Anda di halaman 1dari 19

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Seiring dengan bertambah banyaknya jumlah penduduk di dunia, masalah
lingkungan menjadi suatu hal yang tidak boleh diabaikan. Jika terjadi kesalahan
dalam penanganannya, maka dampaknya akan sangatlah besar. Oleh karena itulah
diperlukan suatu hukum untuk mengatur mengenai pengelolaan lingkungan, untuk
dapat mencegah dampak negatif dari pengelolaan lingkungan. Upaya pelestarian
lingkungan hidup harus sejalan dengan pelaksanaan kebijaksanaan pembangunan
yang berwawasan lingkungan. Kebijaksanaan pembangunan harus memenuhi
unsur-unsur pokok yaitu pola kebijaksanaan harus memenuhi yang tercakup
dalam seluruh sektor pembangunan secara berkesinambungan dengan
kebijaksanaan pembangunan untuk mencapai pertumbuhan spiritual yang
meningkat dan kebijaksanaan pembangunan untuk mencapai lingkungan hidup
yang lebih beragam bagi pengisian kualitas yang lebih meningkat untuk
kedepannya.
Kawasan konservasi laut (KKL) merupakan kawasan laut yang dilndungi
yang bertujuan agar ekosistem beserta data sumber daya kelautan di kawasan
tersebut tidak punah. KKL memiliki dua fungsi utama, yaitu : (1) melindungi
seluruh ekosistem dengan cara menkonservasi berbagai spesies dan habitat-habitat
utama (Critical habitat) seperti daerah pemijahan (Spawninggrounds) dan daerah
asuhan/pembesaran (nursery grounds), dan (2) Stok Ikan (biota laut lainnya).
Kabupaten karimun merupakan salah satu kabupaten di provinsi kepulauan
riau yang memiliki berbagai sumberdaya alam mineral seperti granit, bouksit,
pasir pantai, dan timah. Adanya sumberdaya alam mineral, menjadi pusat
perhatian bagi pengusaha/kontraktor dan pemerintah setempat dalam mengelola
kekayaan alam tersebut guna meningkatkan ekonomi atau pendapatan. Kabupaten
karimun memiliki tiga pulau besar salah satunya adalah pulau kundur yang
memiliki sumberdaya alam mineral timah baik didarat maupun di daerah perairan
laut sekitarnya laut sekitar pulau kundur. Dengan danya timah dipulau kundur,
membuat Pt. Timah yang berpusat dipangkal pinang, Bangka, yang didirikan pada
tahun 1976 melakukan eksplorasi timah sampai ke daerah tersebut.
Kegiatan penambangan merupakan sebuah usaha yang dilakukan oleh
perusahaan untuk mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya dari hasil
kekayaan alam. Penambangan timah yngan sekitar pulau kundurang dilakukan
adalah salah satu bentuk upaya pemerintah atau instansi dalam pemanfaatan
sumberdaya alam yang ada untuk meningkatkan pendapatan ekonomi daerah.
Menurut Rifardi (2012), kegitan ini selain memberikan dampak positif terhadap
perekonomian nasional, juga menyebabkan terjadi dampak negatif berupa
rusaknya kualitas perairan seperti penurunan kualitas fisika, kimia, dan biologi
perairan.
PT Timah (Persero) Tbk (“PT Timah”) adalah perusahaan pertambangan
timah di Indonesia yang terletak di provinsi Bangka Belitung. Sebagai produsen
timah kedua terbesar di dunia, PT Timah telah mengoperasikan kegiatan
penambangan timah yang terintegrasi mulai dari eksplorasi, penambangan,
peleburan hingga pemasaran produk ke luar negeri. Sebagai perusahaan
pertambangan besar, maka sudah sepatutnya PT Timah memerhatikan lingkungan
serta kondisi kehidupan masyarakat sekitar akibat dari kegiatan pertambangannya.
Perusahaan PT. Timah (Persero) Tbk. Sudah lama beroperasi dalam melakukan
eksploitasi sumberdaya mineral yaitu timah. Penambangan timah yang dilakukan
didaerah Desa Prayun Kecamatan Kundur Barat Kabupaten Karimun. Kegiatan
penambangan timah oleh PT. Timah (Persero) Tbk. Dilakukan dalam dua tempat
yaitu didarat dan dilaut. Penambangan timah yang menjadi perhatian yaitu
pertambangan disekitar pulau kundur.
Pertambangan biji timah oleh PT. Timah (Persero) Tbk. Mengunakan kapal
keruk (KK) dan kapal isap produksi (KIP), berpengaruh terhadap lingkungan
perairan diwilayah penambangan timah. Kerusakan alam khususnya dilingkungan
perairan akan dampak pada ekosistem perairan
Penambangan/pengerukan yang dilakukan oleh PT. Timah (Persero) Tbk.
Sudah dimulai sejak tahun 1976, memberikan dampak terhadap aktivitas para
nelayan diwilayah operasi penambangan tersebut. Keluhan tersebut baru muncul
sekitar tiga dekade. Jika dibandingkan dengan kegiatan operasi penambangan
timah yang dilakukan PT. Timah (Persero) Tbk. Terhadap dampak yang dirasakan
oleh para nelayan memiliki rentang waktu yang cukup cepat, sehingga perlu
diketahui rencana pemantauan lingkungan terhadap perairan tersebut yang
dilakukan oleh PT. Timah (Persero) Tbk. Kundur.
Wilayah perairan laut sekitar pulau kundur menjadi objek dari penambangan
atau eksploitasi timah. Perairan laut sekitar pulau kundur merupakan salah satu
dari pulau yang memiliki sumberdaya mineral timah yaitu pulau bangka, Belitung,
singkep, dan karimun. Pulau kundur perlu adanya pengelolaan timah dengan baik
yang tidak memiliki dampak begitu besar terhadap lingkungan.
Melihat dari kegiatan yang dilakukan dan berdasarkan uraian diatas, penulis
tetarik untuk melakukan magang ini agar dapat secara langsung melihat proses
dari penerapan rencana pemantauan lingkungan.
1.2. Tujuan Praktek Magang
Praktek magang bertujuan untuk engetahui kegitan yan dilakukan oleh PT.
Timah (Persero) Tbk. Yang berpotensi menimbulkan dampak perubahan terhadap
lingkungan perairan dan pemantauan kualitas perairan diwilayah operasonal lepas
pantai sebagai penerapan rencana pemantaun lingkunga (RPL). Kemudian
mengetahui tahap kegiatan rehabilitasi lingkungan tempat penambangan timah
diperairan laut kundur.
1.3. Manfaat Praktek Magang
Manfaat yang diperoleh dari praktek magang ini adalah sebagai informasi dan
data kualitas lingkungan perairan sehingga dapat diminimalisir kerusakan yang
terjadi. Selain itu juga penulis berharap laporan magang ini bermanfaat bagi
perusahaan yang bersangkutan dan masyarakat yang tinggal didaerah
penambangan sebagai acuan bagi semua kalangan pihak yang bersangkutan.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Mukono (2005 : 3) analisis mengenai dampak lingkungan

(AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha

dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan

bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau

kegiatan.

2.1. Rencana pemantauan lingkungan (RPL)

2.1.1. Pengertian RPL

Rencana pemantauan lingkungan hidup (RPL) adalah upaya

pemantauan komponen lingkungan hidup yang terkena dampak besar dna

penting akibat dari rencana usaha atau kegiatan (PERMENLH No. 08 thn

2006).

Pemantauan lingkunagn merupakan upaya sistematis dan rencana tuk

memperoleh data kondisi lingkungan hidup secara periodik diruanagn tertentu

berikut perubahannya menurut waktu. Pemantauan lingkunagn hidup dapat

digunakan untuk memahami fenomena-fenomena yang terjadi pada berbagai

tingkatan, mulaidari tingkat proyek (untuk memahami perilaku dampak yang

timbul akibat usaha atau kegiatan), sampai ketinkat kawasan atau bahkan

regional; tergantung masalah yang dihadapi.

Pemantauan merupakan kegiatan yang berlangsung secara terus-

menerus, sistematis dan terencana. Pemantauan dilakukan terhadap komponen

lingkungan yang relevan untuk digunakan sebagai indikator untuk


mengevaluasi penataan (compliance), kecendrungan (trendline) dan tingkat

kritis (critical level) dari suatu pengelolaan lingkungan hidup.

