Konjungtivitis

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 21

BAB I

LAPORAN KASUS

1. Identitas Pasien
a. Nama : Tn. A
b. Jenis kelamin : Laki-Laki
c. Usia : 22 tahun
d. Pekerjaan : Mahasiswa
e. Alamat : Jl. Musyawarah RT 05 RW 04
f. Agama : Islam

2. Anamnesis
Keluhan Utama
Mata kanan terlihat merah sejak 3 hari sebelum datang berobat ke puskesmas

Riwayat Penyakit Sekarang


Sejak + 3 hari sebelum datang ke Puskesmas, pasien mengeluh mata sebelah
kanan merah. Jika terkena debu mata tampak semakin merah. Pasien mengatakan
bahwa matanya terasa gatal, pandangan tidak kabur, tidak silau melihat cahaya.
Pasien mengaku sering menggosok-gosok matanya dan sering keluar air mata tapi
tidak banyak. Pasien juga mengeluh saat bangun tidur terdapat kotoran mata yang
cukup banyak yang berwarna putih kekuningan kental. Sebelum berobat ke
puskesmas, pasien mengaku ada memberikan tetes mata biasa yang dibeli di apotik,
tetapi keluhan tidak berkurang sehingga pasien memutuskan untuk berobat ke
puskesmas. Mata sebelah kiri os tidak ada keluhan.

3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
1. Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis (GCS 15)

2. Tanda vital
TD : 110/80
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36,8 °C
Pernafasan
- Frekuensi : 22 x/menit
- Irama : reguler
- Tipe : abdominothorakal
3. Kulit

1
- Turgor : baik
- Lembab / kering : lembab
- Lapisan lemak : ada
4. Status gizi
BB : 48 kg
TB : 160 cm
Status Gizi
BMI:
48 = 48 = 18,8 ( gizi cukup )
(1.60)2 2.56

Status Generalis

1. Kepala : Normocephale, rambut hitam.


 Mata : Edema palpebra (-/-), ca (-/-), sklera ikterik (-/-). Pupil isokor.
 Telinga : Bentuk normal, sekret (-/-)
 Hidung : Napas cuping hidung (-), sekret (-/-)
 Mulut : Mukosa lembab, bibir sianosis (-), Lidah kotor (-)
 Tenggorokan: hiperemis (-)
2. Leher : Deviasi trakea (-), pembesaran KGB (-). JVP (5-2)
3. Thoraks : Bentuk simetris normal, benjolan (-), retraksi (-)

Jantung

 Inspeksi : Ictus cordis tak tampak


 Auskultasi : Suara normal BJ I, II regular, bising (-)
 Palpasi : Nyeri tekan (-). ictus cordis tidak kuat angkat
 Perkusi : Batas-batas jantung :
- Atas : ICS II kiri
- Kanan : linea sternalis kanan
- Kiri : ICS VI 2 jari bergeser ke lateral dari linea
midclavicula kiri
Pulmo

 Inspeksi : Bentuk dada simetris normal, pergerakan paru simetris ki/ka.


 Palpasi : Pergerakan paru simetris, tidak ada gerakan yang tertinggal,
vokal fremitus kanan = kiri
 Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru kanan dan kiri
 Auskultasi : Suara dasar paru kanan kiri vesikular normal, wheezing (-),
ronki (-)

4. Abdomen

2
 Inspeksi : datar, hernia umbilikalis (-), asites (-), strie (-), lesi (-)
 Auskultasi : bisung usus (+) normal
 Palpasi : nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
 Perkusi : timpani

5. Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan


6. Anorektal : Tidak dilakukan pemeriksaan
7. Ekstremitas :
 Superior : Edema (-/-), akral dingin (-/-), kekuatan otot 5-5
 Inferior : Edema (-/-), akral dingin (-/-), Kekuatan otot 5-5

STATUS OPHTHALMOLOGIS

OD OS

Visus 6/6 6/6

Kedudukan bola mata Ortoforia

Pergerakan bola mata

Versi : baik Versi : baik

Duksi : baik Duksi : baik

3
PEMERIKSAAN EXTERNAL

Palpebra supp Masa (‘]\-), Edem (+), Masa (-), Edem (-),
hiperemis (+), nyeri tekan hiperemis (-), nyeri tekan (-)
(-)

Palpebra inf Edem (-), hiperemis (-), Edem (-), hiperemis (-),
nyeri tekan (-) nyeri tekan (-)

