Anda di halaman 1dari 10

Jalur pedestrian merupakan wadah atau ruang untuk kegiatan pejalan kaki melakukan

aktivitas dan berfungsi sebagai ruang sirkulasi bagi pejalan kaki yang terpisah dari
sirkulasi kendaraan lainnya, baik kendaraan bermotor atau tidak. Jalur pedestrian ini
seharusnya memberikan kenyamanan bagi manusia atau pejalan kaki itu sendiri pada
saat melintasinya. Namun terkadang kebutuhan akan jalur pedestrian itu sendiri kurang
memadai dari kenyamanan yang dicapai pada jalur pedestrian tersebut. Terkadang
manusia kurang merasa nyaman pada jalur pedestrian akibat terdapatnya pedagang
kaki lima yang mengganggu perjalanan manusia, dipakainya jalur pedestrian sebagai
lahan parkir, kurangnya pohon peneduh, bahkan manusia masih merasa kurang aman
akibat jalur pedestrian yang terlalu dekat dengan jalur kendaraan. Pada kawasan studi
ini, yang merupakan sebuah jalan pencapaian menuju kampus Universitas Diponegoro,
maka pedestrian pada kawasan studi ini berperan sangat penting. Oleh karena itu hal
ini sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut, tentang kondisi dan segala permasalahan
yang ada, serta solusi yang ada pada jalur pedestrian di penggal jalan Prof. Soedharto
khususnya antara Ngesrep (Patung Diponegoro) - gerbang Undip. PENDAHULUAN
Berjalan kaki merupakan bagian dari sistem transportasi atau sistem penghubung kota
(linkage system) yang cukup penting karena vitalitas kota terlihat dari adanya aktifitas
pejalan kaki di ruang kota. Menurut Shirvani (1985), jalur pejalan kaki merupakan
elemen penting perancangan kota. Ruang pejalan kaki dalam konteks kota dapat
berperan untuk menciptakan lingkungan yang manusiawi dan ramah. Pejalan kaki
adalah orang yang bergerak dalam suatu ruang dengan moda berjalan kaki. Dari segi
ekonomi pun, berjalan kaki merupakan penghematan biaya transportasi. Jaringan jalur
pejalan kaki mempunyai kaitan antara asal dan tujuan pergerakan orang, adanya
hubungan antara fungsi jalur pejalan kaki dengan fungsi lainnya, sehingga penciptaan
ruang publik yang baik adalah bagaimana ruang publik dapat mengakomodasi atau
memenuhi aktifitas pejalan kaki baik dalam pergerakannya maupun aktifitasnya. Kriteria
perancangan ruang untuk pejalan kaki yang baik adalah ruang pejalan kaki yang
memenuhi tuntutan kenyamanan pejalan kaki. Kenyamanan adalah kondisi dimana
pejalan kaki harus memiliki jalur yang mudah untuk dilalui terkait pula dengan kapasitas
dan kesesakan ruang pejalan kaki. Kawasan Tembalang, Semarang khususnya pada
jalan Prof. Soedharto, merupakan kawasan yang sangat erat hubungannya dengan
lingkungan pendidikan. Maka dalam hal ini permasalahan akan ruang terbuka
khususnya jalur pedestrian juga terjadi pada daerah di kawasan ini. Terdapat beberapa
bangunan pendidikan khususnya universitas dan sekolah di daerah tersebut, sehingga
pada daerah tersebut fungsi akan jalur pedestrian sangatlah berpengaruh terhadap
tingkah laku bagi pengguna jalan khususnya pejalan kaki. Namun, melihat situasi yang
ada pada kawasan ini khususnya penggal jalan Prof. Soedharto (antara Ngesrep
(Patung Diponegoro) - gerbang Undip), terdapat beberapa jalur pedestrian yang tidak
berjalan sesuai dengan fungsinya. Jalur pedestrian yang ada juga mengabaikan aspek
kenyamanan. Banyak jalur pedestrian yang beralih fungsi, yang disebabkan oleh
berbagai macam kepentingan suatu individu, sehingga hal ini sangatlah mengganggu
