Anda di halaman 1dari 41

Analisis dampak lingkungan hidup (andal) 2017

RENCANA PERTAMBANGAN PASIR LAUT

BAB I

PENDAHULUAN

Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan bekerjasama dengan PT. Yasmin


Ciputra untuk melakukan kegiatan pemantanngan lahan melalui kegiatan reklamasi
di Central of Indonesia (COI) yang berada di Kawasan Ruang Laut di Kecamatan
Mariso, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Rencana pembangunan COI akan
memerlukan tanah pasir laut untuk reklamasi proyek CPI merupakan bagian dari
rancangan induk Kawasan Bisnis Global Terpadu seluas 1.000 hektar. Sehubuangan
rencana kegiatan tersebut maka pihak PT. Yasmin melakukan kerjasama dengan
Ciputra Group untuk mengembangan kota baru bertajuk CitraLand City Losari
Makassar sebagai kawasan modern terintegrasi yang terdiri dari area permukiman
dan area komersial (pusat belanja, hotel, apartemen, perkantoran, dan lain-lain). PT.
Yasmin dan Ciputra Group membentuk satu perusahaan yang dinamakan PT. Yasmin
Ciputra. Perusahaan tersebut yang akan melakukan kegiatan reklamasi
pembangunan Central of Indonesia (CPI). Selain itu, pihak PT. Pelindo IV, juga akan
melakukan kegiatan pematangan lahan melalui kegiatan reklamasi untuk
membangun Makassar New Port. Terhadap rencana kegiatan tersebut maka PT.
Lautan Phinisi Respurces mengappresiasi kegiatan tersebut dengen melakukan
kerjasama dengan PT. Yasmin Ciputra dan PT. Pelindo IV untuk pengadaan pasir laut
yang dibutuhkan untuk kegiatan reklamasi.

Lokasi daerah penyelidikan secara administratif berada di perairan lepas


pantai Galesong dan Galesong Selatan Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan
dan secara geografis terletak pada 5 o 20’ 31.100” LS – 5 o 23’ 15.962” LS dan 119 10’
22.545” BT – 119 14’ 46.682” BT. Dengan luas daerah penyelidikan adalah 1.025,66
Ha.

Lokasi penyelidikan terletak kurang lebih berjarak 32.945,85 meter atau


32,94 km atau 18,3 mil laut di sebelah barat daya dari Kota Makassar dan dapat
dicapai dengan menggunakan kapal dari pelabuhan Makassar dengan waktu kurang
lebih 3,15 jam. Jarak terdekat lokasi WIUP dengan garis pantai adalah dengan Pulau
Satanga yaitu berjarak 4,86 Km atau 2 mil, selanjutnya jarak ke Pulau Dayang-
Dayangan 4,99 Km atau 2,77 mil, jarak ke Pulau Lantampeak adalah 6,06 km atau
3,36 mil, dan jarak ke Desa Mangindara 9,56 km atau 5,31 mil,.

Reklamasi pantai ini memerlukan material bangunan dan urugan yang


disesuaikan dengan kebutuhan dan persyaratan konstruksi yang ada. Persyaratan
utama adalah tidak termasuk tanah organik ataupun lempung dengan plastisitas
tinggi di mana indeks plastisitas, PI < 15% atau tidak masuk dalam klasifikasi

Ω PT. LAUTAN PHINISI RESOURCES I-1


Analisis dampak lingkungan hidup (andal) 2017
RENCANA PERTAMBANGAN PASIR LAUT

sebagai a-7-x dari persyaratan klasifikasi AASHTO atau sebagai CH dalam sistem
klasifikasi unfied, hal ini disebabkan karena penempatan material di bawah muka air.
Untuk menghindari tanah dengan sifat kembang susut maka nilai-nilai yang dapat
digunakan sebagai pedoman yaitu Batas cair, LL tidak lebih dari 35% tidak
mengandung material organik, persyaratan lain yang perlu diperhatikan adalah
gradasi butiran yaitu di mana kandungan kerikil maksimum 30%, pasir minimum
50% dan lanau-lempung maksimum 20% hal ini penting untuk mencapai tingkat
kepadatan yang optimal. Material urugan yang dibutuhkan untuk reklamasi terdiri
dari pasir, batu dan sirtu. Salah satu sumber material urugan tersebut diperoleh dari
laut, yang dapat dijelaskan sebagi berikut, pengambilan pasir/tanah laut di laut
direkomendasikan dilakukan pada kedalaman tertentu yaitu 15 - 51 m dari
permukaan laut;

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka salah satu investor yang akan
berperan dalam memenuhi kebutuhan material urugan untuk kegiatan reklamasi
diwilayah Kota Makassar adalah PT. Lautan Phinisi Resources dengan merencanakan
Kegiatan Pengerukan Pasir Laut di wilayah ruang laut Kecamatan Galesong Selatan
dan Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar. Berdasarkan hasil eksplorasi yang
telah dilakukan pada Tahun 2015/2016 menunjukkan bahwa diperairan laut Takalar,
khususnya perairan laut Kecamatan Galesong Selatan dan Kecamatan Galesong
memiliki potensi pasir laut yang cukup besar ( kurang lebih 10 juta m³ ) yang dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan penimbunan areal reklamasi yang ada di Kota
Makassar.

Sesuai dengan peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.5 Tahun 2012
tentang Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki AMDAL, maka
rencana kegiatan tersebut wajib memiliki AMDAL karena volume kerukannya ≥
500.000 m³. Rencana kegiatan tersebut berpotensi menimbulkan dampak penting
terhadap sistem hidrologi dan ekologis yang lebih luas dari batas tapak kegiatan itu
sendiri, perubahan batimetri, ekosistem dan mengganggu proses-proses alamiah di
daerah perairan (sungai dan laut) termasuk menurunnya produktifitas kawasan yang
dapat menimbulkan gangguan terhadap lalu lintas pelayaran perairan.

Tujuan dari Rencana Pertambangan Pasir Laut, di Wilayah Ruang Laut


Kecamatan Galesong Selatan dan Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar adalah
untuk menyiapkan material reklamasi berupa pasir laut bagi investor yang akan
berinvestasi untuk pengembangan kawasan pantai Makassar. Sementara manfaat
dari rencana Pertambangan Pengerukan Pasir Laut, antara lain: membantu investor
dalam penyediaan material pasir laut dalam untuk kebutuhan reklamasi dalam
rangka pengembangan Kawasan Pesisir Kota Makassar. Selain itu, kegiatan tersebut
bermanfaat untuk meningkatkan pelayanan masayakat melalui Program
Pemberdayaan Masayakat melalui dana Tanggung Jawab Sosial ( Corporate Social
Responsibility) dan Pengembangan Masyarakat (Community Development),

Ω PT. LAUTAN PHINISI RESOURCES I-2


Analisis dampak lingkungan hidup (andal) 2017
RENCANA PERTAMBANGAN PASIR LAUT

khususnya bagi penduduk nelayan di di Kecamatan Galesong adalah Desa Boddia,


Desa Galesong Kota, Desa Galesong Baru, Desa Pa’lakkang, dan Desa
Mappakalompa. Kemudian desa -desa di Kecamatan Galesong Selatan adalah Desa
Bontokanang, Desa Bonto Marannu, Desa Kaluku Bodoa, dan Desa Mangindara.

Status Studi AMDAL Rencana Pertambangan Pasir Laut, di Wilayah Ruang


Laut Kecamatan Galesong Selatan dan Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar,
Provinsi Sulawesi Selatan, ini dilakukan berdasarkan hasil Studi Kelayakan Teknis dan
Ekonomi serta Finansial. Selain itu, laporan Hasil Eksplorasi dan Laporan Kegiatan
Bor-log yang telah dilaksanakan oleh PT. Lautan Phinisi Resources Pada Bulan Juli
sampai dengan November 2016.

A. Lokasi dan Sarana Parasaran Rencana Kegiatan

Rincian dan uraian dari rencana pertambangan Pasir Laut, di Wilayah Ruang
Laut Kecamatan Galesong Selatan dan Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar
adalah sebagai berikut:

Lokasi daerah penyelidikan secara administratif berada di wilayah ruang laut


Galesong dan Galesong Selatan, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan dan
secara geografis terletak pada 5o 20’ 31.100” LS – 5 o 23’ 15.962” LS dan 119 10’
22.545” BT – 119 14’ 46.682” BT. Dengan luas daerah penyelidikan adalah 1.025,66
Ha. Lokasi penyelidikan terletak kurang lebih berjarak 32.945,85 meter atau 32,94
km atau 18,3 mil laut di sebelah barat daya dari Kota Makassar dan dapat dicapai
dengan menggunakan kapal dari pelabuhan Makassar dengan waktu kurang lebih
3,15 jam. Jarak terdekat lokasi WIUP dengan garis pantai adalah dengan Pulau
Satanga yaitu berjarak 4,86 Km atau 2 mil, selanjutnya jarak ke Pulau Dayang-
Dayangan 4,99 Km atau 2,77 mil, jarak ke Pulau Lantampeak adalah 6,06 km atau
3,36 mil, dan jarak ke Desa Mangindara 9,56 km atau 5,31 mil. Alternatif lain adalah
dengan menggunakan kendaraan roda empat menyusuri pantai ke Kecamatan
Galesong, Kabupaten Takalar yang berjarak 24,59 Km atau 13,6 mil dengan waktu
tempuh kurang lebih 2 jam dan dilanjutkan dengan menggunakan speedboat atau
kapal selama 30 menit.

Kota Takalar sebagai ibukota Kabupaten Takalar berjarak kurang lebih 37


kilometer ke arah selatan dari Kota Makassar ibukota Provinsi Sulawesi Selatan. Dari
Takalar ke Galesong berjarak kurang lebih 19 kilometer ke arah barat laut dan untuk
mencapai lokasi penyelidikan dari Galesong menggunakan speedboat atau kapal
dengan waktu tempuh kurang lebih 2 jam. Secara lengkap titik koordinat WIUP dan
jarak lokasi WIUP dengan pulau/daerah sekitar disajikan pada Tabel.1.1 dan
Tabel.1.2 berikut :