Cilia Trichiasis (-) Trichiasis (-)

Conj. Tars Supp Papil (-), folikel (-) Papil (-), folikel (-)
hiperemis (+) hiperemis (-)

Conj. Tars Inf Papil (-), folikel (-) Papil (-), folikel (-)
hiperemis (+) hiperemis (-)

Conj. Bulbi Inj. Konjungtiva (+), Inj. Inj. Konjungtiva (-), Inj.
Silier (-), Sekret (+) Silier (-), Sekret (-)

Kornea Jernih, edem (-), ulkus (-) jernih, edem (-), ulkus (-)
desmetokel (-), infiltrat (-) desmetokel (-), infiltrat (-)

COA Fibrin (-), hipopion (-), Fibrin (-), hipopion (-), flare
flare (-) (-)

Iris Sinekia ant & post (-) Sinekia ant & post (-)

Pupil Isokor ,D = 3 mm Isokor , D = 3 mm

Reflek cahaya langsung (+) Reflek cahaya langsung (+)

Reflek cahaya tdk langsung Reflek cahaya tdk langsung


(+) (+)

Lensa Jernih Jernih

4
4. Pemeriksaan Anjuran
 Pemeriksaan tajam penglihatan
 Pemeriksaan sediaan langsung dengan Pewarnaan Gram atau Giemsa untuk mengetahui
kuman penyebab dan uji sensitivitas

5. Diagnosa Kerja
Konjungtivitis akut ec. Bakteri OD

6. Diagnosa banding
 Konjungtivitis akut ec. Viral OD
 Konjungtivitis akut ec Alergika OD

7. Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

8. Manajemen
a. Promotif :
Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit Konjungtivitis Bakteri, penyebab, cara
penularan, pencegahan penularan dan pengobatannya.

b. Preventif :
 Tidak menggosok mata yang sakit dan kemudian menyentuh mata yang sehat
 Setelah memegang mata yang sakit segera cuci tangan.
 Menggunakan handuk dan sapu tangan baru yang terpisah untuk membersihkan
mata yang sakit.

c. Kuratif :
Non Farmakologi
 Kompres bagian luar mata yang merah dengan air bersih hangat dua kali sehari

Farmakologi
 Tetes mata : Gentamicin 0, 3 % 3 x 1 tetes/hari OD
 CTM 4 mg 3x1 tablet/hari

d. Rehabilitatif
 Menggunakan kacamata jika ingin pergi keluar rumah.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva yang ditandai oleh dilatasi vaskular,


infiltrasi selular dan eksudasi, atau Radang pada selaput lendir yang menutupi belakang
kelopak dan bola mata.1, 3

Konjungtivitis di bedakan menjadi akut dan kronis yang disebabkan oleh mikro-
organisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, iritasi bahan-bahan kimia.2

2.2 Anatomi

Konjungtiva merupakan lapisan terluar dari mata yang terdiri dari membran mukosa
tipis yang melapisi kelopak mata, kemudian melengkung melapisi permukaan bola mata dan
berakhir pada daerah transparan pada mata

yaitu kornea. Secara anatomi, konjungtiva dibagi atas 2 bagian yaitu konjungtiva palpebra
dan konjungtiva bulbaris. Namun, secara letak areanya, konjungtiva ibagi menjadi 6 area
yaitu area marginal, tarsal, orbital, forniks, bulbar dan limbal. Konjungtiva bersambungan
6
dengan kulit pada tepi kelopak (persambungan mukokutan) dan dengan epitel kornea pada
limbus.Pada konjungtiva palpebra, terdapat dua lapisan epithelium dan menebal secara
bertahap dari forniks ke limbus dengan membentuk epithelium berlapis tanpa keratinisasi
pada daerah marginal kornea. Konjungtiva palpebralis terdiri dari epitel berlapis tanpa
keratinisasi yang lebih tipis. Dibawah epitel tersebut terdapat lapisan adenoid yang terdiri
dari jaringan ikat longgar yang terdiri dari leukosit. Konjungtiva palpebralis melekat kuat
pada tarsus, sedangkan bagian bulbar bergerak secara bebas pada sklera kecuali yang dekat
pada daerah kornea.3

