Anda di halaman 1dari 67

TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Jalan raya adalah suatu lajur tanah yang disediakan khusus untuk sarana
atau prasarana, perhubungan darat yang dibuat sedemikian rupa untuk melayani
kelancaran arus lalu lintas. Sarana prasarana perhubungan tersebut meliputi semua
bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukan bagi pelayanan arus lalu lintas, guna untuk memindahkan orang dan
barang dari suatu tempat ke tempat lain.
Pengertian lalu lintas disini adalah semua gerakan jenis pemakai jalan
yang terdiri dari manusia pejalan kaki, semua alat pengankut yang digerakan oleh
manusia dan hewan, seperti delman, gerobak dorong, pedati, sepeda, becak, serta
semua jenis kendaraan bermotor dua, roda tiga, roda empat dan seterusnya.
Kelancaran lalu lintas di jalan raya sangat dipengaruhi oleh tingkat
kemampuan pelayanan yang dapat diberikan oleh setiap bagian jalan raya
tersebut, antara lain oleh lebar jalan dan jumlah jalur. Semakin bertambah banyak
jenis dan jumlah lalu lintas yang melewati suatu jalan raya, maka lalu lintas
menjadi semakin ramai. Keadaan seperti ini diartikan bahwa kepadatan lalu lintas
menjadi semakin tinggi dan tingkat pelayanan yang dapat diberikan oleh bagian-
bagian jalan raya semakin rendah.
Sebagai sarana ataupun prasarana di darat jalan raya berfungsi untuk
melayani kelancaran arus lalu lintas. Di mana jalan raya merupakan lajur tanah
yang disediakan khusus, sedangkan lalu lintas didefinisikan sebagai semua
gerakan jenis pemakai jalan yang terdiri dari manusia pejalan kaki, dan semua alat
pengangkut yang digerakan oleh manusia dan hewan.
Adapun dalam undang-undang jalan raya No. 131/1980 bahwa jalan
adalah :
a. Suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun meliputi segala
bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukan bagi lalu lintas.
b. Jalan umum adalah jalan yang diperuntukan bagi lalu lintas umum.
c. Jalan khusus adalah jalan selain daripada yang termasuk di atas.

FEBRY HAFRIZAL 1
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

d. Jalan tol adalah jakan umum yang kepada para pemakainya dikenakan
kewajiban membayar tol.
Lebar jalan dan jumlah jalur yang menjadi tolok ukur dari kempampuan
pelayanan yang dapat diberikan oleh setiap bagian jalan raya dan merupakan
faktor penentu dari kelancaran lalu lintas di jalan raya. Agar terdapat kesesuaian
antara kepadatan lalu lintas dengan tingkat pelayanan jalan maka ditetapkan
klasifikasi dan spesifikasi suatu jalan raya. Hal ini berfungsi untuk memberikan
informasi dan kejelasan dari kepadatan lalu lintas yang perlu dilayani oleh setiap
bagian-bagian jalan.
Klasifikasi dan spesifikasi jalan raya dapat dibedakan menurut fungsi
pelayanannya, menurut kelas jalan, menurut keadaan topografi, penggolongan
layanan administrasi dan menurut jenis-jenis jalan raya.

1.2 Tujuan Penulisan Laporan


Adapun tujuan penulisan laporan tugas ini ialah sebagai berikut :
a. Memperdalam ilmu dan pemahaman mengenai mata kuliah Geometri Jalan
Raya.
b. Memberikan gambaran kepada mahasiswa dalam mengolah data yang di
dapat dengan perhitungan-perhitungan yang menunjang, lengkap dengan
teori yang memenuhi kaidah-kaidah perencanaan.
c. Mengetahui cara penerapan prinsip-prinsip ilmu Jalan Raya.
d. Untuk melengkapi dan memenuhi syarat dalam menempuh mata kuliah
GeometriJalan Raya.

1.3 Metode Pengumpulan Data


Dalam penyusunan tugas mata kuliah Geometri Jalan Raya ini, penyusun
memperoleh data yang diperlukan berdasarkan kegiatan studi literature atau studi
kepustakaan, yaitu data yang dihimpun diperoleh dari hasil membaca dan
mempelajari buku-buku sumber dan juga melakukan kegiatan browsing secara
online yang relevan sesuai dengan tema yang dibahas dalam laporan ini.