Ω PT. LAUTAN PHINISI RESOURCES I-3


Analisis dampak lingkungan hidup (andal) 2017
RENCANA PERTAMBANGAN PASIR LAUT

Tabel.1.1. Batas Geografis Ijin Usaha Pertambangan PT. Lautan Phinisi Resources
Koordinat WIUP PT. Lautan Phinisi Reseources
NO Garis Bujur (BT) Garis Lintang (LS)
...⁰ …' …" X ...⁰ …' …" Y
1 119 10 22.545 119.1729 5 20 31.100 5.341972
2 119 10 37.605 119.1771 5 20 31.100 5.341972
3 119 10 37.605 119.1771 5 20 25.877 5.340521
4 119 10 49.992 119.1806 5 20 25.877 5.340521
5 119 10 49.992 119.1806 5 20 22.547 5.339596
6 119 11 50.808 119.1974 5 20 22.547 5.339596
7 119 11 50.808 119.1974 5 20 31.726 5.342146
8 119 12 19.938 119.2055 5 20 31.726 5.342146
9 119 12 19.938 119.2055 5 20 39.013 5.34417
10 119 12 42.463 119.2118 5 20 39.013 5.34417
11 119 12 42.463 119.2118 5 20 46.934 5.346371
12 119 13 6.952 119.2186 5 20 46.934 5.346371
13 119 13 6.952 119.2186 5 20 52.402 5.347889
14 119 13 17.416 119.2215 5 20 52.402 5.347889
15 119 13 17.416 119.2215 5 21 0.769 5.350214
16 119 13 28.198 119.2245 5 21 0.769 5.350214
17 119 13 28.198 119.2245 5 21 11.074 5.353076
18 119 13 37.616 119.2271 5 21 11.074 5.353076
19 119 13 37.616 119.2271 5 21 20.939 5.355816
20 119 13 47.028 119.2297 5 21 20.939 5.355816
21 119 13 47.028 119.2297 5 21 28.739 5.357983
22 119 13 54.310 119.2318 5 21 28.739 5.357983
23 119 13 54.310 119.2318 5 21 35.221 5.359784
24 119 14 0.362 119.2334 5 21 35.221 5.359784
25 119 14 0.362 119.2334 5 21 46.178 5.362827
26 119 14 10.591 119.2363 5 21 46.178 5.362827
27 119 14 10.591 119.2363 5 21 56.915 5.36581
28 119 14 20.614 119.2391 5 21 56.915 5.36581
29 119 14 20.614 119.2391 5 22 5.207 5.368113
30 119 14 28.356 119.2412 5 22 5.207 5.368113
31 119 14 28.356 119.2412 5 22 15.476 5.370966
32 119 14 33.685 119.2427 5 22 15.476 5.370966
33 119 14 33.685 119.2427 5 22 28.203 5.374501
34 119 14 39.125 119.2442 5 22 28.203 5.374501

Lanjutan Tabel.1.1.
NO Koordinat WIUP PT. Lautan Phinisi Reseources

Ω PT. LAUTAN PHINISI RESOURCES I-4


Analisis dampak lingkungan hidup (andal) 2017
RENCANA PERTAMBANGAN PASIR LAUT

Garis Bujur (BT) Garis Lintang (LS)


...⁰ …' …" X ...⁰ …' …" Y
35 119 14 39.125 119.2442 5 23 3.534 5.384315
36 119 14 46.882 119.2464 5 23 3.534 5.384315
37 119 14 46.882 119.2464 5 23 15.962 5.387767
38 119 15 11.071 119.2531 5 23 15.962 5.387767
39 119 15 11.071 119.2531 5 23 30.208 5.391724
40 119 15 27.184 119.2576 5 23 30.208 5.391724
41 119 15 27.184 119.2576 5 23 47.669 5.396575
42 119 16 15.280 119.2709 5 23 47.669 5.396575
43 119 16 15.280 119.2709 5 24 4.200 5.401167
44 119 14 58.020 119.2495 5 24 4.200 5.401167
45 119 14 58.020 119.2495 5 23 43.740 5.395483
46 119 14 21.400 119.2393 5 23 43.740 5.395483
47 119 14 21.400 119.2393 5 22 16.910 5.371364
48 119 13 50.840 119.2308 5 22 16.910 5.371364
49 119 13 50.840 119.2308 5 21 34.600 5.359611
50 119 13 0.680 119.2169 5 21 34.600 5.359611
51 119 13 0.680 119.2169 5 20 58.370 5.349547
52 119 10 48.750 119.1802 5 20 58.370 5.349547
53 119 10 48.750 119.1802 5 20 49.032 5.346953
54 119 10 22.545 119.1729 5 20 49.032 5.346953
Sumber :WIUP PT. Lautan Phinisi Resources, 2016
Tabel.1.2. Jarak Lokasi WIUP PT. Lautan Phinisi Resources dengan Daratan Sekitar
JARAK
NO JARAK DENGAN PULAU SEKITAR
Meter Km Mil
1 MANGINDARA 9562.53 9.56 5.31
2 DAYANG-DAYANGAN 4998.29 5.00 2.78
3 SATANGA 4863.10 4.86 2.70
4 BANGKENGDOANG/ P. LANTAMPEAK 6069.48 6.07 3.37
5 LOKASI CPI MAKASSAR 32945.85 32.95 18.30
Sumber :WIUP PT. Lautan Phinisi Resources, 2016

Ω PT. LAUTAN PHINISI RESOURCES I-5


Analisis dampak lingkungan hidup (andal) 2017
RENCANA PERTAMBANGAN PASIR LAUT

Gambar 1.1 Lokasi IUP Eksplrorasi Pertambangan Pasir Laut PT. Lautan Phinisi Resources

Ω PT. LAUTAN PHINISI RESOURCES I-6


Analisis dampak lingkungan hidup (andal) 2017
RENCANA PERTAMBANGAN PASIR LAUT

B. Potensi Sumber Daya

Luas Izin Usaha Pertambangan PT. Lautan Phinisi Resources meliputi wilayah
seluas 1.025,66 Ha. Untuk keperluan perhitungan cadangan endapan pasir laut,
daerah penyelidikan dibagi menjadi tiga sub-blok, yang mencerminkan luas daerah
pengaruh lubang bor terdekat dengan mempertimbangkan luas daerah pengaruh
lubang bor terdekat dengan mempertimbangkan tebal rata-rata endapan pasir laut,
jarak terhadap titik pusat dan faktor kesalahan yang diperkirakan.
1. Dasar Perhitungan Cadangan
Dasar perhitungan cadangan pasir laut yang akan dilakukan didasarkan pada
data-data eksplorasi mengenai kedalaman laut dan tebal pasir laut yang layak
tambang sehingga perhitungan jumlah cadangan pasir laut yang terdapat pada
wilayah izin usaha pertambangan dilakukan dengan menggunakan metode
perhitungan cadangan luas daerah pengaruh (Area of Influence) dimana setiap
lubang bor ditentukan suatu batas daerah pengaruh yang dibentuk oleh garis-garis
berat antara titik tersebut dengan titik lubang bor terdekat yang ada di sekitarnya,
masing-masing daerah atau sub blok diperlukan sebagai suatu polygon yang
mempunyai ketebalan yang sama dengan titik bor yang berada di dalam polygon
tersebut. Total volume cadangan yang diperoleh dengan menjumlahkan seluruh
volume masing-masing polygon. Hasil pengeboran di beberapa titik Bor Log dan
sampling pada lokasi tertentu di dalam area penyelidikan (IUP) Eksplorasi
menunjukkan adanya variasi ketebalan pasir permukaan hingga mencapai jenis
material pasir bercampur kerikil (cangkang biota laut dan pecahan karang). Namun
dengan keterbatasan peralatan, kemampuan penyelaman dan kedalaman perairan,
maka pendugaan kedalaman lapisan ke Dua (pasir bercampur kerikil) tidak dapat di
bor pada lebih dari 2 meter dari permukaan dasar perairan.

Tabel.1.3. Hasil Bor Log Pada Area Penyelidikan di Lokasi Rencana Pertambangan
Pasir Laut, di Wilayah Ruang Laut Kecamatan Galesong Selatan dan
Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar, oleh PT. Lautan Phinisis
Resources
Point Kedalaman Tebal Pasir Pasir+Rubble Blok
No
Bor Log (m) (m) (m) Kedalaman
1 BR III 19 0,5 0,4 1
2 BR II 25 0,7 0,4 2
3 BR IV 29 0,7 0,5 2
4 BR VII 36 1,0 0,4 3
5 BR V 28 1,1 0,3 2
6 BR VI 36 1,2 0,2 3
7 BR VIII 37 1,2 0,2 4
8 BR I 23 0,6 0,3 2
Sumber: Laporan Bor-Log, Pengerukan Pasir PT. Lautan Phinisi Resouces, 2016

Ω PT. LAUTAN PHINISI RESOURCES I-7


Analisis dampak lingkungan hidup (andal) 2017
RENCANA PERTAMBANGAN PASIR LAUT

Dari hasil Bor Log dan sampling sedimen menunjukkan ketebalan sedimen
cenderung homogen pada area pedataran dasar perairan yang landai pada Blok
kedalaman 3 dan 4. Demikian halnya pada area Blok kedalaman 5, dengan estimasi
ketebalan pasir dan kerikil yang cenderung menebal sesuai penambahan kedalaman
yang di mulai dengan kisaran ketebalan 1,0 m hingga 1,2 m pada Blok kedalaman 3
dan 4. Pada Blok kedalaman 1 dan 2 di sebelah Tenggara area penyelidikan dimana
kondisi topografi berombak oleh pengaruh batuan dasar kepulauan sekitarnya serta
gosong karang /pasir, ketebalan pasir hanya berkisar 0,5 – 0,7 m, dengan ketebalan
lebih besar pada material pasir bercampur kerikil. Karakteristik material
memperlihatkan adanya pemadatan sedimen seiring bertambahnya kedalaman dan
ketebalan sedimen dasar.

Ketebalan lapisan ke 2 (Dua) berupa material pasir bercampur kerikil


(cangkang dan rubble) yang berkisar antara 0,2 – 0,5 m pada data hasil Bor Log
tidak menunjukkan ketebalan material yang sesungguhnya karena keterbatasan
kemampuan untuk menembus lapisan tersebut secara manual di kedalaman
perairan. Oleh karenanya, pendugaan cadangan sumberdaya pasir pada
pembahasan selanjutnya hanya memakai data Bor Log hasil pengukuran ketebalan
sedimen berkategori pasir (SW).

Gambar 1.2. Ilustrasi Penampang Area Penyelidikan di Dalam Area IUP


Eksplorasi Lautan Phinisi Resources (LPR)
Sumber: Laporan Eksplorasi IUP Rencana Pengerukan Pasir PT. Lautan Phinisi
Resouces, 2016
Keterangan: (A) Kolom air dengan kedalaman 15 – 51 m, (B) Lapisan sedimen pasir
(SW) dengan ketebalan 0,4 – 1,2 m. (C) Lapisan Pasir bercampur material organik
/kerikil dengan ketebalan 0,2 – 0,5 m. (D) Lapisan material sedimen tak
teridentifikasi /unidentified 0,5 – 2,5 m. (E) Lapisan batuan dasar lempeng perairan.

Ω PT. LAUTAN PHINISI RESOURCES I-8


Analisis dampak lingkungan hidup (andal) 2017
RENCANA PERTAMBANGAN PASIR LAUT

1. Klasifikasi Cadangan

Dari hasil kegiatan eksplorasi yang telah dilakukan, diketahui bawa


penyebaran perlapisan sedimen yang sangat berpotensi mengandung fraksi yang
cukup tebal, untuk mengetahui secara detail penyebaran dan ketebalan endapan
pasir dilakukan pengeboran di beberapa titik yang representative. Berdasarkan data-
data yang diperoleh dari hasil pemboran yang telah dilakukan oleh PT. Lautan Phinisi
Resources, endapan pasir laut yang ada dapat diklasifikasikan ssebagai cadangan
terukur. Cadangan terukur dihitung berdasarkan pengukuran nyata pada derah
penyebaran pasir pada lokasi pertambangan dengan melalui pendekatan dari data
pemboran dan dari studi literature, endapan ini dihitung pada area yang telah
ditentukan dengan batas-batas spasi lubang bor pada waktu mengadakan eksplorasi
dibatasi hanya antara satu lubang bor dengan lubang bor lainnya.