baik bagi pejalan kaki maupun para pengguna jalan lain. Oleh karena itu hal ini sangat
menarik untuk dikaji lebih lanjut, tentang kondisi dan segala permasalahan yang ada,
serta solusi yang ada pada jalur pedestrian di penggal jalan Prof. Soedharto khususnya
antara Ngesrep (Patung Diponegoro) - gerbang Undip. PENGERTIAN PEDESTRIAN
Pedestrian berasal dari bahasa Yunani pedos yang berarti kaki. Pedestrian juga berasal
dari bahasa Latin pedester-pedestris yaitu orang yang berjalan kaki atau pejalan kaki,
sehingga pedestrian dapat diartikan sebagai pejalan kaki atau orang yang berjalan kaki.
Secara harafiah, pedestrian berarti “ person walking in the street “, yang berarti orang
yang berjalan di jalan. Pejalan kaki adalah orang yang melakukan perjalanan dari suatu
tempat / asal (origin) tanpa kendaraan, untuk mencapai tujuan atau tempat (destination)
atau dengan maksud lain. Jalan merupakan media diatas bumi yang memudahkan
manusia dalam tujuan berjalan, maka pedestrian dalam hal ini memiliki arti pergerakan
atau perpindahan orang atau manusia dari satu tempat sebagai asal (origin) ke tempat
lain sebagai tujuan (destination) dengan berjalan kaki (Rubenstein, 1992). Berikut
merupakan beberapa tinjauan dan pengertian dasar mengenai pedestrian, yaitu: -
Berjalan kaki merupakan alat untuk pergerakan internal kota, satu – satunya alat untuk
memenuhi kebutuhan interaksi tatap muka yang ada didalam aktivitas komersial dan
kultural di lingkungan kehidupan kota. Berjalan kaki merupakan alat penghubung antara
moda – moda angkutan yang lain (Fruin, 1979). - Dilihat dari kecepatannya moda jalan
kaki memiliki kelebihan yakni kecepatan rendah sehingga menguntungkan karena
dapat mengamati lingkungan sekitar dan mengamati objek secara detail serta mudah
menyadari lingkungan sekitarnya ( Rapoport, 1977). UNSUR-UNSUR YANG
MEMPENGARUHI KENYAMANAN PADA SEBUAH PEDESTRIAN Menurut Unterman
(1984) , terdapat unsur-unsur yang mempengaruhi kenyamanan (comfort) pada suatu
pedestrian. Unsur-unsur tersebut adalah sirkulasi, aksesibilitas, gaya alam dan iklim,
keamanan, kebersihan, dan keindahan. - Sirkulasi, yaitu perputaran atau peredaran.
Adapun aspek-aspek yang terkait dengan sirkulasi pejalan kaki adalah dimensi jalan
dan jalur pedestrian, tempat asal sirkulasi dan tempat tujuan sirkulasi pejalan kaki,
maksud perrjalan, waktu hari dan volume pejalan kaki. - Aksesibilitas, yaitu derajat
kemudahan dicapai oleh orang, terhadap suatu objek, pelayanan ataupun lingkungan.
Adapun ketentuan-ketentuan yang harus terpenuhi dalam suatu rute perjalanan,
meliputi : a. Peniadaan Hambatan dan Halangan b. Lebar dan Bebas c. Kawasan
Laluan dan Istirahat d. Kemiringan / Grades e. Curb Ramps pada Trotoar f. Ramps g.
Permukaan dan Tekstur - Gaya Alam dan Iklim, yaitu keadaan alam sekitar dan iklim
yang terjadi pada suatu waktu. - Keamanan (Safety), keamanan ditujukan bagi pejalan
kaki baik dari unsur kejahatan maupun faktor lain misalnya kecelakaan. Elemen-elemen
yang perlu diperhatikan dalam perencanaan keamanan pedestrian meliputi : a. Desain
jalan dan jalur pedestrian b. Kecepatan dan kepadatan c. Pemilihan perencanaan jalur
pedestrian yang berkesinambungan d. Waktu. - Kebersihan, sesuatu yang bersih yang
akan menambah daya tarik juga kenyamanan bagi pejalan kaki. - Keindahan,
merupakan unsur kenyamanan yang mencakup masala kepuasan batin dan panca
