01 Bab I-A Rencana Kegiatan Hal. 1-40
01 Bab I-A Rencana Kegiatan Hal. 1-40
BAB I
PENDAHULUAN
sebagai a-7-x dari persyaratan klasifikasi AASHTO atau sebagai CH dalam sistem
klasifikasi unfied, hal ini disebabkan karena penempatan material di bawah muka air.
Untuk menghindari tanah dengan sifat kembang susut maka nilai-nilai yang dapat
digunakan sebagai pedoman yaitu Batas cair, LL tidak lebih dari 35% tidak
mengandung material organik, persyaratan lain yang perlu diperhatikan adalah
gradasi butiran yaitu di mana kandungan kerikil maksimum 30%, pasir minimum
50% dan lanau-lempung maksimum 20% hal ini penting untuk mencapai tingkat
kepadatan yang optimal. Material urugan yang dibutuhkan untuk reklamasi terdiri
dari pasir, batu dan sirtu. Salah satu sumber material urugan tersebut diperoleh dari
laut, yang dapat dijelaskan sebagi berikut, pengambilan pasir/tanah laut di laut
direkomendasikan dilakukan pada kedalaman tertentu yaitu 15 - 51 m dari
permukaan laut;
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka salah satu investor yang akan
berperan dalam memenuhi kebutuhan material urugan untuk kegiatan reklamasi
diwilayah Kota Makassar adalah PT. Lautan Phinisi Resources dengan merencanakan
Kegiatan Pengerukan Pasir Laut di wilayah ruang laut Kecamatan Galesong Selatan
dan Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar. Berdasarkan hasil eksplorasi yang
telah dilakukan pada Tahun 2015/2016 menunjukkan bahwa diperairan laut Takalar,
khususnya perairan laut Kecamatan Galesong Selatan dan Kecamatan Galesong
memiliki potensi pasir laut yang cukup besar ( kurang lebih 10 juta m³ ) yang dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan penimbunan areal reklamasi yang ada di Kota
Makassar.
Sesuai dengan peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.5 Tahun 2012
tentang Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki AMDAL, maka
rencana kegiatan tersebut wajib memiliki AMDAL karena volume kerukannya ≥
500.000 m³. Rencana kegiatan tersebut berpotensi menimbulkan dampak penting
terhadap sistem hidrologi dan ekologis yang lebih luas dari batas tapak kegiatan itu
sendiri, perubahan batimetri, ekosistem dan mengganggu proses-proses alamiah di
daerah perairan (sungai dan laut) termasuk menurunnya produktifitas kawasan yang
dapat menimbulkan gangguan terhadap lalu lintas pelayaran perairan.
Rincian dan uraian dari rencana pertambangan Pasir Laut, di Wilayah Ruang
Laut Kecamatan Galesong Selatan dan Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar
adalah sebagai berikut:
Tabel.1.1. Batas Geografis Ijin Usaha Pertambangan PT. Lautan Phinisi Resources
Koordinat WIUP PT. Lautan Phinisi Reseources
NO Garis Bujur (BT) Garis Lintang (LS)
...⁰ …' …" X ...⁰ …' …" Y
1 119 10 22.545 119.1729 5 20 31.100 5.341972
2 119 10 37.605 119.1771 5 20 31.100 5.341972
3 119 10 37.605 119.1771 5 20 25.877 5.340521
4 119 10 49.992 119.1806 5 20 25.877 5.340521
5 119 10 49.992 119.1806 5 20 22.547 5.339596
6 119 11 50.808 119.1974 5 20 22.547 5.339596
7 119 11 50.808 119.1974 5 20 31.726 5.342146
8 119 12 19.938 119.2055 5 20 31.726 5.342146
9 119 12 19.938 119.2055 5 20 39.013 5.34417
10 119 12 42.463 119.2118 5 20 39.013 5.34417
11 119 12 42.463 119.2118 5 20 46.934 5.346371
12 119 13 6.952 119.2186 5 20 46.934 5.346371
13 119 13 6.952 119.2186 5 20 52.402 5.347889
14 119 13 17.416 119.2215 5 20 52.402 5.347889
15 119 13 17.416 119.2215 5 21 0.769 5.350214
16 119 13 28.198 119.2245 5 21 0.769 5.350214
17 119 13 28.198 119.2245 5 21 11.074 5.353076
18 119 13 37.616 119.2271 5 21 11.074 5.353076
19 119 13 37.616 119.2271 5 21 20.939 5.355816
20 119 13 47.028 119.2297 5 21 20.939 5.355816
21 119 13 47.028 119.2297 5 21 28.739 5.357983
22 119 13 54.310 119.2318 5 21 28.739 5.357983
23 119 13 54.310 119.2318 5 21 35.221 5.359784
24 119 14 0.362 119.2334 5 21 35.221 5.359784
25 119 14 0.362 119.2334 5 21 46.178 5.362827
26 119 14 10.591 119.2363 5 21 46.178 5.362827
27 119 14 10.591 119.2363 5 21 56.915 5.36581
28 119 14 20.614 119.2391 5 21 56.915 5.36581
29 119 14 20.614 119.2391 5 22 5.207 5.368113
30 119 14 28.356 119.2412 5 22 5.207 5.368113
31 119 14 28.356 119.2412 5 22 15.476 5.370966
32 119 14 33.685 119.2427 5 22 15.476 5.370966
33 119 14 33.685 119.2427 5 22 28.203 5.374501
34 119 14 39.125 119.2442 5 22 28.203 5.374501
Lanjutan Tabel.1.1.