2. Jumlah Cadangan

Untuk keperluan perhitungan cadangan endapan pasir laut, daerah


penyelidikan dibagi menjadi beberapa sub blok yang mencerminkan luas daerah
pengaruh lubang bor terdekat dengan mempertimbangkan tebal rata-rata endapan
pasir laut, jarak terhadap titik pusat dan faktor kesalahan yang diperkirakan, dengan
menggunakan rumus :
V = A x d, dimana :
V = Volume per blok (m3)
A = Luas daerah pengaruh per blok (m2)
d = Tebal per blok (m)
V = 10.174.726,73 m2 x 1,029 m
= 10.466.202,88 m3 (potensi cadangan)

V = 10.466.202,88 m3 x 0,15 (mining recovery 15%)


= 1.569.930.43 m3 (mining recovery)
= 8.896.272,45 m3

Berdasarkan hasil pendugaan karakteristik endapan sedimen dasar perairan,


serta bentuk topografi dasar perairan maka sebaran endapan pasir laut yang berada
di wilayah penyelidikan dibagi menjadi 5 (Lima) area Blok Kedalaman seperti pada
Tabel sebelumnya. Dari hasil kajian dan perhitungan Bor Log dan sampling sedimen
maka pendugaan cadangan sumber daya pasir kategori SW (sand) dengan
mengabaikan material kategori pasir bercampur kerikil / cangkang organik biota laut
adalah sebagai berikut.

a. Kategori 1 (Blok I) kedalaman 15 m – 22 m

Luas dataran yang berpotensi adalah seluas 992.791 m 2 yang memiliki


potensi endapan pasir secara keseluruhan area. Area ini merupakan dangkalan
berbentuk bukit-bukit dan hamparan dasar perairan yang bergelombang. Pada
puncak gundukan dasar merupakan gosong dengan sedikit bekas terumbu karang
Ω PT. LAUTAN PHINISI RESOURCES I-9
Analisis dampak lingkungan hidup (andal) 2017
RENCANA PERTAMBANGAN PASIR LAUT

yang telah terdegradasi. Ketebalan sedimen pasir menunjukkan ketebalan sekitar


0,5 meter dengan lapisan ke 2 berupa pasir bercampur material cangkang organik
cenderung kasar 0,4 m. Blok 1 ini tak dapat dipisahkan dengan Blok 2 dengan
rentang kedalaman 23 – 29 m di bagian sebelah Tenggara area penyelidikan.
Estimasi cadangan pasir pada lokasi ini sebesar 496.396 m3 (kubik).

b. Kategori 2 (Blok 2) kedalaman 23 m-29 m

Luas dataran yang berpotensi adalah seluas 2.702.848,92 m 2 yang memiliki


potensi endapan pasir secara keseluruhan area. Area ini cenderung landai dengan
sedikit bergelombang. Ketebalan sedimen pasir menunjukkan rentang ketebalan
sedimen pasir berkisar 0,6 – 1,1 m. Dengan ketebalan material pasir bercampur
kerikil terduga rata-rata 0,4 m. Blok 2 ini tak dapat dipisahkan dengan Blok 1 karena
merupakan cekungan dan landaian dari gundukan gosong pasir pada Blok
kedalaman tersebut. Estimasi cadangan pasir pada lokasi ini dengan memakai rata-
rata dari rentang ketebalan 0,6 – 1,1 m (mean : 0,85 m) sebesar 2.297.422 m3
(kubik).

c. Kategori 3 (Blok 3) kedalaman 30 m-36 m

Luas dataran yang berpotensi adalah seluas 1.025.183,74 m 2 yang memiliki


potensi endapan pasir secara keseluruhan area. Area ini cenderung landai dengan
sedikit bergelombang. Ketebalan sedimen pasir menunjukkan rentang ketebalan
sedimen pasir berkisar 1,0 – 1,2 m. Dengan ketebalan material pasir bercampur
kerikil terduga rata-rata 0,2 – 0,4 m. Estimasi cadangan pasir pada lokasi ini dengan
memakai rata-rata dari rentang ketebalan 1,0 – 1,2 m (mean : 1,1 m) sebesar
1.127.702 m3 (kubik).

d. Kategori 4 (Blok 4) kedalaman 37 m - 42 m

Luas dataran yang berpotensi adalah seluas 3.176.244,49 m 2 yang memiliki


potensi endapan pasir secara keseluruhan area. Area ini cenderung landau dan
merupakan blok kedalaman terluas di dalam area estimasi cadangan pada luasan
area penyelidikan ini. Ketebalan sedimen pasir pada 1 kali pengeboran menunjukkan
ketebalan sedimen pasir 1,2 m pada lokasi terdangkal dari Blok kedalaman ini.
Dengan ketebalan material pasir bercampur kerikil 0,2 m. Estimasi cadangan pasir
minimum pada lokasi ini sebesar 3.811.494 m3 (kubik).

e. Kategori 5 (Blok 5) kedalaman 43 m - 51m

Luas dataran yang berpotensi adalah seluas 2.277.658,58 m 2 yang memiliki


potensi endapan pasir secara keseluruhan area. Area ini cenderung landai dan
merupakan blok terdalam pada luasan area penyelidikan ini. Estimasi cadangan
pasir minimum pada lokasi ini dengan mengamati karakteristik topografi dasar

Ω PT. LAUTAN PHINISI RESOURCES I - 10


Analisis dampak lingkungan hidup (andal) 2017
RENCANA PERTAMBANGAN PASIR LAUT

perairan serta karakter endapan pasir yang cenderung homogen maka estimasi
cadangan dengan memakai estimasi Bor-Log pada Blok kedalaman 4 dengan
ketebalan endapan 1,2 m, sebesar 2.673.191 m3 (kubik).

Hasil akumulasi pendugaan cadangan pasir laut potensial pada kelima Blok
Kedalaman di atas maka terestimasi cadangan pasir laut keseluruhan pada area
penyelidikan sebesar 10.406.205 m3 (kubik), dengan mengabaikan kategori lapisan
pasir bercampur cangkang organik dan kerikil (rubble).

f. Kualitas Endapan

Kualitas pasir laut (uji rendemen) adalah pengujian dengan cara


memisahkan unsur pasir laut dari partikel tanah atau batuan biasa. Uji rendemen ini
dilakukan sesuai peruntukannya. Untuk peruntukan tertentu seperti bahan timbunan
maka digunakan mesh screen untuk memisahkan berdasarkan ukuran butir pada
setiap contoh yang diambil di lapangan dalam kegiatan eksplorasi kemudian dirata-
ratakan sehingga didapatkan rendemen keseluruhan, rumus yang digunakan dalam
uji rendemen:

% Rendemen = (Berat Screening ÷ Berat Raw Material) x 100 %


Sehubungan peruntukan bahan galian tambang pasir laut ini sebagai bahan
bangunan atau timbunan maka dianggap semua ukuran butir pasir kategori SW akan
digunakan, atau dengan rendemen 100%.

Tabel. 1.4. Distribusi Ukuran Butir Endapan Pasir Laut


Berat (%)
Sub
Sangat Sangat
Blok Kode Kasar Sedang halus Lumpur
Kasar Halus
30.77 10.05 14.51 35.7 8.24 0.76
I 3.5 5.23 11.41 29.91 42.06 7.89
1.83 6.94 14.06 35.14 32.86 9.17
21.92 3.99 10.05 55.88 7.01 1.15
II 5.11 5.68 18.14 68.09 2.71 0.26
- - 3.41 87.68 4.82 0.31
11.16 39.1 32.45 14.05 2.52 0.27
III 12.69 41.58 29.57 13.58 1.99 0.59
11.37 35.24 27.89 18.86 2.65 3.99
35.63 9.93 15.51 34.13 10.24 0.76
IV 4.64 6.37 12.41 29.85 40.06 8.89
5.83 5.92 12.06 36.02 32.86 8.17
5.11 5.68 18.14 68.09 2.71 0.26
1.83 6.94 14.06 35.14 32.86 9.17
V
12.69 41.58 29.57 13.58 1.99 0.59
3.5 5.23 11.41 29.91 42.06 7.89
Sumber: Laporan Eksplorasi IUP Rencana Pengerukan Pasir PT. Lautan Phinisi
Resouces, 2016

Ω PT. LAUTAN PHINISI RESOURCES I - 11


Analisis dampak lingkungan hidup (andal) 2017
RENCANA PERTAMBANGAN PASIR LAUT

Berdasarkan hasil analisa ayak dengan menggunakan Skala Wenworth pada


umumnya diameter butir berkisar antara 0,006 sampai dengan 4.00 mm. Fraksi
terbanyak didominasi oleh material berukuran 0,125 mm – 4,00 mm (pasir halus –
pasir sangat kasar) yang secara keseluruhan berkisar antara 91,03% hingga 97,42%
berat, kecuali untuk pasir lumpuran yang terdiri dari pasir sangat halus – sedang
sekitar 80% dan kandungan lempung antara 5 – 10%.
Hasil analisis kimia, material berukuran pasir didominasi oleh mineral kuarsa,
kalsit dan aragonite, sedangkan material berukuran halus (lempung) didominasi oleh
mineral kuarsa, kaolinit dan illite.
Tabel.1.5. Komposisi Kimia Endapan Pasir Laut
Sub Blok Sub Blok Sub Blok Sub Blok Sub Blok
No Oksida (%)
I II III IV V
1 SiO2 16.03 83.09 84.82 17.01 43.45
2 Al2O3 1.59 3.5 2.57 1.59 3.5
3 Fe2O3 0.21 0.92 0.51 0.22 0.92
4 TiO2 0.41 0.41 0.24 0.42 0.41
5 Na2O 2.84 1.02 5.97 2.85 1.02
6 K2 O 0.95 0.78 0.82 0.92 0.78
7 CaO 43.45 3.98 0.61 42.45 3.98
8 MgO 0.48 1.79 0.24 0.48 0.24
9 MnO 0.01 0.04 0.01 0.01 0.01
10 P2O3 0.12 0.16 1.7 0.12 1.7
11 H2- 0.48 0.44 0.15 0.48 0.41
12 LOI 32.05 4.08 2.46 32.07 2.84
Sumber: Laporan Eksplorasi IUP Rencana Pengerukan Pasir PT. Lautan Phinisi
Resouces, 2016
Tabel.1.6. Komposisi Mineral Endapan Pasir Laut
Sub Blok Sub Blok Sub Blok Sub Blok Sub Blok
No Mineral (%)
I II III IV V
1 Kuarsa V V V V V
2 Kalsit - V V - V
3 Aragonit V - - V -
4 Kaolinit - - - - -
5 Ilite - - - - -
Sumber: Laporan Eksplorasi IUP Rencana Pengerukan Pasir PT. Lautan Phinisi
Resouces, 2016
C. Target Produksi dan Umur Tambang
1) Target Produksi
Untuk memenuhi target produksi sebesar 2.662.500 m 3/bulan dengan asumsi hari
kerja dalam satu bulan adalah 25 hari dan jumlah jam kerja satu hari adalah 24 jam,
maka jumlah produksi adalah 106.500 m3 / hari.