2.1.2. Arti penting Bagi Pemrakarsa

Rencana pemantauan lingkungan (RPL) perlu disusun dan dilaksanakan

serta digunakan sebagai upaya :

1. Menjaga pelaksanaan kegiatan dilapangan sesuai denga rencana/jadwal;

2. Optimasi pendayagunaan sumberdaya lain;

3. Menjamin terpeliharanya daya dukung lingkungan terhadap kegiatan

ini.

2.1.3. Kegunaan Pemantauan Lingkungan

Hasil penyusunan rencana pemantauan lingkungan (RPL) ini diharapkan

dapat berguna untuk :

1. Pedoman bagi langkah-langkah aktif dalam pelaksanaan pemantauan

secara teratur dan sistematis.

2. Hasil pemantauan dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam

mengevaluasi pengaruh kegiatan penambangan terhadap komponen

lingkungan.

3. Hasil evaluasi kegiatan pemantauan lingkungan dapat digunakan

sebagai umpan balik bagi pemakarsa dalam memperbaiki dan

menyempurnakan kegiatan pengelolaan lingkungan.

4. mengetahui penyimpangan-penyimpangan yang tidak diharapkan.


2.1.4. Peraturan perundang-undangan

Rencana pemantaun lingkungan (RPL) merupakan bagian dari analisis

mengenai dampak lingkungan (AMDAL) didasarkan atas peraturan menteri

negara lingungan hidup nomor 08 tahun 2006 tentang pedoman penyusunan

analisis mengenai dampak lingkungan hidup. Rencana pemantauan lingkungan

(RPL) khususnya terhadap kualitas perairan telah diatur dalam undang-undang

sebagai berikut :

 Undang-undang nomor 11 tahun 1987 tentang ketentuan-ketentuan

pokok pertambangan.

 Undang-undang nomor 14 tahun 1969 tentang pokok-pokok

ketenagakerjaan.

 Undang-undang nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan dan

kesehatan kerja

 Undang-undang nomor 9 tahun 1985 tentang perikanan.

 Undang-undang nomor 5 tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya

alam hayati dan ekosistem.

 Undang-undang nomor 3 tahun 1992 tentang jaminan tenaga kerja

 Undang-undang nomor 21 tahun 1992 tentang pelayaran

 Undang-undang nomor 24 tahun 1992 tentang penataan ruang

 Undang-undang nomor 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan

hidup

 Undang-undang nomor 22 tahun 1999 pemerintahan daerah

 Undang-undang nomor 25 tahun 1999 perimbanagn keuangan antara

pusat dan daerah


 Undang-undang 34 tahun 2000 tentang pajak dan restribusi

 Peraturan pemerintah nomor 72 tahun 192 tentang pencegahan tubrukan

dilaut (P2TU)

 Peraturan pemerintah nomor 82 tahun 2992 tentang angkutan di

perairan dan peraturan pencegahan tubrukan dialaut atau collusion

regulation at sea tahun 1982

 Peraturan pemerintah nomor 19 tahun 1999 tahun tentang pengendalian

pencemaran atau perusakan laut

 Peraturan pemerintah nomor 27 tahun 1999 tentang analisis mengenai

dampak lingkungan

 Adapun dasar Hukum analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL)

adalah Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang Izin

Lingkungan yang selanjutnya didukung oleh Peraturan Menteri Negara

Lingkungan Hidup No. 05 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha

dan/atau Kegiatan yang Wajib meiliki analisis mengenai dampak

lingkungan Hidup (AMDAL).

Berdasarkan permasalahan tersebut maka pemerintah mempunyai

kebijakan di bidang lingkungan hidup. Salah satu upaya yang harus dilakukan

untuk meminimalisasi dampak negatif yang timbul dari suatu kegiatan/ industri

maka diberlakukan kewajiban dalam penyusunan studi kelayakan berupa

penyusunan dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) atau

Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL

UPL) bagi pemrakarsa kegiatan. Kedua studi tersebut merupakan studi

kelayakan lingkungan yang harus dibuat oleh pemrakarsa kegiatan dan atau
usaha yang baru atau belum beroperasi, sehingga melalui dokumen ini dapat

diperkirakan dampak yang akan timbul dari suatu kegiatan, kemudian

bagaimana dampak tersebut dikelola, baik dampak positif maupun negatif.

