Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN KASUS

Osteoartritis

Pembimbing:
dr. Ratu Wulandari

Disusun oleh :
dr. Crystalia Suliarta
FK Universitas Pelita Harapan

PROGRAM DOKTER INTERNSIP


UPT PUSKESMAS KAMPUNG SAWAH-TANGERANG SELATAN
PERIODE 6 Februari 2017- 4 Juni 2017

BAB I. LAPORAN KASUS

1.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : Bp. P
Umur : 64 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Sawah Baru
Pekerjaan : Pensiun
Status : Menikah
Agama : Islam
1.2 ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 10 Maret 2017
pukul 10.00

Keluhan utama
Nyeri pada lutut kiri sejak 1 tahun lalu

Riwayat penyakit sekarang


Pasien datang dengan keluhan nyeri pada lutut kirinya. Nyeri dirasakan
pasien sejak 1 tahun lalu. Namun, semakin parah sekitar 2 bulan lalu. Nyeri
timbul secara terus menerus dan mempunyai karakter dalam sampai ke
tulang dan seperti ditusuk-tusuk. Terkadang nyeri menyebar sampai ke paha
dan betis. Hal yang membuat nyeri semakin sakit adalah saat pasien
melakukan aktivitas terutama saat berjalan dan naik tangga. Pasien juga
mengatakan nyeri bertambah saat pasien sholat. Nyeri akan berkurang saat
pasien tidak melakukan aktivitas. Tingkat nyeri pasien adalah 6/10. Pasien
masih bisa jalan, tetapi sudah tidak mampu untuk naik tangga. Pasien juga
mengatakan adanya kaku saat bangun tidur. Namun, setelah digerakan
beberapa kali kakunya menghilang. Pasien juga mengatakan lututnya tidak
bisa ditekuk maksimal. Untuk menghilangkan nyeri pasien sudah pernah
berobat ke puskesmas dan di beri obat anti nyeri, tetapi setelah berhenti
minum obat, nyeri timbul kembali. Pasien menyangkal adanya demam.
Tidak ada keluhan tambahan lain. Pasien tidak mempunyai riwayat diabetes
dan hipertensi.

Riwayat penyakit dahulu


Pasien mengatakan bahwa pasien pernah terjatuh dari motor 2 bulan yang
lalu. Pada saat itu lutut pasien membengkak dan memar. Hal ini membuat
nyeri lututnya semakin parah. Upaya yang dilakukan pasien untuk
mengurangi nyerinya adalah pergi ke tukang urut. Pasien tidak pernah
mempunyai keluhan seperti ini sebelumnya. Pasien menyangkal adanya
riwayat kolestrol, asma, dan asam urat. Pasien tidak pernah dirawat di rumah
sakit dan melakukan operasi sebelumnya.

2
Riwayat keluarga
Pasien menyangkal adanya penyakit kronis seperti TB, diabetes dan
hipertensi dalam keluarganya. Pasien juga mengatakan tidak ada yang
mempunyai keluhan sama seperti pasien.

Riwayat sosial ekonomi


Dulunya pasien bekerja sebagai buruh yang mengharuskan pasien untuk
mengangkat berat dan berjalan jauh. Pasien sudah bekerja menjadi buruh
serabutan sejak muda, tetapi pasien lupa tepatnya. Pasien pernah merokok
sejak muda 1 bungkus per hari dan sudah berhenti sejak 8 bulan lalu. Pasien
juga pernah minum alkohol tetapi jarang dan sekarang sudah tidak
mengkonsumsi alkohol lagi. Konsumsi makanan yang biasa dimakan pasien
hanya sayur dan sedikit daging. Pasien mengatakan bahwa ia menghindari
kacang-kacangan, emping, dan ayam potong.

Riwayat Kebiasaan
Pasien menyangkal kebiasan merokok, minum alkohol, dan penggunaan
obat-obatan terlarang.

1.3 PEMERIKSAAN FISIK


Dilakukan pada tanggal 27 Februari 2017.
Keadaan Umum : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda – Tanda Vital :
- Tekanan Darah : 120/80 mmHg
- Nadi : 80 x/menit, kuat, regular, equal, isi cukup
- Pernafasan : 20 x/menit
- Suhu : 36,7C
Berat badan : 67 kg
Tinggi badan : 170 cm
IMT : 23,2 (normal)

Status Generalis
Kepala : normosefali

Mata : konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), pupil bulat isokor,

refleks cahaya (+/+), mata cekung (-)

THT : Telinga tidak ada sekret dan tidak ada nyeri tekan. Nafas

3
cuping hidung (-), sekret (-). T/F tenang.

Mulut : bibir pucat, lidah tidak kotor, mukosa dalam batas normal.