Tabel.1.7. Rincian Jam Kerja TSHD


No Jenis Kegiatan Jam kerja THSD

Ω PT. LAUTAN PHINISI RESOURCES I - 12


Analisis dampak lingkungan hidup (andal) 2017
RENCANA PERTAMBANGAN PASIR LAUT

TSHD 1 TSHD 2
1 Pertambangan 2 jam 2 jam
2 Pengangkutan penuh muatan 0,5 jam 0,5 jam
3 Pembongkaran muatan 2 jam 2 jam
4 Kembali tanpa muatan 0,5 jam 0,5 jam
5 Waktu tenggang 1 jam 1 jam
6 Total siklus waktu kerja THSD 6 jam 6 jam
Sumber: Laporan Bor-Log, Pengerukan Pasir PT. Lautan Phinisi Resouces, 2016

2) Umur Tambang
Lamanya kegiatan pertambangan pasir laut pada IUP Eksplorasi PT. Lautan Phinisi
Resources ditentukan berdasarkan volume cadangan pasir laut yang layak tambang
dan target produksi yang dicanangkan perusahaan setiap tahunnya. Kegiatan
pertambangan pasir laut ini direncanakan dengan menggunakan Trailing Suction
Hopper Dredger (TSHD). Target produksi direncanakan sebesar 2.662.500 m 3 per
bulan. Jika jumlah cadangan yang akan ditambang sebesar 8.896.272,45 m 3, maka
dengan menggunakan rumus di bawah ini kita dapat mengetahui umur tambangnya.
Dengan perhitungan umur tambang di atas maka lamanya kegiatan pertambangan
pasir laut di perairan laut Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan kurang lebih
4.55 bulan. Kegiatan penambangan (eksploitasi) akan di kerjasamakan dengan pihak
ke 3 (tiga) yaitu Boskalis. Kegiatan penambangan yang dilakukan oleh Boskalis telah
memperhitungkan aspek lingkungan atau Environmental management framework,
Waste Managemen-General, Waste Managemen-Sewage and grey water, Bunkering-
dydrocarbon spills, Sipill Contingency and Response.

1.1. Deskripsi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan

Rencana kegiatan pertambangan pasir laut oleh PT. Lautan Phinisi Resources
dalam kajian AMDAL ini terbagi menjadi tiga tahap utama, yaitu pra konstruksi,
operasi dan pasca operasi. Komponen-komponen kegiatan yang berpotensi
menimbulkan dampak lingkungan adalah:

1.1.1. Tahap Pra-Konstruksi

Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan pada tahap pra konstruksi/persiapan yaitu :


(1) Perijinan

1. Perizinan dan Penetapan Lokasi

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral


dan Batubara, pada pasal 38 disebutkan bahwa Izin Usaha Pertambangan (IUP)
diberikan kepada badan usaha, koperasi dan perseorangan. Di dalam undang-
undang ini juga disebutkan bahwa Badan Usaha adalah setiap badan hukum yang
bergerak di bidang pertambangan yang didirikan berdasarkan hukum Indonsia dan
berkedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia.

Ω PT. LAUTAN PHINISI RESOURCES I - 13


Analisis dampak lingkungan hidup (andal) 2017
RENCANA PERTAMBANGAN PASIR LAUT

Penyusunan Dokumen AMDAL Rencana Pertambangan Pengerukan Pasir Laut oleh


PT. Lautan Phinisi Resources Makassar dilakukan berdasarkan Keputusan Gubernur
Sulawesi Selatan Nomor: 1/01.P/P2T/01/2017 Tentang Izin Usaha Pertambangan
Eksplorasi Pasir Laut seluas 1.025,66 hektar dengan jenis komuitas/jenis
Batuan/Pasir Laut, yang berada di wilayah Perairan Selat Pantai Takalar Kabupaten
Takalar di Kecamatan Galesong dan Kecamatan Galesong Selatan, Kabupaten
Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan. Dalam surat keputusan tersebut ditegaskan
kewajiban PT. Lautan Phinisi Resources pada (point 10) ditegaskan bahwa pihak
pemrakarsa “wajib menyusul AMDAL sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(Terlampir).

2. Sosialisasi dan Konsultasi Publik

Berdasarkan Peraturan Menteri LH No. 17 Tahun 2012 Tentang Keterlibatan


Masyarakat dalam Proses AMDAL Pasal 1 pedoman keterlibatan masyarakat dalam
proses analisis mengenai dampak lingkungan hidup dan izin lingkungan dimaksudkan
sebagai acuan dan untuk selanjutnya telah melakukan proses perizinan yang dalam
hal ini izin usaha pertambangan sehingga kemudian telah memiliki izin usaha
pertambangan sesuai Surat Keputusan WIUP Eksplorasi Nomor 2431650520164 yang
dikeluarkan oleh Gubenur Sulawesi Selatan seluas 1.025,66 hektar dengan jenis
komuitas/jenis Batuan/Pasir Laut, yang berada di wilayah Perairan Selat Pantai
Takalar Kabupaten Takalar.

Berdasarkan peraturan tersebut, maka telah dilakukan pengumuman rencana


kegiatan ke media cetak harian nasional Tribun Timur pada Tanggal 11 Januari
2017. (Lampiran. Koran yang selanjutnya dilanjutkan dengan kegiatan Konsultasi
Publik Penyusunan Dokumen AMDAL Rencana Pertambangan Pasir Laut di Wilayah
Ruang Laut Kecamatan Galesong dan Kecamatan Galesong Selatan, Kabupaten
Takalar. Keterlibatan masyarakat masing dihadiri oleh perwakilan masyarakat
masing-masing Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama, Ketua BPP desa, Kepala desa
dan Camat serta SKPD terkait di Kabupaten Takalar. Sedangkan perwakilan
masyarakat dari desa-desa di Kecamatan Galesong adalah Desa Boddia, Desa
Galesong Kota, Desa Galesong Baru, Desa Pa’lakkang, dan Desa Mappakalompa.
Kemudian desa -desa di Kecamatan Galesong Selatan adalah Desa Bontokanang,
Desa Bonto Marannu, Desa Kaluku Bodoa, dan Desa Mangindara. Kegiatan
Konsultasi Publik dilaksanakan pada tanggal 29 Desember 2016, di Wisma Nyigiru
Kalampa, jalan Poros Makassar-Takalar.

3. Pemasangan Patok Batas Lokasi dan Pembagian Blok Pertambangan


Pasir Laut

Ω PT. LAUTAN PHINISI RESOURCES I - 14


Analisis dampak lingkungan hidup (andal) 2017
RENCANA PERTAMBANGAN PASIR LAUT

Penentuan area of influence yang digunakan mengacu pada SNI No. 13-5014-1998
Tabel.1.1: Jarak Titik Informasi Menurut Kondisi Geologi. Kondisi geologi untuk
endapan pasir laut termasuk dalam kategori kondisi geologi sederhana (sumber daya
tertunjuk; 500 >X=1000), maka radius yang digunakan adalah 500 m. Dengan cara
perhitungan tersebut di atas maka dapat diketahui jumlah cadangan terukur pasir
laut di wilayah Izin Usaha Pertambangan PT. Lautan Phinisi Resources sebesar
10.466.202,88 m3. Cadangan hanya dihitung untuk material pasir, sedangkan untuk
pasir lumpuran sudah termasuk dalam faktor koreksi perhitungan cadangan. Dengan
memperhatikan mining factor 85% maka besarnya cadangan tertambang/layak
tambang (mineable) adalah 8.896.272,45 m3.

Tabel.1.8. Lokasi dan Estimasi Cadangan Potensi Pasir Laut

Sumber: Laporan Hasil Eksplorasi IUP Rencana Pengerukan Pasir PT. Lautan Phinisi
Resouces, 2016
Hasil pengukuran cadangan memperlihatkan bahwa estimasi cadangan pasir
pada lokasi ini sebesar 496.396 m3 (kubik), estimasi cadangan pasir pada lokasi ini
dengan memakai rata-rata dari rentang ketebalan 0,6 – 1,1 m (mean : 0,85 m)
sebesar 2.297.422 m3 (kubik), estimasi cadangan pasir pada lokasi ini dengan
memakai rata-rata dari rentang ketebalan 1,0 – 1,2 m (mean : 1,1 m) sebesar
1.127.702 m3 (kubik), estimasi cadangan pasir minimum pada lokasi ini sebesar
3.811.494 m3 (kubik), estimasi cadangan dengan memakai estimasi Bor Log pada
Blok kedalaman 4 dengan ketebalan endapan 1,2 m, sebesar 2.673.191 m3 (kubik).

Data navigasi menunjukkan bahwa lokasi tersebut jauh dari jalur lintas kapal-
kapal yang telah ditentukan oleh departemen perhubungan (jalur Pelni dan jalur
kapal resmi lainnya) selain sebagai jalur lintas perahu lokal yang akan diselesaikan
dengan koordinasi dan sosialisasi kepada semua pihak yang terkait.

Pada peta tersebut tergambar pula 2 (Dua) lintasan kabel serat optik bawah
laut yang membentang dari arah pantai Bodia-Takalar kearah Barat dengan kondisi
satu kabel serat optic tersebut memotong area IUP di sebelah bawah (Tenggara)
pada kedalaman sekitar 25 meter. Kondisi ini menyebabkan perlunya koordinasi dan
perencanaan teknis operasional pengerukan yang mempertimbangkan keamanan
bagi fasilitas pemerintah tersebut. Pembagian Blok disajikan pada Peta Berikut:

Ω PT. LAUTAN PHINISI RESOURCES I - 15


Analisis dampak lingkungan hidup (andal) 2017
RENCANA PERTAMBANGAN PASIR LAUT

Gambar 1.3 Peta Rencana Blok Penambangan Pasir Laut, PT. Lautan Phinisi Resources

Ω PT. LAUTAN PHINISI RESOURCES I - 16


Analisis dampak lingkungan hidup (andal) 2017
RENCANA PERTAMBANGAN PASIR LAUT

1.1.2. Tahap Operasional

Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan pada tahap operasional yaitu :

1. Penerimaan Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk kegiatan pertambangan pasir laut PT. Lautan
Phinisi Resources terdiri dari tenaga tetap dan tenaga harian. Jenis pekerjaan serta
jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan disajikan pada Tabel.1.9.

Tabel.1.9. Kebutuhan Tenaga Kerja PT. Lautan Phinisi Resources Mulai Dari
Tahap Studi Eksplorasi, FS Sampai Pada Kegiatan Penambangan.
Jumlah
No Tenaga Kerja Kualifikasi Keterangan
(orang)
1 General Manager S-1 Tambang 1 Tetap
2 Sekretaris D-3 Sekretaris 1 Tetap
3 Kabag Perencanaan S-1 Tambang 1 Tetap
4 Staff Perencanaan Tambang S-1 Tambang 1 Tetap
5 Pit Geologist & Surveyor S1 Geologi 1 Tetap
6 Operator Komputer D3 + Kursus 2 Tetap
7 Juru Gambar STM + Training 1 Tetap
8 Helper SLTA 1 Tetap
9 Kabag Operasi Tambang S -1 Tambang 1 Tetap
10 Pengawasan Tambang & Transportasi D-3 Tambang 1 Tetap
13 Mandor Tambang STM + Training 1 Tetap
14 Mandor Transportasi SLTA + Training 1 Tetap
16 Operator Penggalian & Pengangkutan SLTP + Training 40 Tetap
18 Operator Penumpukan SLTP + Training 2 Tetap
21 Kabag K-3 dan Lingkungan S-1 Lingkungan 1 Tetap
22 Pengawas Sarana Tambang SLTA + Training 1 Tetap
23 Pengawas Peralatan D-3 Mesin 1 Tetap
24 Pengawas Tambang STM + Training 1 Tetap
25 Tenaga Medis S-1 Kedokteran 1 Tetap
26 Asisten Medis SPK + Training 2 Tetap
27 Petugas K-3 D3 + Training 2 Tetap
Petugas Lingkungan & Pengendalian
28 D-3 Lingkungan 1 Tetap
Limbah
29 Operator Listrik & Elektronik SMK + Training 1 Tetap
31 Asisten Mekanik SMK/D3 + Training 1 Tetap
33 Kabag Administrasi dan Umum S-1 Manajemen 1 Tetap
34 Kepala Personalia dan Umum D-3 Hukum 1 Tetap
35 Kepala Keuangan S-1 Akuntansi 1 Tetap
36 Hubungan Masyarakat D-3 Hukum 2 Tetap
37 Kepala Logistik dan Gudang D-3 Manajemen 1 Tetap
38 Pembantu Umum SLTA 1 Tetap
39 Akuntan D-3 Akuntansi 1 Tetap
40 Satpam SLTA 4 Tetap
Sub Total 79
Sumber : PT. Lautan Phinisi Resources, 2016.

