Anda di halaman 1dari 26

DAFTAR ISI

A. PENDAHULUAN............................................................................... 3

B. DESKRIPSI PERJALANAN...................................................................... 5

I. ARTI PENTING................................................................................ 5

II. DESKRIPSI DESA TAPOS II.............................................................. 5

III. DESKRIPSI TEMPAT TINGGAL........................................................ 7

IV. DESKRIPSI KEGIATAN..................................................................... 14

C. PENUTUP............................................................................................. 22

I. SIMPULAN.....................................................................................22

II. SARAN............................................................................................23

A. PENDAHULUAN

Pendidikan adalah satu usaha yang bersifat sadar tujuan, dengan sistematis terarah
pada perubahan tingkah laku anak didik. Pengertian pendidikan menurut Ki Hajar
Dewantara merupakan proses pembudayaan yakni suatu usaha memberikan nilai-nilai
luhur kepada generasi baru dalam masyarakat yang tidak hanya bersifat pemeliharaan
tetapi juga dengan maksud memajukan serta memperkembangkan kebudayaan
menuju ke arah keluhuran hidup kemanusiaan. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan
adalah satu usaha yang mengarah pada perubahan tingkah laku anak didik dan
memberikan nilai-nilai luhur yang bersifat pemeliharaan tetapi memajukan dan
memperkembangkan kebudayaan hidup kemanusiaan.

Pendidikan selalu dikaitkan dengan sekolah. Sekolah adalah tempat pendidikan


bagi anak-anak. Tujuan sekolah adalah mengajarkan anak-anak untuk menjadi anak
yang mampu memajukan bangsanya. Kegiatan belajar-mengajar tidak hanya
dilakukan di dalam sekolah atau gedung, namun dapat juga dilakukan di luar sekolah.
Pendidikan yang ditempuh di luar sekolah dapat dilakukan melalui kegiatan
berinteraksi secara langsung. Kegiatan interaksi menurut para ahli adalah suatu jenis
tindakan yang terjadi ketika dua atau lebih objek mempengaruhi atau
memiliki efek satu sama lain. Ide efek dua arah ini penting dalam konsep interaksi,
sebagai lawan dari hubungan satu arah pada sebab akibat.
Sekolah Daar En Nisa mengadakan kegiatan di luar sekolah yang disebut kegiatan
“live in”. Kegiatan ini berlokasi di Kampung Tapos Babakan Rt 01/Rw 07 Desa Tapos
2 Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor. Sekolah telah bekerja sama dengan Ketua
Rt dan penduduk yang akan dikunjungi oleh siswi. Jika siswi tidak mengikuti
kegiatan live in ini maka siswi tersebut tidak akan naik kelas. Dengan kata lain
kegiatan ini merupakan syarat kenaikan kelas.

Live in merupakan suatu kegiatan dalam bentuk tinggal dan hidup bersama
masyarakat yang akan dikunjungi untuk beberapa hari atau jam agar siswa dapat
menjalani dan belajar memahami situasi masyarakat dan lingkungan sekitar. Dengan
kata lain kegiatan live in adalah kegiatan di mana kami memraktikan teori sosialisasi
yang kami dapat secara langsung dengan warga. Dalam kegiatan ini siswi dituntut
untuk dapat beriteraksi secara langsung dan sopan dengan keluarga yang
dikunjunginya. Tidak hanya sekedar mengunjungi, siswa juga dituntut untuk
membantu kegiatan rumah tangga seperti bersih-bersih, mencuci, dan memasak.
Melalui kegiatan tersebut diharapkan mampu melatih siswi agar menjadi wanita yang
kelak mampu menjadi ibu rumah tangga yang baik.

Tidak ada kegiatan yang dilaksanakan tanpa adanya tujuan. Tujuan


diadakannya live in adalah pembentukan karakter terhadap siswa menjadi yang lebih
baik dan semakin baik. Selain itu, memberikan sarana kepada siswa untuk bersyukur
atas apa yang telah diberikan oleh Allah swt, sarana kepada siswi untuk menjalani
hidup bersama masyarakat dan memberikan kesempatan untuk belajar peduli dengan
orang lain dalam aktifitas keseharian masyarakat tersebut.

Kegiatan live in ini sangat baik jika sudah diterapkan di SMP. Karena
pembentukan karakter manusia akan lebih sulit jika dilakukan saat siswa sudah
beranjak dewasa. Banyak sekali manfaat-manfaat positif yang didapatkan dalam
kegiatan ini. Manfaat kegiatan live in ini adalah siswa dapat merasakan kekeluargaan,
belajar mamaknai cara hidup bermasyarakat, keharmonisan kebersamaan, dan
menghargai perjuangan para orang tua yang telah menyediakan segala fasilitas yang
telah diberikan untuk siswa itu sendiri. Yang terutama adalah mendapatkan suasana
baru yang belum pernah dirasakan oleh siswa dan mendapat pelajaran untuk bisa
mandiri dalam kesederhanaan, kejujuran, kebersamaan masyarakat dapat
menginspirasi siswa setelah diadakannya live in ini.

Dengan adanya kegiatan live in ini, kami akan berusaha untuk merubah sikap kami
yang negatif menjadi positif yang sesuai dari hasil kegiatan live in. Saya berharap
dengan adanya kegiatan live in ini siswa dapat merasakan hidup kesederhanaan,
kejujuran, dan kebersamaan antara siswa dan masyarakat yang akan dikunjungi.
Selain itu, dapat menghargai dan bersyukur kepada Allah swt dan para orang tua siswa.
B. DESKRIPSI PERJALANAN

I. ARTI PENTING

Menghargai perbedaan adalah kalimat yang tepat untuk mendeskripsikan tema


kegiatan live in SMA & SMP Daar En Nisa yang diadakan pada 13-14 Mei 2015
diKampung Tapos Babakan Rt 01/Rw 07 Desa Tapos II, Kecamatan Tenjolaya,
Kabupaten Bogor. Desa Tapos II terletak di Jalan Raya Cinangneng, Bogor Barat
(Gambar 1). Program ini diikuti oleh siswi SMA dan SMP Daar En Nisa. Berbagai
kegiatan yang diikuti oleh siswa bersama warga setempat selama program berlangsung
meliputi kegiatan sehari-hari seperti memasak, bersih-bersih, dan mewawancarai
warga setempat.

II. DESKRIPSI DESA TAPOS II

Secara geografis, Desa Tapos 2 adalah merupakan wilayah pergunungan atau


daratan dengan ketinggian 300 meter di bawah permukaan laut. Desa Tapos II terdiri
dari persawahan, penanaman bibit buah-buahan dan perkebunan oleh 2 mata air yaitu
mata air Ciangsana dan mata air Cibitung. Jumlah penduduk Desa Tapos II sampai
dengan akhir tahun 2014 sebesar 9091 jiwa dengan kepadatan rata-rata 361
jiwa/km2salah satunya Ibu Juju (Gambar 2).

Penduduk desa Tapos 2 mayoritas sebagai pemeluk dan pengamal agama Islam,
hal itu tercermin dalam kehidupan sehari-hari yang agamis. Kehidupan agamis
masyarakat bukan hanya tercermin dari kegiatan ibadah sholat lima waktu,
pelaksanaan puasa dan ibadah zakat saja, akan tetapi tercermin dari sikap saling tolong
menolong di antara warga masyarakat dan terciptanya kerukunan dalam kehidupan
sebagai bentuk kesalehan sosial. Sarana ibadah, terdapat 4 Masjid, 15 Musolah, tempat
mengaji anak-anak dan terdapat 7 kelompok pengajian (Gambar 3).

Budaya yang masih terpelihara dengan baik dalam kehidupan masyarakat di Desa
Tapos 2 yaitu diantaranya Hajat Buyut, Hajat Cara, Bubur Sura, Maulid Nabi, dan
budaya gotong royong dalam membangun sarana umum dan membangun rumah
(Gambar 4).
III. DESKRIPSI TEMPAT TINGGAL

Rumah Ibu Juju terletak di Kampung Tapos Babakan Rt 01/Rw 07 Desa Tapos II,
Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor (Gambar 5). Beliau menikah dengan seorang
suami yang berusia 60 tahun. Ibu Juju berusia 45 tahun. Mereka memiliki 5 anak
namun 3 telah menikah dan memiliki 3 cucu. Untuk anak ke 4 berumur 15 tahun yang
bernama Dedeh Hidayat dan anak yang terakhir bernama Rika yang berusia 4 tahun
(Gambar 6).

