Konjungtivitis
Konjungtivitis
Konjungtivitis
LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
a. Nama : Tn. A
b. Jenis kelamin : Laki-Laki
c. Usia : 22 tahun
d. Pekerjaan : Mahasiswa
e. Alamat : Jl. Musyawarah RT 05 RW 04
f. Agama : Islam
2. Anamnesis
Keluhan Utama
Mata kanan terlihat merah sejak 3 hari sebelum datang berobat ke puskesmas
3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
1. Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis (GCS 15)
2. Tanda vital
TD : 110/80
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36,8 °C
Pernafasan
- Frekuensi : 22 x/menit
- Irama : reguler
- Tipe : abdominothorakal
3. Kulit
1
- Turgor : baik
- Lembab / kering : lembab
- Lapisan lemak : ada
4. Status gizi
BB : 48 kg
TB : 160 cm
Status Gizi
BMI:
48 = 48 = 18,8 ( gizi cukup )
(1.60)2 2.56
Status Generalis
Jantung
4. Abdomen
2
Inspeksi : datar, hernia umbilikalis (-), asites (-), strie (-), lesi (-)
Auskultasi : bisung usus (+) normal
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
STATUS OPHTHALMOLOGIS
OD OS
3
PEMERIKSAAN EXTERNAL
Palpebra supp Masa (‘]\-), Edem (+), Masa (-), Edem (-),
hiperemis (+), nyeri tekan hiperemis (-), nyeri tekan (-)
(-)
Palpebra inf Edem (-), hiperemis (-), Edem (-), hiperemis (-),
nyeri tekan (-) nyeri tekan (-)
Conj. Tars Supp Papil (-), folikel (-) Papil (-), folikel (-)
hiperemis (+) hiperemis (-)
Conj. Tars Inf Papil (-), folikel (-) Papil (-), folikel (-)
hiperemis (+) hiperemis (-)
Conj. Bulbi Inj. Konjungtiva (+), Inj. Inj. Konjungtiva (-), Inj.
Silier (-), Sekret (+) Silier (-), Sekret (-)
Kornea Jernih, edem (-), ulkus (-) jernih, edem (-), ulkus (-)
desmetokel (-), infiltrat (-) desmetokel (-), infiltrat (-)
COA Fibrin (-), hipopion (-), Fibrin (-), hipopion (-), flare
flare (-) (-)
Iris Sinekia ant & post (-) Sinekia ant & post (-)
4
4. Pemeriksaan Anjuran
Pemeriksaan tajam penglihatan
Pemeriksaan sediaan langsung dengan Pewarnaan Gram atau Giemsa untuk mengetahui
kuman penyebab dan uji sensitivitas
5. Diagnosa Kerja
Konjungtivitis akut ec. Bakteri OD
6. Diagnosa banding
Konjungtivitis akut ec. Viral OD
Konjungtivitis akut ec Alergika OD
7. Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
8. Manajemen
a. Promotif :
Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit Konjungtivitis Bakteri, penyebab, cara
penularan, pencegahan penularan dan pengobatannya.
b. Preventif :
Tidak menggosok mata yang sakit dan kemudian menyentuh mata yang sehat
Setelah memegang mata yang sakit segera cuci tangan.
Menggunakan handuk dan sapu tangan baru yang terpisah untuk membersihkan
mata yang sakit.