Berikut adalah gambaran anatomi dari konjungtiva 5,6

Gambar 2.5. Anatomi Konjungtiva

Aliran darah konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri palpebralis.
Kedua arteri ini beranastomosis bebas dan – bersama dengan banyak vena konjungtiva yang
umumnya mengikut i pola arterinya – membentuk jaringjaring vaskuler konjungtiva yang
banyak sekali. Pembuluh limfe konjungtiva tersusun dalam lapisan superfisial dan lapisan
profundus dan bersambung dengan pembuluh limfe palpebra hingga membentuk pleksus
limfatikus yang banyak. 1

Konjungtiva menerima persarafan dari percabangan pertama (oftalmik) nervus


trigeminus. Saraf ini hanya relatif sedikit mempunyai serat nyeri. 1,3

Fungsi dari konjungtiva adalah memproduksi air mata, menyediakan kebutuhan


oksigen ke kornea ketika mata sedang terbuka dan melindungi mata, dengan mekanisme
7
pertahanan nonspesifik yang berupa barier epitel, akt ivitas lakrimasi, dan menyuplai darah.
Selain itu, terdapat pertahanan spesifik berupa ekanisme imunologis seperti sel mast, leukosit,
adanya jaringan limfoid pada mukosa tersebut dan antibodi dalam bentuk IgA 1,2

Pada konjungtiva terdapat beberapa jenis kelenjar yang dibagi menjadi dua grup besar
yaitu 3,4

1. Penghasil musin
a. Sel goblet; terletak dibawah epitel dan paling banyak ditemukan pada daerah
inferonasal.
b. Crypts of Henle; terletak sepanjang sepertiga atas dari konjungtiva tarsalis superior dan
sepanjang sepertiga bawah dari konjungtiva tarsalis inferior.
c. Kelenjar Manz; mengelilingi daerah limbus.

2. Kelenjar asesoris lakrimalis.


Kelenjar asesoris ini termasuk kelenjar Krause dan kelenjar Wolfring. Kedua kelenjar ini
terletak dalam dibawah substansi propria.
Pada sakus konjungtiva tidak pernah bebas dari mikroorganisme namun karena
suhunya yang cukup rendah, evaporasi dari cairan lakrimal dan suplai darah yang rendah
menyebabkan bakteri kurang mampu berkembang biak. Selain itu, air mata bukan merupakan
medium yang baik. 1

2.3 Etiologi
Konjungtiva bisa mengalami peradangan akibat:
 Infeksi olah virus atau bakteri
 Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang
 Iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet dari las
listrik atau sinar matahari. 3

2.4 Klasifikasi

Konjungtivitis, terdiri dari:


1. Konjungtivitis bakterial Akut
2. Konjungtivitis virus Akut
3. Konjungtivitis alergi
4. Konjungtivitis Neonatorum
5. Konjungtivitis iritasi atau kimia

2.4.1 Konjungtivitis Bakterial Akut

Definisi
8
Peradangan pada konjungtiva yang disebabkan Oleh Streptokokus, Corynebacterium
diptherica, Pseudomonas, neisseria, dan hemophilus. 3

Terdapat dua bentuk konjungtivitis bacterial: akut (dan subakut) dan menahun.
Penyebab konjungtivitis bakteri paling sering adalah Staphylococcus, Pneumococcus, dan
Haemophilus. Konjungtivitis bacterial akut dapat sembuh sendiri bila disebabkan
mikroorganisme seperti Haemophilus influenza. Lamanya penyakit dapat mencapai 2 minggu
jika tidak diobati dengan memadai. 3

Konjungtivitis akut dapat menjadi menahun. Pengobatan dengan salah satu dari sekian
antibacterial yang tersedia biasanya mengenai keadaan ini dalam beberapa hari.
Konjungtivitis purulen yang disebabkan Neisseria gonorroeae atau Neisseria meningitides
dapat menimbulkan komplikasi berat bila tidak diobati secara dini, 4

Diagnosis


Hiperemi Konjungtiva

Edema kelopak dengan kornea yang jernih

Kemosis : pembengkakan konjungtiva

Mukopurulen atau Purulen4

Pemeriksaan

Pemeriksaan tajam penglihatan

Pemeriksaan segmen anterior bola mata

Sediaan langsung (swab konjungtiva untuk pewarnaan garam) untuk
mengindentifikasi bakteri, jamur dan sitologinya. 5

9
Infeksi biasanya mulai pada satu mata dan menular ke sebelah oleh tangan. Infeksi
dapat menyebar ke orang lain melalui bahan yang dapat menyebarkan kuman seperti seprei,
kain, dll.1,5