Selama ini Ibu Juju dan sang suami tidak sekolah dan Ibu Juju bekerja sebagai
penjual sayur dan sang suami yang buruh petani (Gambar 7). Ibu Juju memilih
menjadi penjual sayur karena modalnya hanya sedikit sedangkan pekerjaan lain
membutuhkan modal yang sangat besar. Ibu Juju biasanya belanja di pasar
menggunakan angkutan umum dan ongkosnya hanya Rp.2.000,00,-. Beliau
mendapatkan pendapatan antara Rp. 200.000,00,- sampai Rp. 500.000,00,-. Untuk
menyeimbang pendapatan dengan pengeluaran dengan cara pendekatan penawaran.
Maksudnya tingkat keseimbangan pendapatan nasional dapat dicari melalui
pendekatan. Dan solusi untuk menyeimbangkannya beliau tidak dapat menjawabnya.

Hubungan interaksi Ibu Juju dengan keluarga sangat baik dan komunikasi lancar
baik berkomunikasi dengan keluarga maupun warga (Gambar 8). Untuk komunikasi
ada bantuan alat komunikasi seperti handphone namun yang satu dibawa anaknya dan
satunya lagi rusak. Konflik di keluarga Ibu Juju tidak pernah terjadi dikarenakan sang
suami pendiam di kampung. Dan konflik antara warga tidak pernah terjadi namun ada
calon warga yang ingin tinggal di Desa Tapos II tetapi ia beragama kristen dan warga
Desa Tapos II demo untuk mengusir warga tersebut mungkin karena agama islam
mereka kental, sehingga tidak ada seorang pun yang beragama kristen. Dan cara untuk
menyelesaikan masalah beliau tidak memiliki konflik sehingga tidak tahu
menyelesaikan masalahnya.

Untuk menjalankan kerjasama antara keluarga dalam memerlukan kebutuhan


sehari-hari adalah saling berhemat seperti mati lampu jika tidak digunakan dan jarang
sekali menonton televisi walaupun memilikinya. Dan kerjasama dengan masyarakat
untuk membangun desa yang lebih dengan cara saling membantu seperti kerja bakti
dan gotong royong (Gambar 9).

Ibu Juju selalu mengikuti qasidahan setiap hari Jumat bersama penduduk lainnya.
Saat saya dan Rahma mendengarkan qasidahan Ibu Juju suaranya sangat merdu sekali
dan dalam setiap kegiatan beliau selalu qasidahan.
Dalam aspek agama Islam dan budi pekerti dapat disimpulkan bahwa Ibu Juju
sering melakukan hal-hal yang positif seperti sholat dhuha, shalat berjamaah karena
ada pelanggan yang ingin belanja ke warungnya (Tabel 1). Ibu Juju selalu menunaikan
sholat fardhu namun untuk sholat ashar dan dzuhur mungkin tidak tepat waktu karena
ada pelanggan yang ingin berbelanja. Beliau selalu berbuat baik dan bekerja keras
dalam setiap aktifitasnya.

Dalam aspek Sosial dapat disimpulkan bahwa Ibu Juju sering membantu
masyarakat yang membutuhkan namun jika dalam kekurangan Ibu Juju tidak dapat
membantu masyarakat tersebut seperti kerja bakti dan bakti social (Tabel 2). Ibu Juju
dan sekeluarga selalu melakukan pertemuan baik dengan warga maupun keluarga.
Selalu mengingatkan sholat dan mengikuti pengajian setiap hari Jumat. Beliau sering
melakukan komunikasi langsung dan tidak langsung ke anggota keluarga, kerja bakti,
pertemuan, mengingatkan dalam berbudaya sunda dan sering sekali untuk diskusi
antara warga. Dalam aspek bahasa Indonesia dapat disimpulkan bahwa keluarga Ibu
Juju menggunakan bahasa Ibu untuk B1 dan B2 untuk Bahasa Sunda (Tabel 3). Untuk
berkomunikasi dengan keluarganya menggunakan bahasa Sunda. Untuk kata-kata
yang bermakna negatif di antaranya gila dan bego menurut yang saya dengar dan amati
(Tabel 4). Kata-kata yang bermakna negatif dikatakan oleh Rika seorang anak
berumur 4 tahun yaitu anak dari Ibu Juju.

Pada 18.30 WIB, saya dan Rahma mengajarkan Indri yaitu cucu dari Ibu Juju
yang sudah melewati Iqra 1 dan 2. Sekarang saya dan Rahma akan mengajarkan
mengaji yaitu Iqra 3 halaman 16 sampai 17. Kemampuan membaca tajwid saya beri
C karena salahnya kurang dari 12. Kelancaran D karena masih terbata-bata saat
membaca Iqra. Ketelitian B karena Indri kurang teliti. Makhraj D karena kesalahan
lebih dari 10 (Tabel 5). Kesimpulannya masih kurang dalam kelancarannya dan
mahkraj. Ibu Juju dalam kemampuan membaca Al-quran cukup baik, saya dan
Rahma memang tidak mengajarkan kepada beliau, namun beliau sering
melantunkan ayat suci Al-quran.

Saat keluarga Ibu Juju menghadapi kesulitan maka Ibu Juju menghadapi dengan
ikhlas dan sabar, dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam yang saya dapatkan di
sekolah adalah ikhlas dan sabar adalah perilaku baik yang Rasul terapka dalam
kehidupannya. Kebiasaan baik dari Ibu Juju yaitu qasidahan dalam kegiatan, mengaji
setiap hari Jumat, dan selalu sholat hajat setelah sholat isya. Kebiasaan buruk yang
menjadi pelajaran buat saya dan Rahma adalah beliau tidak mencuci atau memilih
bahan-bahan berstandar untuk dijual. Selain itu, merendamkan baju yang cukup lama
mungkin berhari-hari sehingga dihinggapi lalat yang cukup banyak (Gambar 10).
Pendapat saya jika suatu saat nanti saya tinggal di daerah pendesaan yang jauh
dari kota pasti ada keuntungan dan kerugian. Untuk keuntungan tinggal di daerah
pedesaan yang jauh dari kota adalah suasana desa lebih alami, budaya dan agama lebih
kental (Gambar 11). Untuk kerugian tinggal di pedesaan yang jauh dari perkotaan
adalah tingkat kriminal lebih tinggi dan kurang aman dan terlalu banyak polusi yang
tidak baik bagi tubuh (Gambar 12).

IV. DESKRIPSI KEGIATAN

- KEGIATAN HARI PERTAMA

Sesampainya di Kampung Tapos Babakan Rt 01/Rw 07 Desa Tapos II, Kecamatan


Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Kami disambut dengan baik dan ramah oleh Ketua Rt
dan warga setempat. Kemudian kami beristirahat di rumah putri Ketua Rt (Gambar
13). Sambil beberapa ada yang istirahat. Selanjutnya, kami diberi makan siang dengan
menu Nasi Bakar (Gambar 14). Setelah itu kami sholat dzhuhur berjamaah yang
dipimpin oleh Ibu Ratna dan sehabis itu kami dikumpulkan di halaman rumah Ketua
Rt sebagai pembukaan dan penyerahan murid Daar En Nisa kepada warga. Setelah
diberi pengarahan oleh Ibu Dian, saya dan teman-teman diminta mengikuti Ibu Juju.
Ibu Juju adalah pemilik rumah yang akan saya dan Rahma kunjungi untuk beberapa
jam.

Saya dan Rahma hanya perlu jalan sekitar 5 menit dari rumah Ketua Rt menuju
rumah Ibu Juju. Keadaan rumah Ibu Juju jauh dari kata sederhana namun rumahnya
cukup besar tapi berantakan. Sesampainya di sana, saya dan Rahma berkenalan
dahulu dengan Ibu Juju dan sekeluarga sekaligus wawancara (Gambar 15).