NO Koordinat WIUP PT. Lautan Phinisi Reseources
Gambar 1.1 Lokasi IUP Eksplrorasi Pertambangan Pasir Laut PT. Lautan Phinisi Resources
Luas Izin Usaha Pertambangan PT. Lautan Phinisi Resources meliputi wilayah
seluas 1.025,66 Ha. Untuk keperluan perhitungan cadangan endapan pasir laut,
daerah penyelidikan dibagi menjadi tiga sub-blok, yang mencerminkan luas daerah
pengaruh lubang bor terdekat dengan mempertimbangkan luas daerah pengaruh
lubang bor terdekat dengan mempertimbangkan tebal rata-rata endapan pasir laut,
jarak terhadap titik pusat dan faktor kesalahan yang diperkirakan.
1. Dasar Perhitungan Cadangan
Dasar perhitungan cadangan pasir laut yang akan dilakukan didasarkan pada
data-data eksplorasi mengenai kedalaman laut dan tebal pasir laut yang layak
tambang sehingga perhitungan jumlah cadangan pasir laut yang terdapat pada
wilayah izin usaha pertambangan dilakukan dengan menggunakan metode
perhitungan cadangan luas daerah pengaruh (Area of Influence) dimana setiap
lubang bor ditentukan suatu batas daerah pengaruh yang dibentuk oleh garis-garis
berat antara titik tersebut dengan titik lubang bor terdekat yang ada di sekitarnya,
masing-masing daerah atau sub blok diperlukan sebagai suatu polygon yang
mempunyai ketebalan yang sama dengan titik bor yang berada di dalam polygon
tersebut. Total volume cadangan yang diperoleh dengan menjumlahkan seluruh
volume masing-masing polygon. Hasil pengeboran di beberapa titik Bor Log dan
sampling pada lokasi tertentu di dalam area penyelidikan (IUP) Eksplorasi
menunjukkan adanya variasi ketebalan pasir permukaan hingga mencapai jenis
material pasir bercampur kerikil (cangkang biota laut dan pecahan karang). Namun
dengan keterbatasan peralatan, kemampuan penyelaman dan kedalaman perairan,
maka pendugaan kedalaman lapisan ke Dua (pasir bercampur kerikil) tidak dapat di
bor pada lebih dari 2 meter dari permukaan dasar perairan.