2.2. Industri dan pencemaran

Menurut wardhana (2004), didalam kegiatanindustri dan teknologi, air

yang telah digunakan (air limbah industri) tidak boleh langsung dibuang ke

lingkungan karen dpata menyebabkan pencemaran. Air tersebut harus diolah

terlebih dahulu agar memiliki kualitas yang sama dengan kualitas air

lingkungan. Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah

adanya perbahan atau tanda yang dapat diamati melalui :

1. Adanya perubahan suhu air

2. Adanya perubahan PH atau konsentrasi ion Hidrogen

3. Adanya perubahan warna, bau, dan rasa air

4. Timbulnya endapan, koloidal, bahan terlarut

5. Adanya mikroorganisme

6. Meningkatnya radioaktivitas air lingkungan

Diperkirakan 20% dari limbah yang dibuang ke laut ialah limbah industri

berupa lumpur lunak (sludge), lumpur yang bercampur dengan bahan kimia

toksik, agen infeksi, dan bahan padat yang bersal dari endapan pengolahan

limbah (Darmono, 2011)

Pencemaran lingkungan adalah perubhan lingkungan yang tidak

menguntungkn, sebagian karena tindakan manusia, disebabkan perubahan pola

penggunaan energi dan materi, tingkatan radiasi, bahan-bahan fisika dan kimia,

dan jumlah organisme (Sastrawijaya, 2000)


Menurut sastrawijaya (2000), sumber pencemaran dapat dibedakan

menjadi sumber domestik (rumah tangga) yaitu dari perkampungan, kota,

pasar, jalan, terminal, rumah sakit, dan sebagainya, serta sumber nondomestik,

yaitu dari pabrik, industri, pertanian, peternakan, perikanan, transportasi, dan

sumber-sumber lainnya. Sedangkan bentuk pencemaran dapat dibagikan

menjadi bentukcair, bentuk padat, dan bentuk gas seperti kebisingan.

2.3. Ekosistem Pantai

Ekosistem yaitu suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal

balik antara makhluk hidup dengan lingkungan (otoo, 2004).ekosistem air laut

biasanya juga dinamakan sebagai ekosistem bahari. Ekosistem air laut

merupakan ekosistem paling luas dipermukaan bumi. Lebih dari dua pertiga

bagian bumi ini merupakan ekosistem laut. Ekosistem air laut ditandai oleh

salinitas ( kadar garam) yang tinggi dengan ion Cl dapat mencapai 55%

terutama didaerah laut tropik, karena suhunya tingi (sekitar 25oC) dan

penguapan besar.

Wilayah pantai dan pesisir mempunyai arti yang strategis karena

merupakan wilayah interaksi atau peralihan (interface) antara ekosistem darat

dan laut. Batas kearah darat meliputi bagian daratan yang kering dan terendam

air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut dan

adanya perembesan air asin. Batas ke arah laut yaitu mencakup bagian laut

yang masih dipengaruhi oleh adanya proses-proses alami yang terjadi didarat

seperti proses sedimentasi dan aliran air tawar, termasuk berbagai kegiatan

manusia di darat seperti pengundulan hutan dan pencemaran (Dahuri et al.

2004)
Menurut deni (2009), di indonesi, ekosistem pesisir merupakan sumber

kehidupan bagi rakyat selama bertahun-tahun telah menjadi pendukung

pembangunan sosial dan ekonomi. Kegiatan perekonomian dikawasan tersebut

telah menyerap 14 juta tenaga kera dan memberi kontribusi sekitar 26,5% dari

GDP Indonesia. Pesisir dan lautan menyediakan sumberdaya alam yang

produktif, baik sebagai sumber pangan, tambang, mineral, dan energi, maupun

kegiatan pariwisata (Deni dalam Dahuri et al, 1996).

2.4. Timah

Timah Merupakan logam lembut berwarna perak abu-abu. Timah sangat

lunak (yang berarti bahwa hal itu dapat potong menjadi lembaran tipis) dan

dapat dipoles agar bersinar. Timah dapat membentuk dua alotrop berbeda di

bawah tekanan normal. Yaitu timah putih dan timah abu-abu. Timah putih

adalah bentuk logam timah yang paling akrab dengan kita. Timah abu-abu

adalah non-logam dan merupakan bahan tepung berwarna abu-abu. Timah abu-

abu mempunyai banyak kegunaan.