Setelah itu saya dan Rahma menyapu dan memotong bahan-bahan untuk membuat
bakwan dan yang terakhir memasak spagetthi untuk makan malam bersama
keluarganya (Gambar 16). Habis itu, saya dan Rahma kembali ke rumah Pak Rt untuk
mandi sore sebelumnya saya dan Rahma sholat berjamaah namun tidak bersama Ibu
Juju karena beliau harus menjaga warungnya. Setelah dirasa cukup, yang pertama
mandi adalah saya dan disusul Rahma. Usai mandi saya dan Rahma kembali lagi ke
rumah Ibu Juju.

Saya dan Rahma beserta Ibu Juju sholat maghrib dan isya berjamaah dengan
khusyuk (Gambar 17). Saya dan Rahma mengajarkan mengaji cucu dari Ibu Juju
yang bernama Indri. Indri cukup mahir dalam membaca Iqra. Walaupun masih Iqra
tetapi sudah lumayan.
Selanjutnya saya dan Rahma membantu Ibu Juju membuat nasi uduk untuk dijual
besok dengan menumbuk bahan-bahan menggunakan ulekan dengan ukuran besar
(Gambar 18). Saya dan Rahma kedatangan tamu yaitu Zahwa dan Ailsa karena Emak
Ara ingin tidur terlebih dahulu (Gambar 19). Hari semakin malam pukul 20.30 WIB
saya dan Rahma dijemput oleh Ibu Firda untuk kembali ke rumah Pak Rt dan tidur
bersama.

- KEGIATAN HARI KEDUA

Pukul 03.30 kami bangun untuk melaksanakan sholat Qiyamul Lail dan shubuh
berjamaah yang dipimpin oleh Ibu Hana. Setelah itu ada beberapa pengarahan dari
Ibu Hana untuk hari ini yaitu tanggal 14 Mei 2015 (Gambar 20). Setelah cuci muka dan
gosok gigi saya dan Rahma kembali ke rumah Ibu Juju. Ternyata Ibu Juju sedang
mempersiapkan untuk jualan. Sesampainya di sana saya dan Rahma masak untuk
makan pagi yaitu nasi goreng dan memanaskan air untuk membuat teh manis (Gambar
21).

Usai sarapan tak lupa saya dan Rahma mencuci piring dan memotong tempe
untuk dijadikan orek (Gambar 22). Saya dan Rahma diajak oleh teman-teman untuk
ke sawah namun kami sedang memotong tempe, usai memotong tempe baru menyusul
teman-teman ke sawah sebelumnya kami izin dulu ke Ibu Juju (Gambar 23). Tidak
terasa sudah 45 menit berlangsung, saya dan Rahma kembali ke rumah Ibu Juju. Tapi
saya dan Rahma mampir ke rumah Ibu Sitti dan Ibu Dedeh. Selanjutnya saya dan
Rahma kembali ke rumah Ibu Juju dan tidak terasa saya dan Rahma dijemput oleh
Ibu Endah untuk kembali ke rumah Pak Rt (Gambar 24).

Dan setelah sampai ke rumah Pak Rt saya mengantri untuk mandi namun antrian
panjang sekali sehingga saya dan teman-teman meminta izin untuk mandi di rumah
Ketua Rt. Usai semuanya mandi kami membawa tas masing-masing untuk ke jemputan
dan menuju sungai di daerah Cinangneng (Gambar 25). Jalannya cukup berlubang dan
sempit sekali (Gambar 26). Setelah sampai di sungai kami bermain dengan cara
mencari secarik kertas yang berada di batu dan disecarik kertas tersebut ada tulisan
nama makanan (Gambar 27) dan dapat ditukar setelah permainan ini berakhir
(Gambar 28).

Selanjutnya kembali ke jemputan dan bergegas menuju Warung Makan Serba


Sambal atau yang lebih dikenal dengan sebutan SS. Namun di tengah perjalanan
macet sehingga kami melewati jalan tikus dan tampak lebih cepat. Adzhan dzuhur
sudah berkumandang sehingga kami beserta guru-guru sholat di masjid yang masih
dibangun (Gambar 29). Usai semuanya sholat dzuhur kami melanjutkan perjalanan
menuju Warung Makan Serba Sambal (Gambar 30). Setelah sampai di Warung
Makan Serba Sambal seluruh murid Daar En Nisa membawa tas, tetapi jemputan
belum datang sehingga tas ditaruh dipinggir jalan.

Makanan yang dipesan oleh Ibu Dian untuk siswi cukup lama karena warung
tersebut cukup ramai dan harus melayani pelanggan yang lainnya. Teman-teman
termasuk saya cukup lelah menunggu makan yang tiba di mejanya masing-masing
(Gambar 31). Kami membutuhkan waktu sekitar 15 menit makanan yang dipesan tiba
di meja para siswi dan barulah kami makan bersama-sama. Menu makanannya adalah
ayam, cah kangkung dan sambal terasi segar tak lupa nasi putih beserta minumanya
teh dingin.

Setelah semuanya kenyang kami kembali ke jemputan untuk mengambil tas dan
pulang, ada yang dijemput oleh orang tuanya, naik jemputan atau sama halnya seperti
saya yaitu jalan. Memang cukup dekat jaraknya dari Warung Serba Sambal ke rumah
saya.

C. PENUTUP

I. SIMPULAN

Selama saya mengikuti kegiatan live in, saya mendapat banyak pelajaran berharga
mengenai arti kehidupan di sebuah desa. Kehidupan di desa sangatlah sederhana sekali
bahkan jauh dari kata sederhana bagi rumah yang saya kunjungi. Penduduk desanya
sangat ramah dan menyambut kami dengan senang hati, dan dalam kegiatan live in ini
juga, saya menjadi tahu bahwa membina keluarga yang baik tidaklah mudah. Akan
tetapi, sangatlah sulit karena terdapat banyak rintangan-rintangan yang menghadang.

Ternyata, tanpa saya sadari bahwa pohon-pohon disekitar saya yang saya anggap
tidak ada gunanya, ternyata banyak sekali pohon-pohon langka dan kita perlu
menjaganya dan melestarikannya supaya tidak punah. Dan saya tahu juga bahwa di
Negara Indonesia ini banyak sekali pohon-pohon langka yang patut dilestarikan.

Intinya kita lebih bersyukur atas apa yang diberikan oleh Allah swt, dan masih ada
banyak orang yang belum tentu seberuntung yang saya dapatkan. Begitu banyak
pelajaran yang saya dapatkan dan bisa menjadi pelajaran berharga buat hidup saya
kedepannya.
II. SARAN

Saya menyarankan untuk diri saya sendiri dan kami sebagai peserta yang
mengikuti kegiatan live in ini. Dari kegiatan live in ini ada banyak pelajaran berharga
yang saya petik. Saya akan lebih bersyukur atas apa yang telah diberikan oleh Allah
dan orang tua, tak lupa untuk terus berusa menggapai cita-cita yang diinginkan.

Saya memberikan saran untuk adik kelas atau anak didik baru Daar En Nisa agar
lebih menjaga kesehatannya dan memilah makanan yang disajikan kepada masyarakat
agar makanan yang kalian buat tidak sia-sia dan tidak terjadi apa yang saya alami.

Saya menyarankan kepada pihak sekolah, agar kegiatan live in ini tidak berhenti
sampai disini saja. Artinya, supaya kegiatan live in ini berlanjut ke generasi berikutnya.
Dan kalau bisa waktunya bisa ditambahkan sedikit supaya yang mengikuti
kegiatan live in ini menjadi lebih tahu tentang arti kehidupan di desa yang
sesungguhnya.

Dan yang terakhir, saya menyarankan untuk masyarakat yang akan dikunjungi
oleh siswi telah mempersiapkan kegiatan apa atau pekerjaan yang akan dilakukan oleh
siswa di rumah masyarakat tersebut. Agar siswi tidak diam saja dirumah yang
dikunjungi.
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sekarang ini banyak sekali masyarakat yang masih tidak mampu mencukupi kebutuhan
hidupnya. Mereka tidak mampu mencukupi kebutuhan hidupnya bukan karena tidak mau
bekerja atau pengangguran tetapi penghasilan mereka tidak mencukupi. Ditambah lagi
terjadinya krisis global. Semua harga kebutuhan sehari-hari melambung drastis. Tapi
sampai sekarang tidak ada bantuan dari pihak pemerintah. Mereka sangat berharap ada
bantuan dari pihak pemerintah.