Perekrutan tenaga kerja lokal akan dikoordinasikan dengan Kepala desa dan Ketua
BBP pada masing-masing desa setempat. Untuk pemerataan kesempatan kerja,
maka untuk tenaga kerja lokal, hubungan kerja dianggap selesai bila kegiatan
pertambangan sudah berpindah ke wilayah pertambangan yang lain.
Ω PT. LAUTAN PHINISI RESOURCES I - 17
Analisis dampak lingkungan hidup (andal) 2017
RENCANA PERTAMBANGAN PASIR LAUT

Pada dasarnya tenaga kerja yang membutuhkan keterampilan akan diseleksi


berdasarkan prosedur baku sedangkan tenaga kerja yang tidak membutuhkan
keahlian akan diambil dari tenaga kerja yang tersedia di lokasi/ desa sekitar
pertambangan pasir laut. Adanya penggunaan tenaga kerja terutama tenaga kerja
setempat akan berpengaruh terhadap peluang kerja dan usaha serta tingkat
pendapatan mereka sekaligus persepsi masyarakat terhadap pertambangan pasir
laut tersebut.

Banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan dalam kegiatan pertambangan pasir laut
yaitu sekitar 79 Orang. Tenaga kerja yang dibutuhkan perusahaan terdiri dari
berbagai tingkat pendidikan dan keahlian.

Guna pengamanan para pekerja yang bekerja di dalam layer mulai dari proses
persiapan layer, keberangkatan, pengerukan (penyedotan), pengangkutan dan
penumpahan pasir laut dari layer ke lokasi reklamasi, maka diwajibkan untuk
menggunakan alat pengaman diri: antara lain helm, sepatu lapangan, sabuk
pengaman/harness, sarung tangan, P3K, dan peralatan K3 lainnya. Untuk
memastikan jaminan kesehatan dan keselamatan kerja bagi 79 orang karyawan dan
pekerja PT. Lautan Phinisi Resources, para pekerja diwajibkan telah memiliki atau
telah terdaftar dalam BPJS Ketenagakerjaan (Kartu BPSJS).

Adapun tugas dan tanggung jawab terutama dalam kaitannya dengan K3LH adalah
sebagai berikut :

a. Kepala Teknik Tambang

1) Bertanggung jawab terhadap keselamatan dan kesehatan kerja serta


Lingkungan pada pekerjaan pertambangan pasir laut ini.

2) Kepala teknik tambang berkewajiban melakukan pemeriksaan tambang untuk


memastikan kondisi kerja yang aman pada setiap gilir kerja.

3) Kepala teknik tambang mewajibkan seluruh kabag membuat laporan secara


rutin dan berkala.

4) Kepala teknik tambang diwajibkan menyediakan catatan buku tambang yang


telah disahkan oleh Pelaksana Inspeksi Tambang dengan memberi nomor dan
paraf pada tiap-tiap halaman.

5) Kepala Teknik Tambang, wajib menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan


bagi para pengawas.

b. Kabag Produksi

1) Bertanggung jawab langsung Kepada Kepala Teknik Tambang

Ω PT. LAUTAN PHINISI RESOURCES I - 18


Analisis dampak lingkungan hidup (andal) 2017
RENCANA PERTAMBANGAN PASIR LAUT

2) Mengkoordinasikan dan mengawasi kegiatan pertambangan, pengolahan,


pengelolaan lingkungan hidup, keselamatan dan kesehatan kerja sehari-hari.

3) Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan pertambangan, pengolahan,


pengelolaan dan pemantauan lingkungan serta keselamatan dan kesehatan kerja
kepada Manajer

4) Berkonsultasi dan koordinasi dengan ahli lingkungan dan keselamatan dan


kesehatan kerja dalam menghadapi masalah pelaksanaan program pengelolaan
dan pemantauan lingkungan.

c. Divisi Lingkungan Hidup dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

1) Bertanggung jawab kepada Kepala Kepala Teknik Tambang,

2) Bekerjasama dengan Kepala Seksi Pertambangan untuk melaksanakan


program pengelolaan dan pemantauan lingkungan serta keselamatan dan
kesehatan kerja

3) Mencari pemecahan masalah yang timbul sehubungan dengan pengelolaan


dan pemantauan lingkungan serta keselamatan dan kesehatan kerja.

4) Menyusun dan melaporkan hasil kegiatan pengelolaan dan pemantauan


lingkungan serta keselamatan dan kesehatan kerja kepada instansi yang
berkepentingan.

5) Bertindak sebagai staf penghubung dengan instansi terkait dalam masalah


lingkungan hidup, keselamatan dan kesehatan kerja akibat usaha pertambangan.

6) Bertindak sebagai koordinator dan implementator dari program-program


pemberdayaan masyarakat berkaitan dengan program comunity development
dan bertanggung jawab terhadap koordinasi dengan masyarakat dan atau LSM
yang akan ditentukan lebih lanjut dengan MOU

d. Tenaga Pelaksana

1) Tenaga pelaksana baik jumlah serta kegiatannya dapat bervariasi


sesuai dengan kegiatan yang diatur oleh Kepala Bagian Pertambangan
Lingkungan Hidup dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja misal : pengambilan
contoh air, penanaman bibit revegetasi dan lain-lain. Dalam melaksanakan
program pengelolaan lingkungan hidup serta keselamatan dan kesehatan kerja,
unit pelaksana akan senantiasa bekerja sejalan dengan rencana kegiatan usaha
pertambangan. Koordinasi pelaksanaan akan dilakukan secara keseluruhan oleh
Kepala Bagian Produksi, Lingkungan Hidup, Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Ω PT. LAUTAN PHINISI RESOURCES I - 19


Analisis dampak lingkungan hidup (andal) 2017
RENCANA PERTAMBANGAN PASIR LAUT

Gambar 1.4. Struktur Organisasi PT. Lautan Phinisi Resources


(Sumber: PT. Lautan Phinisi Resouces, 2016)
Jadwal pelaksanaan tergantung pada komponen kegiatan yang dikelola. Agar
pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang dilakukan sesuai dengan program
pemantauan lingkungan, maka akan dibangun suatu unit/lembaga pengelola dan
pengawasan pemantauan lingkungan di dalam struktur organisasi perusahaan. Biaya
yang dibutuhkan dalam melaksanakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
terhadap kegiatan usaha pertambangan pasir laut ini adalah merupakan beban
pemrakarsa proyek dengan jenis komponen biaya antara lain, yaitu : Biaya investasi,
Biaya pendidikan/Latihan Ketrampilan dan Biaya Operasional.

2. Pengadaan Sarana Penunjang


 Pengadaan Sarana di Darat

Ω PT. LAUTAN PHINISI RESOURCES I - 20


Analisis dampak lingkungan hidup (andal) 2017
RENCANA PERTAMBANGAN PASIR LAUT

Sarana penunjang kegiatan pertambangan pasir laut yang dibutuhkan di


darat : kantor lapangan beserta isinya, kendaraan bermotor, gudang dan
peralatan komunikasi SSB/Handy Talky
Untuk memenuhi kebutuhan kantor lapangan dan gudang akan menyewa
rumah penduduk di daerah yang terdekat dengan lokasi kegiatan.
 Pengadaan Sarana di Laut
a. Pengadaan Kapal Isap Trailing Suction Hopper Dregder
b. Pengadaan Kapal Isap TSHD yaitu kapal isap hidrolis yang mengisap
material pasir laut langsung ke dalam hopper yang berada pada kapal
tersebut, pada kapal isap jenis ini apabila hopper sudah penuh hasil
pertambangan langsung dibawa menuju dumping area. Jumlah kapal isap
TSHD yang akan digunakan direncanakan sebanyak 1 unit dan bekerja 3
trip per hari.
c. Pada kegiatan pertambangan ini pengadaan kapal isap direncanakan
dengan sistem sewa sehingga pihak pemrakarsa tidak perlu menyediakan
fasilitas di laut yang lengkap karena seluruh kebutuhan kapal ditanggung
oleh pemilik kapal termasuk awak kapal, makanan, BBM dan perawatan.
d. Pengadaan perahu motor/ speed boat.
e. Perahu motor diperlukan untuk memenuhi kebutuhan sarana transportasi
karyawan dari kantor lapangan menuju lokasi pertambangan. Banyaknya
perahu motor/speed boat yang diperlukan berjumlah 1 unit.

Peralatan yang akan digunakan oleh PT. Lautan Phinisi Resources untuk
melakukan pengamanan pantai dan pesisir serta pertambangan pasir laut beserta
spesifikasi dan banyaknya peralatan berat yang akan digunakan adalah sebagai
berikut :
Tabel.1.10. Armada/Alat Produksi PT. Lautan Phinisi Resources
Vassel
NO Dredger Vessel Capacity Unit
Name
1 Trailing Suction Hoper Dredger Inai Kenanga 33,400 M3 1
2 Trailing Suction Hoper Dredger Inai Kasturi 13,000 M3 1
3 Trailing Suction Hoper Dredger Inai Seroja 8,800 M 3
1
4 Trailing Suction Hoper Dredger Inai Selasih 11.750 M3 1
5 Trailing Suction Hoper Dredger Inai Anggerik 8.125 M 3
1
6 Trailing Suction Hoper Dredger Inai Vanilla 2,830 M 3
1
7 Cutter Suction Dredger Inai Dahlia 12,500 M3/Hr 1
8 Cutter Suction Dredger Inai Ixora 12,500 M /Hr
3
1
9 Grab Dredger InaiMelawis 16 M3
10 Grab Dredger InaiMelor 11 M3
11 Slip Hoper Barge Inai Rose 1,000 M3
(Sumber: PT. Lautan Phinisi Resources dan Boskalis, (Dredging and Marines Experts)

Ω PT. LAUTAN PHINISI RESOURCES I - 21


Analisis dampak lingkungan hidup (andal) 2017
RENCANA PERTAMBANGAN PASIR LAUT

Gambar 1.5. TSHD 'Queen of the Netherlands' (see attached specification sheet
– appendix 2)
(Sumber: PT. Lautan Phinisi Resources dan Boskalis, (Dredging and Marines Experts)
.
Ω PT. LAUTAN PHINISI RESOURCES I - 22
Analisis dampak lingkungan hidup (andal) 2017
RENCANA PERTAMBANGAN PASIR LAUT