FEBRY HAFRIZAL 2
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

1.4 Sistematika Penulisan Laporan


Dalam penyajiannya sebagai tugas mata kuliah Geometri Jalan Raya, dibahas
dan dijelaskan dengan sistematika penulisan seperti berikut ini :
BAB I PENDAHULUAN
Mengenai latar belakang, tujuan penulisan, metode pengumpulan data dan
sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Berupa teori dan pemahaman konsep mengenai Geometri Jalan Raya.
BAB III PERENCANAAN TRASE JALAN
Menghitung perencaaan titik kontur dengan minimal tiga alternatif.
BAB IV PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN ALINYEMEN
HORIZONTAL
Merencanakan dan menghitung kontrol jarak bidang lurus antara tiga tikungan,
perhitungan superelevasi, titik stasioning, dan perhitungan kebebasan samping.
BAB V PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN ALINYEMEN
VERTIKAL
Menghitung perencanaan landai jalan, jarak pandang, lengkung vertikal.
BAB VI PERHITUNGAN GALIAN DAN TIMBUNAN
Menghitung perencanaan galian dan timbunan yang dibutuhkan.
BAB VII PENUTUP
Berisi kesimpulan dan saran-saran dari hasil perhitungan geometrik jalan raya.
DAFTAR PUSTAKA

FEBRY HAFRIZAL 3
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Sejarah Perkembangan Jalan
Jalan Raya memiliki sejarah perkembangan bermula dari yang tadinya
hanyalah beupa bekas jejak berubah disebabkan karena manusia memiliki
hasratuntuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Jalan dibuat karena
manusia perlu bergerak dan berpindah-pindah dari suatu tempat ketempat lain
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan melindungi dari cuaca iklim
dan gangguan binatang buas,Selain itu juga jejak jalan tersebut berfungsi sebgai
penuntun arah dan menjadikan jejak jalan semakin melebar dikarenakan seringa
berpindah-pindahnya mereka.
Kemudian kurang lebih 5000 tahun yang lalu, untuk keperluan tukar
menukar barang pokok mereka mulai menggunakan jalur jalan secara tetap yang
berfungsi sebagai jalan prasarana sosial dan ekonomi.
Dari sejarah perkembangan peradaban manusia dan dari berbagai
penemuan para pakar transportasi tentang sejarah perkembangan jalan dapatlah
diketahui bahwa :
1. Jalan pertama yang menggunakan perkerasan ditemukan didaerah
Mesopotamia yang dibangun kurang lebih 3500 SM. Penemuan ini
dipandang sebagai awal dari sejarah keberadaan jalan raya.
2. Jalan dan susunan blok-blok batu besar ditemukan diantara Babilonia
hingga Mesir yang diperkirakan dibangun 2500-2568 SM yang berfungsi
untuk mengangkut batu-batu besar dalam membangun Great Pyramid.
3. Dipulau Crate (Kereta)Yunani ditemukan jalan yang diperkeras dari
batu-batuan yang dibuat kurang lebih 1500 SM.
4. Diwilayah Babilonia ditemukan permukaan jalan yang dibuat berlapis-
lapis yaitu dari lapisan tanah dasar yang diatasnya disusun lapisan batu-
batu besar, batu beronjol dicampur mortar, batu kerikil dan kemudian
ditutup dengan batu Plat.
Kekaisaran Romawi mengalami kejayaan dalam membangun jalan pada tahun
753- 476 SM. Hal tersebut berdasarkan atas berbagai penemuan antara lain :

FEBRY HAFRIZAL 4
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

a. Penemuan danau aspal Trinidad oleh Sir Walter Religh Tahun 1595,
dimana dengan bahan temuan tersebut dapat dipergunakan untuk
memperkeras lapisan permukaan jalan.
b. Pierre Marie Jereme Tresaquet memperkenalkan konstruksi jalan dari
batu pecah pada periode th 1718 – 1796.
c. Metode perinsip desak diperkenalkan oleh orang Scotlandia yaitu pada
tahun 1790 yaitu Thomas Telford.
d. Th 1815 Jhon london Mc adams memperkenakan prinsip tumpang tindih
atau konstruksi Makadam.
e. Penemuan mesin penggilas (stom roller) ditemukan th 1860 oleh
Lemoine.