Pekerjaan masyarakat Desa Cisantana, mayoritas adalah peternak. Penghasilan dari hasil
memerah susu sapi belum cukup untuk biaya hidup. Hanya ada beberapa diantara mereka
yang mempunyai mereka yang mempunyai penghasilan tambahan sehingga mereka bisa
memberikan pendidikan yang cukup kepada anak-anak mereka.

Minimnya penghasilan membawa mereka pada sikap kerja keras dan hidup sederhana.
Sikap hidup yang patut dijadikan contoh bagi masyarakat lainnya. Memberi rasa syukur
kepada mereka yang berlebih.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan laporan ini adalah:

 Menceritakan kegiatan Live-In


 Menceritakan kehidupan masyarakat Desa Cisantana
 Memenuhi tugas karya tulis dari hasil Live-In
BAB II

ISI

DALAM SEGI AGAMA

1.1 Kehidupan agama keluarga live-in

Agama di keluarga Live-In saya, dapat dikatakan kurang. Karena tidak ada kegiatan
bersama untuk berdoa. Jika mau makan, mereka makan sendiri-sendiri dan berdoa
sendiri-sendiri. Pada waktu misa jumat pertama, mereka tidak mengadakan misa
digereja. Alasan ibu itu adalah capek. Tapi saya dan kelompok saya tidak tau apa alasan
sebenarnya. Padahal saya dan teman saya yaitu Sherly dan Chaterine sudah mengajak
ibu itu untuk pergi bersama mengadakan misa digereja. Pada saat itu, bapak belum
pulang. Mereka sangat jarang berkumpul bersama dan melakukan doa bersama
keluarganya. Tidak ada kebersamaan dalam keluarga tersebut. Apalagi bersama
anaknya. Mereka dapat ketemu anaknya seminggu sekali karena anaknya tidak tinggal
bersama mereka. Bapak dan Ibu tidak tidur satu kamar. Mereka tidur dikamar masing-
masing. Kadang-kadang ibu tidur dikursi dan bapak tidur dikamar. Saya dan kelompok
saya tidak tau apa sebabnya. Saya dan kelompok saya tidak berani untuk
menanyakannya.

1.2 Kehidupan agama keluarga saya

Kehidupan agama keluarga saya sangat berbeda dengan kehidupan keluarga pada saat
saya Live-In. Kehidupan agama keluarga saya sangat erat sekali. Setiap hari pasti ada
makan bersama dan berdoa bersama. Dan ada acara khusus pada hari senin pukul 20.00
mengadakan kebaktian di rumah saya. Dan setiap hari minggu diharuskan untuk pergi ke
gereja dan terkadang hari sabtu pukul 06.00 kami sekeluarga mengadakan kebaktian
bersama. Bernyanyi, bersukaria memuji Tuhan Yesus bersama-sama dalam suka dan
duka.

1.3 Kegiatan saya selama tinggal ditempat keluarga saya tinggal dari hari awal hingga
akhir dan nilai-nilai yang bisa saya ambil dan terapkan dari pengalaman live-in tersebut.

Pada tahun ini SMA Pax Patriae melaksanakan kegiatan di luar lingkungan sekolah atau
Live-In yang diadakan di Desa Cisantana daerah Kuningan. Saya dan rombongan SMA
Pax Patriae berangkat pada hari Kamis tanggal 29 Januari 2009. Saat pengarahan yang
dilakukan sehari sebelum berangkat, kami diberitahukan bahwa kami harus sampai di
SMA Pax Patriae tepat jam 06.30 WIB namun karena adanya kendala, kami baru
berangkat pada jam 07.00 WIB. Perjalanan kami lakukan selama kurang lebih lima jam.
Kami sampai sudah menunjukkan jam 12.00 WIB.Kemudian setelah semua anak
menurunkan koper masing-masing, kami diberi pengarahan sebentar kira-kira 10 menit
dan kami diminta menunggu orang tua asuh kami yang akan datang kira-kira jam 13.45
WIB. Sebelum orang tua asuh datang, saya maupun guru-guru yang ikut dalam kegiatan
Live-In tersebut berfoto-foto selama kurang lebih 45 menit. Setelah itu, kami dipanggil
oleh guru-guru yang ikut kegiatan ini untuk kembali karena sebentar lagi kami akan
diadakan pengarahan dan kami diserahkan kepada orang tua asuh kami selama kegiatan
Live-In berlangsung di Desa Cisantana Kuningan. Kami diberi pengarahan oleh Romo
atau pejabat tertinggi setempat yang memperkenalkan orang tua asuh kami kepada kami.
Setelah pengarahan dan serah terima kepada orang tua asuh kami bersama teman-teman
satu kelompok Live-In dan kelompok saya di Live-In adalah Chaterine Hilda, Sherly
Lintang dan saya sendiri adalah Yenny Novica. Sesampainya kami di rumah orang tua
asuh kami jam 14.00-14.20 WIB, kami beres-beres dan istirahat. Kemudian jam 15.00-
1600 WIB kami masak untuk makan malam. Setelah itu, kami istirahat dan mandi.
Setelah itu pada jam 18.00 WIB, kami makan malam. Setelah itu pada jam 18.15-19.50
kami nonton TV. Dan pada jam 20.00 WIB, kami masuk kamar dan istirahat.

Hari kedua tanggal 30 Januari 2009, kami bangun dan merapikan tempat tidur jam 04.30
WIB. Kemudian pada jam 05.00 WIB, kami pergi kekandang sapi. Kami sampai di sana
jam jam 05.50 WIB dan pada jam 06.00 WIB kami memeras susu sapi. Sapi tersebut
bukan milik orang tua asuh kami tetapi milik saudara orang tua asuh kami. Sesudah itu,
pada jam 06.30 WIB, kami pulang kerumah karena kami sudah lelah bekerja. Kami tiba
dirumah jam 06.30 WIB. Setelah itu, pada jam 07.00 WIB, kami masak untuk sarapan
dan bersihkan rumah. Setelah masak, kami istirahat sebentar sambil makan kue. Pada
jam 08.00 WIB, kami satu per satu mandi. Pada jam 09.00 WIB, kami sarapan bersama.
Setelah itu, kami istirahat. Pada jam 18.30 WIB, kami ke gereja untuk mengadakan misa
bersama dan pulang gereja jam 19.55 WIB. Jam 20.00 kami berkumpul bersama guru
untuk brifing bersama. Sesampai dirumah, jam 21.15 WIB. Pada jam 21.30 WIB, kami
makan malam bersama. Setelah itu, kami mencuci piring dan jam 22.30 WIB, kami
istirahat.

Hari Sabtu kami bangun jam 06.00 WIB. Setelah itu, kami bereskan tempat tidur. Jam
07.00 WIB, kami sarapan pagi. Setelah sarapan pagi, kami nonton TV hingga jam 09.00
WIB. Setelah itu, kami mandi. Pada jam 09.25, kami pergi kegereja. Pada jam 10.00
WIB, kami pergi jalan salib. Pada jam 15.00 WIB kami pulang dan tiba di rumah pukul
16.00 WIB. Pada jam 21.00 WIB, kami memberikan kenang-kenangan kepada orang tua
asuh kami. Setelah itu, kami istirahat.

Hari Minggu, kami bangun jam 06.00 WIB, kami bangun. Setelah itu, kami mandi dan
bersiap-siap karena hati ini kami pulang ke Bekasi.
DALAM SEGI EKONOMI

1.1 Anggaran belanja rumah tangga tempat orang tua asuh saya

1. Penghasilan per bulan di tempat saya tinggal adalah

v Penghasilan Bapak: Rp 1.700.000/bulan. Penghasilan Bapak tersebut di peroleh dari


penjualan alat tulis keliling, mengambil

rumput untuk makanan sapi dan supir

v Penghasilan Ibu: Rp 600.000/bulan. Penghasilan tersebut di peroleh dari warung

1. Pengeluaran per bulan di tempat saya tinggal adalah

v Uang sekolah anaknya, jajan, kost dan makan sebesar: Rp 800.000/bulan.

v Sehari-hari: Rp 600.000/bulan untuk kebutuhan rumah tangga.

v Tak terduga: Rp 100.000/bulan untuk hajat, kematian dan lain-lain.