Tabel.1.3. Hasil Bor Log Pada Area Penyelidikan di Lokasi Rencana Pertambangan
Pasir Laut, di Wilayah Ruang Laut Kecamatan Galesong Selatan dan
Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar, oleh PT. Lautan Phinisis
Resources
Point Kedalaman Tebal Pasir Pasir+Rubble Blok
No
Bor Log (m) (m) (m) Kedalaman
1 BR III 19 0,5 0,4 1
2 BR II 25 0,7 0,4 2
3 BR IV 29 0,7 0,5 2
4 BR VII 36 1,0 0,4 3
5 BR V 28 1,1 0,3 2
6 BR VI 36 1,2 0,2 3
7 BR VIII 37 1,2 0,2 4
8 BR I 23 0,6 0,3 2
Sumber: Laporan Bor-Log, Pengerukan Pasir PT. Lautan Phinisi Resouces, 2016
Dari hasil Bor Log dan sampling sedimen menunjukkan ketebalan sedimen
cenderung homogen pada area pedataran dasar perairan yang landai pada Blok
kedalaman 3 dan 4. Demikian halnya pada area Blok kedalaman 5, dengan estimasi
ketebalan pasir dan kerikil yang cenderung menebal sesuai penambahan kedalaman
yang di mulai dengan kisaran ketebalan 1,0 m hingga 1,2 m pada Blok kedalaman 3
dan 4. Pada Blok kedalaman 1 dan 2 di sebelah Tenggara area penyelidikan dimana
kondisi topografi berombak oleh pengaruh batuan dasar kepulauan sekitarnya serta
gosong karang /pasir, ketebalan pasir hanya berkisar 0,5 – 0,7 m, dengan ketebalan
lebih besar pada material pasir bercampur kerikil. Karakteristik material
memperlihatkan adanya pemadatan sedimen seiring bertambahnya kedalaman dan
ketebalan sedimen dasar.
1. Klasifikasi Cadangan
2. Jumlah Cadangan
perairan serta karakter endapan pasir yang cenderung homogen maka estimasi
cadangan dengan memakai estimasi Bor-Log pada Blok kedalaman 4 dengan
ketebalan endapan 1,2 m, sebesar 2.673.191 m3 (kubik).
Hasil akumulasi pendugaan cadangan pasir laut potensial pada kelima Blok
Kedalaman di atas maka terestimasi cadangan pasir laut keseluruhan pada area
penyelidikan sebesar 10.406.205 m3 (kubik), dengan mengabaikan kategori lapisan
pasir bercampur cangkang organik dan kerikil (rubble).
f. Kualitas Endapan
TSHD 1 TSHD 2
1 Pertambangan 2 jam 2 jam
2 Pengangkutan penuh muatan 0,5 jam 0,5 jam
3 Pembongkaran muatan 2 jam 2 jam
4 Kembali tanpa muatan 0,5 jam 0,5 jam
5 Waktu tenggang 1 jam 1 jam
6 Total siklus waktu kerja THSD 6 jam 6 jam
Sumber: Laporan Bor-Log, Pengerukan Pasir PT. Lautan Phinisi Resouces, 2016
2) Umur Tambang
Lamanya kegiatan pertambangan pasir laut pada IUP Eksplorasi PT. Lautan Phinisi
Resources ditentukan berdasarkan volume cadangan pasir laut yang layak tambang
dan target produksi yang dicanangkan perusahaan setiap tahunnya. Kegiatan
pertambangan pasir laut ini direncanakan dengan menggunakan Trailing Suction
Hopper Dredger (TSHD). Target produksi direncanakan sebesar 2.662.500 m 3 per
bulan. Jika jumlah cadangan yang akan ditambang sebesar 8.896.272,45 m 3, maka
dengan menggunakan rumus di bawah ini kita dapat mengetahui umur tambangnya.
Dengan perhitungan umur tambang di atas maka lamanya kegiatan pertambangan
pasir laut di perairan laut Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan kurang lebih
4.55 bulan. Kegiatan penambangan (eksploitasi) akan di kerjasamakan dengan pihak
ke 3 (tiga) yaitu Boskalis. Kegiatan penambangan yang dilakukan oleh Boskalis telah
memperhitungkan aspek lingkungan atau Environmental management framework,
Waste Managemen-General, Waste Managemen-Sewage and grey water, Bunkering-
dydrocarbon spills, Sipill Contingency and Response.
Rencana kegiatan pertambangan pasir laut oleh PT. Lautan Phinisi Resources
dalam kajian AMDAL ini terbagi menjadi tiga tahap utama, yaitu pra konstruksi,
operasi dan pasca operasi. Komponen-komponen kegiatan yang berpotensi
menimbulkan dampak lingkungan adalah:
Penentuan area of influence yang digunakan mengacu pada SNI No. 13-5014-1998
Tabel.1.1: Jarak Titik Informasi Menurut Kondisi Geologi. Kondisi geologi untuk
endapan pasir laut termasuk dalam kategori kondisi geologi sederhana (sumber daya
tertunjuk; 500 >X=1000), maka radius yang digunakan adalah 500 m. Dengan cara
perhitungan tersebut di atas maka dapat diketahui jumlah cadangan terukur pasir
laut di wilayah Izin Usaha Pertambangan PT. Lautan Phinisi Resources sebesar
10.466.202,88 m3. Cadangan hanya dihitung untuk material pasir, sedangkan untuk
pasir lumpuran sudah termasuk dalam faktor koreksi perhitungan cadangan. Dengan
memperhatikan mining factor 85% maka besarnya cadangan tertambang/layak
tambang (mineable) adalah 8.896.272,45 m3.