2.1.1 Jalan Raya Modern


Pada tahun 1908 di Paris didirikan lembaga petemuan tetap internasional
yang menetapkan norma-norma dan ketentuan pembangunan jalan raya dan pada
tahun 1914 didirikan pula perserikatan pejabat jalan raya dan transportasi negara-
negara bagian di Amerika. Dan penggunaan aspal sebagai perkerasan dimulai
sejak 1920 sehingga pada tahun 1935 pembangunan jalan raya mulai
dikembangkan berdasarkan bidang spesialisasi keilmuan, yaitu bidang
perencanaan geometri jalan raya dan bidang peencanaan konstruksi perkerasan
jalan raya.
Perkembangn jalan raya di indonesia dimulai sejak jaman kerajaan
Tarumanegara mulai tahun 400- 1519 M. Pada masa itu jalan dibuat untuk
menunjang kegiatan perdagangan yaitu untuk mengangkut barang dagangan dan
mengangkut bahan-bahan untuk pembuatan candi sebagai sarana ibadah. Dan
dengan kedatangan VOC th 1965 turut memperbanyak jalur jalan. Pada jaman
pemerintahan gubernur jenderal Daendless dibangun jalan antara anyer,
panarukan. Jalan ini dibangun untuk kepentingan strategi militer perang dan juga
bertujuan untuk menjangkau daerah terpencil dan untuk mendorong pertumbuhan
sosial ekonomi dan budaya masyarakat.
Jalan yang dibangun sejak jaman VOC setelah jaman kemerdekaan oleh
pemerintah jalan raya itu sebagai berikut :

FEBRY HAFRIZAL 5
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

a. Diperbesar, kualitas konstruksi ditingkatkan dengan tujuan untuk


pelayanan lalu lintas dengan klasifikasi cepat, aman, nyaman.
b. Jalan yang ada diperbaiki, desain geometri diperbaiki.
c. Membuka isolasi terpencil maka dibangun jalan raya baru untuk
meningkatkan sosial ekonomi.

Tujuan jalan raya di Indonesia meliputi adalah sebagai berikut :

a. Sebagi sarana transportasi untuk menjamin stabilitas ekonomi dan


keamanan negara.
b. Untuk mendorang pertumbuhan dan perkembangan sosial, ekonomi, dan
budaya.
c. Sebagai pengembangan jaringan sistem pelayaran transportasi perkotaan
untuk berbagai aktifitas masyarakat, yang dikembangkan adalah metoda
transportasi modern yaitu dengan jalan door to door.

2.1.2 Geometrik Jalan Raya


Geometrik merupakan membangun badan jalan raya diatas permukaan
tanah baik secara vertikal maupun horizontal dengan asumsi bahwa badan/bentuk
permukaan bumi adalah tidak rata. Tujuannya adalah menciptakan hubungan yang
baik antara waktu dan ruang menurut kebutuhan kendaraan yang bersangkutan,
menghasilkan bagian-bagian jalan yang memenuhi persyaratan kenyamanan,
keamanan, serta nilai efisiensi yang optimal. Dalam membangun jalan raya itu
dipengaruhi oleh topografi, sosial, ekonomi dan masyarakatnya.
Beberapa hal yang menyangkut geometri jalan raya ialah sebagai berikut :
 Pemahaman konseptual

1. Aliyement horizontal yaitu garis proyeksi sumbu jalan yang diasumsikan tegak
lurus atau sejajar dengan bidang gambar.
a. Jalan raya dipandang pada suatu bidang datar merupakan sumbu jalan
(garis sumbu jalan) rangkaian dari garis-garis lurus. Tiga syarat pokok
pada jalan yang akan dirancang (geometris) yaitu; Nyaman, Aman,
Efisien/ekonomis.
b. Tikungan atau titik belok.

FEBRY HAFRIZAL 6
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

c. Lengkung horizontal.
d. Kemiringan melintang atau super elevasi.
e. Pelebaran tikungan, khusus mengamati pergeseran antara roda muka
dengan roda belakang.
f. Penomoran jalan (stasioning), penempatan titik station yang digunakan
untuk keperluan desain.