Tabel.1.11. Spesifikasi Teknis Trailing Suction Hopper Dredger


N0 ITEM INNER CHANNEL OUTER CHANNEL
1 HOPPER CAPACITY 3.000 M³ s.d 5.600 M³ 10.000 M³ s.d 16.500 M³
2 DEADWEIGHT 4.900 Ton s.d 8.500 Ton 18.000 Ton s.d 27.500 Ton
3 LENGTH OVER ALL 95 M s.d 110 M 140 M s.d 168 M
4 BREADTH 17 M s.d 22 M 23 M s.d 28 M
5 DRAUGHT LOADED 5,7 M s.d 6,7 M 9 M s.d 12 M
6 DREDGING DEPTH 28 M s.d 32 M 28 M s.d 90 M
7 SUCTION PIPE 800 MM s.d 1.000 MM 1.000 MM s.d 1.100 MM
DIAMETER
8 PUMP POWER 1.000 KW s.d 4.000 KW 4.000 KW s.d 5.000 KW
(Trailling)
9 PUMP POWER 2.500 KW s.d 4.000 KW 3.500 KW s.d 9.500 KW
(Discharging)
10 PROPULSION POWER 2.300 KW s.d 9.000 KW 11.500 KW s.d 17.000 KW
11 TOTAL INSTALLATED 5.000 KW s.d 10.500 KW 17.000 KW s.d 21.500 KW
DIESELPOWER
12 SPEED LOADED 12 Knot s.d 14 Knot 14 Knot s.d 17 Knot
Sumber : PT. Lautan Phinisi Resources dan Boskalis, (Dredging and Marines Experts)

Gambar 1.6. Trailing Suction Hopper Dredger


Sumber : PT. Lautan Phinisi Resources dan Boskalis, (Dredging and Marines Experts)

Gambar 1.7. TSHD 3600 M3 PT. Lautan Phinisi Resources

Ω PT. LAUTAN PHINISI RESOURCES I - 23


Analisis dampak lingkungan hidup (andal) 2017
RENCANA PERTAMBANGAN PASIR LAUT

Sumber : PT. Lautan Phinisi Resources dan Boskalis, (Dredging and Marines Experts)

Maka untuk kegiatan filtering menggunakan juga peralatan :


 Magnetic Separator (32 unit) untuk pemisah material pasir laut
 Conveyor Belt (1 unit) untuk memuat konsentrat pada aktiftas pemisahan
 Pompa hisap (blower) sebanyak 18 unit untuk menghisap dan membuang
debu pada material pasir laut.
 Genset (5 unit) sebagai sumber tenaga kegiatan perkantoran dan pemisahan
konsentrat pasir laut.

Untuk peralatan berat (peralatan mekanis) yang digunakan untuk Kegitan


Pertambangan di laut secara umum terdiri dari :
 Kapal-Kapal Pemroses Pasir Laut
1. Kapal
Dredger (Kapal Keruk) Fungsi:
 Pendorong
 Penyedot
 Pemilah
 Pembuang otomatis.
2. Tongkang

(300’ X 80’ X 18’ – DWT 8500 ton)

3. Wheel Loader & Excavator

Membantu pemuatan Pasir Laut dari atas Tongkang ke Bulk Carrier

4. Bulk Carrier (terdapat pada kapal tongkang)

 Kapal: Kapal Keruk (Dredger)

1. Peralatan terpasang di kapal

2. 2 Unit Pompa dengan Kapasitas 750 ton per jam

3. 32 Unit Alat Pemisah Magnetik

Memisahkan pasir (quartz) dari pasir laut (Fe)

4. 1 Unit Ban Berjalan Pembuang Otomatis

Ω PT. LAUTAN PHINISI RESOURCES I - 24


Analisis dampak lingkungan hidup (andal) 2017
RENCANA PERTAMBANGAN PASIR LAUT

Mengirim Pasir Laut dari Palka ke Tongkang

5. 2 Unit Tongkang (300’ X 80’ X 18’ – DWT 8500 ton)

 Tongkang dan Tug Boat

1. Melabuh pada laut dengan kedalaman 10-20 meter menunggu Pasir Laut
dimuat ke dalamnya.

2. Tongkang-tongkang ini akan menunggu kedatangan Bulk Carrier (25.000


hingga 50.000 ton).

3. 2 Unit Wheel Loader 1 Unit Excavator

4. Wheel Loader dan Excavator guna membantu pemuatan Pasir Laut dari
Tongkang ke Bulk Carrier

 Speed Boat, sebagai sarana penunjang aktifitas transportasi internal dari


kegiatan pertambangan PT. Lautan Phinisi Resources

 Workshop dan TPS LB3

1. Kegiatan Operasi (Pengerukan (Penyedotan) Pasir Laut)

Proses operasi produksi pertambangan pasir laut secara umum dibagi menjadi dua
bagian, yaitu :

1) Pertambangan pasir laut.


2) Pengangkutan dan pembongkaran pasir laut.

Metode pelaksanaan yang dipakai dalam pekerjaan reklamasi atas lahan New Port
dengan material pasir laut yang diambil dari konsesi pasir laut di sekitar serang
banten dengan jarak antara konsesi dengan dumping area 25 mil, adalah sebagai
berikut :

Ω PT. LAUTAN PHINISI RESOURCES I - 25


Analisis dampak lingkungan hidup (andal) 2017
RENCANA PERTAMBANGAN PASIR LAUT

Gambar 1.8. TSHD loading process


(Sumber : PT. Lautan Phinisi Resources dan Boskalis, (Dredging and Marines Experts)

a. Pengambilan pasir laut memakai Trailling Suction Hopper Dredger (TSHD)


Pengambilan material keruk berupa pasir laut di area konsesi pasir 1 unit TSHD
capasitas 32.000 m3 dari area konsesi pasir selama 2 jam setelah pasir termuat di
hopper maka TSHD akan bergerak ke lokasi buang (Unloading area) dengan
jarak 30 Mil selama 3 jam. Sampai dilokasi TSHD akan disambung dengan
Floating pipe (Discharge pipe) ke Bow riser system.

Setelah sistem perpipaan terpasang secara sempurna maka akan dimulai proses
pumping out (pengeluaran pasir dari bak/hopper) dengan mencampurkan pasir
dengan air lalu di pompa kedarat sejauh 500 - 1000 meter. Proses pumping out
sampai pasir habis dari hopper selama 2 jam. Sementara di darat hasil pumping
out berupa pasir akan diratakan oleh buldozer (2 unit) maupun excavator (2
unit). TSHD akan bergerak ke area konsesi pasir selama 3 jam. Sehingga dalam
1 hari diharapkan 2 kali trip pengambilan pasir dan unloadingnya dengan
produksi perhari : 50.000 – 100.000 m3.

Ω PT. LAUTAN PHINISI RESOURCES I - 26


Analisis dampak lingkungan hidup (andal) 2017
RENCANA PERTAMBANGAN PASIR LAUT

Gambar 1.9. Ilustrasi Pengambilan Pasir Laut Memakai TSHD Filling of The
Hopper
(Sumber : PT. Lautan Phinisi Resources dan Boskalis, (Dredging and Marines
Experts)

Trailing Suction Hopper Dreger digunakan pada proyek ini akan beroperasi pada
7 hari secara x 24 jam, berhenti hanya untuk pemeliharaan dan bunkering
persyaratan. Total volume mengeruk tersedia untuk PT Lautan Phinisi Sumber
Daya pasir borrow area yang tergantung pada kualitas pasir tapi diperkirakan
antara 2.500.000 dan 5.000.000 m3. Rata-rata hari produksi TSHD ini
diperkirakan antara 50.000 – 100.000 m 3/ hari tergantung pada kondisi dan
kualitas pasir. Operasi Pengerukan diperkirakan memakan waktu antara 50-100
hari.

Schematization overflow without Schematisation overflow while using


using ‘Green’ valve ‘Green’ valve
Gambar 1.10. Ilustrasi Pengambilan pasir laut tanpa dan memakai ‘Green’
valve (Sumber : PT. Lautan Phinisi Resources dan Boskalis, (Dredging and
Marines Experts

Ω PT. LAUTAN PHINISI RESOURCES I - 27


Analisis dampak lingkungan hidup (andal) 2017
RENCANA PERTAMBANGAN PASIR LAUT

b. Pemerataan pasir laut di lahan reklamasi dengan Excavator dan


buldozer. Pasir laut hasil bungan TSHD akan dilakukan perataan dan
pemadatan pada area reklamasi dengan memakai buldozer dan
excavator.

a. Proses Turah dari Kapal b. Proses Perataan Dengan Excapator

Gambar 1.11. Ilustrasi Pengambilan Pasir Laut Memakai Trailling Suction


Conveyor Vessel (TSCV)
(Sumber : PT. Lautan Phinisi Resources dan Boskalis, (Dredging and Marines Experts)

Kegiatan pertambangan dilakukan dengan cara menghisap pasir laut


menggunakan kapal isap jenis Trailing Suction Hopper Dredger dengan hasil
isapan berupa slurry (campuran pasir dengan air), dan ditampung di dalam
Hopper. Sistem pertambangan yang diterapkan adalah crossing system, yaitu
salah satu sistem pertambangan yang berwawasan lingkungan karena dalam
kerjanya membentuk batasan terkecil perlindungan alam ( minimum
environmental protection standard), dengan sistem membentuk alur yang
sejajar, baik melintang ataupun membujur blok-blok pertambangan dan dengan
memperhatikan arah arus setempat.

Alur kerja kegiatan pertambangan adalah sebagai berikut:

1. Areal pertambangan yang layak tambang dibagi menjadi 3 sub blok. Pembagian
ini untuk memudahkan melakukan perencanaan dan pelaksanaan pertambangan
serta pemantauan kemajuan pertambangan.
Ω PT. LAUTAN PHINISI RESOURCES I - 28
Analisis dampak lingkungan hidup (andal) 2017
RENCANA PERTAMBANGAN PASIR LAUT

2. Dalam pelaksanaan pertambangan dilakukan berdasarkan urutan sub blok


pertambangan yang telah ditentukan. Pada kegiatan pertambangan ini
direncanakan akan dimulai dari sub block 1, setelah sub blok 1 habis ditambang
baru pindah ke sub blok 2, demikian seterusnya sampai berakhir pada sub blok
3. Urutan pertambangan ini dimaksudkan agar lokasi bukaan pertambangan
tidak terlalu besar sehingga dampak lingkungan yang ditimbulkan dapat
dilokalisir.
3. Kegiatan pertambangan dilakukan setelah kapal berada pada lokasi
pertambangan yang ditentukan atau sesuai dengan koordinat blok
pertambangan yang akan ditambang dengan menggunakan Global Positioning
System (GPS) yang merupakan sistem penentuan posisinya dengan
menggunakan perangkat lunak (software) navigasi Hypack, data posisi yang
diterima oleh alat tersebut secara otomatis direkam dalam komputer. Dengan
software ini posisi dan arah pergerakan kapal sepanjang lintasan pertambangan
dapat ditampilkan dalam layar monitor. Sehingga pergerakan kapal dapat
diketahui sesuai dengan lintasan yang direncanakan pada setiap sub blok
pertambangan.
4. Kemudian seluruh peralatan disiapkan, draghead diturunkan sampai mencapai
dasar laut dan pompa isap dijalankan untuk selanjutnya melakukan pengisapan
sampai kedalaman yang ditentukan.
5. Pertambangan pasir laut dilakukan dengan cara disedot / diisap dengan kapal
‘Trailing Suction Hopper Dredger’ dengan kecepatan hisap pompa 20.000
m3/jam dengan hasil isapan berupa slurry (campuran pasir dan air) yang
langsung ditampung dalam hopper dengan kapasitas 35.500 m3.
6. Material hasil kegiatan pertambangan melalui pipa-pipa isap yang berada pada
draghead disalurkan ke dalam hopper tanpa melalui kegiatan pencucian terlebih
dahulu melalui pipa pembuangan dan chute yang mengatur penyebaran
material tersebut ke seluruh permukaan dasar hopper.
7. Pada operasi pertambangan pasir laut, air laut ikut terisap, sebagian tertampung
di dalam hopper dan sebagian lagi keluar melalui drainage / saluran
pembuangan yang ada pada buritan. Setelah mengalami pengendapan
sepanjang got kapal, air laut tadi secara perlahan-lahan akan kembali mengalir
ke laut melalui pipa-pipa pembuangan yang ada.
8. Pasir dan lumpur yang tertampung di dalam hopper selanjutnya diangkut ke
tempat penimbunan.
9. Untuk mengisi penuh hopper waktu yang dibutuhkan adalah sekitar dua jam.
Untuk melindungi pipa isap dari terpaan gelombang, pipa isap dilengkapi
pelindung gelombang yang dipasang di bagian belakangnya, dengan stroke 3
meter. Untuk melakukan perubahan posisi pipa isap dipasang derek berjalan
(travelling crane) pada bagian depan kapal.