indera, sehingga sulit untuk menilai suatu keindahan pada setiap orang karena memiliki
persepsi yang berbeda pula. ELEMEN PENDUKUNG JALUR PEDESTRIAN -Material
Jalur Pedestrian Pada saat merencanakan elemen pedestrian diperlukan pendekatan
optimal terhadap lokasi di mana jalur pedestrian tersebut berada. Material pada suatu
pedestrian umumnya menggunakan : - Paving atau beton, paving beton dibuat dengan
variasi bentuk, tekstur, warna, dan variasi bentuk yang memiliki kelebihan terlihat
seperti batu bata, serta pemasangan dan pemeliharaannya mudah. - Batu, merupakan
salah satu material yang paling tahan lama, memiliki daya tahan yang kuat dan mudah
dalam pemeliharaannya. Batu granit adalah salah satu yang sering digunakan pada
jalur pedestrian yang membutuhkan keindahan. - Bata, merupakan bahan yang mudah
pemeliharaannya, serta mudah pula didapat. Bata memiliki tekstur dan dapat menyerap
air dan panas dengan cepat tetapi mudah retak. - Lampu Penerangan Penempatannya
direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan penerangan yang merata,
keamanan dan kenyamanan bagi pengendara. a. Lampu pejalan kaki - Tinggi lampu 4-
6 meter - Jarak penempatan 10 – 15 meter - Mengakomodasi tempat banner
umbulumbul - Kriteria desain : sederhana, geometris, modern futuristic, fungsional,
terbuat dari bahan anti vandalism, terutama bola lampu. b. Lampu penerangan jalan,
diharapkan memberikan penerangan untuk signage. - Halte bus a. Kriteria : terlindungi
dari cuaca b. Penempatan pada pinggir jalan utama c. Panjang halte minimum sama
dengan panjang bus kota - Tanda Penunjuk a. Kriteria : Penyatuan tanda penunjuk
dengan lampu penerangan akan lebih efisien dan mudah untuk dibaca b. Terletak di
tempat terbuka c. Tanda penunjuk memuat informasi tentang lokasi dan fasilitasnya d.
Tidak tertutup pepohonan - Telepon umum a. Kriteria : Perletakan tempat sampah yang
diatur (15 - 20 meter) b. Mudah dalam sistem pengangkutan c. Tempat sampah yang
sesuai jenis sampahnya - Vegetasi dan Pot Bunga a. Kriteria : dapat berfungsi sebagai
peneduh b. Ditempatkan pada jalur tanaman Ramp Tepi Jalan Perubahan pada
permukaan jalan ke trotoar dan trotoar ke jalan masuk menuju bangunan akan
menimbulkan persoalan yang paling banyak bagi para cacat fisik. Untuk memudahkan
pergerakan diatas penyangga yang rendah, sebuah ramp tepi harus dipasang.
Permukaan tidak boleh licin tetapi tidak boleh dibuat alur, karena alur ini dapat terisi
oleh air dan menjadikan ramp tersebut licin. Pertimbangan perancangan ramp tepi bagi
cacat fisik : a. Pembuatan tepi tidak boleh menghasilkan penyangga yang tidak perlu
terhadap para cacat fisik. b. Pembuatan tepi tidak boleh lebih tinggi dari tinggi
maksimum satu anak tangga atau 6½ inci atau sekitar 17 cm. c. Tepi yang berundak
menyulitkan bagi para cacat fisik untuk menjalaninya dan ketika gelap akan
membahayakan semua pejalan kaki. Penggunaan ini harus dibatasi. TINJAUAN
PEDESTRIAN PROF. SOEDHARTO Dalam studi kasus kali ini akan mengambil jalur
pedestrian pada penggal jalan Prof. Soedharto yaitu antara gerbang masuk UNDIP
hingga patung Diponegoro. Jalan Prof. Soedharto terletak di suatu pusat lingkungan di
Kecamatan Tembalang, Semarang. Merupakan jalan penghubung menuju kawasan
pendidikan yaitu Universitas Diponegoro Semarang. Jalan Prof.Soedharto merupakan
jalur dua arah. Seiring berjalannya waktu, kepadatan kawasan ini semakin tinggi. Hal ini
