Anda di halaman 1dari 19

SOP

PELAYANAN PERSALINAN
No.Dokumen : 440/..../412.43/2016
No. Revisi : 00
Tanggal Terbit :

SOP
Halaman : 1/5

UPTD PUSKESMAS Hanik Mudayati,SST,M.Kes


NGUNUT NIP. 197204161992032007

1. Pengertian 1. Persalinan adalah proses yang terjadi pada orang hamil yang akan
mengeluarkan buah kehamilannya.
2. Pertolongan persalinan adalah upaya yang dilakukan petugas
kesehatan untuk membantu ibu yang mengalami proses
persalinan.
3. APN (Asuhan Persalinan Normal ) adalah suatu tata cara yang
berisi sejumlah langkah yang dipakai sebagai panduan dokter /
bidan dalam pertolongan persalinan yang aman.
4. Inpartu adalah keadaan dimana seorang ibu hamil sedang
memasuki proses persalinan yang aman.
5. IMD adalah Inisiasi Menyusu Dini
2. Tujuan Agar pelayanan pertolongan persalinan pada ibu hamil yag hendak
bersalin, dapat dilaksanakan dengan aman, cepat, tepat, dan sesuai
prosedur
3. Kebijakan Berlaku untuk petugas UPTD Puskesmas Ngunut
4. Referensi
1. Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan, 2013 KEMENKES RI
2. Buku acuan PONED,2007 Depkes RI
3. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan
maternal,2006 Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar
dan rujukan, 2013 Kepmenkes RI
5. Prosedur Pasien datang dengan keadaan inpartu.
Penatalaksanaannya:
 Periksa TTV
 Periksa Palpasi
 Periksa DJJ
 Periksa Dalam
 Hasil pemeriksaan dikonsultasikan ke dokter jaga
Alat dan bahan :

1. Bak instrumen berisi partus set

2. Bak instrumen berisi heating set

3. Bak instrumen berisi 2 spekulum, penjepit portio

4. Kasa steril,handsoon steril,benang jahit,spuit,betadine/antiseptic

5. Obat injeksi ( oksitosin, metilergometrin,lidocain,adrenalin,dexa )

6. Alat resusitasi ( penghisap lendir De Lee,sungkup )

7. Handuk/kain bersih, washlap, tutupkepala, masker , kacamata,


celemek.

8. Air dtt, ditergen, clorin, 4 ember, 2 tempat sampah.

9. Pencatat waktu

10. Metlin, timbangan, stetoskop bayi dan termometer.

11. Partograf .

6. Langkah-langkah Petugas menganamnesa pasien

1. Petugas melakukan pemeriksaan fisik ( head to toe )

- Menilai kesehatan dan keadaan umun ibu

- Mengukur tanda-tanda vital.

2. Petugas melakukan pemeriksaan abdomen

- Untuk menentukan tinggi fundus

- Memantau kontraksi uterus


- Memantau denyut jantung janin

- Menentukan presentasi

-Menentukan penurunan bagian terbawah janin.

3. Petugas melakukan pemeriksaan dalam

-Memeriksa genetalia eksterna (apakah ada luka


ataumassa,kondilomata,varikositas vulva atau rektum,atau luka
parut di perineum

-Menentukan pembukaan servik,effisemen,penurunan bagian


terendah janindan air ketuban

4. Petugas menyiapkan tempat persalinan

5. Petugas menyiapkan diri ( alat perlindungan diri)

6. Petugas menyiapkan keluarga (memberitahu hasil pemeriksaan)

7. Petugas menyiapkan alat

8. Petugas konsul dokter jaga

9. Petugas memberikan support pada ibu dan memberikan dorongan


spiritual

10. Petugas mendampingi proses persalinan sampai bayi lahir

- Kala I ( fase aktif pembukaan servik 4 cm sampai dengan 10cm


denganmemberikan asuhan sayang ibu ) dipantau dengan
partograf

- Kala II ( pembukaan II sampai dengan bayi lahir )

- Kala III ( bayi lahir sampai dengan plasenta lahir )

- Kala IV ( plasenta lahir sampai dengan 2 jam pospartum)

- Penatalaksanaan kala II,III,IV tergabung dalam 60 langkah APN

11. Melakukan IMD setelah pemotongan tali pusat.


12. Melakukan pencataan dan pelaporan

13. tidak boleh memberikan apapun pada bayi kecuali ASI meskipun
ASI belum keluar.