c. Kuratif :
Non Farmakologi
Kompres bagian luar mata yang merah dengan air bersih hangat dua kali sehari
Farmakologi
Tetes mata : Gentamicin 0, 3 % 3 x 1 tetes/hari OD
CTM 4 mg 3x1 tablet/hari
d. Rehabilitatif
Menggunakan kacamata jika ingin pergi keluar rumah.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Konjungtivitis di bedakan menjadi akut dan kronis yang disebabkan oleh mikro-
organisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, iritasi bahan-bahan kimia.2
2.2 Anatomi
Konjungtiva merupakan lapisan terluar dari mata yang terdiri dari membran mukosa
tipis yang melapisi kelopak mata, kemudian melengkung melapisi permukaan bola mata dan
berakhir pada daerah transparan pada mata
yaitu kornea. Secara anatomi, konjungtiva dibagi atas 2 bagian yaitu konjungtiva palpebra
dan konjungtiva bulbaris. Namun, secara letak areanya, konjungtiva ibagi menjadi 6 area
yaitu area marginal, tarsal, orbital, forniks, bulbar dan limbal. Konjungtiva bersambungan
6
dengan kulit pada tepi kelopak (persambungan mukokutan) dan dengan epitel kornea pada
limbus.Pada konjungtiva palpebra, terdapat dua lapisan epithelium dan menebal secara
bertahap dari forniks ke limbus dengan membentuk epithelium berlapis tanpa keratinisasi
pada daerah marginal kornea. Konjungtiva palpebralis terdiri dari epitel berlapis tanpa
keratinisasi yang lebih tipis. Dibawah epitel tersebut terdapat lapisan adenoid yang terdiri
dari jaringan ikat longgar yang terdiri dari leukosit. Konjungtiva palpebralis melekat kuat
pada tarsus, sedangkan bagian bulbar bergerak secara bebas pada sklera kecuali yang dekat
pada daerah kornea.3
Aliran darah konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri palpebralis.
Kedua arteri ini beranastomosis bebas dan – bersama dengan banyak vena konjungtiva yang
umumnya mengikut i pola arterinya – membentuk jaringjaring vaskuler konjungtiva yang
banyak sekali. Pembuluh limfe konjungtiva tersusun dalam lapisan superfisial dan lapisan
profundus dan bersambung dengan pembuluh limfe palpebra hingga membentuk pleksus
limfatikus yang banyak. 1
Pada konjungtiva terdapat beberapa jenis kelenjar yang dibagi menjadi dua grup besar
yaitu 3,4
1. Penghasil musin
a. Sel goblet; terletak dibawah epitel dan paling banyak ditemukan pada daerah
inferonasal.
b. Crypts of Henle; terletak sepanjang sepertiga atas dari konjungtiva tarsalis superior dan
sepanjang sepertiga bawah dari konjungtiva tarsalis inferior.
c. Kelenjar Manz; mengelilingi daerah limbus.
2.3 Etiologi
Konjungtiva bisa mengalami peradangan akibat:
Infeksi olah virus atau bakteri
Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang
Iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet dari las
listrik atau sinar matahari. 3
2.4 Klasifikasi
Definisi
8
Peradangan pada konjungtiva yang disebabkan Oleh Streptokokus, Corynebacterium
diptherica, Pseudomonas, neisseria, dan hemophilus. 3
Terdapat dua bentuk konjungtivitis bacterial: akut (dan subakut) dan menahun.
Penyebab konjungtivitis bakteri paling sering adalah Staphylococcus, Pneumococcus, dan
Haemophilus. Konjungtivitis bacterial akut dapat sembuh sendiri bila disebabkan
mikroorganisme seperti Haemophilus influenza. Lamanya penyakit dapat mencapai 2 minggu
jika tidak diobati dengan memadai. 3
Konjungtivitis akut dapat menjadi menahun. Pengobatan dengan salah satu dari sekian
antibacterial yang tersedia biasanya mengenai keadaan ini dalam beberapa hari.
