DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ 1
KATA PENGANTAR ..................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................... 3
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 4
1.2 Tujuan ...................................................................................... 4
BAB II : KONSEP DASAR PENYAKIT
2.1 Definisi ..................................................................................... 5
2.2 Etiologi ..................................................................................... 5
2.3 Manifestasi Klinis ..................................................................... 5
2.4 Patofisiologi .............................................................................. 6
2.5 Pemeriksaan Penunjang ............................................................ 8
2.6 Terapi ........................................................................................ 8
2.7 Pencegahan ............................................................................... 9
2.8 Web of Causation ..................................................................... 11
BAB III : KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Gambaran Kasus ....................................................................... 12
3.2 Pengkajian ................................................................................ 12
3.3 Diagnosa Keperawatan ............................................................. 13
3.4 Intervensi .................................................................................. 14
3.5 Evaluasi .................................................................................... 15
BAB IV : ASPEK LEGAL ETIK
4.1 Identifikasi Isu .......................................................................... 16
4.2 Analisa ...................................................................................... 16
4.3 Membuat Keputusan ................................................................. 17
BAB V : PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................... 18
5.2 Saran ......................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.2. Tujuan
Untuk mengetahui konsep teori pada penyakit hiperpituitarisme
Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada penderita
hiperpituitarisme
BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT
2.1.1 Definisi
Hiperpituitarisme adalah suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor
atau hiperplasi hipofisisme sehingga menyebabkan peningkatkan sekresi salah satu
hormone hipofise atau lebih yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari . Hormon –
hormon hipofisis lainnya sering dikeluarkan dalam kadar yang lebih rendah (Hotma
Rumahardo, 2000)
2.1.2 Etiologi
Hiperpituitari dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar hipofisis atau hipotalamus,
penyebab mencakup :
a) Adenoma primer salah satu jenis sel penghasil hormon, biasanya sel
penghasil GH, ACTH atau prolakter.
b) Tidak ada umpan balik kelenjar sasaran, misalnya peningkatan kadar TSH
terjadi apabila sekresi HT dan kelenjar tiroid menurun atau tidak
ada. (Elisabeth, Endah P. 2000)
Kebanyakan adalah tumor yang terdiri atas sel-sel penyekresi GH,ACTH dan
prolaktin. Tumor yang terdiri atas sel-sel pensekresi TSH-,LH- atau FSH- sangat
jarang terjadi. Functioning tumor yang sering di temukan pada hipofisis anterior
adalah:
Perubahan neorologis bisa terjadi akibat tekanan jaringan tumor yang semakin
membesar.tekanan ini bisa terjadi saraf optic, saraf karnial III (okulomotor ), saraf
karnial IV ( troklear ), dan saraf karnial V (trigeminal).tumor yang sangat besar bisa
menginfiltrasi hipotalamus.
2.1.6. Terapi
Dikenal 2 macam terapi, yaitu:
1) Terapi pembedahan
Tindakan pembedahan adalah cara pengobatan utama. Dikenal dua macam
pembedahan tergantung dari besarnya tumor yaitu : bedah makro dengan
melakukan pembedahan pada batok kepala (TC atau trans kranial) dan bedah mikro
(TESH atau trans ethmoid sphenoid hypophysectomy). Cara terakhir ini (TESH)
dilakukan dengan cara pembedahan melalui sudut antara celah infra orbita dan
jembatan hidung antara kedua mata, untuk mencapai tumor hipofisis. Hasil yang
didapat cukup memuaskan dengan keberhasilan mencapai kadar HP yang
diinginkan tercapai pada 70 – 90% kasus. Keberhasilan tersebut juga sangat
ditentukan oleh besarnya tumor.
Efek samping operasi dapat terjadi pada 6 – 20% kasus, namun pada
umumnya dapat diatasi. Komplikasi pasca operasi dapat berupa kebocoran cairan
serebro spinal (CSF leak), fistula oro nasal, epistaksis, sinusitis dan infeksi pada
luka operasi.
Keberhasilan terapi ditandai dengan menurunnya kadar GH di bawah 5 µg/l.
Dengan kriteria ini keberhasilan terapi dicapai pada 50 – 60% kasus, yang terdiri
dari 80% kasus mikroadenoma, dan 20 % makroadenoma.
2) Terapi radiasi
Indikasi radiasi adalah sebagai terapi pilihan secara tunggal, kalau tindakan
operasi tidak memungkinkan, dan menyertai tindakan pembedahan kalau masih
terdapat gejala akut setelah terapi pembedahan dilaksanakan.