Jumlah penghasilan dan pengeluaran keluarga tersebut adalah Rp 800.000

Jadi, kesimpulannya adalah keluarga tersebut masih mempunyai uang untuk di tabung
sebesar Rp 800.000

DALAM SEGI SOSIOLOGI

1.1 Masyarakat Desa Cisantana

 Kehidupan masyarakat di tempat saya Live-In dari segi ekonomi masih kekurangan.
kehidupan bermasyarakat mereka sangat erat. Hubungan kekeluargaan sangat erat
juga. Antara masyarakat yang satu dengan yang lain sangat saling mengenal walaupun
rumah mereka berjauhan tetapi itu tidak menghalangi sistem kekeluargaan mereka.
Masyarakat di sana juga saling menyapa, dan tolong menolong. Dan masyarakat di
sana sangat jujur dan saling mempercayai.
1.2 Pembentukan kelompok sosial yang terjadi di masyarakat tempat live-in

 Ada. Klasifikasi menurut erat longgarnya ikatan keluarga yaitu Gemeinschaft by


blood. Yaitu suatu ikatan sosial yang saling berinteraksi dan mempunyai tujuan yang
sama. Contohnya keluarga.

 Atas didasarkan pada ikatan darah atau keturunan. Dan di keluarga tersebut terdapat
perkumpulan.
 Ciri-cirinya adalah:
o Bersifat personal/pribadi
o Informal
o Tradisi
o Sentimental
o Umum
Live In

Latar belakang profesi dan sumber penghasilan keluarga antara masyarakat kota dan desa
berbeda, sehingga kondisi perekonomian, adat istiadat, dan kebiasaan sosial-ekonomi
masyarakat perkotaan dan pedesaan juga cenderung berbeda. Masyarakat kota cenderung
lebih sejahtera dan berfasilitas lebih lengkap dibandingkan dengan masyarakat desa.

Dalam hal sosial-kemasyarakatan dan aktivitas hidup sehari-hari, masyarakat perkotaan


cenderung bersifat individualis. Para remaja terutama pada usia sekolah secara perlahan-
lahan dan turun-temurun terbiasa melihat hidup dalam kondisi tersebut dan cenderung
meniru dalam hidupnya kelak.

Inilah labotarorium paling besar di dunia pendidikan, yaitu kehidupan nyata sehari-hari
di masyarakat, baik yang ada di sekeliling maupun berjauhan, selama dapat diakses oleh
siswa/anak. Segala bentuk peristiwa dan fenomena kehidupan baik secara langsung
maupun tidak langsung akan menjadi pengamatan, pembelajaran sekaligus teladan bagi
para remaja.
Dari kondisi di atas, SMA Negeri 3 Semarang tahun 2010 ini menyusun program kegiatan
yang diharapkan mampu meminimalkan sifat-sifat seperti di atas, yang di beri nama “Live
In“ yaitu siswa ikut bersosialisasi secara langsung dalam masyarakat pedesaan selama
beberapa hari.
I. Nama dan Sifat Kegiatan
a. Nama kegiatan
Kegiatan ini diberi nama “Live In“, maksudnya siswa kelas X SMA 3 semarang baik dari
kelas reguler, akselerasi, maupun olimpiade dititipkan untuk hidup bersama dengan
keluarga penduduk wilayah tertentu dalam beberapa hari untuk mengikuti aktivitas
kehidupan sehari-hari mereka. Selanjutnya keluarga yang diikuti tersebut disebut sebagai
“Bapak/Orang Tua asuh”, sedangkan daerah/wilayah tempat tinggal siswa disebut
dengan “Lokasi” Live In . Di setiap lokasi (dapat berupa RT atau RW ), para siswa
didampingi oleh satu orang guru yang ikut tinggal bersama di lokasi yang disebut dengan
“Guru Pembimbing”.
b. Sifat Kegiatan
Kegiatan ini bersifat wajib bagi seluruh siswa kelas X siswa SMA Negeri 3 Semarang
tahun pembelajaran 2009 -2010 dan siswa kelas XI yang pada tahun lalu tidak ikut dengan
alasan tertentu.
II. Tujuan
Dengan Menitipkan siswa untuk hidup bersama “Bapak asuh”, siswa akan merasakan
langsung kehidupan bermasyarakat di daerah pedesaan yang kondisinya serbaterbatas,
kegiatan ini diharapkan :
1. Mampu membangun karakter siswa agar memiliki kepekaan sosial yang tinggi,
sehingga mampu mengatasi berbagai persoalan hidup secara mandiri dalam kondisi
serba terbatas.
2. Siswa mampu membuat “refleksi”, artinya setelah merasakan kondisi nyata di desa
tersebut, mereka mampu mengambil hikmah pelajaran untuk membuat semacam
proyeksi atas mimpi-mimpi dalam kehidupan mereka yang ideal kelak.
3. Mempromosikan visi-misi SMA 3 Semarang melalui SDM siswa yang dimiliki
sekolah sebagai sekolah unggulan bertaraf internasional.
III. Waktu dan Jumlah Peserta
a. Waktu
Kegiatan ini dilaksanakan selama 4 hari 3 malam, yaitu tanggal 16 – 19 Januari 2010 yang
lalu (saat siswa kelas XII melakukan Uji Coba UN)

b. Jumlah Peserta
Peserta kegiatan ini berjumlah 489 orang dengan perincian:

 Kelas X Regular, dan X Olimpiade ada 482 siswa


 Guru Pembimbing ada 20 orang, yang terdiri 10 guru pria dan 10 guru wanita.
IV. Tempat Pelaksanaan
a. Lokasi
Tujuh Desa yang digunakan adalah rumah- rumah penduduk yang memenuhi syarat
dijadikan Bapak/Keluarga Asuh di Desa Sukomangli, Kalibareng, Kalices, Plososari,
Wirosari, Kalilumpang, dan Pakisan di Kecamatan Patean Kabupaten Kendal Jawa
Tengah
b. Rumah Tinggal “ Bapak Asuh”
Dalam kegiatan tersebut diperlukan 262 KKsebagai “Bapak Asuh“. Tiap-tiap KK dihuni
oleh maksimal 2 (dua) siswa dengan rincian sebagai berikut :
1.
1. Bapak / keluarga asuh siswa putri sebanyak : 156 KK
2. Bapak / keluarga asuh siswa putra sebanyak : 106 KK
1. VII. Laporan Pelaksanaan selama Live In
a. Ragam Mata Pencaharian Bapak/Orang Tua asuh
(1) Petani (Menanam Padi)

(2) Pekebun (Menanam Jambu Biji Merah, Kopi)

(3) Peladang (Menanam Jagung)

(4) Peternak (Ayam, Sapi, Itik)

(5) Buruh (Penderes Getah Karet)

(6) Pedagang (Penjual Jamu, Pembuat Emping Melinjo, Tempe, Warung)

b. Aktivitas Siswa Bersama Orang Tua Asuh


Selama Live In empat hari tiga malam, para siswa setiap hari ikut merasakan beraktivitas
bekerja bersama orang tua asuh masing-masing. Yang orang tua asuhnya petani, mereka
ikut terjun ke sawah. Yang orang tua asuhnya pekebun, mereka ikut ke kebun jambu biji.
Yang orang tua asuhnya peladang, mereka ikut mencangkul di ladang jagung. Yang
peternak, ikut mengambili telur ayam di kandang, ikut menyabit rumput untuk pakan sapi,
ikut memberi pakan bebek. Yang penderes, mereka ikut menderes getah karet (dimulai
pukul 05.00 pagi). Yang pedagang, mereka ikut berjualan jamu, membuat emping melinjo,
dan melayani pembeli di warung milik orang tua asuh.

c. Aktivitas Siswa Malam Hari


Selama tiga malam Live In, setiap malam usai magrib para siswa satu kelas berkumpul di
tempat yang telah disepakati bersama (di balai desa, balai RW, mushola, atau rumah Pak
Kades/Kadus). Setiap Kelas berkumpul di tempat yang berbeda dengan didampingi oleh
wali kelas atau guru pendamping kelas masing-masing. Dengan arahan Bapak/Ibu Guru,
para siswa dengan bebas menyampaikan narasi pembelajaran berdasarkan pengalaman
mereka beraktivitas pada hari itu. Dalam menyampaikan narasi pembelajaran tersebut,
para siswa menguraikan kesan-kesan, refleksi diri, dan hikmah pelajaran apa saja yang
bisa memperkaya batin mereka. Narasi pembelajaran ini pula yang akhirnya mereka
jadikan isi Laporan Live In tertulis kelas masing-masing.