Sumber: Laporan Hasil Eksplorasi IUP Rencana Pengerukan Pasir PT. Lautan Phinisi
Resouces, 2016
Hasil pengukuran cadangan memperlihatkan bahwa estimasi cadangan pasir
pada lokasi ini sebesar 496.396 m3 (kubik), estimasi cadangan pasir pada lokasi ini
dengan memakai rata-rata dari rentang ketebalan 0,6 – 1,1 m (mean : 0,85 m)
sebesar 2.297.422 m3 (kubik), estimasi cadangan pasir pada lokasi ini dengan
memakai rata-rata dari rentang ketebalan 1,0 – 1,2 m (mean : 1,1 m) sebesar
1.127.702 m3 (kubik), estimasi cadangan pasir minimum pada lokasi ini sebesar
3.811.494 m3 (kubik), estimasi cadangan dengan memakai estimasi Bor Log pada
Blok kedalaman 4 dengan ketebalan endapan 1,2 m, sebesar 2.673.191 m3 (kubik).
Data navigasi menunjukkan bahwa lokasi tersebut jauh dari jalur lintas kapal-
kapal yang telah ditentukan oleh departemen perhubungan (jalur Pelni dan jalur
kapal resmi lainnya) selain sebagai jalur lintas perahu lokal yang akan diselesaikan
dengan koordinasi dan sosialisasi kepada semua pihak yang terkait.
Pada peta tersebut tergambar pula 2 (Dua) lintasan kabel serat optik bawah
laut yang membentang dari arah pantai Bodia-Takalar kearah Barat dengan kondisi
satu kabel serat optic tersebut memotong area IUP di sebelah bawah (Tenggara)
pada kedalaman sekitar 25 meter. Kondisi ini menyebabkan perlunya koordinasi dan
perencanaan teknis operasional pengerukan yang mempertimbangkan keamanan
bagi fasilitas pemerintah tersebut. Pembagian Blok disajikan pada Peta Berikut:
Gambar 1.3 Peta Rencana Blok Penambangan Pasir Laut, PT. Lautan Phinisi Resources
Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk kegiatan pertambangan pasir laut PT. Lautan
Phinisi Resources terdiri dari tenaga tetap dan tenaga harian. Jenis pekerjaan serta
jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan disajikan pada Tabel.1.9.
Tabel.1.9. Kebutuhan Tenaga Kerja PT. Lautan Phinisi Resources Mulai Dari
Tahap Studi Eksplorasi, FS Sampai Pada Kegiatan Penambangan.
Jumlah
No Tenaga Kerja Kualifikasi Keterangan
(orang)
1 General Manager S-1 Tambang 1 Tetap
2 Sekretaris D-3 Sekretaris 1 Tetap
3 Kabag Perencanaan S-1 Tambang 1 Tetap
4 Staff Perencanaan Tambang S-1 Tambang 1 Tetap
5 Pit Geologist & Surveyor S1 Geologi 1 Tetap
6 Operator Komputer D3 + Kursus 2 Tetap
7 Juru Gambar STM + Training 1 Tetap
8 Helper SLTA 1 Tetap
9 Kabag Operasi Tambang S -1 Tambang 1 Tetap
10 Pengawasan Tambang & Transportasi D-3 Tambang 1 Tetap
13 Mandor Tambang STM + Training 1 Tetap
14 Mandor Transportasi SLTA + Training 1 Tetap
16 Operator Penggalian & Pengangkutan SLTP + Training 40 Tetap
18 Operator Penumpukan SLTP + Training 2 Tetap
21 Kabag K-3 dan Lingkungan S-1 Lingkungan 1 Tetap
22 Pengawas Sarana Tambang SLTA + Training 1 Tetap
23 Pengawas Peralatan D-3 Mesin 1 Tetap
24 Pengawas Tambang STM + Training 1 Tetap
25 Tenaga Medis S-1 Kedokteran 1 Tetap
26 Asisten Medis SPK + Training 2 Tetap
27 Petugas K-3 D3 + Training 2 Tetap
Petugas Lingkungan & Pengendalian
28 D-3 Lingkungan 1 Tetap
Limbah
29 Operator Listrik & Elektronik SMK + Training 1 Tetap
31 Asisten Mekanik SMK/D3 + Training 1 Tetap
33 Kabag Administrasi dan Umum S-1 Manajemen 1 Tetap
34 Kepala Personalia dan Umum D-3 Hukum 1 Tetap
35 Kepala Keuangan S-1 Akuntansi 1 Tetap
36 Hubungan Masyarakat D-3 Hukum 2 Tetap
37 Kepala Logistik dan Gudang D-3 Manajemen 1 Tetap
38 Pembantu Umum SLTA 1 Tetap
39 Akuntan D-3 Akuntansi 1 Tetap
40 Satpam SLTA 4 Tetap
Sub Total 79
Sumber : PT. Lautan Phinisi Resources, 2016.