Pemeriksaan Laboratorium

Pada kebanyakan kasus konjungtivitis bacterial, organism dapat diketahui dengan


pemeriksaan mikroskopik terhadap kerokan konjungtiva yang dipulas dengan pulasan Gram
atau Giemsa; pemeriksaan ini mengungkapkan banyak neutrofil polimorfonuklear. 1,2,3
Kerokan konjungtiva untuk pemeriksaan mikroskopik dan biakan disarankan untuk semua
kasus dan diharuskan jika penyakit itu purulen, bermembran atau berpseudomembran. Studi
sensitivitas antibiotika juga baik, namun sebaiknya harus dimulai terapi antibiotika empiric.
Bila hasil sensitifitas antibiotika telah ada, tetapi antibiotika spesifik dapat diteruskan. 6

Terapi

Prinsip terapi dengan obat topical spectrum luas. Pada 24 jam pertama obat diteteskan
tiap 2 jam kemudian pada hari berikutnya diberikan 4 kali sehari selama 1 minggu. Pada
malam harinya diberikan salep mata untuk mencegah belekan di pagi hari dan mempercepat
penyembuhan1, 3

Terapi spesifik terhadap konjungtivitis bacterial tergantung temuan agen


mikrobiologiknya. Sambil menunggu hasil laboratorium, dokter dapat mulai dengan terapi
topical antimikroba. Pada setiap konjungtivitis purulen, harus dipilih antibiotika yang cocok
untuk mengobati infeksi N gonorroeae, dan N meningitides. Terapi topical dan sistemik harus
segera dilkasanakan setelah materi untuk pemeriksaan laboratorium telah diperoleh. 4,6

Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen akut, saccus konjungtiva harus dibilas
dengan larutan garam agar dapat menghilangkan secret konjungtiva. Untuk mencegah
penyebaran penyakit ini, pasien dan keluarga diminta memperhatikan secara khusus hygiene
perorangan. 1,4
10
Perjalanan dan Prognosis

Konjungtivitis bakteri akut hampir selalu sembuh sendiri, infeksi dapat berlangsung
selama 10-14 hari; jika diobati dengan memadai, 1-3 hari, kecuali konjungtivitis stafilokokus
(yang dapat berlanjut menjadi blefarokonjungtivitis dan memasuki tahap mnehun) dan
konjungtivitis gonokokus (yang bila tidak diobati dapat berakibat perforasi kornea dan
endoftalmitis). Karena konjungtiva dapat menjadi gerbang masuk bagi meningokokus ke
dalam darah dan meninges, hasil akhir konjungtivitis meningokokus adalah septicemia dan
meningitis.1,4

Konjungtivitis bacterial menahun mungkin tidak dapat sembuh sendiri dan menjadi
masalah pengobatan yang menyulitkan.

Pencegahan


Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudahmembersihkan atau
mengoleskan obat, penderita harus mencuci tangannya bersih-bersih.

Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani mata yang
sakit.

Jangan menggunakan handuk atau lap bersama-sama dengan penghuni rumah
lainnya.8

2.4.2 Konjungtivitis Gonore

Merupakan radang konjungtiva akut dan hebat disertai dengan sekret purulen.
Gonokok merupakan kuman yang sangat patogen, virulen dan bersifat invasif, sehingga
reaksi radang terhadap kuman ini sangat berat. 3

Infeksi pada neonatus terjadi pada saat berada pada jalan kelahiran, sedang pada bayi
penyakit ini ditularkan oleh ibu yang menderita penyakit tersebut.

Gejala

 Konjungtiva yang kaku, dan sakit saat perabaan


 Kelopak mata membengkak dan kaku sehingga sukar di buka.

11
 Terdapat pseudomembran pada konjungtiva tarsal superior, sedangkan konjungtiva
bulbi merah.

 Pada stadium supuratif terdapat sekret yang kental. 3,5.

Pemeriksan dan diagnosis


Pemeriksaan sekret dan pewarnaan metilen blu dimana dapat terlihat diplokok di
dalam sel leukosit.

Pengobatan


Penisilin Salep dan Suntikan pada bayi diberikan 50.000 U/kgBB selama & hari. 1, 3

2.4.3 konjungtivitis Angular

Konjungtivitis Angular terutama didapatkan di daerah kantus interpalpebra.