Konjungtivitis purulen yang disebabkan Neisseria gonorroeae atau Neisseria meningitides
dapat menimbulkan komplikasi berat bila tidak diobati secara dini, 4
Diagnosis
Hiperemi Konjungtiva
Edema kelopak dengan kornea yang jernih
Kemosis : pembengkakan konjungtiva
Mukopurulen atau Purulen4
Pemeriksaan
Pemeriksaan tajam penglihatan
Pemeriksaan segmen anterior bola mata
Sediaan langsung (swab konjungtiva untuk pewarnaan garam) untuk
mengindentifikasi bakteri, jamur dan sitologinya. 5
9
Infeksi biasanya mulai pada satu mata dan menular ke sebelah oleh tangan. Infeksi
dapat menyebar ke orang lain melalui bahan yang dapat menyebarkan kuman seperti seprei,
kain, dll.1,5
Pemeriksaan Laboratorium
Terapi
Prinsip terapi dengan obat topical spectrum luas. Pada 24 jam pertama obat diteteskan
tiap 2 jam kemudian pada hari berikutnya diberikan 4 kali sehari selama 1 minggu. Pada
malam harinya diberikan salep mata untuk mencegah belekan di pagi hari dan mempercepat
penyembuhan1, 3
Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen akut, saccus konjungtiva harus dibilas
dengan larutan garam agar dapat menghilangkan secret konjungtiva. Untuk mencegah
penyebaran penyakit ini, pasien dan keluarga diminta memperhatikan secara khusus hygiene
perorangan. 1,4
10
Perjalanan dan Prognosis
Konjungtivitis bakteri akut hampir selalu sembuh sendiri, infeksi dapat berlangsung
selama 10-14 hari; jika diobati dengan memadai, 1-3 hari, kecuali konjungtivitis stafilokokus
(yang dapat berlanjut menjadi blefarokonjungtivitis dan memasuki tahap mnehun) dan
konjungtivitis gonokokus (yang bila tidak diobati dapat berakibat perforasi kornea dan
endoftalmitis). Karena konjungtiva dapat menjadi gerbang masuk bagi meningokokus ke
dalam darah dan meninges, hasil akhir konjungtivitis meningokokus adalah septicemia dan
meningitis.1,4
Konjungtivitis bacterial menahun mungkin tidak dapat sembuh sendiri dan menjadi
masalah pengobatan yang menyulitkan.
Pencegahan
Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudahmembersihkan atau
mengoleskan obat, penderita harus mencuci tangannya bersih-bersih.
Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani mata yang
sakit.
Jangan menggunakan handuk atau lap bersama-sama dengan penghuni rumah
lainnya.8
Merupakan radang konjungtiva akut dan hebat disertai dengan sekret purulen.
Gonokok merupakan kuman yang sangat patogen, virulen dan bersifat invasif, sehingga
reaksi radang terhadap kuman ini sangat berat. 3
Infeksi pada neonatus terjadi pada saat berada pada jalan kelahiran, sedang pada bayi
penyakit ini ditularkan oleh ibu yang menderita penyakit tersebut.
Gejala
11
Terdapat pseudomembran pada konjungtiva tarsal superior, sedangkan konjungtiva
bulbi merah.
Pemeriksaan sekret dan pewarnaan metilen blu dimana dapat terlihat diplokok di
dalam sel leukosit.
Pengobatan
Penisilin Salep dan Suntikan pada bayi diberikan 50.000 U/kgBB selama & hari. 1, 3
Gejala
Ekskoriasi kulit di sekitar daerah meradang
Sekret mukopurulen
Pasien sering mengedip5,6
Pengobatan
Gejala
Hiperemi konjungtiva
12
Sekret berlendir yang mengakibatkan kedua kelopak mata melekat terutama saat
bangun pagi.
Demam Faringokonjungtival ditandai oleh demam 38,3-40 ⁰C, sakit tenggorokan, dan
konjungtivitis folikuler pada satu atau dua mata. Folikuler sering sangat mencolok pada
kedua konjungtiva dan pada mukosa faring. Mata merah dan berair mata sering terjadi, dan
kadang-kadang sedikit kekeruhan daerah subepitel. Yang khas adalah limfadenopati
preaurikuler (tidak nyeri tekan).1
Laboratorium
13
Kerokan konjungtiva terutama mengandung sel mononuclear, dan tak ada bakteri
yang tumbuh pada biakan. Keadaan ini lebih sering pada anak-anak daripada orang dewasa
dan sukar menular di kolam renang berchlor. 1,3,6
Terapi
Tidak ada pengobatan spesifik. Konjungtivitisnya sembuh sendiri, umumnya dalam sekitar 10
hari. 1
Keratokonjungtiva epidemika pada orang dewasa terbatas pada bagian luar mata.
