya, dan mengangkatnya lalu membawa dan memindahkan ketempat lain atau
kedalam kekuasannya.
Sebagaimana banyak tulisan, aktifitas tangan dan jari-jari sebagaimana tersebut diatas
bukanlah merupakan syarat dari adanya perbuatan mengambil. Unsur pokok dari perbuatan
mengambil adalah harus ada perbuatan aktif, ditujukan pada benda dan berpindahnya
kekuasaan benda itu kedalam kekuasaannya. Berdasarkan hal tersebut, maka mengambil dapat
dirumuskan sebagian melakukan perbuatan terhadap suatu benda dengan membawa benda
tersebut kedalam kekuasannya secara nyata dan mutlak.
Mengenai pembentukan pasal 362 KUHP adalah terbatas pada benda-benda bergerak
(rorrend goed). Benda-benda tidak bergerak, baru dapat menjadi objek pencurian apabila telah
terlepas dari benda tetap dan menjadi benda bergerak. Benda bergerak adalah setiap benda yang
terwujud dan bergerak ini sesuai dengan unsur perbuatan mengambil. Benda yang kekuasannya
dapat dipindahkan secara mutlak dan nyata adalah terhadap benda yang bergerak dan berwujud
saja. Benda yang dapat menjadi obyek pencurian haruslah benda-benda yang ada pemiliknya.
Benda-benda yang tidak ada pemiliknya tidak dapat menjadi objek pencurian. Mengenai
benda-benda yang tidak ada pemiliknya ini dibedakan antara:
1. Benda-benda yang sejak semula tidak ada pemiliknya, disebut res nulius, seperti batu di
sungai, buah-buahan di hutan.
2. Benda-benda yang semula ada pemiliknya, kemudian kepemilikannya itu dilepaskan disebut
resderelictae, misalnya sepatu bekas yang sudah di buang di kotak sampah.
Mengenai apa yang dimaksud dengan hak milik ini, adalah suatu pengertian menurut
hukum, baik hukum adat maupun menurut hukum perdata. Pengertian hak milik menurut
hukum adat dan menurut hukum perdata pada dasarnya jauh berbeda, yaitu sebagian hak yang
terkuat dan paling sempurna, namun karena azas dalam peralihan hak itu berbeda,
menyebabkan kadang-kadang timbul kesulitan untuk menentukan siapa pemilik dari suatu
benda.
Maksud untuk memiliki terdiri dari dua unsur, yakni pertama unsur maksud
(kesengajaan sebagai maksud/opzetals ogmerk), berupa unsur kesalahan dalam pencurian, dan
kedua unsur memiliki. Dua unsur itu dapat dibedakan dan tidak terpisahkan, maksud dari
perbuatan mengambil barang milik orang lain itu harus ditujukan untuk memiliknya.
Gabungan kedua unsur itulah yang menunjukkan bahwa dalam tindak pidana pencurian,
pengertian memiliki tidak mensyaratkan beralihnya hak milik atas barang yang dicuri ke tangan
petindak dengan alasan, pertama tidak dapat mengalihkan hak milik dengan perbuatan yang
melanggar hukum, dan kedua yang menjadi unsur pencurian ini adalah maksudnya (subjektif)
saja.
Unsur-unsur tindak pidana pencurian adalah :
1). Unsur mengambil barang
Unsur pertama dari tindak pidana pencurian adalah perbuatan “mengambil” barang.
Kata mengambil dalam arti sempit terbatas pada menggerakkan tangan dan jari-jari, memegang
barangnyadan mengalihkannya etempat lain, yang dimaksud dengan kata “ mengambil” ialah
sebelum perbuatan itu dilakukan.
Pencurian itu sudah dapat dikatakan selesai, apabila barang tersebut sudah pindah
tempat. Apabila orang baru memegang saja barang itu dan belum berpindah tempat, maka
orang itu belum dapat dikatakan mencuri akan tetapi belum mencoba mencuri. Perbuatan
“mengambil” terang tidak ada, apabila barangnya oleh yang berpihak diserahkan kepada
pelaku. Apabila penyerahan ini disebabkan oleh pembujukan dengan tipu muslihat, maka ada
tindakan pidana “penipuan”, jika penyerahan ini disebabkan karena adanya paksaan dengan
kekerasan oleh sipelaku, maka ada perbuatan tindak pidana “pemerasan”dan jika paksaan ini
berupa kekerasan langsung maka ada perbuatan tindak pidana “pengancaman”.
2). Yang diambil harus barang
Suatu barang adalah segala sesuatu yang berwujud termasuk pula binatang (bukan
manusia). Pengertian barang tersebut pula daya listrik dan gas, meskipun tidak berwujud.
Barang itu tidak perlu mempunyai nilai ekonomis. Apabila mengambil sesuatu barang tidak
dengan ijin dari pemiliknya, termasuk dalam pencurian .
3). Barang itu harus seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain.
Sifat tindak pidana pencurian adalah merugikan kekayaan si korban, maka barang yang
diambil harus berharga. Harga ini tidak selalu bersifat ekonomis. Barang yang diambil dapat
seluruhnya atau sebagian kepunyaan oranglain, yaitu apabila merupakan suatu barang warisan
yang belum dibagi-bagi, dan pencuri adalah salah seorang ahli waris yang turut berhak atas
barang tersebut.

3. Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Tindak Pidana Pencurian


Penyebab terjadinya kriminalitas (pencurian) adalah faktor intern dan ekstern. Faktor
intern adalah dorongan yang terjadi dari dirinya sendiri, sementara faktor ekstern adalah faktor
yang tercipta dari luar dirinya, faktor inilah yang bisa dikatakan cukup kompleks dan bervariasi.
Kesenjangan sosial, kesenjangan ekonomi, ketidakadilan, dsb, merupakan contoh penyebab
terjadinya tindak kriminal yang berasal dari luar dirinya. Untuk lebih jelasnya akan diberikan
penjelasan mengapa faktor-faktor tersebut sangatlah berpengaruh terhadap terjadinya suatu
tindak pidana pencurian.
1. Faktor Intern

a. Faktor Pendidikan
Faktor pendidikan merupakan salah satu faktor pendorong seseorang untuk melakukan
suatu tindak pidana pencurian. Hal itu disebabkan oleh tingkat pengetahuan mereka yang
kurang terhadap hal-hal seperti aturan yang dalam cara hidup bermasyarakat. “tingkat
pendidikan dianggap sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang berbuat jahat
(mencuri), pendidikan merupakan sarana bagi seseorang untuk mengetahui mana yang baik
dan mana yang buruk. Dan dengan melakukan suatu perbuatan apakah perbuatan tersebut
memiliki suatu manfaat tertentu atau malah membuat masalah/kerugian tertentu.

b. Faktor Individu
Seseorang yang tingkah lakunya baik akan mengakibatkan seseorang tersebut
mendapatkan penghargaan dari masyarakat, akan tetapi sebaliknya jika seseorang bertingkah
laku tidak baik maka orang itu akan menimbulkan kekacauan dalam masyarakat. Mereka yang
dapat mengontrol dan mengembangkan kepribadiannya yang positif akan dapat menghasilkan
banyak manfaat baik itu bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Sedangkan mereka yang
tidak bisa mengontrol kepribadiannya dan cenderung terombang ambing oleh perkembangan
akan terus terseret arus kemana akan mengalir. Entah itu baik atau buruk mereka akan tetap
mengikuti hal tersebut. Terdapat pula penyebab seseorang melakukan tindak pidana, seperti
yang telah disebutkan diatas bahwa keinginan manusia merupakan hal yang tidak pernah ada
batasnya.

2. Faktor Ekstern

a. Faktor Ekonomi
Kemiskinan merupakan sebuah fenomena yang tidak dapat ditolak di setiap negara.
Hingga sekarang belum ada jalan keluar untuk menyelesaikan fenomena tersebut. Plato
mengemukakan bahwa disetiap negara dimana banyak terdapat orang miskin, dengan secara
diam-diam terdapat banyak penjahat, pelanggar agama dan dan penjahat dari bermacam-
macam corak. Hampir setiap tahun harga kebutuhan pokok terus meningkat, sedangkan
pendapatan tiap individu belum tentu mampu untuk mencukupi peningkatan tersebut. Sehingga
hal tersebut mengakibatkan alasan bagi seseorang untuk melakukan tindak pidana pencurian.
Kondisi perekonomian inilah yang membuat seseorang dengan terpaksa melakukan pencurain.
Demi memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya, seseorang melakukan pencurian tersebut
tanpa pikir panjang.

b. Faktor Lingkungan.
Selain faktor ekonomi, faktor lingkungan merupakan salah satu faktor yang memiliki
pengaruh atas terjadinya tindak pidana pencurian. Seseorang yang hidup/tinggal di dalam
lingkungan yang mendukung untuk dilakukannya pencurian, maka di suatu waktu ia juga akan
melakukan tindak pencurian tersebut. Banyak hal yang membuat lingkungan menjadi faktor
penyebab terjadinya suatu tindak kejahatan (pencurian). Misalnya kebutuhan dalam pergaulan
dengan teman sebaya, kontrol dari lingkungan yang kurang dan pergaulan dengan seseorang
yang memiliki pekerjaan sebagai pencuri.