Perekrutan tenaga kerja lokal akan dikoordinasikan dengan Kepala desa dan Ketua
BBP pada masing-masing desa setempat. Untuk pemerataan kesempatan kerja,
maka untuk tenaga kerja lokal, hubungan kerja dianggap selesai bila kegiatan
pertambangan sudah berpindah ke wilayah pertambangan yang lain.
Ω PT. LAUTAN PHINISI RESOURCES I - 17
Analisis dampak lingkungan hidup (andal) 2017
RENCANA PERTAMBANGAN PASIR LAUT
Banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan dalam kegiatan pertambangan pasir laut
yaitu sekitar 79 Orang. Tenaga kerja yang dibutuhkan perusahaan terdiri dari
berbagai tingkat pendidikan dan keahlian.
Guna pengamanan para pekerja yang bekerja di dalam layer mulai dari proses
persiapan layer, keberangkatan, pengerukan (penyedotan), pengangkutan dan
penumpahan pasir laut dari layer ke lokasi reklamasi, maka diwajibkan untuk
menggunakan alat pengaman diri: antara lain helm, sepatu lapangan, sabuk
pengaman/harness, sarung tangan, P3K, dan peralatan K3 lainnya. Untuk
memastikan jaminan kesehatan dan keselamatan kerja bagi 79 orang karyawan dan
pekerja PT. Lautan Phinisi Resources, para pekerja diwajibkan telah memiliki atau
telah terdaftar dalam BPJS Ketenagakerjaan (Kartu BPSJS).
Adapun tugas dan tanggung jawab terutama dalam kaitannya dengan K3LH adalah
sebagai berikut :
b. Kabag Produksi
d. Tenaga Pelaksana
Peralatan yang akan digunakan oleh PT. Lautan Phinisi Resources untuk
melakukan pengamanan pantai dan pesisir serta pertambangan pasir laut beserta
spesifikasi dan banyaknya peralatan berat yang akan digunakan adalah sebagai
berikut :
Tabel.1.10. Armada/Alat Produksi PT. Lautan Phinisi Resources
Vassel
NO Dredger Vessel Capacity Unit
Name
1 Trailing Suction Hoper Dredger Inai Kenanga 33,400 M3 1
2 Trailing Suction Hoper Dredger Inai Kasturi 13,000 M3 1
3 Trailing Suction Hoper Dredger Inai Seroja 8,800 M 3
1
4 Trailing Suction Hoper Dredger Inai Selasih 11.750 M3 1
5 Trailing Suction Hoper Dredger Inai Anggerik 8.125 M 3
1
6 Trailing Suction Hoper Dredger Inai Vanilla 2,830 M 3
1
7 Cutter Suction Dredger Inai Dahlia 12,500 M3/Hr 1
8 Cutter Suction Dredger Inai Ixora 12,500 M /Hr
3
1
9 Grab Dredger InaiMelawis 16 M3
10 Grab Dredger InaiMelor 11 M3
11 Slip Hoper Barge Inai Rose 1,000 M3
(Sumber: PT. Lautan Phinisi Resources dan Boskalis, (Dredging and Marines Experts)
Gambar 1.5. TSHD 'Queen of the Netherlands' (see attached specification sheet
– appendix 2)
(Sumber: PT. Lautan Phinisi Resources dan Boskalis, (Dredging and Marines Experts)
.