sebagai dampak dari lokasi Jalan Prof. Soedharto yang berdekatan dengan salah satu
pusat pendidikan terbesar di Semarang. Adapun batas-batas lokasi penggal jalan Prof.
Soedharto adalah : - Utara : permukiman - Selatan : permukiman - Timur : Universitas
Diponegoro - Barat : jalan Ngesrep Timur TEMUAN Menurut Unterman (1984), unsur-
unsur yang mempengaruhi kenyamanan (comfort) pada suatu pedestrian adalah
sirkulasi, aksesibilitas, gaya alam dan iklim, keamanan, kebersihan, dan keindahan.
Berdasarkan temuan-temuan di lapangan oleh pengamat dan tanggapan-tanggapan
masyarakat sebagai pengguna jalan, dapat dijelaskan bahwa bahwa : 1. Sirkulasi
Kenyamanan pada penggal Jalan Prof. Soedharto menjadi berkurang akibat sirkulasi
yang kurang baik. Sirkulasi yang kurang baik dapat disebabkan oleh kondisi trotoar
yang kurang baik pula. Terbukti bahwa 71 persen responden menyatakan bahwa
kondisi pedestriannya tidak/belum baik. Kondisi ini dipengaruhi oleh banyak hal, yaitu
banyak jalur pedestrian yang sudah cukup parah kondisi materialnya, yang disebabkan
banyak paving block yang rusak akibat kurang terawat dengan baik. Jalur pedestrian
pada kawasan ini juga berada pada kontur tanah yang kurang merata sehingga cukup
mengganggu kenyamanan bagi pejalan kaki, padahal jalur pedestrian yang nyaman
adalah jalur pedestrian yang rata. Dari pengamatan yang dilakukan, tampak bahwa
beberapa lokasi pada kawasan tersebut mengalami pengalihan fungsi. Masalah
menyangkut fungsi jalur pedesterian antara lain tidak dimanfaatkannya jalur pedestrian
sebagai wadah aktifitas pejalan kaki. Penataan jalur pedestrian yang tidak optimal dan
kurangnya ketersediaan kelengkapan jalur pedestrian juga menimbulkan masalah bagi
sirkulasi maupun aktifitas pejalan kaki. Adanya aktor-aktor pengguna selain pejalan kaki
yang memanfaatkan keberadaan pejalan kaki dan lalu lalang pejalan kaki pada jalur
pedestrian dengan cara menempati badan jalan dan jalur pedestrian yang cukup
penting memberikan pengaruh pada atribut kenyamanan. 2. Aksesibilitas Aksesibilitas
adalah derajat kemudahan dicapai oleh orang, terhadap suatu objek, pelayanan
ataupun lingkungan. Berdasarkan pertanyaan yang diajukan kepada responden
mengenai kemudahan di trotoar serta fasilitas yang aksesibel di penggal jalan Prof.
Soedharto untuk dilalui, dapat diketahui bahwa 75 persen responden menyatakan
bahwa mereka merasa kesulitan melalui jalur pedestrian ini. Jalur pedestrian yang ada
tidak hanya sebagai wadah sirkulasi dan aktifitas pejalan kaki dan sebagai tempat
perletakan street furniture tetapi juga sebagai tempat berjualan pedagang kaki lima dan
tempat parkir, yang kemudian juga merupakan hal yang mempengaruhi aksesibilitas
pada pedestrian itu sendiri. Pada penggal jalan ini, banyak terjadi penggunaan fungsi
ruang yang berbeda dimana trotoar yang ada banyak dijadikan tempat berjualan PKL
ataupun tempat parkir kendaraan yang sembarangan. Kondisi ini terjadi akibat adanya
para pedagang kaki lima yang mengambil sebagian jalur pedestrian untuk tempat
berjualan, sehingga menyisakan sebagian kecil jalur pedestrian untuk pejalan kaki.
Masalah ini banyak terjadi terutama pada saat sore hingga malam hari, dimana
sebagian besar pedagang kaki lima banyak berjualan pada waktu tersebut. 3. Gaya
Alam dan Iklim Dikarenakan Indonesia merupakan negara tropis, maka radiasi matahari
