Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN KASUS

Rhinitis Akut

Pembimbing:
dr. Ratu Wulandari

Disusun oleh :
dr. Leony Nerry Sabatini Tambunan
FK Universitas Pelita Harapan

PROGRAM DOKTER INTERNSIP


UPT PUSKESMAS KAMPUNG SAWAH - TANGERANG SELATAN
PERIODE 6 Februari 2017 - 4 Juni 2017
BAB I. LAPORAN KASUS

1.1 IDENTITAS PASIEN


Nama :N
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 53 tahun
Alamat : Sawah Lama
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Status : Menikah
No. Rekam Medis : 86*
Tanggal Masuk : 10 Maret 2017

1.2 ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 10 Maret 2017 pukul
10.30

Keluhan Utama
Pilek sejak 1 hari yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan pilek 1 hari yang lalu. Hidungnya berair dengan
konsistensi cair dan berwarna bening, bersin-bersin juga dirasakan pasien. Hidung
juga terasa tersumbat jika pasien berbaring. Selain itu, pasien juga menyatakan
bahwa badannya terasa lemas dan sendi-sendinya terasa tidak enak. Matanya
sedikit berair dan terasa berat. Demam dirasakan pasien mulai kemarin sore dan
saat malam pasien menggigil. Batuk dan mual disangkal pasien.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien pernah mengalami gejala serupa sebelumnya. Pasien menyatakan gejala ini
timbul setiap pasien mengalami aktivitas berat.

2
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien menyangkal ada yang pernah mengalami hal serupa dan riwayat
penyakit tumor atau kanker. Namun ayah pasien memiliki riwayat hipertensi.

Riwayat sosial ekonomi


Pasien tinggal bersama anak, menantu dan cucunya. Suami pasien sudah
meninggal 1 tahun lalu. Pasien termasuk ekonomi menengah ke bawah.
Riwayat Kebiasaan
Pasien menyangkal kebiasan merokok, minum alkohol, dan penggunaan
obat-obatan terlarang.

1.3 PEMERIKSAAN FISIK


Dilakukan pada tanggal 28 Febuari 2017
Keadaan Umum : Sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda – Tanda Vital :
- Nadi : 72 x/menit, kuat, regular, equal, isi cukup
- Pernafasan : 18 x/menit
- Suhu : 37,8C

Status Generalis
Kepala : normosefali
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), pupil bulat isokor,
refleks cahaya (+/+)
THT : Telinga tidak ada kelainan. T/F tenang
Mulut : bibir pucat, lidah tidak kotor, mukosa dalam batas normal.
Leher : bentuk normal, massa (-), pembesaran kelenjar tiroid (-),
pembesaran kelenjar getah bening (-)
Thorax : bentuk simetris, tidak ada retraksi, pergerakan napas simetris
Jantung : iktus kordis tidak tampak, S1S2 regular, murmur (-), gallop (-)
Paru : sonor pada kedua lapangan paru, tactile fremitus simteris,
suara nafas vesikuler, rhonci (-/-), wheezing (-/-).
Abdomen : supel, BU (+), nyeri tekan (-), timpani

3
Ekstremitas: akral hangat, edema (-/-), CRT < 2 dtk.

Status Lokalis :
Nasal :
Cavum nasi bilateral : sekret (+) serosa dan berwarna bening, konka
membesar. Allergic crease (-), salute (-), shinner (-)

1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Tidak diperlukan

1.5 RESUME
Pasien datang dengan keluhan pilek sejak 1 hari lalu. Hidung berair dengan
konsistensi cair dan berwarna bening, bersin-bersin (+), hidung tersumbat (+) jika
pasien berbaring. Pasien juga menyatakan bahwa badannya terasa lemas dan sendi-
sendinya terasa tidak enak. Matanya sedikit berair dan terasa berat. Demam (+).
Pemeriksaan fisik yang ditemukan adalah sekret (+) serosa dan berwarna bening,
konka membesar pada cavum nasi bilateral.

1.6 DIAGNOSIS

Diagosa kerja :
 Rhinitis akut ec viral
Diagnosa banding :
 Rhinitis bakterial
 Rhinitis alergi

1.7 PENATALAKSANAAN
Edukasi pasien untuk banyak istirahat
Paracetamol 3x500mg
Efedrin HCl 3x25mg

1.8 PROGNOSIS
o Quo ad vitam : ad bonam

4
o Quo ad functionam : ad bonam
o Quo ad sanationam : ad bonam

5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Rhinitis akut adalah peradangan pada mukosa hidung yang berlansung akut
(<12 minggu).1

2.2 ETIOLOGI
Rhinitis akut dapat disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, dan yang spesifik
adalah difteri.

2.4 PATOFISIOLOGI
Terjadinya infeksi ISPA dimulai saat virus masuk kedalam saluran
pernafasan atas, kemudian virus bereplika (membelah) pada sel epitel
kolumner bersilia (hidung, sinus, faring) menyebabkan radang pada tempat
tersebut. Peradangan itu merangsang pelepasan mediator histamin dalam
sekresi hidung sehingga permeabilitas vaskuler naik dan akibatnya terjadi
odema pada mukosa dan hidung menjadi tersumbat akibat akumulasi
mukus, dari kejadian itu menimbulkan masalah inefektif bersihan jalan
nafas.Perubahan yang terjadi adalah edema pada mukosa, infiltrat sel
mononuler yang menyertai, kemudian fungsional silia mengakibatkan
pembersihan mukus terganggu. Pada infeksi berat sampai sedang epitel
mengelupas, ada produksi mukus yang banyak sekali, mula-mula encer,
kemudian mengental dan biasanya purulen. Dapat juga ada keterlibatan
anatomis saluran nafas atas, masuk oklusi dan kelainan rongga sinus.2

2.5 TANDA DAN GEJALA1


Pasien datang dengan keluhan keluar ingus dari hidung (rinorea), hidung
tersumbat disertai rasa panas dan gatal pada hidung.

 Rhinitis simpleks: gejala berupa rasa panas di daerah belakang


hidung pada awalnya, lalu segera diikuti dengan hidung tersumbat,

6
rinore, dan bersin yang berulang-ulang. Pasien merasa dingin, dan
terdapat demam ringan. Pada infeksi bakteri ingus menjadi
mukopurulen, biasanya diikuti juga dengan gejala sistemik seperti
demam, malaise dan sakit kepala.
 Rhinitis influenza: gejala sistemik umumnya lebih berat disertai
sakit pada otot.
 Rhinitis iritan: gejala berupa ingus yang sangat banyak dan bersin.
 Rhinitis difteria: gejala berupa demam, toksemia, terdapat
limfadenitis, dan mungkin ada paralisis otot pernafasan.

Pemeriksaan Fisik

 Dapat ditemukan adanya demam.


 Pada pemeriksaan rinoskopi anterior tampak kavum nasi sempit,
terdapat sekret serous atau mukopurulen dan mukosa udem dan
hiperemis.
 Pada rhinitis difteri tampak ada ingus yang bercampur darah.
Membran keabu-abuan tampak menutup konka inferior dan kavum
nasi bagian bawah, membrannya lengket dan bila diangkat dapat
terjadi perdarahan.

2.6 DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING


Diagnosis rhinitis ditegakkan dengan anamnesa dan pemeriksaan fisik
sesuai tanda dan gejala. Pemeriksaan penunjang tidak diperlukan.

2.7 TATALAKSANA
Rhinitis akut merupakan penyakit yang bisa sembuh sendiri secara spontan
setelah kurang lebih 1 - 2 minggu. Karena itu umumnya terapi yang
diberikan lebih bersifat simptomatik, seperti analgetik, antipiretik, dan nasal
dekongestan disertai dengan istirahat yang cukup. Terapi khusus tidak
diperlukan kecuali bila terdapat komplikasi seperti infeksi sekunder bakteri,
maka antibiotik perlu diberikan.1

7
Penatalaksanaan1,2 :
 Istirahat yang cukup.
 Mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat.
 Antipiretik dapat diberikan parasetamol.
 Dekongestan oral dapat mengurangi sekret hidung yang banyak,
membuat pasien merasa lebih nyaman, seperti pseudoefedrin,
fenilpropanolamin, atau fenilefrin.
 Antibiotik diberikan jika terdapat infeksi bakteri, seperti amoxicillin,
eritromisin, cefadroxil.
 Pada rhinitis difteri terapinya meliputi isolasi pasien, penisilin
sistemik, dan antitoksin difteri.
Selain itu untuk mencegah rhinitis dapat dilakukan kebiasaan cuci tangan
yang benar atau dengan konsumsi zinc.3

2.8 PROGNOSIS
Prognosis pada umumnya baik kecuali pada rhinitis difteri

8
DAFTAR PUSTAKA

1. PermenkesRI-5. Panduan praktis klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan


kesehatan primer. Jakarta: 2014; 229-303.
2. Bosch AATM, Biesbroek G, Trzcinski K, Sanders EAM, Bogaert D.
Viral and bacterial interactions in the upper respiratory tract. PLoS.
2013; 9(1): e1003057.
3. Allan GM, Arrol B. Prevention and treatment of the common cold:
making sense of the evidence. Canadian Medical Association Journal.
Feb 2014; 186(3): 190-199.

Anda mungkin juga menyukai