14. setelah 6 jam kondisi ibu dan bayinya stabil maka dipindahkan ke
ruang nifas.

15. memberikan pelatihan pada ibu tentang perawatan bayi,


perawatan tali pusat, dan perawatan nifas

16. memulangkan ibu pasca persalinan setelah 2x24 jam bila tidak
ada masalah untuk ibu dan bayinya.

7. Diagram Alir
Inpartu
datang

Melakukan anamnese dan


pemeriksaan sesuai prosedur

Melaporkan hasil pemeriksaan


ke dokter jaga

Dokter memutuskan bisa ditolong persalinan RUJUK


di puskesmas atau dirujuk

RS
PERSALINAN di puskesmas

Mempersiapkan alat dan sarana


untuk persalinan

Melakukan pertolongan persalinan sesuai APN

Melakukan IMD

Melakukan perawatan ibu pasca melahirkan dan perawatan bayi baru lahir

Memulangkan ibu pasca bersalin setelah


2x24 jam bila taa
Memberikan KIE , pendokumentasian

Bila sudah dinyatakan pulang pembayaran


administrasi di kasir

Pengambilan obat di apotek dan pasien boleh pulang

SELESAI

8. Hal–hal yang perlu -


diperhatikan
9. Unit Terkait 1. UGD/ rawat inap
2. Laboratorium
3. Instalasi farmasi
4. Pelayanan ambulance
10. Dokumen Terkait 1. Catatan medik pasien
2. Partograf
3. Buku KIA

11. Rekaman Historis Perubahan

Tanggal
No. Yang dirubah Isi Perubahan
Mulai Diberlakukan
SOP PRE EKLAMPSIA

No.Dokumen : 440/..../412.43/2016
No. Revisi : 00
Tanggal Terbit :

SOP
Halaman : 1/2

UPTD PUSKESMAS Hanik Mudayati,SST,M.Kes


NGUNUT NIP. 197204161992032007

1. Pengertian Pengertian Pre-eklampsi merupakan kondisi spesifik pada


kehamilan di atas 20 minggu yang ditandai dengan adanya disfungsi
plasenta dan respon maternal terhadap adanya inflamasi spesifik
dengan aktivasi endotel dan koagulasi. Tanda utama penyakit ini
adanya hipertensi dan proteinuria.

Pre-eklampsia merupakan masalah kedokteran yang serius dan


memiliki tingkat komplesitas yang tinggi. Besarnya masalah ini bukan
hanya karena Pre-eklampsia berdampak pada ibu saat hamil dan
melahirkan, namunjuga menimbulkan masalah paska- persalinan.

2. Tujuan Pasien terlayani sesuai dengan kebutuhannya

3. Kebijakan Surat keputusan tentang layanan klinis yang menjamin


kesinambungan Nomor 445/386/433.106.6/2015

Surat keputusan tetang layanan klinis Nomor 445/285/433.106.6/2015

4. Referensi Permenkes no 5 tahun 2011 tentang panduan praktik klinik dokter

5. Prosedur 1. Anamnese
2. Pemeriksaan fisik
3. Tata laksana pre eklampsia
- Pre eklampsia ringan
- Pre eklampsia berat
4. Kriteria Rujukan
6. Langkah-langkah 1. Petugas melakukan anamnesis pada pasien menanyakan keluhan
utama pasien, gejala yang timbul biasanya edema.

Timbulnya hipertensi dan proteinuria merupakan gejala yang paling


penting, namun penderita seringkali tidak merasakan perubahan
ini. Biasanya pasien datang dengan gejala pada kondisi yang sudah
cukup lanjut atau pre-eklampsia berat, seperti gangguan penglihatan,
sakit kepala hebat, nyeri perut bagian atas.

Faktor Risiko

a. Kondisi-kondisi yang berpotensi menyebabkan penyakit

mikrovaskular (antara lain : diabetes melitus, hipertensi kronik,

gangguan pembuluh darah)

b. Sindrom antibody antiphospholipid (APS)

c. Nefropati

d. Faktor risiko lainnya dihubungkan dengan kehamilan itu sendiri,

dan faktor spesifik dari ibu atau janin.