Ω PT. LAUTAN PHINISI RESOURCES I - 22
Analisis dampak lingkungan hidup (andal) 2017
RENCANA PERTAMBANGAN PASIR LAUT
Sumber : PT. Lautan Phinisi Resources dan Boskalis, (Dredging and Marines Experts)
1. Melabuh pada laut dengan kedalaman 10-20 meter menunggu Pasir Laut
dimuat ke dalamnya.
4. Wheel Loader dan Excavator guna membantu pemuatan Pasir Laut dari
Tongkang ke Bulk Carrier
Proses operasi produksi pertambangan pasir laut secara umum dibagi menjadi dua
bagian, yaitu :
Metode pelaksanaan yang dipakai dalam pekerjaan reklamasi atas lahan New Port
dengan material pasir laut yang diambil dari konsesi pasir laut di sekitar serang
banten dengan jarak antara konsesi dengan dumping area 25 mil, adalah sebagai
berikut :
Setelah sistem perpipaan terpasang secara sempurna maka akan dimulai proses
pumping out (pengeluaran pasir dari bak/hopper) dengan mencampurkan pasir
dengan air lalu di pompa kedarat sejauh 500 - 1000 meter. Proses pumping out
sampai pasir habis dari hopper selama 2 jam. Sementara di darat hasil pumping
out berupa pasir akan diratakan oleh buldozer (2 unit) maupun excavator (2
unit). TSHD akan bergerak ke area konsesi pasir selama 3 jam. Sehingga dalam
1 hari diharapkan 2 kali trip pengambilan pasir dan unloadingnya dengan
produksi perhari : 50.000 – 100.000 m3.
Gambar 1.9. Ilustrasi Pengambilan Pasir Laut Memakai TSHD Filling of The
Hopper
(Sumber : PT. Lautan Phinisi Resources dan Boskalis, (Dredging and Marines
Experts)
Trailing Suction Hopper Dreger digunakan pada proyek ini akan beroperasi pada
7 hari secara x 24 jam, berhenti hanya untuk pemeliharaan dan bunkering
persyaratan. Total volume mengeruk tersedia untuk PT Lautan Phinisi Sumber
Daya pasir borrow area yang tergantung pada kualitas pasir tapi diperkirakan
antara 2.500.000 dan 5.000.000 m3. Rata-rata hari produksi TSHD ini
diperkirakan antara 50.000 – 100.000 m 3/ hari tergantung pada kondisi dan
kualitas pasir. Operasi Pengerukan diperkirakan memakan waktu antara 50-100
hari.
1. Areal pertambangan yang layak tambang dibagi menjadi 3 sub blok. Pembagian
ini untuk memudahkan melakukan perencanaan dan pelaksanaan pertambangan
serta pemantauan kemajuan pertambangan.
Ω PT. LAUTAN PHINISI RESOURCES I - 28
Analisis dampak lingkungan hidup (andal) 2017
RENCANA PERTAMBANGAN PASIR LAUT
Gambar 1.12. Diagram Alir Pertambangan Pasir Laut PT. Lautan Phinisi
Resources Peralatan Kapal Isap TSHD
(Sumber : PT. Lautan Phinisi Resources)
a. Pipa Pengisap (The Suction Tube), berfungsi sebagai penghubung antara
draghead dan pompa isap dan membantu draghead bebas dari gerakan kapal
maupun dari gerakan maju kapal isap (trailing). Diameter pipa isap disesuaikan
dengan kapasitas produk pompa isap dan dapat diterapkan pada suatu aliran
kecepatan listrik yang melebihi 6,5 m/detik.
Gambar 1.13 Kegiatan Penambangan Dengan Crossing System dan Kondisi Yang Berpengaruh Secara Navigasi
b. Pompa Isap, merupakan pompa sentrifugal yang digerakan oleh motor listrik
atau motor diesel, berfungsi menimbulkan ‘ vacuum’ yang mampu mempercepat
transport campuran material melalui pipa isap, pipa buang ( discharge pipe) ke
saluran (chute) masuk ke dalam bak (hopper).
c. Pipa Buang dan Saluran (Discharge Pipe and Chute), bagian yang
berfungsi untuk mengangkat dan mengalirkan campuran material pasir laut ke
dalam bak, sedangkan chute dapat mengatur sebaran material tersebut ke
seluruh permukaan dasar hopper.
d. Bak (Hopper), merupakan alat utama trailer yang berfungsi sebagai
penampungan material pasir laut. Bagian yang penting dari setiap hopper adalah
the overflow system. Bila material campuran berupa pasir dan air masuk ke
dalam hopper, material akan mengendap, sedangkan air akan keluar dari
overflow.