Biji timah yang ditambang diindonesia umumnya adalah dari jenis endapan

timah aluvial dan sering disebut sebagai endapan timah sekunder atau disebut

timah palcer. Jeni sbiji timah ini sudah terlepas dari endapan induknya yaitu

timah primer, dan oleh air diendapkan kembali ditempat lain yang lebih rendah

(wikipedia,2013)

2.5. Kualitas Perairan

2.5.1. Kekeruhan, Kecerahan, dan Warna Air


Kekeruhan (turbidity) adalah gambaran sifat optik dari suat perairan yang

ditentukan berdasarkan banyaknya sinar (cahaya) yang dipancarkan dan diserap

oleh partikel-partikel yang ada dalam air tersebut. (Kasry et al. 2012)

Kekeruhan, kecerahan dan warna air dapat mempengaruhi kehidupan

organisme. Terhalangnya cahaya hingga fotosintesis terganggu dan kekeruhan

oleh lumpur dapat mengganggu alat pernafasan ikan.

Kekeruhan, kejernihan, dan warna air dipengaruhi oleh :

a. Adanya bahan yang tersuspensi baik organik (plankton, bakteri, ataupun

detritus) maupun organik (koloid lumpur)

b. Adanya bahan-bahan terlarut baik organik (gula, protein, urea, tamin,

asam humus maupun bahan anorganik ( unsur hara, mineral).

Kekeruhan dapat diukur dengan turbidimeter ataupun colorimeter,

sedangkan daya tembus atau kecerahan dapat diukur dengan secchidisck.

Warna air dapat menentukan kesuburan suatu perairan. Air yang keruh

berwarna hijau oleh fitoplankton lebih subur (lebih produktif) dari air keruh

berwarna coklat oleh lumpuran ataupun tanin dan asam humus (syafriadiman,

2005)

2.5.2. Total suspended solid (TSS)

Padatan tersuspensi total (total suspended Solid) adalah bahan-bahan

tersuspensi (diameter > 1 m) yang bertahan pada saringan millipore dengan

diameter pori 0,45 m. TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad

renik, yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang

terbawa ke badan air (Kasry et al, 2012)


Partikel yang tersuspensi menyebabkan kekeruhan dalam air, sehngga

mengurangi kemampuan ikan dan organisme air lainnya memperoleh makanan,

mengurangi tanaman air melakukan fotosintesis, pakan ikan menjadi tertutup

lumpur, insang ikan dan kerang tertutup oleh sedimen dan akan mengakumulasi

bahan beracun seoerti pestisida dan senyawa logam. Bagian bawah sedime akan

merusak produksi pakan ikan (plankton), merusak telur ikan dan membendung

aliran sungai, danau, selat, dan pelabuhan (darmono, 2001)

Konsentrasi oksigen terlarut yang terlalu renah akan mengakibatkan ikan-

ikan dan binatang air lainnya yang membutuhkan oksigen akan mati.

Sebaliknya konsentrasi oksigen terlarut yang terlalu tinggi juga mengakibatkan

proses pengkaratan semakin cepat karena oksigen akan mengikat hidrogen yang

melapisin permukaan logam (Fardiaz, 1992)

2.5.3. pH

Nilai derjat keasaman (PH) suatu perairan mencirikan keseimbangan antara

asam dan basa dalam air dan merupakan pengukuran konsentrasi ion hidrogen

dalam larutan (adnan dalam Saeni, 1989). Sebagian biota akuatik sensitif

terhadap perubahan PH dan mempunyai nilai pH sekitar 7-8,5 (Effendi, 2003).

Ph merupakan ukuran aktifitas ion hydrogen dan didefinisikan sebagai minus

(negatif) logaritma konsentrasi ion pH (Syafriadiman, 2005)

Menurut fardiaz (1992), air buangan industri-industri bahan anorganik

pada umumnya mengandung asam mineral dalam jumlah tinggi sehingga

keasamannya juga tidak atau pHnya rendah.