Ω PT. LAUTAN PHINISI RESOURCES I - 29


Analisis dampak lingkungan hidup (andal) 2017
RENCANA PERTAMBANGAN PASIR LAUT

Gambar 1.12. Diagram Alir Pertambangan Pasir Laut PT. Lautan Phinisi
Resources Peralatan Kapal Isap TSHD
(Sumber : PT. Lautan Phinisi Resources)
a. Pipa Pengisap (The Suction Tube), berfungsi sebagai penghubung antara
draghead dan pompa isap dan membantu draghead bebas dari gerakan kapal
maupun dari gerakan maju kapal isap (trailing). Diameter pipa isap disesuaikan
dengan kapasitas produk pompa isap dan dapat diterapkan pada suatu aliran
kecepatan listrik yang melebihi 6,5 m/detik.

Ω PT. LAUTAN PHINISI RESOURCES I - 30


Analisis dampak lingkungan hidup (andal) 2017
RENCANA PERTAMBANGAN PASIR LAUT

Gambar 1.13 Kegiatan Penambangan Dengan Crossing System dan Kondisi Yang Berpengaruh Secara Navigasi

Ω PT. LAUTAN PHINISI RESOURCES I - 31


Analisis dampak lingkungan hidup (andal) 2017
RENCANA PERTAMBANGAN PASIR LAUT

b. Pompa Isap, merupakan pompa sentrifugal yang digerakan oleh motor listrik
atau motor diesel, berfungsi menimbulkan ‘ vacuum’ yang mampu mempercepat
transport campuran material melalui pipa isap, pipa buang ( discharge pipe) ke
saluran (chute) masuk ke dalam bak (hopper).
c. Pipa Buang dan Saluran (Discharge Pipe and Chute), bagian yang
berfungsi untuk mengangkat dan mengalirkan campuran material pasir laut ke
dalam bak, sedangkan chute dapat mengatur sebaran material tersebut ke
seluruh permukaan dasar hopper.
d. Bak (Hopper), merupakan alat utama trailer yang berfungsi sebagai
penampungan material pasir laut. Bagian yang penting dari setiap hopper adalah
the overflow system. Bila material campuran berupa pasir dan air masuk ke
dalam hopper, material akan mengendap, sedangkan air akan keluar dari
overflow.

Kapal keruk penghisap &Suction dredgers Beroperasi dengan menghisap material


melalui pipa panjang seperti vacuum cleaner 2 Jenis ini terdiri dari beberapa tipe,
yaitu :

a. Trailing Suction Hopper Hredger TSHD

Gambar 1.14. TSHD Menyeret Pipa Penghisap

(Sumber : PT. Lautan Phinisi Resources)

Cara pengerukan pada system ini adalah dengan menggunakan kapala drag
(primer, jet air, atau pompa sentritugal (sekunder, cara pengangkutannya adalah
dengan system pipa, sedangkan+ara pembuangannya dengan menggunakan
system pipa trailing suction hopper dredger (TSHD) menyeret pipapenghisap
ketika bekerja, dan mengisi material yang diisaptersebut ke satu atau beberapa
penampung (hopper) di dalam kapal. Ketika penampung sudah penuh, TSHD
akan berlayar kelokasi pembuangan dan membuang material tersebut melalui

Ω PT. LAUTAN PHINISI RESOURCES I - 32


Analisis dampak lingkungan hidup (andal) 2017
RENCANA PERTAMBANGAN PASIR LAUT

pintu yang ada di bawah kapal atau dapat pula memompamaterial tersebut ke
luar kapal.

b. Cutter-Suction Dredger (CSD)

Mempunyai tabung penghisap berkepala pemotong di pintu masuk penghisap.


Pemotong dapatpula digunakan untuk material keras seperti kerikil atau batu.
Material yang dikeruk biasanya dihisap oleh pompa pengisap sentrifugal dan
dikeluarkan melalui pipa atau ke tongkang. CSD dengan pemotong yang lebih
kuat telah dibangun beberapa tahun terakhir, digunakan untuk memotong batu
tapi peledakan. CSD memiliki dua buah spud candi bagian belakang serta dua
jangkar di bagian depan kiri dan kanan. spud can berguna sebagai poros bergerak
CSD, dua jangkar untuk menarik ke kiri dan kanan.

Pada dasarnya tenaga kerja yang membutuhkan keterampilan akan diseleksi


berdasarkan prosedur baku sedangkan tenaga kerja yang tidak membutuhkan
keahlian akan diambil dari tenaga kerja yang tersedia di lokasi/ desa sekitar
pertambangan pasir laut. Adanya penggunaan tenaga kerja terutama tenaga kerja
setempat akan berpengaruh terhadap peluang kerja dan usaha serta tingkat
pendapatan mereka sekaligus persepsi masyarakat terhadap pertambangan pasir
laut tersebut.

Gambar 1.15. Cutter-Suction Dredger (CSD)


(Sumber : PT. Lautan Phinisi Resources)
Pada dasarnya tenaga kerja yang membutuhkan keterampilan akan diseleksi
berdasarkan prosedur baku sedangkan tenaga kerja yang tidak membutuhkan
keahlian akan diambil dari tenaga kerja yang tersedia di lokasi/ desa sekitar
pertambangan pasir laut. Adanya penggunaan tenaga kerja terutama tenaga kerja
setempat akan berpengaruh terhadap peluang kerja dan usaha serta tingkat

Ω PT. LAUTAN PHINISI RESOURCES I - 33


Analisis dampak lingkungan hidup (andal) 2017
RENCANA PERTAMBANGAN PASIR LAUT

pendapatan mereka sekaligus persepsi masyarakat terhadap pertambangan pasir


laut tersebut.

Waktu yang paling baik untuk menghentikan pengisian adalah dengan


melihat loading curve.
SPESIFIKASI KAPAL ISAP TSHD
Nama : Queen of The Netherlands
Tipe : Trailing Suction Hopper Dredger
Klasifikasi : Hopper dredger (deep sea)
Dimensi
- Panjang : 230,71 m
- Lebar : 32 m
- Draught : 13,674 m
Gross tonnage : 33.423
Kedalaman isap : 115 m
Kecepatan bermuatan : 16 Knot
Kecepatan kosong : 20 knot
Kapasitas : 35.500 m3
Kebutuhan kapal isap TSHD : 1 Unit

Dari spesifikasi kapal tersebut di atas maka untuk merealisasikan kapasitas


produksi, diperlukan perencanaan sebagai berikut :
Produksi per bulan : 2.662.500 m3
Produksi per hari : 106.500 m3
Kapasitas kapal : 35.500 m3
Jumlah hari/bulan : 25 hari kerja
Cycle time : 6 jam
Kapasitas angkut : 18 jam : 6 jam x 35.500 m3
: 106.500 m3/kapal
Kebutuhan kapal : 106.500 m3 : 35.500 m3/kapal
: 3 unit Kapal atau 1 unit kapal dengan 3 trip/hari

Dari perhitungan di atas diketahui bahwa jumlah kapal isap yang dibutuhkan
untuk memenuhi target produksi pertambangan sebesar 2.662.500 m 3/bulan
pada kegiatan pertambangan pasir laut adalah type TSHD sebanyak 1 unit
kapal dengan 3 trip / hari (Boskalis, 2017).

2. Pengangkutan dan Pembongkaran Pasir Laut

Pengangkutan dilakukan apabila kapsitas hopper kapal isap sudah penuh.


Kegiatan pembongkaran muatan pasir laut dilakukan setelah sampai di lokasi
pembongkaran. Metode yang digunakan dalam proses disposal menggunakan
bottom doors of hopper. Kapal isap TSHD melepas muatannya dengan cara
membuka pintu-pintu yang berada di bawah secara hidrolis, kapal ini juga

Ω PT. LAUTAN PHINISI RESOURCES I - 34


Analisis dampak lingkungan hidup (andal) 2017
RENCANA PERTAMBANGAN PASIR LAUT

dilengkapi dengan perlengkapan pompa-pompa yang mampu memompa


material pasir ke lokasi yang tidak dapat dilalui oleh kapal isap ini.

Waktu yang dibutuhkan dari kegiatan pertambangan sampai dengan kembali


melakukan kegiatan pertambangan berikutnya adalah :

a. Waktu angkut, jarak dari tempat pertambangan ke lokasi dumping 0,5


jam
b. Waktu pertambangan pasir / pengisian ke kapal, waktu yang dibutuhkan
untuk persiapan dan penentuan posisi kapal serta pengisian pasir ke
hopper sampai penuh 2 jam
c. Waktu pembongkaran, waktu pembongkaran memakan waktu 2 jam,
termasuk dengan persiapan sandar dan pengisian BBM.
d. Waktu kembali, waktu yang dibutuhkan untuk menuju tempat
pertambangan kembali dari lokasi pembongkaran 0,5 jam
e. Tenggang waktu, yang dibutuhkan dari kegiatan pertambangan sampai
kegiatan pembongkaran dan kembali lagi untuk melakukan pertambangan
adalah 1 jam.
f. Kegiatan penunjang yaitu Pembuangan air balsast Pembuangan B3 dan
LB3

Jadi total waktu yang dibutuhkan untuk mengisi sebuah kapal isap,
mengangkut pasir ke lokasi tujuan, membongkar dan kembali lagi ke tempat
pertambangan akan membutuhkan waktu maksimal 6 jam untuk kapal Isap
TSHD ini.

Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap pasca pertambangan meliputi


kegiatan – kegiatan sebagai berikut:

1. Pemutusan Hubungan Kerja


Setelah operasi pertambangan selesai maka akan dilakukan pemutusan
hubungan kerja oleh perusahaan. Pemutusan hubungan kerja akan
dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Gambar 1.17 berikut memperlihatkan jalur pengangkutan hasil
pertambangan dari lokasi kegiatan ke dumping area.
Pembongkaran dan Demobilisasi Sarana dan Peralatan Tambang
Peralatan seperti TSHD, speed boat dan lain-lain merupakan alat yang
dimiliki oleh pihak ketiga, maka akan dikembalikan /penyelesaian kontrak
setelah operasi pertambangan.

3. Pemberdayaan Masyarakat

Untuk mengantisipasi hal tersebut, PT. Lautan Phinisi Resources akan berupaya
untuk mencanangkan program pengembangan kemasyarakatan (Community
Development) yang diarahkan pada bantuan dan penyokong sosial ekonomi
masyarakat. Community Development berlangsung saat operasional.

Ω PT. LAUTAN PHINISI RESOURCES I - 35


Analisis dampak lingkungan hidup (andal) 2017
RENCANA PERTAMBANGAN PASIR LAUT

Gambar 1.16 Peta Jalur dari Lokasi Penambangan Ke Dumping Area

Ω PT. LAUTAN PHINISI RESOURCES I - 36


Analisis dampak lingkungan hidup (andal) 2017
RENCANA PERTAMBANGAN PASIR LAUT

Program pengembangan kemasyarakatan di desa-desa sekitar lokasi rencana


kegiatan pertambangan pasir laut ini akan terlebih dahulu diawali dengan
proses pengenalan kelompok sasaran. Guna mewujudkan proses tersebut,
maka diperlukan sejumlah tenaga pendamping yang merupakan perpaduan
antara unsur LSM pelaksana dengan masyarakat setempat sebagai awal
penularan gagasan, yang setelah gagasan tersebut secara riil diterima
masyarakat maka diharapkan pendamping tersebut sepenuhnya berasal dari
anggota komunitas mereka sendiri.

Melalui program ini diharapkan masyarakat langsung akan menerima


keuntungan dari masuknya bantuan stimulan untuk kegiatan perekonomian.
Tujuan pencanangan Program Pengembangan Masyarakat (Community
Development) kegiatan pertambangan pasir laut PT. Lautan Phinisi Resources
yaitu untuk menghindari terjadinya konflik sosial antara pihak pengelola
perusahaan dengan masyarakat sekitar yang dapat merugikan secara finansial,
sosial maupun nama baik perusahaan di mata masyarakat. Sedangkan secara
khusus bertujuan untuk:

a. Membantu pemerintah daerah dalam pembangunan sosial dan ekonomi


terutama di desa-desa sekitar lokasi pertambangan pasir laut yang
direncanakan.
b. Menyediakan dana hibah untuk pembangunan prasarana dan sarana dasar
lingkungan yang secara langsung maupun tidak langsung dapaat
menunjang butir 1 di atas.
c. Peningkatan kemampuan perorangan dan keluarga melalui upaya bersama
berlandaskan kemitraan, yang mampu menumbuhkan usaha-usaha baru
yang bersifat produktif dengan berbasis pada usaha kelompok.
d. Penyiapan pengembangan dan kemampuan kelembagaan masyarakat di
tingkat desa untuk dapaat mengkoordinasikan dan memberdayakan
masyarakat dalam melaksanakan program pembangunan.

Usulan-usulan masyarakat sekitar lokasi kegiatan pertambangan pasir laut


yang direncanakan yang dianggap memenuhi persyaratan akan dibantu
melalui :

a. Bantuan Hibah untuk pembangunan maupun perbaikan prasarana dan


sarana dasar di lingkungan desa.
b. Bantuan kredit modal kerja bergulir bagi upaya peningkatan pendapatan
secara berkelanjutan.
c. Bantuan penciptaan kesempatan kerja, termasuk pelatihan, untuk
mencapai kemampuan pengembangan usaha-usahanya.

Kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan dengan melibatkan seluruh warga


masyarakat, baik dalam perencanaan maupun pelaksanaannya dan terbuka
untuk diperiksa.

Ω PT. LAUTAN PHINISI RESOURCES I - 37


Analisis dampak lingkungan hidup (andal) 2017
RENCANA PERTAMBANGAN PASIR LAUT

Kelompok Sasaran

Kelompok masyarakat yang akan dibantu adalah kelompok yang terdiri atas
perorangan maupun keluarga yang tinggal di desa yang terkena dampak
rencana kegiatan pertambangan pasir laut di pesisir laut Kabupaten Takalar.

Jenis-Jenis Program Yang Dapat Dibantu

Bentuk program bantuan sosial dan ekonomi dapat berupa dua jenis
program, yaitu bantuan peningkatan perekonomian rakyat melalui pinjaman
lunak secara bergulir bagi kegiatan usaha kecil dan bantuan hibah untuk
pembangunan prasarana dan sarana dasar lingkungan desa, serta sebagai
hibah untuk pelatihan bagi pengelola institusi-institusi masyarakat.

Pelaksanaan Program Community Development

Pelaksana Program Community Development adalah masyarakat yang


menjadi kelompok sasaran program, baik perorangan maupun lembaga yang
didalamnya terdiri dari tokoh-tokoh masyarakat, tetua adat, ulama dan lain-
lain yang bertindak sebagai perencana program. Lembaga tersebut dibina
dan difasilitasi oleh pemerintah daerah setempat sedangkan perusahaan
bersama-sama pemerintah daerah bertindak sebagai pengawas dan
fasilitator. Dalam pelaksanaanya, maka untuk menghindari tumpang tindih
pelaksanaan program perlu adanya pengelolaan secara terpadu di tingkat
desa maupun kecamatan sehingga dapat menghindari terjadinya
kecemburuan social baik antar individu / keluarga, warga desa maupun
warga kecamatan.

Dalam perkembangannya hingga saat ini, PT. Lautan Phinisi Resources baru
menyampaikan sosialisasi program tersebut kepada masyarakat, terutama
aparat pemerintah kecamatan dan desa serta tokoh-tokoh masyarakat yang
dipandang dapat menyampaikan aspirasi perusahaan tersebut kepada
anggota masyaarakat lainnya. Dari hasil sosialisasi yang dilakukan umumnya
masyarakat di sekitar lokasi rencana pertambangan mempunyai persepsi
yang cukup baik, sehingga perusahaan akan terus melakukan pendekatan
terhadap masyarakat sebelum program tersebut dilaksanakan.

Ω PT. LAUTAN PHINISI RESOURCES I - 38


Analisis dampak lingkungan hidup (andal) 2017
RENCANA PERTAMBANGAN PASIR LAUT

Tabel.1.12. Rencana Program Pengembangan Masyarakat di Kecamatan


Galesong Selatan dan Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar
oleh PT. Lautan Phinisi Resources
No Program Pengembangan Masyarakat
(Commmunity Development Program)
1. Program Pengembangan Kesehatan Masyarakat dan Sanitasi
Lingkumgan
2. Program Pendidikan

3. Program Pengembangan Ekonomi Masyarakat

4. Program Pengendalian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan


Lingkungan
5. Program Pengembangan Kesetaraan Gender

6. Program Bantuan Sarana dan Prasarana Pendidikan, Kesehatan dan


Keagamaan

Gambar 1.17. Diagram Pelaksanaan Program Community Development


(Sumber : PT. Lautan Phinisi Resources)
1.1.3. Tahap Pasca Operasional

Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap pasca pertambangan meliputi


kegiatan – kegiatan sebagai berikut :

1. Pemutusan Hubungan Kerja

Pada setiap kegiatan industri yang berkaitan dengan sumberdaya tak


terbarukan memiliki akhir, maka pelepasan tenaga kerja merupakan suatu
keniscayaan yang tidak dapat dihindari. Untuk mengantisipasi kemungkinan

Ω PT. LAUTAN PHINISI RESOURCES I - 39


Analisis dampak lingkungan hidup (andal) 2017
RENCANA PERTAMBANGAN PASIR LAUT

terjadinya dampak yang tidak diinginkan dalam melaksanakan pelepasan


tenaga kerja akan dilakukan prosedur sebagai berikut:
 Paling lambat 1 (satu) bulan sebelum perkiraan berakhirnya kegiatan
pertambangan pasir laut diruang laut Galesong dan Galesong Selatan oleh
PT Lautan Phinisi Resources, maka informasi dan sosialisasi pengurangan
tenaga kerja akan mulai dilaksanakan.
 Mengadakan seleksi secara transparan dan obyektif atas tenaga kerja yang
masíh dibutuhkan perusahaan sampai kegiatan kegiatan pertambangan
pasir laut diruang laut Galesong dan Galesong Selatan oleh benar-benar
berakhir.
 Dalam pelaksanaan pemutusan hubungan kerja, perusahaan akan
berpedoman kepada ketentuan pemerintah yang berlaku dan berkoordinasi
dengan instansi terkait yang dalam hal ini Departemen Tenaga Kerja serta
Serikat Pekerja yang ada di perusahaan.
 Dalam pelaksanaan pemutusan hubungan kerja PT Lautan Phinisi Resources
akan memperhatikan dan memberikan hak-hak seluruh karyawan sesuai
dengan ketentuan pada pasal 156 ayat 2, 3 dan 4 Undang-Undang Nomor
13 Tahun 2003 dan akan berkoordinasi dengan instansi terkait dalam hal ini
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
2. Pembongkaran dan Demobilisasi Sarana dan Peralatan Tambang

Peralatan seperti TSHD, speed boat dan lain-lain merupakan alat yang dimiliki
oleh pihak ketiga, maka akan dikembalikan /penyelesaian kontrak setelah
operasi pertambangan.

1.1.4. Jadwal dan Waktu Rencana Kegiatan

Jadwal rencana kegiatan pertambangan pasir laut oleh PT. Lautan Phinisi
Resources yaitu :

1. Tahap pra konstruksi memerlukan waktu sekitar 6 bulan


2. Tahap operasi dapat berlangsung selama 14 bulan (operasional
penambangan 5 bulan dan penambahan waktu pemberdayaan
masyarakat 9 bulan)
3. Tahap pasca operasi memerlukan waktu sekitar 12 bulan mengikuti siklus
biologi dan siklus arus (musim barat dan musim timur).

1.1.5. Alternatif-Altermatif Yang Akan Dikaji Dalam AMDAL

Kajian AMDAL merupakan bagian dari studi kelayakan dari aspek lingkungan hidup
sehingga komponen rencana usaha dan atau kegiatan bisa saja memiliki beberapa
alternatif. Namun pada rencana kegiatan Pertambangan Pasir Laut di Wilayah Ruang
Laut Kecamatan Galesong dan Kecamatan Galesong Selatan, Kabupaten Takalar ini
tidak terdapat alternatif kajian AMDAL baik alternatif kegiatan, alat produksi maupun
lokasi. Oleh karena itu maka dalam kajian AMDAL Pertambangan Eksplorasi Pasir laut

Ω PT. LAUTAN PHINISI RESOURCES I - 40


Analisis dampak lingkungan hidup (andal) 2017
RENCANA PERTAMBANGAN PASIR LAUT

oleh PT. Lautan Phinisi Resources di wilayah perairan laut Kecamatan Galesong dan
Galesong Selatan Kabupaten Takalar ini tidak dilakukan kajian alternatif.

Ω PT. LAUTAN PHINISI RESOURCES I - 41

Anda mungkin juga menyukai