c. Faktor Penegakkan Hukum


Minimnya jumlah hukuman yang dijatuhkan kepada para pelaku membuat tidak jeranya
pelaku pencurian tersebut, sehingga pelaku yang telah bebas dari masa hukumannya tidak
takut/tidak segan-segan mengulangi perbuatan pencurian kembali. Penerapan hukum pidana
yang kurang maksimal membuat ketidakjeraan pelaku dalam melakukan tindak pidana. Sulit
tercapainya keadilan bagi korban membuat masyarakat sedikit demi sedikit berpaling atau tidak
percaya kepada negara sebagai pelindung hak-hak warga negara. Masyarakat cenderung
melakukan caranya sendiri untuk mengatasi apabila terjadi kejahatan di lingkungannya yaitu
dengan cara main hakim sendiri.

d. Faktor Perkembangan Global


Perkembangan global memiliki dampak yang positif bagi kemajuan suatu negara,
sedangkan bagi individu perkembangan global merupakan suatu sarana untuk menunjukan
bahwa dia adalah seseorang yang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dalam masa
perkembangan global tersebut. Selain itu seseorang yang memiliki sesuatu (harta) yang lebih
dipandang sebagai orang yang sukses, hal ini tentunya membuat setiap orang dalam masyarakat
bersaing satu sama lainnya untuk menunjukkan bahwa dirinyalah yang paling unggul. Dan
tidak dapat dipungkiri bahwa orang yang tadinya kurang mampupun akan ikut bersaing
meskipun mengunakan cara-cara yang salah. Kebanyakan dari mereka lebih memilih cara yang
praktis daripada harus bekerja lebih keras tanpa memikirkan resiko apa yang akan diterimanya
kelak atas perbuatan yang telah ia lakukan.
Kemajuan teknologi khususnya media massa juga turut serta mempengaruhi seseorang
untuk berbuat jahat. Media massa memberikan rangsangan terhadap pemikiran-pemikiran
seseorang dalam kehidupan bermasyarakat. Bahkan tidak jarang tayangan televisi memberikan
contoh-contoh melakukan pencurian, meskipun pada dasarnya tayangan tersebut bukan
bermaksud untuk memberikan suatu contoh. Pemikiran dan daya tangkap masing-masing
individu tentulah berbeda-beda pula, oleh sebab itu, tayangan televisi dapat memberikan suatu
kesan yang buruk bagi seseorang.
Meskipun telah dijelaskan diatas mengenai faktor-faktor yang menyebabkan seseorang
melakukan tindak pidana pencurian, tetapi tidak menutup kemungkinan munculnya faktor-
faktor baru yang semakin komplek mengingat terjadinya perkembangan di segala bidang itu
sendiri. Menurut teori chaos, faktor-faktor penyebab seseorang melakukan suatu tindak pidana
merupakan pengaruh dari perubahan-perubahan kecil (kondisi ekonomi, kondisi fisik, kondisi
sosial, kepercayaan, dll) yang terjadi di sekitar pelaku. Perubahan-perubahan kecil tersebut
semakin lama memberikan pengaruh terhadap kepribadian seseorang (pelaku). Apabila orang
tersebut secara sadar dan dapat mengantisipasi perubahan-perubahan kecil tersebut, maka
orang tersebut akan terlepas dari pengaruh-pengaruh buruk yang dibawa oleh perubahan-
perubahan kecil itu. Namun sebaliknya, apabila seseorang tersebut tidak dapat mengantisipasi
dan tanpa ada kesiapan akan perubahan-perubahan tersebut, maka orang tersebut akan terus
terseret oleh arus perubahan tersebut dan akan memberinya pengaruh yang memungkinkan
membuat dirinya berbuat jahat. Faktor-faktor yang telah disebutkan diatas merupakan
pengaruh utama seseorang melakukan kejahatan, terlepas dari faktor-faktor tersebut perlu
diketahui bahwa terdapat sesuatu yang lebih fundamental atas terjadinya suatu kejahatan, yaitu
adanya kesempatan.

B. Deskripsi Kasus

Kasus yang dianalisis dalam tugas akhir ini berkaitan dengan tindak pidana pencurian.
Dalam kejadian pencurian ini, ada 4 saksi yang dihadirkan di Pengadilan Negeri Bandung.