Disebabkan oleh Basil Moraxella Axenfeld. 3

Gejala


Ekskoriasi kulit di sekitar daerah meradang

Sekret mukopurulen


Pasien sering mengedip5,6

Pengobatan

Tetrasiklin dan basitrasin

2.4.4 Konjungtivitis mukopurulen

Konjungtivitis mukopurulen merupakan konjungtivitis dengan gejala umum


konjungtivitis kiataral mukoid yang disebabkan oleh Staphylococcus atau basil Koch Weeks.3

Gejala

 Hiperemi konjungtiva

12
 Sekret berlendir yang mengakibatkan kedua kelopak mata melekat terutama saat
bangun pagi.

2.5 Konjungtivitis Virus

2.5.1 Konjungtivitis Folikuler Virus Akut

a). Demam Faringokonjungtival

Tanda dan gejala

Demam Faringokonjungtival ditandai oleh demam 38,3-40 ⁰C, sakit tenggorokan, dan
konjungtivitis folikuler pada satu atau dua mata. Folikuler sering sangat mencolok pada
kedua konjungtiva dan pada mukosa faring. Mata merah dan berair mata sering terjadi, dan
kadang-kadang sedikit kekeruhan daerah subepitel. Yang khas adalah limfadenopati
preaurikuler (tidak nyeri tekan).1

Laboratorium

Demam faringokonjungtival umumnya disebabkan oleh adenovirus tipe 3 dan kadang


– kadang oleh tipe 4 dan 7. Virus itu dapat dibiakkan dalam sel HeLa dan ditetapkan oleh tes
netralisasi. Dengan berkembangnya penyakit, virus ini dapat juga didiagnosis secara
serologic dengan meningkatnya titer antibody penetral virus. Diagnosis klinis adalah hal
mudah dan jelas lebih praktis.1,3,6

13
Kerokan konjungtiva terutama mengandung sel mononuclear, dan tak ada bakteri
yang tumbuh pada biakan. Keadaan ini lebih sering pada anak-anak daripada orang dewasa
dan sukar menular di kolam renang berchlor. 1,3,6

Terapi

Tidak ada pengobatan spesifik. Konjungtivitisnya sembuh sendiri, umumnya dalam sekitar 10
hari. 1

b). Keratokonjungtivitis Epidemika

Tanda dan gejala

Keratokonjungtivitis epidemika umumnya bilateral. Awalnya sering pada satu mata


saja, dan biasanya mata pertama lebih parah. Pada awalnya pasien merasa ada infeksi dengan
nyeri sedang dan berair mata, kemudian diikuti dalam 5-14 hari oleh fotofobia, keratitis
epitel, dan kekeruhan subepitel bulat. Sensai kornea normal. Nodus preaurikuler yang nyeri
tekan adalah khas. Edema palpebra, kemosis, dan hyperemia konjungtiva menandai fase akut.
Folikel dan perdarahan konjungtiva sering muncul dalam 48 jam. Dapat membentuk
pseudomembran dan mungkin diikuti parut datar atau pembentukan symblepharon. 1,3,4

Konjungtivitis berlangsung paling lama 3-4 minggu. Kekeruhan subepitel terutama


terdapat di pusat kornea, bukan di tepian, dan menetap berbulan-bulan namun menyembuh
tanpa meninggalkan parut. 1

Keratokonjungtiva epidemika pada orang dewasa terbatas pada bagian luar mata.
Namun, pada anak-anak mungkin terdapat gejala sistemik infeksi virus seperti demam, sakit
tenggorokan, otitis media, dan diare. 1, 3

Laboratorium

Keratokonjungtiva epidemika disebabkan oleh adenovirus tipe 8, 19, 29, dan 37


(subgroub D dari adenovirus manusia). Virus-virus ini dapat diisolasi dalam biakan sel dan
diidentifikasi dengan tes netralisasi. Kerokan konjungtiva menampakkan reaksi radang
mononuclear primer; bila terbentuk pseudomembran, juga terdapat banyak neutrofil. 1

Penyebaran
14
Transmisi nosokomial selama pemeriksaan mata sangat sering terjadi melalui jari-jari
tangan dokter, alat-alat pemeriksaan mata yang kurang steril, atau pemakaian larutan yang
terkontaminasi. Larutan mata, terutama anestetika topical, mungkin terkontaminasi saat ujung
penetes obat menyedot materi terinfeksi dari konjungtiva atau silia. Virus itu dapat bertahan
dalam larutan itu, yang menjadi sumber penyebaran. 1,3