1. Umur > 40 tahun

2. Nulipara

3. Kehamilan multipel

e. Obesitas sebelum hamil

f. Riwayat keluarga pre-eklampsia – eklampsia

g. Riwayat Pre-eklampsia pada kehamilan sebelumnya

2.Petugas mencuci tangan terlebih dahulu sebelum


melakukanpemeriksaan.

3.Petugas melakukan pemeriksaan tanda vital pasien meliputi


tekanan darah, nadi, suhu dan frekuensi pernapasan.

4. Petugas melakukan pemeriksaan fisik pada pasien

a.Pada pre-eklampsia ringan: ditandai adanya peningkatan

tekanan darah ≥ 140/90 mmHg.

b.Pada pre-eklampsia berat : tekanan darah > 160/110

mmHg, edema, pandangan kabur, nyeri di epigastrium atau

nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat

teregangnya kapsula glisson), sianosis, adanya

pertumbuhan janin yang terhambat.

5.Petugas melakukan cuci tangan setelah pemeriksaan.

8.Petugas melakukan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan

urin lengkap untuk menilai kadar proteinuria, serta pemeriksaan


rutin HB, HIV AIDS, golongan darah

9.Petugas menegakkan diagnosis berdasarkan hasil pemeriksaan

10. penatalaksanaan :

a. Tata laksana pre-eklampsia ringan.

1. Kehamilan kurang dari 37 minggu

Kolaborasi dengan dokter SpOG sebagai rujukan dini terencana.

Lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan

 Pantau tekanan darah, priotein urine, refleks dan kondisi janin


 Konseling pasien dengan tanda-tanda bahaya dan gejala
preeklampsi dan eklampsi
 Lebih banyak istirahat
 Diet biasa
 Jika tekanan darah naik maka pasien perlu dirawat
 Jika terdapat tanda2 pertumbuhan janin terhambat,
pertimbangkan terminasi kehamilan, jika tidak rawat sampai
aterm
 Jika protein urine meningkat tangani sebagai preeklampsi
berat.

Obat antihipertensi : Indikasi utama pemberian antihipertensi

pada kehamilan adalah untuk keselamatan ibu dalam

mencegah penyakit serebrovaskular. Meskipun demikian,

penurunan tekanan darah dilakukan secara bertahap tidaklebih dari


25% penurunan dalam waktu 1 jam. Hal ini untuk

mencegah terjadinya penurunan aliran darah uteroplasenter

Obat antihipertensi yang dapat diberikan :

- Metildopa, biasanya dimulai pada dosis 250-500 mg per

oral 2 atau 3 kali sehari, dengan dosis maksimum 3 g per

hari, atau

- Nifedipin 10 mg kapsul per oral, diulang tiap 15-30 menit, dengan


dosis maksimal 30 mg

2 Kehamilan lebih dari 37 minggu

 Infus RL
 Stabilkan kondisi pasien dengan memberikan obat
antihipertensi
-TD turun <140/90 : persiapan persalinan
- TD tetap atau naik : lakukan rujukan

b. Tata laksana pre-eklampsia berat. Pemberian MgSO4 dosis


awal

1. infus larutan RL
2. MgSO4 20% / 40%
Cara pemberian MgSo4

Pemberian MgSO4 dosis awal dengan cara: ambil 4 mg MgSO4


(10 ml larutan MgSO4 40%) dan larutkan dalam 10 ml aquades.
Berikan secara perlahan IV selama 20 menit. Jika akses IV sulit
berikan masing-masing 5 mg MgSO4 ( 12,5 ml larutan MgSO4 40%)
IM di bokong kiri dan kanan.

Ada 3 syarat pemberian MgSo4

 Frekuensi pernafasan > 16x / menit


 Reflek pattela (+)
 Urin minimal >30 ml/ jam dalam 4 jam terakhir

11. Kriteria Rujukan

Rujuk bila ada satu atau lebih gejala dan tanda-tanda pre-eklampsia

berat ke fasilitas pelayanan kesehatan sekunder yang memiliki


dokter spesialis obstetri dan ginekologi setelah dilakukan tatalaksana
pada pre-eklampsia berat.