dan curah hujan sering menimbulkan aktivitas manusia di luar. Peneduh, baik berupa
pohon ataupun penaungan, merupakan faktor yang sangat penting. Ditemukan bahwa
71 persen ,menyatakan bahwa mereka memerlukan peneduh (baik berupa pohon
ataupun pernaungan bangunan di tepi pedestriannya). Hal ini menandakan bahwa
pedestrian ini tidak dapat memenuhi kenyamanan bagi pejalan kaki di jalur pedestrian.
4. Keamanan (Security) Keamanan yang ditujukan bagi pejalan kaki adalah keamanan
dilihat dari unsur kejahatan maupun faktor lain misalnya kecelakaan yang diakibatkan
oleh kondisi pedestrian tersebut. Rasa aman saat berjalan di pedestrian dipengaruhi
juga oleh kondisi penerangan yang ada. Orang yang berada di tempat yang memiliki
penerangan yang baik akan mempunyai perasaan aman lebih besar dibandingkan
dengan orang yang berada di tempat yang gelap. Untuk daerah kawasan penggal jalan
Prof. Soedharto memiliki beberapa lampu penerangan. Namun, antara lampu yang satu
dengan yang lain memliki jarak yang tidak pasti pada setiap penggal jalur pedestrian.
Masih terdapat juga lampu-lampu yang tidak berfungsi dengan baik, sehingga
kekurangan penerangan tersebut banyak dibantu oleh rumah maupun tempat usaha di
sepanjang jalur pedestrian jalan Prof. Soedharto. Masalah penerangan ini menjadi
unsur yang cukup penting karena berpengaruh pada kenyamanan pejalan kaki. Di jalur
pedestrian ini, dari responden yang melewatinya, mereka menyatakan bahwa tidak
pernah mengalami tindak kejahatan dan hanya 3 responden yang pernah mengalami
kecelakaan. Hal ini menunjukkan bahwa kenyamanan terkait unsur keamanan dapat
dikatakan sudah cukup memberikan kenyamanan bagi pejalan kaki. 5. Kebersihan
Segala sesuatu yang bersih akan menambah daya tarik, juga akan menambah
kenyamanan pejalan kaki karena bebas dari kotoran sampah dan bau-bauan yang tidak
menyenangkan. Untuk memenuhi hal tersebut kiranya perlu ditempatkan dan
disediakan bak sampah. Di lapangan ditemukan bahwa 75 persen responden
menyatakan bahwa jalur pedestrian penggal jalan Prof. Soedharto ini masih terlihat
kotor, ditambah dengan bebauan yang masih tercium di sepanjang jalur pedestrian ini.
Hal ini juga dibuktikan dengan masih ada saluran air yang tersumbat karena
penumpukan sampah, akibatnya untuk daerah yang kurang lancar saluran
pembuangan air kotor menimbulkan aroma tak sedap dan tentu saja mengurangi
tingkat kenyamanan bagi pejalan kaki jika melewati jalur pedestrian tersebut. 6.
Keindahan Keindahan merupakan unsur kenyamanan yang mencakup masalah
kepuasan batin dan panca indera sehingga rasa nyaman dapat diperoleh. Sulit untuk
menilai suatu keindahan karena setiap orang memiliki persepsi yang berbeda terhadap
sesuatu yang dikatakan indah. Kurangnya perhatian dari warga sekitar mengakibatkan
fasilitas-fasilitas yang ada juga menjadi tidak terawat, seperti sarana telepon umum dan
signage yang menjadi rusak dan terbengkalai, bahkan terkesan kotor dikarenakan
banyak digunakan sebagai sarana menempel poster dan lain-lain. Juga dibuktikan
dengan 21 responden menyatakan bahwa jalur pedestrian di penggal jalan Prof.
Soedharto masih terlihat jelek / tidak baik. KESIMPULAN Unsur-unsur yang
mempengaruhi kenyamanan (comfort) pada suatu pedestrian adalah sirkulasi,
aksesibilitas, gaya alam dan iklim, keamanan, kebersihan, dan keindahan. Dari analisa
data yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa sebagian besar unsur-unsur