Cara pengerukan pada system ini adalah dengan menggunakan kapala drag
(primer, jet air, atau pompa sentritugal (sekunder, cara pengangkutannya adalah
dengan system pipa, sedangkan+ara pembuangannya dengan menggunakan
system pipa trailing suction hopper dredger (TSHD) menyeret pipapenghisap
ketika bekerja, dan mengisi material yang diisaptersebut ke satu atau beberapa
penampung (hopper) di dalam kapal. Ketika penampung sudah penuh, TSHD
akan berlayar kelokasi pembuangan dan membuang material tersebut melalui
pintu yang ada di bawah kapal atau dapat pula memompamaterial tersebut ke
luar kapal.
Dari perhitungan di atas diketahui bahwa jumlah kapal isap yang dibutuhkan
untuk memenuhi target produksi pertambangan sebesar 2.662.500 m 3/bulan
pada kegiatan pertambangan pasir laut adalah type TSHD sebanyak 1 unit
kapal dengan 3 trip / hari (Boskalis, 2017).
Jadi total waktu yang dibutuhkan untuk mengisi sebuah kapal isap,
mengangkut pasir ke lokasi tujuan, membongkar dan kembali lagi ke tempat
pertambangan akan membutuhkan waktu maksimal 6 jam untuk kapal Isap
TSHD ini.
3. Pemberdayaan Masyarakat
Untuk mengantisipasi hal tersebut, PT. Lautan Phinisi Resources akan berupaya
untuk mencanangkan program pengembangan kemasyarakatan (Community
Development) yang diarahkan pada bantuan dan penyokong sosial ekonomi
masyarakat. Community Development berlangsung saat operasional.
Kelompok Sasaran
Kelompok masyarakat yang akan dibantu adalah kelompok yang terdiri atas
perorangan maupun keluarga yang tinggal di desa yang terkena dampak
rencana kegiatan pertambangan pasir laut di pesisir laut Kabupaten Takalar.
Bentuk program bantuan sosial dan ekonomi dapat berupa dua jenis
program, yaitu bantuan peningkatan perekonomian rakyat melalui pinjaman
lunak secara bergulir bagi kegiatan usaha kecil dan bantuan hibah untuk
pembangunan prasarana dan sarana dasar lingkungan desa, serta sebagai
hibah untuk pelatihan bagi pengelola institusi-institusi masyarakat.
Dalam perkembangannya hingga saat ini, PT. Lautan Phinisi Resources baru
menyampaikan sosialisasi program tersebut kepada masyarakat, terutama
aparat pemerintah kecamatan dan desa serta tokoh-tokoh masyarakat yang
dipandang dapat menyampaikan aspirasi perusahaan tersebut kepada
anggota masyaarakat lainnya. Dari hasil sosialisasi yang dilakukan umumnya
masyarakat di sekitar lokasi rencana pertambangan mempunyai persepsi
yang cukup baik, sehingga perusahaan akan terus melakukan pendekatan
terhadap masyarakat sebelum program tersebut dilaksanakan.
Peralatan seperti TSHD, speed boat dan lain-lain merupakan alat yang dimiliki
oleh pihak ketiga, maka akan dikembalikan /penyelesaian kontrak setelah
operasi pertambangan.
Jadwal rencana kegiatan pertambangan pasir laut oleh PT. Lautan Phinisi
Resources yaitu :
Kajian AMDAL merupakan bagian dari studi kelayakan dari aspek lingkungan hidup
sehingga komponen rencana usaha dan atau kegiatan bisa saja memiliki beberapa
alternatif. Namun pada rencana kegiatan Pertambangan Pasir Laut di Wilayah Ruang
Laut Kecamatan Galesong dan Kecamatan Galesong Selatan, Kabupaten Takalar ini
tidak terdapat alternatif kajian AMDAL baik alternatif kegiatan, alat produksi maupun
lokasi. Oleh karena itu maka dalam kajian AMDAL Pertambangan Eksplorasi Pasir laut
oleh PT. Lautan Phinisi Resources di wilayah perairan laut Kecamatan Galesong dan
Galesong Selatan Kabupaten Takalar ini tidak dilakukan kajian alternatif.