2. Aliyement vertikal yaitu seakan-akan jalan itu naik dan turun atau tegak lurus
bidang gambar. Ada beberapa yang harus diperhatikan yaitu :
a. Lengkung perlalihan vertikal.
b. Cut and fill (penimbunan dan penggalian tanah).
c. Drainase.
d. Bahu Jalan

2.1.3 Klasifikasi Jalur Lalu-Lintas


Berhubungan dengan perbedaan kecepatan kendaraan yang menggunakan
jalan raya, maka jalan raya itu dibagi dalam berbagai jalur lalu lintas, yaitu:
1. Jalur lalu lintas pejalan kaki (trotoir di dalam kota bahu-bahu di luar
kota).
2. Jalur lalu lintas untuk sepeda.
3. Jalur lalu lintas untuk sepeda motor.
4. Jalur lalu lintas untuk mobil. truk dan kendaraan lain yang sejenis.
• Lebar Jalur Lalu-Lintas Untuk Sepeda
Lebar jalur lalu lintas untuk sepeda ditetapkan 0,75 m karena ukuran lebar
sepeda berikut pengendaranya kurang lebih 0,60 m.
• Lebar Jalur Lalu-Lintas untuk Sepeda Motor
Lebar jalur lalu lintas untuk sepeda motor ditetapkan 1 m. Tetapi jika lalu
lintas kendaraan ini digabungkan dengan lalu lintas kendaraan penumpang lainnya
(mobil dll.), maka haruslah lebar jalur itu ditambah dengan 1-1,5 m. Kalau lalu
lintas sepeda motor itu harus diperbesar maka lebar jalur lalu lintas itu harus
diperbesar menurut keperluan.
• Lebar Jalur Lalu-Lintas Untuk Mobil, Truk Dan Kendaraan Bermotor Lainnya
Yang Sejenis

FEBRY HAFRIZAL 7
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

Lebar jalur lalu lintas untuk mobil, truk dan kendaraan-kendaraan lain
yang sejenis itu tidak dapat ditetapkan dengan setepat-tepatnya karena beraneka
ragam bentuk dan ukuran-ukuran kendaraan-kendaraan tersebut. Sebelum
menetapkan lebar jalur lalu lintas terlebih dahulu harus diadnakan penelitian dan
pengamatan mengmenai keadaan lalu lintas kendaraan-kendaraan di jalan tersebut
di kemudian hari.
Lebar jalan lalu lintas yang normal untuk mobil dan truk yang ditetapkan
diberbagai negara itu tidak sama. Sebagian perbandingan diberikan contoh
sebagai berikut: Lebar jalur lalu lintas yang normal untuk mobil dan truk di
Amerika (U.S.A.) dan di lnggris ialah 12 feet =  3,65 m, di Negeri Belanda 3,60
m dan di Jerman Barat 3,75 m.
Di Indonesia lebar jalur lalu lintas itu ditetapkan oleh Direktorat Jenderal
Bina Marga seperti yang tercantum, pada daftar "Standar Perencanaan
Geometrik".

2.1.4 Klasifikasi Jalan Raya Menurut Fungsinya


1. Jalan Utama/ Jalan Primer
Jalan Raya Utama adalah jalan raya yang melayani lalu lintas yang tinggi
(kendaraan berat) antara kota-kota yang penting atau antara pusat-pusat produksi
dan pusat-pusat eksport. Adapun ciri-cirinya sebagai berikut :
a. Dilalui oleh kendaraan berat > 10 ton, 10 ton adalah beban ganda.
b. Dilalui oleh kendaraan dengan kecepatan tinggi (PR) > 80 km/jam.

2. Jalan Sekunder
Jalan Raya Sekunder ialah jalan raya yang melayani lalu lintas yang cukup
tinggi, baik kendaran ringan maupun berat antara kota-kota penting dan kota-kota
yang lebih kecil, serta melayani daerah-daerah di sekitarnya. Adapun cirinya
sebagai berikut :
a. Kendaraan yang melaluinya yaitu kendaraan ringan < 10 ton dan berat >
10 ton.
b. Dilalui oleh kendaraan dengan kecepatan sedang (40-80 km/jam).