kenyamanan tersebut belum terpenuhi sehingga bisa disimpulkan bahwa jalur
pedestrian pada penggal jalan Prof. Soedharto ( Ngesrep (Patung Diponegoro) -
Gerbang Undip) tidak nyaman bagi para pengguna jalan. Unsur-unsur yang tidak
terpenuhi dari aspek kenyamanan pada jalur pedestrian pada penggal jalan Prof.
Soedharto ( Ngesrep (Patung Diponegoro) - Gerbang Undip) adalah unsur sirkulasi,
aksesibilitas, gaya alam dan iklim, kebersihan dan keindahan. Hal ini dikarenakan
terdapat beberapa masalah pada kawasan tersebut, seperti keberadaan PKL yang
memakan hampir seluruh badan jalan pedestrian sehingga mengganggu sirkulasi dan
aksesibilitas pada kawasan tersebut, tidak terpenuhinya beberapa standarisasi pada
kawasan pedestrian ini yang mengganggu kenyamanan pejalan kaki dalam
menggunakan area pedestrian di sepanjang penggal jalan Prof Soedharto. Dalam hal
kebersihan dan keindahan pun mengalami beberapa masalah, tampak dari tidak
meratanya jumlah tempat sampah pada tiap segmen disepanjang jalur pedestrian
penggal jalan Prof Soedharto. Banyaknya sampah yang berserakan akibat adanya PKL
yang berjualan pada area pedestrian mengakibatkan area pedestrian tersebut tampak
kotor dan seringkali pula tercium bau tak sedap yang sangat mengganggu kenyamanan
pejalan kaki dan merusak keindahan tempat tersebut. Selain itu, terdapat saluran
pembuangan air kotor yang dibiarkan terbuka dan penuh dengan sampah, sehingga
menimbulkan aroma tak sedap pada saat pejalan kaki melintasi area pedestrian ini.
Pada segmen tertentu, beberapa diantaranya tidak ditemukan adanya vegetasi dan
peneduh. Hal ini tentu saja mengurangi kenyamanan bagi pejalan kaki yang melintasi
area pedestrian tersebut. Unsur yang terpenuhi dari aspek kenyamanan pada jalur
pedestrian pada penggal jalan Prof. Soedharto ( Ngesrep (Patung Diponegoro) -
Gerbang Undip) hanyalah unsur keamanan. Dibuktikan dari pernyataan responden
yang sebagian besar tidak pernah mengalami tindak kejahatan dan kecelakaan pada
jalur pedestrian tersebut. REKOMENDASI Dari beberapa permasalahan yang ada
dapat diberikan beberapa rekomendasi yang nantinya akan berdampak lebih baik bagi
pejalan kaki terkait aspek kenyamanan saat berjalan melalui jalur pedestrian pada
penggal jalan Prof. Soedharto (Ngesrep (Patung Diponegoro) hingga Gerbang Undip) :
- Terkait masalah aksesibilitas dan sirkulasi dapat dilakukan pembenahan untuk
kawasan pedestrian tersebut sesuai standarisasi yang ada terkait aspek kenyamanan
bagi para pejalan kaki. - Diperlukan penataan dan penertiban para PKL agar nantinya
lebih mempermudah pejalan kaki dalam menggunakan jalur pedestrian tersebut
sehingga lebih meningkatkan kenyamanan pada sirkulasi dan aksesibilitasnya. -
Pemberian beberapa tempat sampah di beberapa segmen dengan variasi yang lebih
menarik agar meningkatkan kesadaran bagi para pejalan kaki akan kebersihan jalur
pedestrian tersebut. - Pembersihan dari sampah dan penutupan saluran air kotor
dengan tralis besi agar selain memperindah kawasan tersebutt juga dapat setidaknya
mengurangi aroma bau tak sedap pada kawasan pedestrian tersebut. - Pemberian baik
pohon peneduh ataupun vegetasi lainya disepanjang segmen ruas jalur pedestrian
penggal jalan Prof. Soedharto ( Ngesrep (Patung Diponegoro) - Gerbang Undip) lebih
memperindah dan memberikan kenyamanan bagi para pejalan kaki yang melintasi area
pedestrian tersebut. DAFTAR PUSTAKA