Radiasi memberikan manfaat pengecilan tumor, menurunkan kadar GH , tetapi
dapat pula mempengaruhi fungsi hipofisis. Penurunan kadar GH umumnya
mempunyai korelasi dengan lamanya radiasi dilaksanakan. Eastment dkk
menyebutkan bahwa, terjadi penurunan GH 50% dari kadar sebelum disinar (base
line level), setelah penyinaran dalam kurun waktu 2 tahun, dan 75% setelah 5 tahun
penyinaran.
Peneliti lainnya menyebutkan bahwa, kadar HP mampu diturunkan dibawah 5
µg/l setelah pengobatan berjalan 5 tahun, pada 50% kasus. Kalau pengobatan
dilanjutkan s/d 10 tahun maka, 70% kasus mampu mencapai kadar tersebut.
2.1.7 Pencegahan
Primer
• Edukasi
Program ini bertujuan merubah prilaku masyarakat, dalam hal pola makan dan
memasyarakatkan pemakaian garam beriodium.
• Penyuntikan lipidol
Sasaran penyuntikan lipidol adalah penduduk yang tinggal di daerah endemik
diberi suntikan 40 % tiga tahun sekali dengan dosis untuk orang dewasa dan
anak di atas enam tahun 1 cc, sedang kurang dari enam tahun diberi 0,2 cc – 0,8
cc.
Sekunder
Tindakan Operasi
Pada struma nodosa non toksik yang besar dapat dilakukan tindakan operasi
bila pengobatan tidak berhasil, terjadi gangguan misalnya : penekanan pada
organ sekitarnya, indikasi keganasan yang pasti akan dicurigai.
thyroidectomi. Pada pelaksanaannya ada yang mengangkat sebagain
kelenjar (hemithyroidectomi, subtotal thyroidectomi, isthmolobectomi),
keseluruhan (total thyroidectomi) atau bisa juga radikal thyroidectomi pada
kasus kanker. Pemilihan itu tergantung dari kasus atau kelainan yang
dijumpai.
Tersier
Cukupilah makanan ber-Yodium dalam nutrisi sehari-hari, seperti
mengkonsumsi garam beryodium.
Diet yang bergizi baik.
Olahraga yang teratur.
Menghindari gaya hidup yang tidak sehat dan beresiko.
Menaati nasehat dari Dokter dan minumlah obat yang diresepkan dengan
teratur (anti-tirod dan Yodium radioaktif).
2.1.7 WOC (Web of Causation)
Kelenjar tyroid
Tumor menurun
Penekanan Jaringan
Nyeri
Reaksi inflamasi
autoimun
Mengenai daerah
jaringan periorbital &
otot
B. Pemeriksaan Fisik :
TB : 181,7 cm
BB : 79,1 kg
Mengalami kelemahan otot
Nyeri kepala hebat
Pandangan matanya kabur
Amati bentuk wajah.
Kepala, tangan/lengan, dan kaki bertambah besar, dagu menjorok ke
depan.
Adanya kesulitan menguyah.
Adanya perubahan pada persendian dimana klien mengeluh nyeri dan
sulit bergerak.
Peningkatan respirasi kulit.
Suara membesar karena hipertropi laring.
Pada palpasi abdomen, ditemukan hepatomegali.
Disfagia akibat lidah membesar.
C. Pemeriksaan Penunjang :
Nadi : 100x/menit
TD : 110/65 mmHg
Pemeriksaan X – Ray toraks dan EKG : normal
Kadar BUN kreatinin, serum kalsium, kolesterol, dan elektrolit : normal
Pemeriksaan fungsi tyroid :
protein bound iodine : 4,3 µ/100 ml
BMR : meningkat 40%,
Tyroidal radioaktif : meningkat 5,9%
Pada pemeriksaan visus : menurun
3.1.5 Evaluasi
• Jalan nafas pasien efektif
• Komunikasi verbal dari pasien lancar
• Tidak terjadi tanda-tanda infeksi
• Gangguan rasa nyaman dari pasien dapat berkurang
BAB IV
ASPEK LEGAL ETIK
4.1.1 Identifikasi Isu
Kelenjar hipofisis adalah suatu kelenjar yang terletak di dasar tengkorak
dibawah hypothalamus yang memegang peranan penting dalam sekresi hormon dari
semua organ-organ endokrin. Hormon yang diproduksi sebagai stimulator-
provokator organ organ lain sehingga mampu aktif.