7. Diagram Alir
ANAMNESE

PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan penunjang

Pre eklampsia ringan Pre-eklampsia berat :


(TD>140/90mmHg, protein tekanan darah >160/110mmHg, edema, pandangan kabur,
urin positif, edema) nyeri di epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas
abdomen (akibat teregangnya kapsula glisson), sianosis,
adanya pertumbuhan janin yang terhambat.

Pre eklampsia ringan pre-eklampsia berat.


Tatalaksana : Tata laksana :
1. Kehamilan kurang dari 37 minggu Pemberian MgSO4 dosis awal
Kolaborasi dengan dokter SpOg sebagai rujukan 1. infus larutan RL
dini terencana 2. MgSO4 20% / 40%
Lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat Cara pemberian MgSo4
jalan Pemberian MgSO4 dosis awal
 Pantau tekanan darah, priotein urine, dengan cara: ambil 4 mg MgSO4 (10 ml
refleks dan kondisi janin larutan MgSO4 40%) dan larutkan dalam
 Konseling pasien dengan tanda-tanda 10 ml aquades. Berikan secara perlahan
IV selama 20 menit. Jika akses IV sulit
bahaya dan gejala preeklampsi dan
berikan masing-masing 5 mg MgSO4 (
eklampsi 12,5 ml larutan MgSO4 40%) IM di
 Lebih banyak istirahat bokong kiri dan kanan.
 Diet biasa Ada 3 syarat pemberian MgSo4
 Jika tekanan darah naik maka pasien perlu  Frekuensi pernafasan > 16x /
dirawat menit
 Jika terdapat tanda2 pertumbuhan janin  Reflek pattela (+)
 Urin minimal >30 ml/ jam dalam
terhambat, pertimbangkan terminasi
4 jam terakhir
kehamilan, jika tidak rawat sampai aterm
RUJUK
KOLABORASI DOKTER
SpOG
RS

8. Unit Terkait UGD, KIA, PONED


9. Dokumen Terkait 1. Catatan medik pasien
2. Partograf
3. Buku KIA
4. Surat rujukan
10. Rekaman Historis Perubahan

Tanggal
No. Yang dirubah Isi Perubahan
Mulai Diberlakukan

SOP PENANGANAN HPP

No.Dokumen : 440/..../412.43/2016
No. Revisi : 00
Tanggal Terbit :
SOP
Halaman : 1/2
UPTD PUSKESMAS Hanik Mudayati,SST,M.Kes
NGUNUT NIP. 197204161992032007

1. Pengertian 1. Perdarahan postpartum adalah kehilangan darah lebih dari 500 ml


setelah persalinan pervaginam atau 1000 ml setelah persalinan
melalui sesar.

2. Hemorrhagic post partum (HPP) adalah konsekuensi perdarahan


berlebihan dari tempat implantasi plasenta, trauma di traktus genitalia
dan struktur sekitarnya, atau keduanya.

3. Perdarahan post parum adalah perdarahan pervaginam > dari 500


ml, yang dapat terjadi dalam 24 jam pertama setelah melahirkan yang
disebut sebagai perdarahan postpartum primer atau pada masa nifas
setelah 24 jam yang disebut perdarahan postpartum sekunder.