Namun, pada anak-anak mungkin terdapat gejala sistemik infeksi virus seperti demam, sakit
tenggorokan, otitis media, dan diare. 1, 3
Laboratorium
Penyebaran
14
Transmisi nosokomial selama pemeriksaan mata sangat sering terjadi melalui jari-jari
tangan dokter, alat-alat pemeriksaan mata yang kurang steril, atau pemakaian larutan yang
terkontaminasi. Larutan mata, terutama anestetika topical, mungkin terkontaminasi saat ujung
penetes obat menyedot materi terinfeksi dari konjungtiva atau silia. Virus itu dapat bertahan
dalam larutan itu, yang menjadi sumber penyebaran. 1,3
Pencegahan
Bahaya kontaminasi botol larutan dapat dihindari dengan dengan memakai penetes
steril pribadi atau memakai tetes mata dengan kemasan unit-dose. Cuci tangan secara teratur
di antara pemeriksaan dan pembersihan serta sterilisasi alat-alat yang menyentuh mata
khususnya tonometer juga suatu keharusan. Tonometer aplanasi harus dibersihkan dengan
alcohol atau hipoklorit, kemudian dibilas dengan air steril dan dikeringkan dengan hati-hati.
4,6
Terapi
Sekarang ini belum ada terapi spesifik, namun kompres dingin akan mengurangi
beberapa gejala. kortikosteroid selama konjungtivitis akut dapat memperpanjang keterlibatan
kornea sehingga harus dihindari. Agen antibakteri harus diberikan jika terjadi superinfeksi
bacterial. 1
Konjungtivitis virus herpes simplex biasanya merupakan penyakit anak kecil, adalah
keadaan yang luar biasa yang ditandai pelebaran pembuluh darah unilateral, iritasi, bertahi
mata mukoid, sakit, dan fotofobia ringan. Pada kornea tampak lesi-lesi epithelial tersendiri
yang umumnya menyatu membentuk satu ulkus atau ulkus-ulkus epithelial yang bercabang
banyak (dendritik). Konjungtivitisnya folikuler. Vesikel herpes kadang-kadang muncul di
palpebra dan tepian palpebra, disertai edema hebat pada palpebra. Khas terdapat sebuah
nodus preaurikuler yang terasa nyeri jika ditekan. 1,3
Laboratorium
15
Tidak ditemukan bakteri di dalam kerokan atau dalam biakan. Jika konjungtivitisnya
folikuler, reaksi radangnya terutama mononuclear, namun jika pseudomembran, reaksinya
terutama polimorfonuklear akibat kemotaksis dari tempat nekrosis. Inklusi intranuklear
tampak dalam sel konjungtiva dan kornea, jika dipakai fiksasi Bouin dan pulasan
Papanicolaou, tetapi tidak terlihat dengan pulasan Giemsa. Ditemukannya sel – sel epithelial
raksasa multinuclear mempunyai nilai diagnostic.3
Virus mudah diisolasi dengan mengusapkan sebuah aplikator berujung kain kering di
atas konjungtiva dan memindahkan sel-sel terinfeksi ke jaringan biakan.3
Terapi
Jika konjungtivitis terdapat pada anak di atas 1 tahun atau pada orang dewasa,
umunya sembuh sendiri dan mungkin tidak perlu terapi. Namun, antivirus local maupun
sistemik harus diberikan untuk mencegah terkenanya kornea. Untuk ulkus kornea mungkin
diperlukan debridemen kornea dengan hati-hati yakni dengan mengusap ulkus dengan kain
kering, meneteskan obat antivirus, dan menutupkan mata selama 24 jam. Antivirus topical
sendiri harus diberikan 7 – 10 hari: trifluridine setiap 2 jam sewaktu bangun atau salep vida
rabine lima kali sehari, atau idoxuridine 0,1 %, 1 tetes setiap jam sewaktu bangun dan 1 tetes
setiap 2 jam di waktu malam. Keratitis herpes dapat pula diobati dengan salep acyclovir 3%
lima kali sehari selama 10 hari atau dengan acyclovir oral, 400 mg lima kali sehari selama 7
hari.3
Untuk ulkus kornea, debridmen kornea dapat dilakukan. Lebih jarang adalah
pemakaian vidarabine atau idoxuridine. Antivirus topical harus dipakai 7-10 hari.
Penggunaan kortikosteroid dikontraindikasikan, karena makin memperburuk infeksi herpes
simplex dan mengkonversi penyakit dari proses sembuh sendiri yang singkat menjadi infeksi
yang sangat panjang dan berat. 1,3
Epidemiologi
16
Semua benua dan kebanyakan pulau di dunia pernah mengalami epidemic besar
konjungtivitis konjungtivitis hemoregika akut ini. Pertama kali diketahui di Ghana dalam
tahun 1969. Konjungtivitis ini disebabkan oleh coxackie virus A24. Masa inkubasi virus ini
pendek (8-48 jam) dan berlangsung singkat (5-7 hari). 5
Mata terasa sakit, fotofobia, sensasi benda asing, banyak mengeluarkan air mata,
merah, edema palpebra, dan hemoragi subkonjungtival. Kadang-kadang terjadi kemosis.
Hemoragi subkonjungtiva umumnya difus, namun dapat berupa bintik-bintik pada awalnya,
dimulai di konjungtiva bulbi superior dan menyebar ke bawah. Kebanyaka pasien mengalami
limfadenopati preaurikuler, folikel konjungtiva, dan keratitis epithelial. Uveitis anterior
pernah dilaporkan, demam, malaise, mialgia, umum pada 25% kasus. 1,5
Penyebaran
Virus ini ditularkan melalui kontak erat dari orang ke orang dan oleh fomite seperti
sprei, alat-alat optic yang terkontaminasi, dan air. Penyembuhan terjadi dalam 5-7 hari
Terapi
Sensasi terbakar, bertahi mata berlendir, merah, dan fotofobia. Tepian palpebra
eritemosa, dan konjungtiva tampak putih seperti susu. Terdapat papilla halus, namun papilla
raksasa tidak berkembang seperti pada keratokonjungtivitis vernal, dan lebih sering terdapat
di tarsus inferior. Berbeda dengan papilla raksasa pada keratokonjungtivitis vernal, yang
terdapat di tarsus superior. Tanda-tanda kornea yang berat muncul pada perjalanan lanjut
penyakit setelah eksaserbasi konjungtivitis terjadi berulangkali. Timbul keratitis perifer
17
superficial yang diikuti dengan vaskularisasi. Pada kasus berat, seluruh kornea tampak kabur
dan bervaskularisasi, dan ketajaman penglihatan. 1,3
Biasanya ada riwayat alergi (demam jerami, asma, atau eczema) pada pasien atau
keluarganya. Kebanyakan pasien pernah menderita dermatitis atopic sejak bayi. Parut pada
lipatan-lipatan fleksura lipat siku dan pergelangan tangan dan lutut sering ditemukan. Seperti
dermatitisnya, keratokonjungtivitis atopic berlangsung berlarut-larut dan sering mengalami
eksaserbasi dan remisi. Seperti keratokonjungtivitis vernal, penyakit ini cenderung kurang
aktif bila pasien telah berusia 50 tahun. 3,4
Laboratorium
Kerokan konjungtiva menampakkan eosinofil, meski tidak sebanyak yang terlihat sebanyak
pada keratokonjungtivitis vernal. 1
Terapi
Terapi
Kasus ringan : terapi edukasi (menghindari allergen, kompres dingin, ruangan sejuk,
lubrikasi, salep mata), pemberian antihistamin (topical levokabastin, emestadine),
vasokonstriktor (phenileprine, tetrahidrolozine), mast cell stabilizer (cromolin sodium 4%
alomide)
Kasus sedang-berat : mast cell stabilizer (cromolin sodium 4% alomide), antiinflamasi
steroid topika (ketorolac 0,5%), kortikosteroid topical atau agen modulator siklosporin. Pada
pasien denga sheld ulcer bias diberikan sikloplegik yang agresif (atropine 1%, homatropin
5%, atau skopolamin 0,25%) dan antibiotic topikal
Dapat diberikan antihistamin sistemik.8
Asam, alkali, asap, angin, dan hamper setiap substansi iritan yangmasuk ke saccus
conjungtiva dapat menimbulkan konjungtivitis. Beberapa iritan umum adalah pupuk, sabun,
deodorant, spray rambut, tembakau, bahan-bahan make-up, dan berbagai asam dan alkali. Di
daerah tertentu,asbut (campuran asap dan kabut) menjadi penyebab utama konjungtivitis
kimia ringan. Iritan spesifik dalam asbut belum dapat ditetapkan secara positif, dan
pengobatannya non-spesifik. Tidak ada efek pada mata yang permanen, namun mata yang
terkena seringkali merah dan terasa mengganggu secara menahun. 1
Pada luka karena asam, asam itu mengubah sifat protein jaringan dan efek langsung.
Alkali tidak mengubah sifat protein dan cenderung cepat menyusup kedalam jaringan dan
menetap di dalam jaringan konjungtiva. Disini mereka terus menerus merusak selama
berjam-jam atau berhari-hari lamanya, tergantung konsentrasi molar alkali tersebut dan
jumlah yang masuk. Perlekatan antara konjungtiva bulbi dan palpebra dan leokoma kornea
lebih besar kemungkinan terjadi jika agen penyebabnya adalah alkali. Pada kejadian
manapun, gejala utama luka bahan kimia adalah sakit, pelebaran pembuluh darah, fotofobia,
dan blefarospasme. Riwayat kejadian pemicu biasanya dapat diungkapkan. 5,6
19
Pembilasan segera dan menyeluruh saccus conjungtivae dengan air atau larutan garam
sangat penting, dan setiap materi padat harus disingkirkan secara mekanik. Jangan memakai
antidotum kimiawi. Tindakan simtomatik umum adalah kompres dingin selama 20 menit
setiap jam, teteskan atropine 1% dua kali sehari, dan beri analgetika sistemik bila perlu.
Konjungtivitis bacterial dapat diobati dengan agen antibakteri yang cocok. Parut kornea
mungkin memerlukan transplantasi kornea, dan symblepharon mungkin memerlukan bedah
plastic terhadap konjungtiva. Luka bakar berat pada kojungtiva dan kornea prognosisnya
buruk meskipun dibedah. Namun jika pengobatan memadai dimulai segera, parut yang
terbentuk akan minim dan prognosisnya lebih baik. 4,6
DAFTAR PUSTAKA
20
1. American Academy of Opthalmology. External Disease and Cornea. Section 11. San
Fransisco: MD Association, 2005-2006
2. Ilyas DSM, Sidarta,. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta. 1998
3. Ilyas, H. Sidarta Prof. dr. SpM. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI; 2003, hal 2, 134.
4. James, Brus, dkk. Lecture Notes Oftalmologi. Erlangga. Jakarta. 2005
5. Putz, R. & Pabst R. Sobotta. Jilid 1. Edisi 21. Jakarta: EGC, 2000. hal 356.
6. PERDAMI,. Ilmu Penyakit Mata Untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran.
Jakarta. 2002
8. Wijaya N. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 1983
21