d. Kesehatan Para Siswa Selama Live In


Secara umum kondisi kesehatan para siswa peserta Live in 2009 sangat baik. Dari 526
siswa hanya ada satu siswa, yaitu Zevanya Youlanda kelas X-10, yang harus dibawa ke
rumah sakit pada malam terakhir kegiatan karena asmanya kambuh. Namun, setelah
ditangani dokter, kondisi siswa tersebut membaik dan paginya atas izin wali kelas
langsung dijemput pulang ke Semarang dari rumah sakit oleh orang tuanya.
LIVE-IN-GONZAGA

A. LATAR BELAKANG KEGIATAN

Kegiatan live in SMA Gonzaga diselenggarakan bertitik tolak dari situasi jaman yang makin
berkembang kea rah yang lebih kompleks dan sulit baik dilihat dari segi ekonomi maupun
sosial yang menjadikan banyak orang hanyut ke dalam ketidaksadaran akan potensi diri,
mudah jatuh stress, bertindak emosional dan cenderung egois. Bahkan di tengah situasi
seperti saat ini anak seusia remaja pada umumnya dan para pelajar pada khususnya bisa
menjadi korban sehingga dalam kehidupan keseharian memiliki pola hidup konsumtif,
prilaku asusila, narkoba, dll.
Selain itu disadari pula bahwa ternyata siswa dan siswi kurang memperoleh kesempatan
untuk merenungkan, mengintepretasikan, mengaitkan dan menerapkan ilmu pengetahuan dn
nilai-nilai yang telah dipelajari. Oleh karenanya melalui kegiatan live in, siswa-siswi secara
langsung diajak untuk belajar hidup secara nyata bersama-sama dengan masyarkat dari
lapisan ekonomi yang sungguh berbeda keadaannya dengan lingkungan hidup mereka
terutama di daerah Jakarta.

B. TUJUAN DAN PELAKSANAAN TUJUAN

a. Kegiatan live in SMA Gonzaga bertujuan agar siswa-siswi dapat:


1. Melihat, mengalami langsung, dan memahami kebiasaan hidup masyarakat pedesaan yang
berbeda dengan kehidupan masyarakat perkotaan.
2. menemukan nilai-nilai yang melekat dalam kehidupan masyarakat pedesaan yang mereka
hayati sebagai spiritualitas.
3. terbuka hatinya setelah melihat fakta bahwa masih banyak orang yang menderita sehingga
muncul kepekaan dan kepedulian akan penderitaan orang lain dan mensyukuri hidupnya.
4. menemukan dan menentukan sikap-sikap serta semangat hidup baru dalam rangka
membenahi dan mengembangkan diri.
5. belajar hidup mandiri dan bersosialisasi dengan masyarakat setempat yang berbeda-beda
dengan situasi kehidupan kota Jakarta
6. Merasakan keprihatinan dan kegembiraan masyarakat setempat dengan kemampuannya
masing-masing dan mencobanya merefleksikan dengan pengalaman hidupnya sehingga siswa
mampu menemukan nilai-nilai yang selama ini belum terlaksanakan.

b. Adapun pelaksanaan kegiatan live in SMA Gonzaga dilakukan pada:


1. Hari/tanggal : Minggu – Rabu, (24 - 28 Februari 2008)
2. Tempat : Paroki Sukorejo (stasi Ngaliyan)
3. Peserta : Siswa-siswi Gonzaga (non seminari) 208 siswa
4. Pendamping : 10 guru
5. Sifat kegiatan :wajib. Bagi siswa yang tidak mengikuti
kegiatan live in pada hari yang ditentukan, kegiatan live in siswa akan digantikan dengan
pelaksanaan live in pada tahun depan.
Data-data yang harus dicari meliputi:

1. Data keluarga
a) Siapa saja yang tinggal dikeluarga angkatmu?
b) Apa saja pendidikan mereka? Sejauh mana pendidikan berperan dalam hidup dan visi
mereka?
c) Apa saja pekerjaan yang mereka lakukan sebagai upaya memenuhi kebutuhan hidup ?
d) Bagaimana relasi yang ada dalam keluarga ?
e) Siapakah yang memegang peranan penting dalam keluarga ? mengapa? Bagaimana?
f) Bagaimana kedudukan anak dalam keluarga ?
g) Bagaimana kedudukan perempuan dalam keluarga?
h) Siapakah yang paling menentukan dalam membuat keputusan?

2. Sektor ekonomi, meliputi:


a) Apa sajakah sektor ekonomi yang menjadi andalan dan penyangga hidup keluarga?
b) Bagaimana system peredaran uang yang ada di masyarakat keluarga angkat?
c) Adakah keterlibatan pemerintah dalam sector ekonomi masyarakat? Sejauh mana? Apa
saja bentuk keterlibatan pemerintah (monopolis atau distributif)? Dengan keterlibatan
tersebut masyarakat diuntungkan atau dirugikan? Mengapa?sejauh apa?
d) Adakah pembiusan yang dilakukan oleh oknum? Apa? Bagaimana?mengapa anda
katakana sebagai pembiusan?
e) Bagaimana taraf hidup/ekonomi masyarakat pada umumnya dan keluarga yang ditinggali
pada khususnya? Sebandingkah usaha yang mereka lakukan dengan hasil yang diperoleh ?
f) Adakah kemiskinan di masyarakat keluarga angkatmu? Kemiskinan yang ada termasuk
kemiskinan apa? (structural, cultural, atau natural) Mengapa demikian?
g) Menurut anda apa solusi konkret yang bisa anda tawarkan kepada mereka?

3. Sektor sosial budaya, meliputi


a) Bagaimana relasi antar generasi di masyarakat ? kenapa?
b) Bagaimana relasi antar umat beragama?
c) Apa saja mitos yang ada? Mengapa?
d) Bagaimana spiritualitas masyarakat dalam menghindari masalah hidup?
e) Kesenian/budaya apa saja yang ada? Untuk apa? Mengapa?
f) Sejauh mana agama berperan dalam hidup pribadi masyarakat?

4. Kesimpulan:
a) Dari pengalaman dan pengamatan situasi tersebut nilai apa saja yang bisa anda petik?
Mengapa? Apa gunanya dalam hidup anda kemudian?
b) Apa yang ingin anda perbarui dari hidup anda? Apa langkah konkret yang akan anda buat?
CONTOH LAPORAN LIVE IN

Rabu, 09 Maret hingga 12 Maret 2016, kami anak-anak kelas XI mengadakan kegiatan
live in. Sebelum kegaitan itu berlangsung, kami di beri pembekalan terlebih dahulu. Barang
yang kami bawa pun bisa dibilang sedikit dan sederhana, karena memang itulah tujuan live in,
melatih kita untuk hidup sederhana. Hidup sederhana telah kami awali sejak keberangkatan
live in, yaitu dengan menggunakan bus tanpa AC. Tapi tak apalah sekali-kali juga perlu
mencoba pakai bus tanpa AC biar pernah merasakan juga panas dan pengapnya. Sewaktu
pertama kali masuk bus itu panas dan pengap sekali rasanya,tetapi lama kelamaan tidak terasa
lagi. Sesampainya di sana, saya dan beberapa teman mendapat di desa Dadapan, dan kami
masih dibagi menjadi lima Desa.
Saya bersama teman sekamar saya, Via Ahad menempati keluarga Bapak Suradi. Pak
Suradi mempunyai seorang istri bernama Ibu Sumidi, dan 2 orang anak yaitu Laki-Laki dan
Perempuan. Pak Suradi sendiri telah berusia 50 tahun, Bu Sumidi berusia 49 tahun, Anak
mereka, Laki-Laki berkerja sebagai anggota TNI dan Perempuan bekerja di Magelang.
Keluarga Pak Suradi bisa dibilang sudah berkecukupan. Semua kebutuhan keluarga tersebut
sudah dapat di penuhi dengan baik dan mungkin tidak kekurangan. Walaupun begitu mereka
hidup dalam kesederhaan.

Hari saat pertama live in saya lumayan deg – degan sebab sebelumnya saya belum pernah
tinggal di desa. Selain itu saya juga harus jauh dari Orangtua dan Asrama selama 4 hari. Ini
merupakan pengalaman pertama kali saya live in. Sebelumnya saya sudah tanya pada kakak
kelas, kebanyakan dari mereka berkata bahwa live in itu menyenangkan. Kegiatan selama live
pun juga ternyata mengasyikan. Biasa yang saharí-harinya kita selalu berkutat pada pelajaran,
belajar, membuat tugas, tetapi selama 4 hari tersebut kita bebas dari pelajaran. 4 hari tersebut
saya gunakan dengan sebaik-baiknya untuk lebih mengenal alam, dan bersosialisai pada
masyarakat di desa.

Pada hari pertama, ketika tiba di rumah Pak Suradi, saya dan Via Ahad berbincang-
bincang dan mengenal lebih dalam lagi tentang keluarga Pak Suradi. Karena hari itu Pak Suradi
sedang bersiap ke ladang untuk memotong singkong dan daun singkong untuk makanan sapi ,
maka saya dan Via Ahad pun ikut ke ladang untuk memotong singkong dan daun singkong
untuk makanan sapi. Hal ini tentunya menambah pengetahuan saya juga. Bagaimana cara
memotong singkong serta daunya untuk makanan sapi di kadang, setelah itu Pak Suradi beserta
kami berdua menuju ke kadang sapi untuk memberi daun singkong sebagai makanannya. Kami
pun pulang ke rumah Pak Suradi untuk mandi dan setelah mandi kami ajak makan oleh Pak
Suradi dan Ibu Sumidi, setelah itu kami diberitahu bahwa nanti malam akan diadakan Misa
Arwah, setelah itu Pak Suradi dan Ibu pun mengajak kami berdua untuk mengikuti Misa Arwah
tersebut, setelah Misa Arwah selesai kami di suruh membantu menyimpan tempat Misa Arwah
tersebut sampai selesai dan kami pun pulang.

Hari kedua, pagi hari saya membantu Bu Sumidi mencuci piring dan masak sehabis
mencuci piring saya membantu Pak Suradi mengambil singkong. Singkong yang telah di rebus
untuk makanan sapi. Ini pengalaman yang menarik sebab baru pertama kalinya saya
mengambil sendiri tanaman singkong kemudian di rebus untuk di makanan sapi. Setelah
mandi, saya dan Via Ahad diajak pergi ke ladang. Ladangnya sangat luas, dan berbagai macam
tanaman yang di tanam. Banyak penduduk yang sedang bekerja meskipun panas matahari
menyengat tubuh mereka, mereka tidak peduli. Saya yakin, mereka pasti bekerja keras demi
mencukupi kebutuhan keluarga mereka. Kemudian saya teringat pada orangtua saya. Mereka
juga bekerja keras demi keluarga dan juga saya. Walau pun kadang saya kurang mensyukuri
usaha mereka. Pengalaman inilah yang membuat saya sadar untuk lebih mensyukuri dan
menghargai usaha keras kedua orangtua saya. Pulangnya saya membantu kedua orangtua
angkat saya menyimpan rumah. Sorenya saya dan Via mandi setelah mandi di ajak makan
bersama oleh Pak Suradi dan Bu Sumidi. Stelah selesai makan kami berika pengumuman untuk
berkumpul membicarakan tentang kegiatan pentas ekpresi besok malam, sebelum kami kumpul
pada siang hari kami membuat makanan tradisisonal dari bahan singkong untuk
mempersentasikan pada pertemuan malam serta menceritakan pengalaman selama mengikuti
live in beberapa hari di desa dadapan, setelah kami berbicang-berbicang dan bertukar
pengalaman kami pun diberi masukkan oleh pembimbing kami yang bertempat tinggal di desa
dadapan tersebut, setelah selesai kami pun pulang, sampai di rumah kami ditanya oleh Pak
Suradi apakah sudah selesai, kami pun menjawab sudah selesai.

Hari ketiga, seperti biasa, saya dan Via bangun kemudian membantu pekerjaan orang
tua asuh saya, mencuci piring dan bantu masak. Sambil memasak dan mencuci piring kami pun
saling berbagi pengalaman, cerita-cerita, bercanda tawa. Hal ini menambah suasana keakraban
antara kami. Ketika sudah selesai membuat memasak dan mencuci piring saya dan Via Ahad
istirahat sebentar. Kemudian kami berangkat ke ladang untuk menyiram pupuk pada tanaman
buncis di ladang Pak Suradi dan Bu Sumidi. Ini juga pengalaman saya pertama kali menyiram
pupuk pada tanaman buncis. Di ladang kami berkotor-kotor ria walaupun banyak serangga-
serangga kecil. Pulangnya pun kami pun membawa ember bekas siraman pupuk tanaman
buncis. Semua ini sangat menyenangkan, apalagi ketika kita dapat membantu orang lain.
Ketika sudah selesai kami pun mandi dan di ajak makan bersama oleh Pak Suradi dan Bu
Sumidi, setelah makan kami pun istirahat sebentar, setelah istirahat kami punn di beri
pengumuman untuk berkumpul latihan pada jam 15:00 sore untuk tampil pentas ekpresi malam,
ketika jam menuju pukul 14:30 kami pun di suruh kumpul latihan untuk penampilan kami nanti
malam, setelah latihan kami pun pulang bersiap-siap untuk pentas ekpresi nanti malam pada
jam pukul 17:30, setelah bersiap-siap selesai kami pun di beri pengumuman untuk kumpul
pukul 19:00 untuk berangkat dari desa menuju tempat pentas ekpresi tersebut
Hari keempat, ini adalah hari terakhir saya di desa Dadapan sebab hari ini saya sudah
harus pulang, kembali ke Jogja. Bangun pagi saya pergi jalan pagi dengan teman-teman. Hari
ini Pak Suradi dan Bu Sumidi membuat makanan. Hari terakhir kami di desa Dadapan pun tiba.
Berat rasanya meinggalkan desa Dadapan, rasanya saya masih ingin tinggal di sana. Tetapi
kami harus pulang ke Jogja. Terakhir perpisahan saya dan teman-teman banyak yang menangis,
penduduk sana juga banyak yang menangis, memang berat meninggalkan desa tersebut,
mereka sudah kami anggap sebagai keluarga sendiri. Pulangnya kami mampir di Gubug Sela
Merapi untuk mengikuti misa di gereja sana. Selesai misa kamipun kembali melanjutkan
perjalanan pulang ke Jogja. Tak sabar saya pulang untuk menceritakan pengalaman-
pengalaman yang saya alami ketika live in di desa.

Saya sangat senang dapat bersekolah di SMA Santa Maria, salah satu alasannya karena
SMA Santa Maria mengadakan kegitan Live in. Tidak semua sekolah mengadakan kegiatan
live-in. Kegiatan live sungguh bermanfaat bagi saya. Melalui live in saya berlatih hidup
sederhana, bersosialisasi dengan penduduk desa, merasakan bagimana suka duka hidup di desa
yang fasilitasnya masih terbatas. Di desa saya juga belajar banyak hal, mendapat banyak
pengalaman baru yang belum tentu bisa saya dapatkan di kota. Saya belajar membuat jipang,
kue karamel, belajar bagaimana keluarga asuh saya yang hidup dalam kesederhanaan tapi
masih tetap bersyukur atas segala yang Tuhan berikan. Saya pun menjadi malu sendiri sebab
saya suka protes dan tidak bersyukur terhadap pemberian Tuhan.

Di desa saya belajar untuk lebih menghargai alam. Udara di desa masih sejuk, walaupun
siang hari tetapi udaranya terasa sejuk karena banyak pepohonan. Sedangkan di kota….
sekarang sulit untuk menemukan pepohonan yang rindang. Orang-orang lebih suka berlomba
untuk membangun bangunan yang mewah, megah, daripada menanam pepohonan. Mereka
tega menebang pepohonan hanya untuk keegoisan mereka. Dan akibatnya terjadi Global
Warming. Itu akibat keserakahan dan keegoisan mereka. Yah.. itulah perbedaan orang kota dan
desa. Selain itu saya juga dapat melihat, bermain di sungai yang airnya masih jernih. Di kota
sudah tidak ada lagi sungai, kalaupun ada pasti sudah tercemar oleh kotoran dan sampah. Saya
dapat melihat pematang sawah dan ladang yang hijau, pemandangan yang indah yang tidak
saya dapatkan di kota. Inilah yang membuat saya sadar dan berusaha untuk lebih menghargai
alam. Sebab kita tidak dapat hidup tanpa alam.