2. Tujuan Mengenali dan mengambil tindakan yang tepat pada perdarahan post
partum

3. Kebijakan

4. Referensi Rukiyah, Ai Yeyeh,dkk. 2010. Asuhan Kebidanan 4 Patologi


Kebidanan. Jakarta :Trans Info Media
http://jurnalbidandiah.blogspot.co.id/2012/07/perdarahan-
postpartum_4089.html
5. Prosedur PersiapanAlat :
a) Sarung tangan steril,gaas ster
b) Bengkok,obat uterotonika : 2 ampul, spuit 3 cc : 2 buah
c) Abocath: 1buah,Blood set :1buah, cairan RL,gunting,plaster
Prosedur :
1. Panggil bantuan tim
2. Nilai sirkulasi, jalan napas, dan pernapasan pasien.
3. Bila menemukan tanda-tanda syok, lakukan penatalaksanaan syok
4. Berikan oksigen.
5. Pasang infuse
6. Tentukan penyebab dari perdarahannya
6. Langkah-langkah 1. Tatalaksana umum :
a) Mencuci tangan secara efektif
b) Menyiapkan alat-alat/fasilitas tindakan gawat darurat.
c) Melakukan pemeriksaan umum tanda vital
d) Memantau tanda-tanda shock hypopolemik,segara lakukan
tindakan penanganan shock.
e) Melakukan pemeriksaan palpasi untuk mengetahui kontraksi
uterus baik atau lembek.
f) Melakukan pijatan uterus untuk mengeluarkan bekuan darah
g) Mengeluarkan stolsel yang menghalangi kontraksi uterus yang
efektif
h) Memberikan suntikan oxytocin 10 IU IM
i) Memasang cairan infus IV
j) Melakukan chateterisasi/ memantau cairan masuk dan cairan
keluar
k) Memeriksa kelengkapan placenta
l) Memeriksa sumber perdarahan
m) Jika perdarahan tetap berlangsung dan kontraksi uterus baik
kemungkinan dari robekan jalan lahir,segera lakukan penjahitan.
n) Jika karena atonia uteri lakukan kompresi bimanual bila tidak
berhasil rujuk

2. Tatalaksana khusus
a) ATONIA UTERI

 Lakukan pemijatan uterus.


 Pastikan plasenta lahir lengkap.
 Berikan 20-40 unitoksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl
0,9%/Ringer Laktat dengan kecepatan 60 tetes/menit dan 10
unitIM. Lanjutkan infus oksitosin 20 unitdalam 1000 ml larutan
NaCl 0,9%/Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit
hingga perdarahan berhenti.
 Bila tidak tersedia oksitosin atau bila perdarahan tidak berhenti,
berikan ergometrin 0,2 mg IM atau IV (lambat), dapat diikuti
pemberian 0,2 mg IM setelah 15 menit, dan pemberian 0,2 mg
IM/IV (lambat) setiap 4 jam bila diperlukan. JANGAN BERIKAN
LEBIH DARI 5 DOSIS (1 mg)
 Jika perdarahan berlanjut, berikan 1 g asam traneksamat IV
(bolus selama 1 menit, dapat diulang setelah 30 menit).
 Lakukan pasang kondom kateter atau kompresi bimanual
internal selama 5 menit
 Siapkan tindakan operatif atau rujuk ke fasilitas yang lebih
memadai sebagai antisipasi bila perdarahan tidak berhenti.

b). ROBEKAN JALAN LAHIR

Ruptura Perineum dan Robekan Dinding Vagina

 Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi sumber perdarahan.


 Lakukan irigasi pada tempat luka dan bersihkan dengan
antiseptik.
 Hentikan sumber perdarahan dengan klem kemudian ikat
dengan benang yang dapat diserap.
 Lakukan penjahitan
 Bila perdarahan masih berlanjut, berikan 1 g asam traneksamat
IV (bolus selama 1 menit, dapat diulang setelah 30 menit) lalu
rujuk pasien.

Robekan Serviks

 Paling sering terjadi pada bagian lateral bawah kiri dan kanan
dari porsio.
 Jepitkan klem ovum pada lokasi perdarahan.
 Jahitan dilakukan secara kontinu dimulai dari ujung atas
robekan kemudian ke arah luar sehingga semua robekan dapat
dijahit
 Bila perdarahan masih berlanjut, berikan 1 g asam traneksamat
IV (bolus selama 1 menit, dapat diulang setelah 30 menit) lalu
rujuk pasien.
c). RETENSIO PLASENTA

 Berikan 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan


NaCl0,9%/Ringer Laktat dengan kecepatan 60 tetes/menitdan
10 UNIT IM.
 Lanjutkan infus oksitosin 20 UNIT dalam 1000 ml larutan NaCl
0,9%/Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga
perdarahan berhenti
 Lakukan tarikan tali pusat terkendali
 Bila tarikan tali pusat terkendali tidak berhasil, lakukan
plasenta manual secara hati-hati
 Berikan antibiotika profilaksis dosis tunggal (ampisilin 2 g IV
DAN metronidazol 500 mg IV).
 Segera atasi atau rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap bila
terjadi komplikasi perdarahan hebat atau infeksi.