Angka kejadian gangguan kelenjar pituary dari episode konsultan rumah sakit
di Inggris tahun 2002-2003 sebanyak 0,016% (2.061) mengalami hipofungsi dan
gangguan lain dari kelenjar hipofisis, persentase dari laki-laki dan perempuann
adalah 54% laki-laki dan selebihnya untuk perempuan. Di Jepang, terdapat 1.272
pasien dewasa dengan hipopituitari (SMU, 2004). Hypopituitarism terdaftar
sebagai gangguan langka oleh Institut Kesehatan Nasional (NIH), yang
mempengaruhi kurang dari 200.000 orang di Amerika Serikat. Secara internasional,
hypopituitarism memiliki kejadian diperkirakan 4,2 kasus per 100.000 per tahun
dan prevalensi diperkirakan 45,5 kasus per 100.000 tanpa perbedaan gender. Regal
et al melaporkan studi pertama merinci prevalensi dan kejadian hypopituitarism
dalam suatu populasi di barat laut Spanyol. Mereka mempelajari populasi dewasa
dari 146.000 dan menemukan prevalensi 45,5 kasus per 100.000 penduduk
(Corenblum, 2013).
Dampak lanjut pada gangguan kelenjar hipofise tejadi hipersekresi maupun
hiposekresi hormon, hal ini akan menyebabkan beberapa kelainan yang perlu kita
ketahui tanda, diagnosa dan penatalaksanaanya. Masalah tersebut dapat diatasi
dengan peran aktif petugas kesehatan baik berupa promotif, preventiv, kuratif dan
rehabilitatif. Hal ini dilakukan dengan pendidikan kesehatan, pencegahan,
pengobatan sesuai program dan memotivasi klien agar cepat pulih sehingga dapat
meningkatkan derajat kesehatan secara optimal.
4.2.1 Analisa
Seorang anak berusia 13 tahun dibawa ke Poli Tumbuh Kembang karena dia
tumbuh melebihi anak seusianya. BB lahirnya adalah 3 kg. Hasil pemeriksaan fisik
menunjukkan TB 181,7 cm, BB 79,1 kg, nadi 100x/menit, dan TD 110/65 mmHg,
mengalami kelemahan otot, nyeri kepala hebat, dan pandangan matanya kabur.
Pemeriksaan X – Ray toraks dan EKG normal, kadar BUN kreatinin, serum
kalsium, kolesterol, dan elektrolit juga normal. Hasil pemeriksaan fungsi tyroid
menunjukkan protein bound iodine 4,3 µ/100 ml, BMR meningkat 40%, dan
tyroidal radioaktif meningkat 5,9%. Pada pemeriksaan visus dinyatakan menurun
4.3.1 Membuat Keputusan
Pengobatan lebih di tujukan kepada menggatikan kekurangan hormon target,
bukan hormon hipofisis. Jika terjadi kekurangan TSH maka di berikan hormon
tiroid, jika terjadi kekurangan kortikotropin di berikan hormon adrenokortikal dan
jika terjadi kekurangan LH dan FSH di berikan estrogen progesteron atau
testosteron. Hormon pertumbuhan biasanya di berikan kepada anak-anak.
Jika penyebabnya adalah tumor hipofisis yang kecil, maka di lakukan
pengangkatan tumor, Tumor penghasil prolaktin di atasi dengan pemberian
bromokriptin. Penyinaran dengan kekuatan tinggi atau dengan proton juga bisa di
gunakan untuk menghancurkan tumor hpofise. Tumor yang besar dan telah
menyebar keluar sella tursika tidak mungkin hanya di atasi dengan pembedahan.
Setelah pembedahan harus di berikan penyinaran berkekuatan tinggi untuk
membunuh sisa sel-sel tumor. Terapi penyinaran cenderung menyebabkan
hilangnya fungsi hipofisis secara perlahan, baik sebagian maupun keseluruhan.
Karena itu fungsi kelenjar target biasanya di nilai setiap 3-6 bulan untuk tahun
pertama kemudian setiap tahun pada tahun berikutnya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hiperpituitari adalah suatu kondisi patologis yang terjadi akibat
tumor atau hiperplasi hipofisisme sehingga menyebabkan peningkatkan sekresi
salah satu hormonhipofise atau lebih. Masalah keperawatan utama yang muncul
pada penyakit hiperpituitari adalah nyeri dan perubahan sensori perseptual
(penglihatan)
B. Saran
1) Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui penyebab, tanda gejala dari
tumor otak serta penanganannya agar dapat menghindari terjadinya tumor otak baik
untuk dirinya sendiri maupun keluarganya. Serta hendaknya mampu memberikan
asuhan keperawatan pada klien dengan hiperpituitari secara holistik didasari dengan
pengetahuan yang mendalam mengenai penyakit tersebut.
2) Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat mampu untuk menjaga kesehatannya terutama jika
ada infeksi pada hipofisis di otak agar dapat cepat ditangani agar tidak
menimbulkan penyakit hiperpituitari.
3) Bagi Institusi
Diharapkan makalah asuhan keperawatan ini dapat menjadi refrensi untuk
menambah pengetahuan tentang penyakit hiperpituitari tersebut
DAFTAR PUSTAKA