Leher : bentuk normal, massa (-), pembesaran kelenjar tiroid (-),

pembesaran kelenjar getah bening (-)

Thorax : bentuk simetris, tidak ada retraksi, pergerakan napas simetris

Jantung : iktus kordis tidak tampak, S1S2 regular, murmur (-), gallop (-)

Paru : sonor pada kedua lapangan paru, tactile fremitus simteris,

suara nafas vesikuler, rhonci (-/-), wheezing (-/-).

Abdomen : supel, BU (+), nyeri tekan (-), timpani

Ekstremitas: akral hangat, edema (-/-), CRT < 2 dtk.

Status Lokalis :
Regio genu sinistra
Look : terdapat massa pada lutut kiri, kemerahan (-)
Feel : terdapat nyeri tekan pada lutut kiri, panas (-). Atrofi (-)
Move : fleksi berkurang, crepitus +

1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah X-Ray genu sinistra.
Pemeriksaan laboratorium yang sebaiknya dilakukan untuk menghilangkan
diagnosa banding adalah pemeriksaan asam urat, serum kalsium dan
Rheumatoid factor. Hasil yang diharapkan adalah asam urat dalam batas
normal dan Rheumatoid factor negatif.
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah arthrocentesis. Hasil yang
diharapkan adalah tidak adanya innflamasi, tidak ada infeksi pyogen, dan
tidak ada kristal.

1.5 RESUME
Seorang pasien berumur 64 tahun datang dengan keluhan nyeri pada lutut
kaki sejak 1 tahun lalu yang bertambah parah sejak 2 bulan lalu. Nyeri yang
dirasakan terus menerus dan mempunyai karakteristik seperti ditusuk-tusuk.
Nyeri juga menyebar ke paha dan betis. Faktor yang memperburuk adalah

4
aktivitas seperti berjalan dan naik tangga. Nyeri akan berkurang saat pasien
beristirahat. Terdapat “morning stiffness” yang hanya berlangsung beberapa
menit. Sebelumnya pasien pernah terjatuh dari motor 2 bulan lalu yang
membuat lutut pasien semakin sakit. Pemeriksaan fisik yang ditemukan
adalah adanya massa, nyeri tekan, pegurangan rentang gerak dan crepitus
pada lutut kirinya.

1.6 DIAGNOSA
Diagosa kerja :
 Osteoartritis genu sinistra

Diagnosa Banding :
 Gout
 Bursitis
 Septic arthritis
 Rheumatoid arthritis

1.7 TATALAKSANA
Asam mefenamat 3x500mg
Edukasi : mengurangi berat badan dan tidak banyak melakukan aktivitas
yang melibatkan lutut kiri. Hot and cold therapy yaitu dengan mengompres
lutut dengan air hangat saat lutut kaku dan air dingin saat lutut kemerahan
dan terasa panas.

1.8 PROGNOSIS
 Quo ad vitam : ad bonam
 Quo ad functionam : ad bonam
 Quo ad sanationam : ad bonam

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

5
2.1 DEFINISI
Osteoarthritis (OA) adalah penyakit degeneratif yang terjadi pada 1 atau
lebih sendi, yang ditandai dengan adanya perubahan pada tulang rawan.
Karakteristik dari osteoarthritis adalah degenerasi yang progresif dari
kartilago, hipertrofi, remodeling tulang subchondral, dan inflamasi sekunder
dari membran sinovial. Ciri lainnya, osteoarthritis terjadi secara lokal dan
tidak menimbulkan efek sistemik.1

2.2 EPIDEMIOLOGI
Beberapa studi mengatakan bahwa ada 6% orang deasa diatas umur 30 yang
sudah terdiagnosa OA dan 13% pada orang usia 60 tahun atau lebih. OA
tidak hanya menyerang sendi lutut, tetapi dibuktikan juga bahwa OA dapat
menyerang sendi tangan seperti sendi distal (DIP) dan proximal (PIP)
interphalanges. Seiring dengan bertambahnya kasus obesitas setiap
tahunnya, CDC memprediksi jumlah kasus OA pada tahun 2020 akan
meningkat dua kali lipat.1

2.3 ETIOLOGI
OA primer adalah proses degeneratif normal dari tulang rawan. Namun ada
beberapa hal yang dapat menjadi faktor resiko. Faktor resikonya adalah
penggunaan sendi yang berlebihan, umur, obesitas, dan genetik. Penggunaan
sendi yang berlebihan mempercepat proses degeratif. Umur menentukan
beratnya OA karena penurunan kekuatan proteoglikan dan kolagen pada
kartilago sendi. Obesitas memperburuk proses degeneratif tersebut karena
adanya tekanan besar pada sendi, khususnya pada sendi lutut. Genetik
berperan dalam kekuatan dan jumlah dari struktur yang berperan dalam OA
itu sendiri.1
OA sekunder lebih banyak terjadi dibandingkan OA primer. Banyak cedera
atau trauma yang dapat menyebabkan lesi degeneratif muncul yang
kemudian dapat berkembang secara progresif menjadi OA sekunder. Adapun
kondisi yang dapat menginisiasi OA yaitu,
 Kelainan kongenital sendi (dislokasi tulang panggul kongenital,
clubfeet)
 Infeksi sendi (TB sendi, pyogenic arthritis)