d). SISA PLASENTA


 Berikan 20-40 unitoksitosin dalam 1000 ml
larutanNaCl0,9%/Ringer Laktat dengan kecepatan 60
tetes/menitdan 10 unit IM.
 Lanjutkan infus oksitosin 20 unitdalam 1000 ml larutan NaCl
0,9%/Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga
perdarahan berhenti.
 Lakukan eksplorasi digital (bila serviks terbuka) dan keluarkan
bekuan darah dan jaringan. Bila serviks hanya dapat dilalui
oleh instrumen, lakukan evakuasi sisa plasenta dengan
aspirasi vakum manual atau dilatasi dan kuretase
 Berikan antibiotika profilaksis dosis tunggal (ampisillin 2 g IV
DAN metronidazole 500 mg).
 Jika perdarahan berlanjut, tatalaksana seperti kasus atonia
uteri.

e). INVERSIO UTERI


Segera reposisi uterus . Namun jika reposisi tampak sulit,
apalagi jika inversio telah terjadi cukup lama, bersiaplah untuk
merujuk ibu.
f). GANGGUAN PEMBEKUAN DARAH
 Pada banyak kasus kehilangan darah yang akut, koagulopati
dapat dicegah jika volume darah dipulihkan segera.
 Tangani kemungkinan penyebab (solusio plasenta, eklampsia).
 Berikan darah lengkap segar, jika tersedia, untuk
menggantikan faktor pembekuan dan sel darah merah

7. Diagram Alir

Menyiapkan instrumen survey


kepuasan pelanggan

Melakukan survey kepuasan pelanggan

Catat hasil survey kepuasan pelanggan di buku survey

Melakukan analisa terhadap hasil survey


kepuasan pelanggan

Melakukan evaluasi terhadapt hasil analisa

Melakukan rencana tindak lanjut

SELESAI

8. Unit interaksi Semua Unit


9. Dokumen Terkait 4. Lembar survey/ chek list
5. Laporan survey kepuasan pelanggan
6. Dokumentasi Foto
10. Rekaman Historis Perubahan
Tanggal
No. Yang dirubah Isi Perubahan
Mulai Diberlakukan

SOP ABORTUS KOMPLIT

No.Dokumen : 440/..../412.43/2016
No. Revisi : 00
Tanggal Terbit :
SOP
Halaman : 1/2

UPTD PUSKESMAS Hanik Mudayati,SST,M.Kes


NGUNUT NIP. 197204161992032007

1. Pengertian Adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
diluarkandungan, dan sebagai batasan digunakan kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat badan anak kurang dari 1000 gram.
Abortus komplit:
Adalah seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan
kurang dari 20 minggu

2. Tujuan Sebagai acuan dalam mendiagnosis dan menatalaksana pasien


abortus spontan komplit di puskesmas ngunut

3. Kebijakan SK kepala puskesmas tentang

4. Referensi

5. Prosedur 1. Konfirmas / menegakkan diagnosa

2. Menentukan apakah peristiwa itu letusan

/ wabah atau bukan

3. Membuat hipotesa sementara (penyebab,

cara penularan, faktor yang

mempengaruhi)

4. Membuat laporan hasil penanggulangan

6. Langkah-langkah Abortus kompletus


Tidak memerlukan pengobatan khusus, hanya menderita anemis perlu
diberikan sulfasferrosus dan dianjurkan supaya makanannya banyak
mengandung protein, vitamin dan mineral

7. Diagram Alir
MULAI

Menyiapkan instrumen survey


kepuasan pelanggan

Melakukan survey kepuasan pelanggan

Catat hasil survey kepuasan pelanggan di buku survey

Melakukan analisa terhadap hasil survey


kepuasan pelanggan

Melakukan evaluasi terhadapt hasil analisa

Melakukan rencana tindak lanjut


8. Unit interaksi Semua Unit
9. Dokumen Terkait 7. Lembar survey/ chek list
8. Laporan survey kepuasan pelanggan
9. Dokumentasi Foto
10. Rekaman Historis Perubahan

Tanggal
No. Yang dirubah Isi Perubahan
Mulai Diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai