Lapkas Rhinitis
Lapkas Rhinitis
Rhinitis Akut
Pembimbing:
dr. Ratu Wulandari
Disusun oleh :
dr. Leony Nerry Sabatini Tambunan
FK Universitas Pelita Harapan
1.2 ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 10 Maret 2017 pukul
10.30
Keluhan Utama
Pilek sejak 1 hari yang lalu
2
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien menyangkal ada yang pernah mengalami hal serupa dan riwayat
penyakit tumor atau kanker. Namun ayah pasien memiliki riwayat hipertensi.
Status Generalis
Kepala : normosefali
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), pupil bulat isokor,
refleks cahaya (+/+)
THT : Telinga tidak ada kelainan. T/F tenang
Mulut : bibir pucat, lidah tidak kotor, mukosa dalam batas normal.
Leher : bentuk normal, massa (-), pembesaran kelenjar tiroid (-),
pembesaran kelenjar getah bening (-)
Thorax : bentuk simetris, tidak ada retraksi, pergerakan napas simetris
Jantung : iktus kordis tidak tampak, S1S2 regular, murmur (-), gallop (-)
Paru : sonor pada kedua lapangan paru, tactile fremitus simteris,
suara nafas vesikuler, rhonci (-/-), wheezing (-/-).
Abdomen : supel, BU (+), nyeri tekan (-), timpani
3
Ekstremitas: akral hangat, edema (-/-), CRT < 2 dtk.
Status Lokalis :
Nasal :
Cavum nasi bilateral : sekret (+) serosa dan berwarna bening, konka
membesar. Allergic crease (-), salute (-), shinner (-)
1.5 RESUME
Pasien datang dengan keluhan pilek sejak 1 hari lalu. Hidung berair dengan
konsistensi cair dan berwarna bening, bersin-bersin (+), hidung tersumbat (+) jika
pasien berbaring. Pasien juga menyatakan bahwa badannya terasa lemas dan sendi-
sendinya terasa tidak enak. Matanya sedikit berair dan terasa berat. Demam (+).
Pemeriksaan fisik yang ditemukan adalah sekret (+) serosa dan berwarna bening,
konka membesar pada cavum nasi bilateral.
1.6 DIAGNOSIS
Diagosa kerja :
Rhinitis akut ec viral
Diagnosa banding :
Rhinitis bakterial
Rhinitis alergi
1.7 PENATALAKSANAAN
Edukasi pasien untuk banyak istirahat
Paracetamol 3x500mg
Efedrin HCl 3x25mg
1.8 PROGNOSIS
o Quo ad vitam : ad bonam
4
o Quo ad functionam : ad bonam
o Quo ad sanationam : ad bonam
5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Rhinitis akut adalah peradangan pada mukosa hidung yang berlansung akut
(<12 minggu).1
2.2 ETIOLOGI
Rhinitis akut dapat disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, dan yang spesifik
adalah difteri.
2.4 PATOFISIOLOGI
Terjadinya infeksi ISPA dimulai saat virus masuk kedalam saluran
pernafasan atas, kemudian virus bereplika (membelah) pada sel epitel
kolumner bersilia (hidung, sinus, faring) menyebabkan radang pada tempat
tersebut. Peradangan itu merangsang pelepasan mediator histamin dalam
sekresi hidung sehingga permeabilitas vaskuler naik dan akibatnya terjadi
odema pada mukosa dan hidung menjadi tersumbat akibat akumulasi
mukus, dari kejadian itu menimbulkan masalah inefektif bersihan jalan
nafas.Perubahan yang terjadi adalah edema pada mukosa, infiltrat sel
mononuler yang menyertai, kemudian fungsional silia mengakibatkan
pembersihan mukus terganggu. Pada infeksi berat sampai sedang epitel
mengelupas, ada produksi mukus yang banyak sekali, mula-mula encer,
kemudian mengental dan biasanya purulen. Dapat juga ada keterlibatan
anatomis saluran nafas atas, masuk oklusi dan kelainan rongga sinus.2
6
rinore, dan bersin yang berulang-ulang. Pasien merasa dingin, dan
terdapat demam ringan. Pada infeksi bakteri ingus menjadi
mukopurulen, biasanya diikuti juga dengan gejala sistemik seperti
demam, malaise dan sakit kepala.
Rhinitis influenza: gejala sistemik umumnya lebih berat disertai
sakit pada otot.
Rhinitis iritan: gejala berupa ingus yang sangat banyak dan bersin.
Rhinitis difteria: gejala berupa demam, toksemia, terdapat
limfadenitis, dan mungkin ada paralisis otot pernafasan.
Pemeriksaan Fisik
2.7 TATALAKSANA
Rhinitis akut merupakan penyakit yang bisa sembuh sendiri secara spontan
setelah kurang lebih 1 - 2 minggu. Karena itu umumnya terapi yang
diberikan lebih bersifat simptomatik, seperti analgetik, antipiretik, dan nasal
dekongestan disertai dengan istirahat yang cukup. Terapi khusus tidak
diperlukan kecuali bila terdapat komplikasi seperti infeksi sekunder bakteri,
maka antibiotik perlu diberikan.1
7
Penatalaksanaan1,2 :
Istirahat yang cukup.
Mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat.
Antipiretik dapat diberikan parasetamol.
Dekongestan oral dapat mengurangi sekret hidung yang banyak,
membuat pasien merasa lebih nyaman, seperti pseudoefedrin,
fenilpropanolamin, atau fenilefrin.
Antibiotik diberikan jika terdapat infeksi bakteri, seperti amoxicillin,
eritromisin, cefadroxil.
Pada rhinitis difteri terapinya meliputi isolasi pasien, penisilin
sistemik, dan antitoksin difteri.
Selain itu untuk mencegah rhinitis dapat dilakukan kebiasaan cuci tangan
yang benar atau dengan konsumsi zinc.3
2.8 PROGNOSIS
Prognosis pada umumnya baik kecuali pada rhinitis difteri
8
DAFTAR PUSTAKA