Menurut sejarah , tabuik berasal dari orang india yang bergabung dalam pasukan "islam
thamil" di Bengkulu (1826) dibawah kedaulatan "Thomas Stanmford Rafles" (inggris).
setelah perjanjian London (17 maret 1829). Bengkulu dikuasai Belanda dan Inggris
menguasai Singapura, hal itu menyebabkan pasukan islam thamil Bengkulu akhirnya
menyebar, diantaranya ada yang sampai ke Pariaman.
Di Pariaman tradisi merayakan tabuik tetap mereka adakan dengan mengelar ritual-ritual
mengenang kisah kematian tragis Hasan dan Hosein (cucu nabi Muhammad SAW) dalam
perang Karbala. maka sejak saat itu pulalah perayaan tabuik mulai membudya dan terus
digelar hingga menjadi budaya masyarakat pariaman.
Adapun sakral pada prosesi tabuik pada hakekatnya adalah memperingati Hasan dan Hosein
yang mati mengenaskan atas kekejaman raja Zalim.
Alkisah diriwayatkan bahwa atas kebesaran Allah SWT, secara tiba-tiba jezanah Hosein
diangkat ke langit menggunakan "Bouraq" sejenis hewan berbadan seperti kuda dan
berkepala seperti manusia serta mempunyai syap yang lebar dengan mengusung peti
(jenazah) dipundaknya berhias payung mahkota warna-warni. Itulah yang dinamakan dengan
"tabuik."
Selanjutnya perkembangan ritual pesta budaya tabuik Piaman dalam beberapa dekade lebih
ditujukan bagi penunjang potensi kepariwisataan di Sumatera Barat, khususnya Pariaman.
Pembuatan Tabuik
Tabuik dibuat oleh dua kelompok masyarakat Pariaman, yakni kelompok Pasar dan
kelompok Subarang.Kelompok Tabuik Pasar terdiri dari gabungan 12 desa yang ada di Kota
Pariaman, sementara Kelompok Tabuik Subarang terdari dari gabungan 14 desa
lainnya.Dahulu, selama berlangsungnya pesta tabuik selalu diikuti dengan perkelahian antara
warga dari daerah Pasar dan Subarang.Tabuik dibuat secara bersama-sama dan melibatkan
tokoh masyarakat.
Tabuik yang dibuat oleh kedua tempat ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian atas dan bawah
yang tingginya dapat mencapai 15 meter.Bagian atas mewakili keranda berbentuk menara
yang dihiasi dengan bunga dan kain beludru berwarna-warni. Sedangkan bagian bawah
berbentuk tubuh kuda, bersayap, berekor dan berkepala manusia berambut panjang. Kuda itu
dibuat dari rotan dan bambu dengan dilapisi kain beludru halus warna hitam dan pada empat
kakinya terdapat gambar kalajengking menghadap ke atas. Kuda tersebut adalah simbol
Buraq, kendaraan yang memiliki kemampuan terbang secepat kilat dan digunakan saat Isra’
Miraj Nabi Muhammad SAW. Buraq dipercaya membawa Imam Hussein ke langit.
Kendaraan yang disimbolkan dengan wujud kuda gemuk berkepala wanita cantik menjadi
bagian utama bangunan Tabuik.
Bagian tengah Tabuik berbentuk gapura yang ukurannya makin ke atas makin besar. Pada
gapura itu ditempelkan motif ukiran khas Minangkabau. Di bagian bawah dan atas gapura
ditancapkan bungo salapan atau delapan bunga berbentuk payung dengan dasar kertas warna
bermotif ukiran atau batik.Puncak Tabuik dihiasi payung besar yang dibalut kain beludru dan
kertas hias yang juga bermotif ukiran. Di atas payung ditancapkan patung burung merpati
putih. Kaki Tabuik terdiri dari empat kayu balok bersilang dengan panjang sekitar 20 meter.
Balok-balok itu digunakan untuk menggotong dan menghoyak Tabuik yang dilakukan
sekitar seratus orang dewasa.