Pencegahan

Bahaya kontaminasi botol larutan dapat dihindari dengan dengan memakai penetes
steril pribadi atau memakai tetes mata dengan kemasan unit-dose. Cuci tangan secara teratur
di antara pemeriksaan dan pembersihan serta sterilisasi alat-alat yang menyentuh mata
khususnya tonometer juga suatu keharusan. Tonometer aplanasi harus dibersihkan dengan
alcohol atau hipoklorit, kemudian dibilas dengan air steril dan dikeringkan dengan hati-hati.
4,6

Terapi

Sekarang ini belum ada terapi spesifik, namun kompres dingin akan mengurangi
beberapa gejala. kortikosteroid selama konjungtivitis akut dapat memperpanjang keterlibatan
kornea sehingga harus dihindari. Agen antibakteri harus diberikan jika terjadi superinfeksi
bacterial. 1

c). Konjungtivitis Virus Herpes Simpleks

Tanda dan gejala

Konjungtivitis virus herpes simplex biasanya merupakan penyakit anak kecil, adalah
keadaan yang luar biasa yang ditandai pelebaran pembuluh darah unilateral, iritasi, bertahi
mata mukoid, sakit, dan fotofobia ringan. Pada kornea tampak lesi-lesi epithelial tersendiri
yang umumnya menyatu membentuk satu ulkus atau ulkus-ulkus epithelial yang bercabang
banyak (dendritik). Konjungtivitisnya folikuler. Vesikel herpes kadang-kadang muncul di
palpebra dan tepian palpebra, disertai edema hebat pada palpebra. Khas terdapat sebuah
nodus preaurikuler yang terasa nyeri jika ditekan. 1,3

Laboratorium

15
Tidak ditemukan bakteri di dalam kerokan atau dalam biakan. Jika konjungtivitisnya
folikuler, reaksi radangnya terutama mononuclear, namun jika pseudomembran, reaksinya
terutama polimorfonuklear akibat kemotaksis dari tempat nekrosis. Inklusi intranuklear
tampak dalam sel konjungtiva dan kornea, jika dipakai fiksasi Bouin dan pulasan
Papanicolaou, tetapi tidak terlihat dengan pulasan Giemsa. Ditemukannya sel – sel epithelial
raksasa multinuclear mempunyai nilai diagnostic.3

Virus mudah diisolasi dengan mengusapkan sebuah aplikator berujung kain kering di
atas konjungtiva dan memindahkan sel-sel terinfeksi ke jaringan biakan.3

Terapi

Jika konjungtivitis terdapat pada anak di atas 1 tahun atau pada orang dewasa,
umunya sembuh sendiri dan mungkin tidak perlu terapi. Namun, antivirus local maupun
sistemik harus diberikan untuk mencegah terkenanya kornea. Untuk ulkus kornea mungkin
diperlukan debridemen kornea dengan hati-hati yakni dengan mengusap ulkus dengan kain
kering, meneteskan obat antivirus, dan menutupkan mata selama 24 jam. Antivirus topical
sendiri harus diberikan 7 – 10 hari: trifluridine setiap 2 jam sewaktu bangun atau salep vida
rabine lima kali sehari, atau idoxuridine 0,1 %, 1 tetes setiap jam sewaktu bangun dan 1 tetes
setiap 2 jam di waktu malam. Keratitis herpes dapat pula diobati dengan salep acyclovir 3%
lima kali sehari selama 10 hari atau dengan acyclovir oral, 400 mg lima kali sehari selama 7
hari.3

Untuk ulkus kornea, debridmen kornea dapat dilakukan. Lebih jarang adalah
pemakaian vidarabine atau idoxuridine. Antivirus topical harus dipakai 7-10 hari.
Penggunaan kortikosteroid dikontraindikasikan, karena makin memperburuk infeksi herpes
simplex dan mengkonversi penyakit dari proses sembuh sendiri yang singkat menjadi infeksi
yang sangat panjang dan berat. 1,3

d). Konjungtivitis Hemoragika Akut

Epidemiologi

16
Semua benua dan kebanyakan pulau di dunia pernah mengalami epidemic besar
konjungtivitis konjungtivitis hemoregika akut ini. Pertama kali diketahui di Ghana dalam
tahun 1969. Konjungtivitis ini disebabkan oleh coxackie virus A24. Masa inkubasi virus ini
pendek (8-48 jam) dan berlangsung singkat (5-7 hari). 5