6
 Kelainan inflamasi non-spesifik (RA, ankylosing spondylitis)
 Artritis metabolik (gout, pseudogout, ochronosis)
 Hemartrosis berulang (hemofilia)
 Trauma (fraktur intra-artikular, robekan meniscus, microtrauma)
 Kelainan posisi sendi yang didapat (avascular necrosis)
 Deformitas extraartikular (genu varum, genu valgum)
 Instabilitas sendi (robekan ligamen, subluksasi)
 Iatrogenik (kompresi terus menerus dari permukaan sendi selama terapi
ortopedik)

Patofisiologi

Patofisiologi OA disebut juga dengan “wear and tear phenomenon” karena


ditandai dengan banyaknya aktivitas selular dan metabolik yang terjadi pada
sendi. Gesekan yang berlebihan pada permukaan kartilago mengaktivasi
kondrosit untuk membelah. Pembelahan kondrosit yang berlebihan
membuat kondrosit terbagi menjadi kelompok-kelompok. Kelompok
kondrosit ini mengaktivasi sintesis proteoglikan dan kolagen pada kecepatan
tinggi. Namun proteoglikan dan kolagen yang dihasilkan dirusak oleh enzim
chatepsin atau lysosomal protease dan neutral metalloproteinase. Hal ini
menyebabkan kartilago tetap tidak terlindungi dan kerusakan teteap terjadi.
Pada OA kronik dapat ditemukan osteophyte. Osteophyte terjadi karena

7
adanya proliferasi kondrosit ke arah perifer karena pada bagian sentral
gesekan terus terjadi, sehingga kondrosit mengalami osifikasi dibagian
perifer.1

2.4 TANDA DAN GEJALA


Pada OA dapat ditemukan gejala berupa2 :
 Nyeri yang terasa dalam dan menusuk, biasanya timbul setelah
penggunaan sendi yang lama
 Terdapat crepitus dan penurunan rentang gerak
 Kaku setelah istirahat panjang atau “morning sttiffness” yang
berlangsung kurang dari 30 menit

2.5 DIAGNOSIS
Roentgen polos menunjukkan adanya penyempitan celah sinovial,
deformitas, subchondral sclerosis, dan osteophyte pada OA kronik.1

2.6 TATALAKSANA
Non-famakologi3 :
 Edukasi
 Hot and cold therapy
 Penurunan berat badan
 Olahraga : olahraga yang dianjurkan adalah berjalan, bersepeda,
berenang atau olahraga air lainnya. Namun yang paling dianjurkan
adalah berenang karena berenang tidak memusatkan beban pada sendi.
 Fisioterapi3 : isolasi lutut untuk menyusun kembali alignment utut ke
lokasi yang benar. Terapi ke-2 adalah memasang brace pada lutut untuk

8
membantu meringankan beban yang diberikan terhadap lutut dan
mengurangi rasa nyeri. Hal lain yang dapat dilakukan adalah terapi
manual, yaitu dengan melakukan gerakan pasif berulang dengan
amplitudo yang besar secara lambat dan melakukan gerakan pasif
berulang dengan amplitudo yang kecil scara cepat. Terapi manual ini
dapat meningkatkan kekuatan otot agar tetap berfungsi.
Farmakologi5 : hanya untuk menghilangkan nyeri
 Analgesik oral : acetaminophen, NSAIDs, atau opiat
 Capsaicin topikal
 Injeksi intra-aurikular dan corticosteroid dipertimbangkan
Tindakan operasi1,3
 Osteotomy : memperbaiki alignment sendi
 Arthroplasty : rekonstruksi sendi
 Arthrodesis : penggabungan 2 tulang
 Soft tissue operation : eksisi membran sinovial, biasanya dilakukan
bersamaan dengan arthroplasty
 Transplantation of partial joints : transplantasi kartilago untuk post-
traumatic arthritis

DAFTAR PUSTAKA

1. Sinkov V, Cymet T . Osteoarthritis : understanding the pathophysiology,


genetics, and treatments. Journal of The National Medical Association.
2003; 95 (6): 475-482.
2. PermenkesRI-5. Panduan praktis klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan
primer. Jakarta: 2014; 224-226.
3. Hunter DJ, Eckstein F. Exercise and Osteoarthritis. Journal of Anatomy.
2009; 214 (2): 197-207.

9
4. Page CJ, Hinman RS, Bennell KL. Physiotherapy Management of Knee
Osteoarthritis. International Journal of Rheumatoid Diseases. 2011; 14 (2):
145-151.
5. Kennedy S, Moran M. Pharmacological Treatment of Osteoarthritis of the
Hip and Knee. BC Medical Journal. 2010; 52 (8). 404-409.

10

Anda mungkin juga menyukai