3. Jalan Penghubung/ Jalan Lokal

FEBRY HAFRIZAL 8
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

Jalan penghubung adalah jalan keperluan aktivitas daerah yang sempit


juga dipakai sebagai jalan penghubung antara jalan-jalan dari golongan yang lama
atau yang berlainan.
Fungsi jalan penghubung adalah untuk melayani lalu lintas yaitu
memenuhi kebutuhan aktivitas masyarakat setempat biasanya jalan perkotaan.
Adapun ciri-cirinya sebagai berikut :
a. Melayani semua jenis pemakai jalan, kendaraan ringan serta kendaraan
berat namun dibatasi dari pusat pemukiman ke pusat industri.
b. Kecepatan kendaraan rendah (max. 60 km/jam).
c. Banyak persimpangan jalan serta terdapat titik simpul sebagai pusat
aktivitas masyarakat.

2.1.5 Klasifikasi Jalan Raya Menurut Berat Kendaraan


Menurut berat kendaraan yang Iewat, jalan raya terdiri atas:
a. Jalan Kelas I.
b. Jalan Kelas IIA.
c. Jalan Kelas IIB.
d. Jalan Kelas IIC.
e. Jalan Kelas III.
Tebal perkerasan jalan itu ditentukan sesuai dengan kelas jalan.Makin
berat kendaraan-kendaraan yang melalui suatu jalan, makin berat pula syarat-
syarat yang ditentukan untuk pembuatan jalan itu.
a. Kelas I
Kelas jalan ini mencakup semua jalan utama dan dimaksudkan untuk dapat
melayani lalu lintas cepat dan berat. Dalam komposisi lalu lintasnya tak terdapat
kendaraan lambat dan kendaraan tak bermotor. Jalan raya dalam kelas ini
merupakan jalan-jalan raya yang berjalur banyak dengan konstruksi perkerasan
dari jenis yang terbaik dalam arti tingginya tingkatan pelayanan terhadap lalu
lintas.
b. Kelas II
Kelas jalan ini mencakup semua jalaln-jalan sekunder. Dalam komposisi
Ialu lintasnya terdapat lalu lintas lambat. Kelals jalan ini, selanjutnya berdasarkan

FEBRY HAFRIZAL 9
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

komposisi dan sifat lalu lintasnya, dibagi dalam tiga kelas, yaitu : IIA, IIB dan
IIC.
1. Kelas IIA
Adalah jalan-jalan raya sekuder dua jalur atau lebih dengan konlstruksi
permukaan jalan dari jenis aspal beton (hot mix) atau yang setaraf, di mana
dalam komposisi lalu lihtasnya terdapat kendaraan lambat tapi, tanpa
kendaraan tanpa kendaraan yang tak bermotor. Untuk lalu lintas lambat, harus
disediakan jalur tcrsendiri.
2. Kelas IIB
Adalah jalan-jalan raya sekunder dua jalur dengan konstruksi permukaan
jalan dari penetrasi berganda atau yang setaraf di mana dalam komposisi lalu
lintasnya terdapat kendaraan lambat, tapi tanpa kendaraan yang tak bermotor.
3. Kelas IIC
Adalah jalan-jalan raya sekunder dua jalur dengan konstruksi permukaan
jalan dari jenis penetrasi tunggal di mana dalam komposisi lalu lintasnya
terdapat kendaraan lambat dari kendaraan tak bermotor.
c. Kelas III
Kelas jalan ini mencakup semua jalan-jalan penghubung dan merupakan
konstruksi jalan berjalur tunggal atau dua. Konstruksi pcrmukaan jalan yang
paling tinggi adalah pelaburan dengan aspal.

2.1.6 Klasifikasi Jalan Raya Menurut Ramainya Lalu Lintas


Suatu jalan raya yang mempunyai banyak jalur lalu-lintas itu tergantung
pada kecepatan kendaraan-kendaraan masih harus dibagi lagi dalam beberapa
jalur lalu-lintas, yaitu jalur-jalur lalu-lintas lambat dan jalur-jalur lalu-lintas cepat.
Jalur-jalur lalu-lintas cepat itu dibagi lagi menurut kecepatan kendaraan-
kendaraan yang melaluinya dalarn beberapa gulongan yaitu:
1. Jalur lalu-lintas untuk 40 km/jam.
2. Jalur lalu-lintas untuk 50 km/jam.
3. Jalur lalu-lintas untuk 60 krn/jam ke atas.
Oleh karena itu, pada perencanaan pembuatan suatu jalan harus dapat
rnenjangkau perkembangan lalu-lintas untuk sesuatu waktu yang tertentu