Fruin, John, 1971, Pedestrian Planning and Design, Metropolitan Association of Urban
Designers and Environmental Planners, Sports & Recreation

Rapoport, Amos, 1977. Humas Aspects of Urban Form, Towards a Man Environtment
Approach to Urban Form and Design, Perhamon Press, First Edition

Rubenstein, Harvey M, 1978. Central City Mall, a Wiley Intercience Publication, New
York

Shirvani, Hamid, 1985. The Urban Design Process, Elemen of Urban Psysical Form,
van Nostrand Reinhold Company, New York

Unterman, Richard, 1984. The Pedestrian and The Bysiclist

Yogyakarta - Setiap hari pasaran Selasa Wage atau tiap 35 hari sekali, ribuan pedagang kaki lima (PKL) tidak berjualan di
sepanjang kawasan Malioboro, Yogyakarta. Mereka libur dan melakukan kerja bakti di kawasan Malioboro.

Hari ini adalah Selasa, Wage, (31/10/2017), mereka melakukan kerja bakti di Malioboro untuk yang kedua kalinya. PKL
Malioboro baik di sisi barat dan timur hingga dekat Pasar Beringharjo semua kerja bakti. Ada yang menyapu trotoar,
mengumpulkan sampah yang terselip di sekitar jalur pedestrian dan menyiram jalur pedestrian dengan air.

Lorong-lorong di sisi barat tampak sepi dan longgar. Tidak ada tumpukan lapak dan meja milik pedagang. Di jalur lambat
untuk sepeda, becak dan andong juga tampak sepi. Namun toko-toko tetap buka seperti biasa.

Para pejalan kaki dan wisatawan nampak leluasa berjalan-jalan di jalur pedestrian. "Antusiasme kegiatan yang kedua ini
tetap tinggi, tetap semangat. Bahkan sekarang juga dilakukan pengecatan," kata Ketua Paguyuban PKL lesehan Malioboro,
Sukidi di jalan Malioboro Yogyakarta, Selasa (31/10/2017).

Selain kerja bakti bersih-bersih kata dia, pada hari Selasa Wage yang kedua ini juga ada pengecatan dinding-dinding. Total
PKL di sepanjang Malioboro jumlahnya mencapai 2 ribuan.

"Libur PKL Malioboro saat adalah untuk yang kedua kalinya. Sesuai rencana, kami berharap untuk terus berkelanjutan,"
katanya.
Liputan6.com, Yogyakarta - Suasana berbeda tampak di Malioboro pada Selasa (26/9/2017). Trotoar di sepanjang barat dan timur
Malioboro yang biasanya penuh dengan pedagang kaki lima (PKL) tampak lengang. Tak ada satu pun pedagang yang menggelar
dagangannya di sana.

Wisatawan asing dan domestik terlihat berjalan dengan leluasa. Malioboro lebih mirip seperti kota mati, tanpa hiruk pikuk transaksi jual beli
di tepi jalannya.

Ini pertama kalinya Malioboro kosong dari pedagang. Selasa Wage dipilih para pedagang untuk beristirahat dari aktivitasnya sesuai dengan
program Pemerintah Kota Yogyakarta. Pemilihan Selasa Wage pun tidak sembarangan, hari pasaran Jawa itu bertepatan dengan hari lahir
Sultan HB X.

"Sebenarnya ini program lama, baru sekarang dilaksanakan, dan kami sosialisasi ke komunitas, teman-teman setuju," ujar Sukidi, ketua
Komunitas Paguyuban Pedagang Lesehan Malioboro (PPLM).

Suasana lengang Malioboro saat PKL meliburkan diri. Foto: (Switzy/Liputan6.cm)Kesepakatan


itu dibuat karena pedagang juga ingin Malioboro beristirahat dan terlihat beda dari biasanya.
Malam sebelum libur, pedagang mengadakan ronda dan pada pagi hari menggelar kerja bakti
massal.
Mengingat hal ini sudah menjadi kesepakatan, maka Sukidi pun meyakini para pedagang tidak keberatan kehilangan omzet satu hari yang
berkisar Rp1 sampai Rp1,5 juta.

Ia menyebutkan ada banyak paguyuban di Malioboro, mulai dari pedagang, tukang becak, andong, dan sebagainya. Total PKL di kawasan
itu mencapai 2.000 orang.

Sukidi berharap, apabila ada penataan PKL mereka bisa ditempatkan di sirip-sirip Malioboro atau gangguan yang berada di sekitar kawasan
itu. "Jangan jauh dari Malioboro," ucapnya.
BACA JUGA

 HEADLINE: Tubuh Menggelembung, Tanda Gunung Agung Siap Meletus?


 Gunung Agung Beri Sinyal Segera Meletus

Wali Kota Yogyakarta, Haryadi Sudut menuturkan, pengosongan PKL pada Selasa Wage menjadi kegiatan rutin yang dilakukan setiap 35
hari sekali dan berdasarkan kesepakatan pedagang.

"Kami mengapresiasi pedagang yang berkenan libur, karena kami diberi kesempatan untuk membersihkan gorong-gorong dan sejenisnya
sehingga Malioboro lebih nyaman untuk dikunjungi," kata Haryadi.

Ia mengatakan, Selasa Wage juga bisa dimanfaatkan wisatawan untuk berswafoto di Malioboro tanpa terganggu pedagang.