Tanda dan Gejala

Mata terasa sakit, fotofobia, sensasi benda asing, banyak mengeluarkan air mata,
merah, edema palpebra, dan hemoragi subkonjungtival. Kadang-kadang terjadi kemosis.
Hemoragi subkonjungtiva umumnya difus, namun dapat berupa bintik-bintik pada awalnya,
dimulai di konjungtiva bulbi superior dan menyebar ke bawah. Kebanyaka pasien mengalami
limfadenopati preaurikuler, folikel konjungtiva, dan keratitis epithelial. Uveitis anterior
pernah dilaporkan, demam, malaise, mialgia, umum pada 25% kasus. 1,5

Penyebaran

Virus ini ditularkan melalui kontak erat dari orang ke orang dan oleh fomite seperti
sprei, alat-alat optic yang terkontaminasi, dan air. Penyembuhan terjadi dalam 5-7 hari

Terapi

Tidak ada pengobatan yang pasti. 4,5

2.6 Konjungtivitis Imunologik (Alergik)

Reaksi Hipersensitivitas Humoral Langsung

2.7 Konjungtivitis Atopik

Tanda dan gejala

Sensasi terbakar, bertahi mata berlendir, merah, dan fotofobia. Tepian palpebra
eritemosa, dan konjungtiva tampak putih seperti susu. Terdapat papilla halus, namun papilla
raksasa tidak berkembang seperti pada keratokonjungtivitis vernal, dan lebih sering terdapat
di tarsus inferior. Berbeda dengan papilla raksasa pada keratokonjungtivitis vernal, yang
terdapat di tarsus superior. Tanda-tanda kornea yang berat muncul pada perjalanan lanjut
penyakit setelah eksaserbasi konjungtivitis terjadi berulangkali. Timbul keratitis perifer
17
superficial yang diikuti dengan vaskularisasi. Pada kasus berat, seluruh kornea tampak kabur
dan bervaskularisasi, dan ketajaman penglihatan. 1,3

Biasanya ada riwayat alergi (demam jerami, asma, atau eczema) pada pasien atau
keluarganya. Kebanyakan pasien pernah menderita dermatitis atopic sejak bayi. Parut pada
lipatan-lipatan fleksura lipat siku dan pergelangan tangan dan lutut sering ditemukan. Seperti
dermatitisnya, keratokonjungtivitis atopic berlangsung berlarut-larut dan sering mengalami
eksaserbasi dan remisi. Seperti keratokonjungtivitis vernal, penyakit ini cenderung kurang
aktif bila pasien telah berusia 50 tahun. 3,4

Laboratorium

Kerokan konjungtiva menampakkan eosinofil, meski tidak sebanyak yang terlihat sebanyak
pada keratokonjungtivitis vernal. 1

Terapi

Atihistamin oral termasuk terfenadine (60-120 mg 2x sehari), astemizole (10 mg


empat kali sehari), atau hydroxyzine (50 mg waktu tidur, dinaikkan sampai 200 mg) ternyata
bermanfaat. Obat-obat antiradang non-steroid yang lebih baru, seperti ketorolac dan
iodoxamid, ternyata dapat mengatasi gejala pada pasien-pasien ini. Pada kasus berat,
plasmaferesis merupakan terapi tambahan. Pada kasus lanjut dengan komplikasi kornea berat,
mungkin diperlukan transplantasi kornea untuk mengembalikan ketajaman penglihatannya. 1,3

2.7.2 Konjungtivitis Vernalis


suatu inflamasi mata bagian luar yang bersifat musiman dan dianggap sebagai suatu
alergi. 7
Konjungtiva banyak sekali mengandung sel dari sistem kekebalan (mast sel) yang
melepaskan senyawa kimia (mediator) dalam merespon terhadap berbagai rangsangan
(seperti serbuk sari atau debu tungau) . Mediator ini menyebabkan radang pada mata, yang
mungkin sebentar atau bertahan lama. Sekitar 20% dari orang memiliki tingkat mata merah
alergi.7
Diagnosis

Ditemukan adanya tanda-tanda radang konjungtiva

Ditemukan adanya giant papil pada konjungtiva palpebra superior

Ditemukan adanya tantras dot pada limbus kornea

Kadang disertai shield ulcer

Bersifat kumat-kumatan1, 3
18
Gejal danTanda :

Mata merah (biasanya rekuren)