Para saksi yang dihadirkan di pengadilan:

1. Korban pencurian
2. Sepupu dari korban
3. Hansip komplek yang sedang bertugas
4. Saksi yang menghubungi RW dan kepolisian
Dalam kejadian ini terjadi pencurian pada pukul 02.30 dinihari dimana para saksi
memberikan keterangan yaitu:
 Saksi pertama, sebagai korban mengaku telah kehilangan 4 buah handphone yaitu
1 handphone milik saksi pertama, 2 handphone milik saudara sepupu korban, dan
1 handphone lagi milik ibu korban.
 Saksi kedua, sebagai saudara sepupu korban melihat ciri-ciri dari pelaku pencurian
tersebut dan sekarang menjadi terdakwa yang dihadirkan di sidang Pengadilan
Negeri Bandung atas tuduhan pencurian 4 buah handphone.
 Saksi ketiga, seorang yang sedang melakukan pengamanan di lingkungan komplek
tersebut, memang mengenali sosok dari terdakwa kasus pencurian 4 buah
handphone tersebut.
 Setelah mengetahui kejadian tersebut, saksi ke4 sebagai warga komplek
melaporkan hal ini kepada RW dan kepolisian setempat.

Terdakwa dalam proses pengadilan memang mengakui telah mencuri 4 buah


handphone tersebut kemudian dia juga mengakui telah menjual seluruh handphone
tersebut dan hanya menyisakan kartu memorinya.

Analisis Kasus

1. Analisis Awal
Nomor perkara adalah 1104/Pid.B/2017/PN BDG. Terdakwa didakwakan pasal 363
ayat (1) butir (3) KUHP tentang Pencurian dengan ancaman hukuman paling lama 7 tahun
pidana penjara. Sidang dilaksanakan pada tanggal 5 Oktober 2017. Agendanya adalah
menghadirakan saksi-saksi dalam perkara.

1. Keterangan Para Saksi


 Saksi I: Mengaku bahwa terdakwa mencuri 4 buah handphone, diantaranya adalah 1
buah milik saksi, 2 buah milik kerabat saksi, dan 1 buah milik ibu saksi. Pencurian dilakukan
pada pukul 02.30
 Saksi II: Saksi yang merupakan sepupu dari Saksi I. Saksi II melihat ciri-ciri terdakwa .
 Saksi III: Saksi yang merupakan HANSIP di wilayah komplek tersebut. Saksi juga
mengenali terdakwa.
 Saksi IV: Saksi yang memanggil Ketua RW dan Kepolisian.
2. Keterangan Terdakwa
Terdakwa mengakui melakukan pencurian di komplek tersebut pada pukul 02.30,
mengakui bahwa hasil curian yang berupa handphone dijual kepada penadah, serta mengakui
bahwa terdakwa hanya menyimpan memory card yang ada di dalam handphone tersebut.

3. Simpulan
Perkara yang disidang di Pengadilan Negeri Bandung adalah perkara pidana Pencurian
dengan nomor 1104/Pid.B/2017/PN BDG, terdakwa didakwa dengan pasal 363 ayat (1) butir
(3) KUHP tentang Pencurian dengan ancaman hukuman 7 tahun pidana penjara. Sidang
perkara dilaksanakan pada tanggal 5 Oktober 2017. Ada 4 orang saksi yang dibawa untuk
memenuhi agenda “Pemberian Keterangan Saksi-saksi” di persidangan. Terdakwa telah
mengakui perbuatannya, yaitu pencurian barang milik orang lain, yang berupa handphone dan
menyimpan memory card untuk dirinya sendiri.

Dilihat dari kasus yang telah dipaparkan diatas terbukti bahwa pelaku memang
melakukan tindak pidana pencurian yang disengaja dan telah direncanakan. Dan dalam hal
kasus diatas memenuhi unsur :
Ancaman Pidana
Ancaman pidana ini berbeda-beda untuk setiap tindak pidana, bisa berupa
pidana mati, pidana penjara, atau pidana kurungan maupun pidana denda. Untuk
tindak pidana pencurian dalam Pasal 363 KUHP maksimalnya adalah pidana
penjara selama tujuh tahun. Dalam beberapa undang-undang selain maksimal
pidana yang dapat dijatuhkan juga disebutkan minimal pidana yang dapat
dijatuhkan.
Karena ancaman pidana selalu dicantumkan dalam setiap pasal yang mengatur
mengenai tindak pidana, maka sepanjang perbuatan yang dilakukan masuk dalam
kualifikasi tindak pidana yang sama maka ancaman pidana juga sama. Jadi untuk
setiap perbuatan mengambil barang milik orang lain yang termasuk dalam tindak
pidana pencurian maka maksimal ancaman pidana juga sama yaitu lima tahun
penjara, tanpa melihat apakah yang dicuri itu emas, pohon kakao, ataupun sandal
jepit.
BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya tindak pidana pencurian, antara lain:

1. Faktor Intern

a. Faktor Pendidikan
Faktor pendidikan merupakan salah satu faktor pendorong seseorang untuk melakukan suatu
tindak pidana pencurian. Hal itu disebabkan oleh tingkat pengetahuan mereka yang kurang
terhadap hal-hal seperti aturan yang dalam cara hidup bermasyarakat

b. Faktor Individu
Seseorang yang tingkah lakunya baik akan mengakibatkan seseorang tersebut mendapatkan
penghargaan dari masyarakat, akan tetapi sebaliknya jika seseorang bertingkah laku tidak baik
maka orang itu akan menimbulkan kekacauan dalam masyarakat

2. Faktor Ekstern

a. Faktor Ekonomi
Kemiskinan merupakan sebuah fenomena yang tidak dapat ditolak di setiap negara.
Hingga sekarang belum ada jalan keluar untuk menyelesaikan fenomena tersebut.
Kondisi perekonomian inilah yang membuat seseorang dengan terpaksa melakukan
pencurain. Demi memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya, seseorang melakukan
pencurian tersebut tanpa pikir panjang.

b. Faktor Lingkungan.
Seseorang yang hidup/tinggal di dalam lingkungan yang mendukung untuk
dilakukannya pencurian, maka di suatu waktu ia juga akan melakukan tindak pencurian
tersebut.

c. Faktor Penegakkan Hukum


Minimnya jumlah hukuman yang dijatuhkan kepada para pelaku membuat tidak jeranya
pelaku pencurian tersebut, sehingga pelaku yang telah bebas dari masa hukumannya tidak
takut/tidak segan-segan mengulangi perbuatan pencurian kembali.
d. Faktor Perkembangan Global
Adanya perkembangan global membuat orang-orang saling bersaing untuk
mendapatkan sesuatu yang diinginkannya dan tidak dapat dipungkiri bahwa orang yang tadinya
kurang mampupun akan ikut bersaing meskipun mengunakan cara-cara yang salah

Adapun hukuman yang dijatuhkan pada terdakwa kasus pencurian yang disidang di
Pengadilan Negeri Bandung adalah perkara pidana Pencurian dengan nomor
1104/Pid.B/2017/PN BDG, terdakwa didakwa dengan pasal 363 ayat (1) butir (3) KUHP
tentang Pencurian dengan ancaman hukuman 7 tahun pidana penjara

3.2. Saran
1. Untuk penegakan hukum harap lebih ditingkatkan lagi, agar para pelaku tindak pidana
mendapatkan efek jera dan tidak melakukan tindak pidana lagi.
2. Untuk masyarakat harus diberikan pendidikan yang baik yang akan menciptakan
lingkungan yang baik pula.
3. Untuk pemerintah agar memberikan kesejahteraan kepada rakyat, terutama kalangan
menegah kebawah, untuk mencegah terjadinya suatu tindak pidana.
Daftar Pustaka
Maghrobi, Berdy Despar. 2014. “Tinjauan Kriminologis Faktor Penyebab Terjadinya Tindak
Pidana Pencurian Kendaraan Bermotor.”
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=188306&val=6466&title=TINJA
UAN%20KRIMINOLOGIS%20FAKTOR%20PENYEBAB%20TERJADINYA%20
TINDAK%20PIDANA%20PENCURIAN%20KENDARAAN%20BERMOTOR%20
(Studi%20di%20Lembaga%20Pemasyarakatan%20Lowokwaru%20Malang).

Ompusunggu, Kartika. 2015. “Analisis Putusan Pengadilan Negeri Malang Nomor:


770/PID.SUS/2012/PN.MLG Tentang Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan
Yang Dilakukan Oleh Anak.” Diakses Januari 3, 2018.
https://media.neliti.com/media/publications/35529-ID-analisis-putusan-pengadilan-
negeri-malang-nomor-770pidsus2012pnmlg-tentang-tinda.pdf.

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Kasus diambil dari pusat data Pengadilan Negeri Bandung, 1104/PidB/2017/PN BDG tentang
Pencurian (nama-nama yang bersangkutan dalam perkara dikosongkan).

Anda mungkin juga menyukai