Melalui kegiatan live in saya juga menjadi dekat dengan teman-teman yang lain.
Sebelum live in saya tidak begitu mengenali mereka, tetapi ketika live in saya menjadi
mengenal dan dekat dengan mereka. Membina pertemanan dengan banyak orang itu sungguh
menyenangkan. Kita dapat saling membantu, dapat berbagi kesenangan dan kegembiraan. Saya
juga dapat mengenal penduduk-penduduk di desa. Mengenal kepribadian mereka yang ramah
tamah, hidup dalam kesederhanaan tetapi tetap selalu bersyukur, dan juga selalu tolong
menolong tanpa pamrih. Kegiatan live in mengajarkan saya banyak hal yang belum pernah
saya ketahui atau saya coba sebelumnya.

Yah…! Live in itu menyenangkan. Itulah kesimpulan saya. Saya senang akan kegiatan
live in ini. Kegiatan live in banyak membawa pengaruh bagi saya. Saya menjadi lebih
menghargai usaha keras orang tua saya, lebih menghargai dan mensyukuri pemberian Tuhan.
Saya juga sadar bahwa kita harus menjaga alam ini. Dan yang terpenting saya juga belajar
untuk menghargai hidup ini. Hidup yang diberikan Tuhan untuk kita syukuri dan kita jaga
Hidup yang penuh perjuangan dan rintangan, tetapi bila kita mampu mengatasi semuanya
dengan tabah dan pantang menyerah kita akan dapat mencapai kesusksesan. Dan setelah sukses
dan menjadi orang yang berhasil kelak, saya tak akan lupa dan menyakiti orang-orang kecil.
Sebab orang-orang seperti mereka juga berusaha untuk memperjuangkan hidup mereka. Yah..
melalui live in inilah saya belajar untuk menghargai orang-orang kecil.. Jadi apakah para
koruptor dan orang-orang yang suka menindas rakyat kecil perlu mengikuti kegiatan live in
juga ya? Supaya mereka lebih menghargai rakyat kecil.

Laporan kegiatan live in 2013 di Desa Peniwen

Oleh : Renaldo Devan Septian


XI IPA-3 \ 24

Tema : Doctors three ( Do care to others, Through experiencing education)

Hari pertama
Acara pertama dimulai dengan misa pembukaan di sekolah. Setelah misa selesai
rombongan berangkat menuju desa Peniwen dengan menggunakan truck sekitar pukul 10.00.
Sekitar kurang lebih pukul 11.30 rombongan tiba disana setelah itu rombongan menuju ke
GKJW di desa tersebut untuk pengerahan dan pengenalan tentang desa dan sejarah di desa
tersebut. Setelah itu kegiatan rombongan disajikan dengan nasi kotak yang sudah di sediakan
disana. Sekitar pukul 13.30 rombongan di ajak dan dipertemukan oleh para panitia untuk
menemui anggota keluarga yang telah ditetapkan oleh panitia. Setiba di kampung tengah
saya,Eka, Eki dan Kesit ditempatkan di kediaman bapak Priyo .
Pukul 14.00 acara dilanjutkan dengan berinteraksi dengan mereka, dari kediaman Bapak
Priyo kami mendapat informasi bahwa beliau adalah pensiunan PTPTN di Makasar,
sedangkan istrinya yaitu ibu Yayuk adalah seorang ibu rumah tangga, selain itu mereka juga
memiliki 3 orang anak pertama adalah mas Gaguk yang berusia 29 tahunyang mana salah
satunya adalah panitia acara live in ini , anak kedua yang saya lupa namanya berusia 28 tahun
, dan anak yang terakhir yaitu mas Bagus yang berusia 20 tahun. Sekitar pukul 15.00 setelah
perkenalan dengan mereka kami berjalan-jalan di sekitar desa tersebut dan bermain bola
bersama teman-teman live in lainya di SD peniwen 2 hingga pukul 17.00, dari situ saya bisa
tahu bahwa di SD Peniwen 2 terdapat tugu untung mengenang 5 jasa anggota PMI yang
gugur pada jaman penjajahan Belanda. Kata bapak Priyo dan mas Gaguk setiap bulan
Februari ketua PMI Jusuf Kalla selalu datang kesana untuk peringati hari jadi PMI disana.
Setelah puas beramin bola disana kami bersama teman-teman yang lain langsung pulang
kerumah. Setelah mandi kami disuguhi makan oleh keluarga, setelah itu tanggung jawab
kami yaitu mencuci piringnya. Hingga sekitar pukul 19.00 acara Petuwen dilanjutkan di
setiap kampong, namun sayang saya,Eka,Eki,dan Kesit tidak ikut kegiatan tersebut dan
sebagai gantinya kami berinteraksi dengan Mas Gaguk dan bapak Priyo sedangkan ibu Yayuk
yang datang kesana. Sekitar pukul 22.00 kami langsung tidur.

Hari kedua
sekitar pukul 05.30 saya bangun,kemudian mandi dan persiapan untuk makan pagi bersama
rekan-rekan ,setelah makan selesai pukul 07.30 acara dilanjutkan out bound disawah hingga
pukul 13.00. Setelah out bound selesai kami beristirahat dan makan .Pukul 13.30 kami datang
kerumah dan beristirahat sebentar . Pukul 13.45 sambil bersantai kami beristirahat dan
berinteraksi dengan keluarga.
Pukul 14.30 seperti biasa kami bermain bola bersama teman-teman yang lain di SD
Peniwen 2 dan tanpa diduga kami bertemu dengan kepala sekolah dan guru-guru lain yang
ikut mendampingi siswa-siswi di Peniwen . Pukul 17.00 kami kembali kerumah dan langsung
mandi. Setelah dilanjutkan makan bersama keluarga. Pukul 18.30 acara dilanjutkan yaitu
Sarasehan di Gereja, di sana kami diberi ceramah oleh Romo. Pukul 21.30 acara dilanjutkan
yaitu api unggun diamana tiap-tiap kelas menampilkan bakat hingga acara selesai kurang
lebih pukul 22.45. setelah acara api unggun selesai kami pulang kerumah dan berbincang-
bincang dengan Mas Gaguk dan Pak priyo serta teman kami Willy hungga pukul 01.30, lalu
kamipun tidur.

Hari ketiga
Pukul 07.00 saya bangun, lalu seperti biasa kami makan bersama keluarga. Setelah makan
kami berinteraksi dan bersama keluarga. Pukul 09.00 kami melakukan packing untuk pulang
menuju sekolah. Pukul 09.30 saya,Eka, Eki dan Kesit berpamitan kepada keluarga untuk
pulang.
Pukul 10.00 kami menuju Gereja untuk persiapan pulang. Pukul 12.00 kami makan di
samping Gereja tersebut. Pukul 12.15 truck sudah datang dan rombongan kembali ke Sekolah
dan sekitar pukul 13.30 rombongan tiba di sekolah dengan selamat
Kesan:
Saya betah berada disana karena disana orang-orangnya sangat ramah dan masih rukun
termasuk keluarga yang saya tinggali. Selain itu pemandangan disana sangat indah dan
memanjakan mata hingga membuat saya takjub. Selain itu acaranya juga menarik dan
menyenangkan. Saya juga jadi tau sejarah dan seluk beluk desa tersebut. Banyak
pengalaman yang begitu berguna yang saya dapat disana.
Pesan :
Menurut saya taun depan tetap diadakan saja lagi acara live in ini di desa Peniwen itu lagi.
Kegiatan live in ini sangat berguna karena kita bisa melatih berkomunikasi dengan
masyarakat luas. Selain itu tujuan yang lain adalah mempelajari kehidupan desa yang berbeda
jauh dengan kehidupan di kota dan juga melatih interaksi dengan orang
Nilai-nilai :
Banyak pengalaman yang saya peroleh
Saya bisa melatih komunikasi saya dan berinteraksi dengan mereka
Berkerja sama untuk capai tujuan bersama di kegiatan outbound

Anda mungkin juga menyukai