Kadang disertai rasa gatal yang hebat

Adanya riwayat alergi

Adanya hipertrofi papil difus pada konjungtiva tersal terutama superior

Adanya penebalan limbus dengan tantras dot

Discharge mukoid dan menjadi mukopurulen apabila terdapat infeksi sekunder4,7

Terapi
Kasus ringan : terapi edukasi (menghindari allergen, kompres dingin, ruangan sejuk,
lubrikasi, salep mata), pemberian antihistamin (topical levokabastin, emestadine),
vasokonstriktor (phenileprine, tetrahidrolozine), mast cell stabilizer (cromolin sodium 4%
alomide)
Kasus sedang-berat : mast cell stabilizer (cromolin sodium 4% alomide), antiinflamasi
steroid topika (ketorolac 0,5%), kortikosteroid topical atau agen modulator siklosporin. Pada
pasien denga sheld ulcer bias diberikan sikloplegik yang agresif (atropine 1%, homatropin
5%, atau skopolamin 0,25%) dan antibiotic topikal
Dapat diberikan antihistamin sistemik.8

2.7.3 Konjungtivitis Pekerjaan oleh Bahan Kimia dan Iritans

Asam, alkali, asap, angin, dan hamper setiap substansi iritan yangmasuk ke saccus
conjungtiva dapat menimbulkan konjungtivitis. Beberapa iritan umum adalah pupuk, sabun,
deodorant, spray rambut, tembakau, bahan-bahan make-up, dan berbagai asam dan alkali. Di
daerah tertentu,asbut (campuran asap dan kabut) menjadi penyebab utama konjungtivitis
kimia ringan. Iritan spesifik dalam asbut belum dapat ditetapkan secara positif, dan
pengobatannya non-spesifik. Tidak ada efek pada mata yang permanen, namun mata yang
terkena seringkali merah dan terasa mengganggu secara menahun. 1

Pada luka karena asam, asam itu mengubah sifat protein jaringan dan efek langsung.
Alkali tidak mengubah sifat protein dan cenderung cepat menyusup kedalam jaringan dan
menetap di dalam jaringan konjungtiva. Disini mereka terus menerus merusak selama
berjam-jam atau berhari-hari lamanya, tergantung konsentrasi molar alkali tersebut dan
jumlah yang masuk. Perlekatan antara konjungtiva bulbi dan palpebra dan leokoma kornea
lebih besar kemungkinan terjadi jika agen penyebabnya adalah alkali. Pada kejadian
manapun, gejala utama luka bahan kimia adalah sakit, pelebaran pembuluh darah, fotofobia,
dan blefarospasme. Riwayat kejadian pemicu biasanya dapat diungkapkan. 5,6

19
Pembilasan segera dan menyeluruh saccus conjungtivae dengan air atau larutan garam
sangat penting, dan setiap materi padat harus disingkirkan secara mekanik. Jangan memakai
antidotum kimiawi. Tindakan simtomatik umum adalah kompres dingin selama 20 menit
setiap jam, teteskan atropine 1% dua kali sehari, dan beri analgetika sistemik bila perlu.
Konjungtivitis bacterial dapat diobati dengan agen antibakteri yang cocok. Parut kornea
mungkin memerlukan transplantasi kornea, dan symblepharon mungkin memerlukan bedah
plastic terhadap konjungtiva. Luka bakar berat pada kojungtiva dan kornea prognosisnya
buruk meskipun dibedah. Namun jika pengobatan memadai dimulai segera, parut yang
terbentuk akan minim dan prognosisnya lebih baik. 4,6

DAFTAR PUSTAKA
20
1. American Academy of Opthalmology. External Disease and Cornea. Section 11. San
Fransisco: MD Association, 2005-2006
2. Ilyas DSM, Sidarta,. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta. 1998

3. Ilyas, H. Sidarta Prof. dr. SpM. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI; 2003, hal 2, 134.
4. James, Brus, dkk. Lecture Notes Oftalmologi. Erlangga. Jakarta. 2005

5. Putz, R. & Pabst R. Sobotta. Jilid 1. Edisi 21. Jakarta: EGC, 2000. hal 356.
6. PERDAMI,. Ilmu Penyakit Mata Untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran.
Jakarta. 2002

7. Vaughan, Daniel G. dkk. Oftalmologi Umum. Widya Medika. Jakarta. 2000

8. Wijaya N. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 1983

21

Anda mungkin juga menyukai