2.5.4. BOD
BOD ( Biological Oxygen Demand), atau kebutuhan oksigen biologis,

adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme di dalam air

lingkungan untuk memecah (mendegradasi) bahan buangan organik yang ada di

dalam air lingkungan tersebut (Wardhana, 2004). BOD hanya menggambarkan

bahan organik yang dapat didekomposisi secara biologis (Biodegredabel).

Bahan organik ini berupa lemak, protein, kanji (starch), glukosa, aldehida,

ester, dan sebagainya, BOD adalah jumlah oksigen yang digunakan untuk

mendegradasi bahan organik secara biokimia, juga dapat diartikan sebagai

ukuran bahan yang dapat dioksidasi melalui proses biokimia (Monoarfa, 2002).

2.5.5. DO

Sumber oksigen terlarut dapat berasal dari difusi oksigen yang terdapat di

atmosfer (sekitar 35%) dan aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan

fitoplankton (Effendi dalam Novotny dan Olem, 1994). Menurut syafridiman

(2005), DO yang paling ideal untuk pertumbuhan dan perkembanganorganisme

yang dipelihara adalah diatas 5 ppm. Besarnya kandungan oksigen terlarut

didalam air dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain cuaca, kepadatan

fitoplankton, siang dan malam dan dinamika kehidupan organisme yang ada di

dalamnya.

2.5.6. Fosfat

Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan

(Effendi dalam Dugam, 1972). Ortofosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat

dimanfaatkan secara langsung oleh tumbuhan akuatik, sedangkan polifosfat

harus mengalami hidrolisis membentuk ortofosfat terlebih dahulu, sebelum

dapat dimanfaatkan sebagai sumber fosfor. Setelah masuk ke dalam tumbuhan,


misalnya fitoplankton, fosfat anorganik mengalami perubahan menjadi

organofosfat. Fosfat yang berikatan dengan ferri (Fe2(PO4)3) bersifat tidak larut

dan mengendap di dasar perairan. Pada saat terjadi kondisi anaerob, ion besi

valensi tiga (Ferri) ini mengalami reduksi menjadi ion besi valensi dua (Ferro)

yang bersifat larut dan melepaskan fosfat keperairan, sehingga meningkatkan

keberadaan fosfat di perairan (Effendi dalam Brown, 1987).

2.5.7. Nitrat

Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan

merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Menurut

Darmono (2001). Bila terjadi hujan lebat air akan membawa nitrat dari tanah

masuk ke dalam aliran air sungai, danau, dan waduk, kemudian menuju lautan

dalam kadar yang cukup tinggi. Hal ini akan merangsang tumbuhnya algae dan

tanaman air lainnya. Kelimpahan unsur nutrisi nitrat ini dalam air disebut

euthrophication, yang berasal dari bahasa latin eutrophos yang artinya “pakan

yang baik”. Kondisi eutrofikasi ini akan terlihat meningkatkan diperairan

berbagai negara. Pengaruh negatif dari eutrofikasi ini ialah terjadinya

perubahan keseimbangan kehidupan antara tenaman air dengan hewan air,

sehingga beberapa spesies ikan akan musnah dan tanaman air akan dapat

menghambat laju arus air.

2.5.8. Ammonia

Ammonia dalam air ada dua bentuk, yaitu bentuk ion ammonium

(NH4+) dan bentuk gas ammoniak (NH3). Kedua bentuk ammonia tersebu

diukur sebagai total ammonia. Ammonia terbentuk melalui penguraian produk


protein dan hewani serta arus air limbah yang mengandung nitrogen serat

iluvasi pupuk. Ammonium bebas bersifat racun bagi ikan (Syafriadiman, 2005).
III. METODE PRAKTEK

3.1. Waktu dan tempat

Praktek magang ini dilaksanakan dari tanggal 25 Januari – 25 Februari 2016

di wilayah kawasan Operasional PT. Timah (Persero) Tbk. Wilayah Kepulauan

Riau dan Riau, Dipulau Kundur, Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktek magang di lapangan tertera pada tabel 1.

Proses pengambilan sampel air dilakukan di wilayah operasional penambangan

biji timah dari belakang kapal produksi dan analisis sampel laut dilakukan

dilaboratorium PT, Sucofindo Palembang.