Haryadi juga berharap suasana lengan Malioboro dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan kesenian maupun kegiatan masyarakat
sehingga membuat kawasan ini tetap hidup.

Saat melakukan peninjauan, Gubernur DIY Sultan HB X mengatakan, kota Yogyakarta menjadi cermin ibukota provinsi. Ia mengaku
menikmati trotoar Malioboro yang kosong dari PKL.

"Tetapi prinsipnya, harus ada jalan keluar bagaimana pedagang tetap bisa berjualan tetapi tidak harus semua stok dikeluarkan dan
memakan tempat," kata Sultan.

Ia juga menegaskan program ini dibuat tidak untuk menghilangkan PKL yang berada di tengah Malioboro. "PKL itu kekuatan Malioboro,"
tuturnya.

Kendati demikian, penataan tetap diberlakukan bagi PKL yang berada di selatan Pasar Beringharjo. Rencananya, bekas gedung bioskop
Indra menjadi tempat relokasi.

Maria Ranti (28), salah satu pengunjung Malioboro merasa terkejut dengan perubahan suasana di pusat kota Yogyakarta itu. Di satu sisi, ia
senang karena Malioboro tampak bersih.

"Tapi di sisi lain susah kalau beli minum yang biasanya tinggal ke tepi jalan," kata Ranti. Ia menilai, seharusnya kegiatan ini disosialisasikan
ke masyarakat lebih dulu sebelum dijalankan.

Solopos.com, JOGJA–Program Selasa Wage Malioboro yang membebaskan Malioboro dari segala macam
aktivitas pedagang kaki lima, pedagang asongan, becak, andong dan seniman selama 24 jam penuh akan mulai
dijalankan hari ini.

Baca juga : PENATAAN MALIOBORO : PKL Ikhlas Libur Sehari

Yang mendapat pengecualian tetap buka dalam program Selasa Wage Malioboro hanya perhotelan, pertokoan,
parkir dan sirip-sirip Malioboro. Pada Selasa Wage Malioboro perdana ini akan ada berbagai kegiatan seperti reresik
Malioboro, ruwatan pedagang, pengajian, senam, nikah bareng dan lain-lain.

Kepala unit pelaksana tugas (UPT) Malioboro, Syarif Teguh Prabowo mengatakan, program Selasa Wage Malioboro
akan berlangsung selama 24 jam penuh. Ia menyatakan kegiatan akan mulai dilakukan pada pukul 00.00 WIB. Pada
jam tersebut akan dilakukan patroli di sepanjang Jalan Malioboro hingga Jalan Marga Mulya. Patroli dilakukan hingga
pukul 03.00 WIB.

Lalu pada pukul 06.00 hingga 08.00 WIB akan dilakukan reresik Malioboro, “Program ini kami gunakan untuk
melakukan maintenance Malioboro,” kata Syarif kepada wartawan di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota
Jogja, Senin (25/9/2017).

Syarif mengatakan reresik Maliboro dibagi menjadi beberapa kegiatan. Pertama, kerja bakti yang didalamnya ada
aktivitas menyapu, menyiram Kawasan Malioboro sepanjang 1,3 kilometer dan kawasan Abu Bakar Ali. Selain itu
ada pembersihan pot pohon asem dan gayam.

Kegiatan kedua, katanya, adalah perbaikan infrastruktur yang meliputi pembersihan grill sepanjang 885 meter,
pengecekan dan perbaikan lampu di 80 titik oleh enam tim infrastruktur dan dua regu Jogoboro.
“Dan ketiga, penyedotan limbah dan penambahan tempat sampah di sisi barat sejumlah 10 buah dan di sisi timur 6
set,” ungkapnya.

Ia melanjutkan, setelah reresik Malioboro selesai dilakukan, acara selanjutnya adalah Ruwatan oleh seniman
Malioboro di Depan Kantor Dinas Pariwisata DIY, nikah bareng di depan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
DIY, Senam Bersama, dan Pengajian Komunitas Malioboro.

Plt Kepala Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, Yunanto Dwi Sutono menambahkan, program Selasa Wage Maliboro
akan mulai diregulerkan oleh Pemkot Jogja. “Program ini dimaksudkan untuk menjadi kegiatan rutin yang
dilaksanakan setiap bulan,” tutupnya.

Lowongan Pekerjaan

Anda mungkin juga menyukai