Alat Kegunaan

Kamera Digital Dokumentasi kegiatan dilapangan

Kapal Boat Transportasi laut untuk menuju lokasi

sampling

PPE/APD (Coverall, helmet safety, Melindungi diri dan menghindari dari

safety glasses) kecelakaan kerja

3.3. Metode Praktek Magang

Metode yang digunakan dalam pelaksanaan paktek magang adlaah metode

survey di lapangan dan mengamati proses pemantauan lingkungan disekitar

kawasan operasional penambangan PT. Timah (Persero) Tbk. Wilayah kepulauan

riau dan riau. Data primer pada proses magang dilaksanakan tidak ada data yang

bisa diambil karena waktu antara pengambilan data ( sampel air) dengan magang
yang dilaksanakan tidak bertepatan dengan jadwal pengambilan langsung sampel

air oleh pihak lingkungan hidup (LH) PT. Timah (Persero) Tbk. Sementara itu,

data yang diperoleh hanya data-data sekunder berupa literatur-literatur terkait

penerapan RPL dari wawancara dengan pihak LH dan data kualitas perairan yang

sudah dianalisis di laboratorium PT. Sucofindo.

3.4. Prosedur Praktek Magang

4.4.1. Pengambilan data (Primer dan Skunder)

Praktek magang dilapangan bertempat pada perairan pulau kundur yang

termasuk ke dalam wilayah operasional PT. Timah (Persero) Tbk. Wilayah

kepulauan riau dan riau dilokasi tempat eksploitasi timah. Proses pengambilan

data primer berupa pengamatan proses eksploitasi bijih timah terhadap kapal

produksi (KK dan KIP) dalam penerapan rencana pemantauan lingkungan (RPL)

dengan terjun langsung kelapangan melihat teknik eksploitasi bijih timah dan

kondisi lapangan pada tahap operasi. Pada saat dilapangan, proses pengamatan

dilakukan di kapal produksi (KK dan KIP) dengan melihat tahap operasi

mengeksploitasi timah dari pengerukan atau pengisapan, kemudian proses dari

pembuangan tailing yang dilakukan dibelakang kapal pada waktu yang sama dan

sampai pada tahap akhir pencucian bijih timah.

Sementara itu, proses pngambilan data primer berupa sampel air tidak

dilaksanakan karena belum berkenaan dengan jadwal yang ditentukan oleh PT.

Timah Tbk. Pengambilan data sekunder dilakukan dengan cara berdiskusi atau

wawancara dengan pihak lingkungan hidup (LH) PT. Timah (Persero) Tbk.

Dikantor keselamatan kesehatan kerja dan lingkungan hidup (K3LH) yang

berkenaan dengan praktek magang.


Rangkaian praktek magang yang akan dilakukan adalah ;

1. Pengenalan perusahaan dan Fabrication Yard

2. Persiapan PPE/APD (Alat Pelindung Diri)

3. Pemantauan lingkungan sekitar kapal produksi tahap operasi

4. Pengamblan data srta dokumen untuk melengkapi data yang diperlukan.

3.5. Analisis Sampel

Proses pengambilan sampel air dilakukan oleh pihak LH PT. Timah (Persero)

Tbk. Sampel yang diambil dari belakang kapal kemudian dimasukkan ke dalam

jerigen berukuran 5 liter berdasarkan jarak pengambilan sampel terhadap kapal

produksi (KK dan KIP). Sampel kemudian dibawa ke PT. Sucofindo untuk

dianalisis yang berdasarkan acuan keputusan menteri lingkungan hidup terhadap

parameter kualitas perairan.

3.6. Analisis Data

Data primer yang didapat berupa data analisis di lapangan oleh PT. Timah

(persero) Tbk. Yang kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

Dokumentasi proses pemantauan di laut dan juga data sekunder yang diperoleh

dari data laporan pemantauan lingkungan tahun 2015 oleh PT. Timah (persero)

Tbk. Wilayah kepulauan riau dan riau, selanjutnya dianalisis dengan melakukan

perbandingan dari literatur –literatur lain yang mendukung.


DAFTAR PUSTAKA

http://journal.binus.ac.id/index.php/BBR/article/viewFile/1371/1232

Anda mungkin juga menyukai