FEBRY HAFRIZAL 10
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

dikemudian hari tanpa ada perbaikan yang berarti, misalnya dapat mencapai umur
rencana 15-20 tahun yang mendatang.
Umur rencana jalan adalah jangka waktu sejak jalan itu dibuka hingga saat
diperlukan perbaikan berat atau telah dianggap perlu untuk memberi lapisan
pengerasan baru. Ramainya lalu-lintas kendaraan yang melewati sesuatu jalan itu
dapat diteliti dengan menghitung jumlah (volume) kendaraan yang lewat sesuai
dengan masing-masing jenis kendaraan.
Pekerjaan penelitian ini dilakukan tiap-tiap hari selama 24 jam terus-
menerus selama jangka waktu yang tertentu misalnya sdanra 2 minggu berturut-
turut. Angka-angka yang menunjukkan hasil penelitian (pencatatan) jumlah
kendaraan yang lewat itu disebut "Lalu-lintas Harian Rata-rata" disingkat L.H.R.
Karena beraneka ragam jenis-jenisnya kendaraan maka diadakan suatu
angka perbandingan antara jenis-jenis kendaraan itu. Untuk mobil
penumpang/sepeda-motor disebut "Satuan Mobil Penumpang" disingkat S.M.P.
yang besar angka perbandingannya ditetapkan sama dengan satu. Besar angka-
angka perbandingan untuk kendaraan jenis lainnya dapat dibaca pada Tabel 2.1
dibawah ini.
Tabel 2.1 Jenis-jenis kendaraan dan angka perbandingannya
Jenis-Jenis Kendaraan Angka Perbandingan
Sepeda 0,5
Mobil Penumpang/seperla motor 1
Truk ringan (berat kotor 5 ton) 2
Truk sedang (5 ton) 2,5
Bus 3
Truk berat (10 ton) 3
Kendaraan tak bermotor (gerobak, 7
Cikar den sebagainya)

Bila suatu jalan terdapat berbagai jenis kcndaraan dengan jurnlah yang
berbeda, maka dengan angka perbandingan pada Daflar I dibuat daftar yang akan
menghasilkan angka "S.M.P."-nya.

FEBRY HAFRIZAL 11
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

Setelah didapat angka "S.M.P."-nya kita menentukan kelas jalan dengan


membaca Tabel 2.2 pada halaman selanjutnya. Sebagai contoh perhatikan daflar
yang menghasilkan jumlah "S.M.P." suatu jalan sebesar 10.500 S.M.P. yang dapat
dibaca di bawah ini.
Tabel 2.2 Jenis kendaraan dan jumlah LHR
Jenis Kendaraan Jumlah L.H.R. S.M.P.
1. Sepeda motor 4.000 buah 4.000
2. Sedan/mobil kendaraan 2.500
penumpang 2.500 buah 1.000
3. Truk Ringan kendaraan 3.000
4. B u s 500 buah kendaraan
1.000 buah
kendaraan
JUMLAH 10.500 S.M.P

Tabel 2.3 Klasifikasi jalan


Menurut
FUNGSI KELAS L.H.R. dalam S.M.P.
Jalan Utama Jalan Kelas I __ 20.000 __
Jalan Jalan Kelas IIA 6.000 __
Sekunder Jalan Kelas IIB 20.000
Jalan Kelas IIC 1.500 __ 8.000
Jalan Kelas III A __ 2.000 __
Jalan Jalan Kelas III B __ __ __
Penghubung

2.2 Geometrik Jalan Raya


Dalam perencanaan geometrik jalan terdapat beberapa parameter
perencanaan seperti kendaraan rencana, kecepatan rencana, volume dan kapasitas
jalan, dan tingkat pelayanan yang diberikan oleh jalan tersebut. Parameter –
parameter ini merupakan penentu tingkat kenyamanan dan keamanan yang
dihasilkan oleh suatu bentuk geometrik jalan.

FEBRY HAFRIZAL 12
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

2.2.1 Penentuan Centre Line


Dalam menentukan centre line kita akan menghadapi beberapa persoalan
diantaranya mengenai bentuk dari permukaan alam yang tidak teratur, turun naik
kemudian keadaan tanah dasar dan lain sebagainya.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan centreline
diantaranya :
a. Garis centre line dibuat sependek mungkin.
b. Route rencana jalan dipilih sedatar mungkin mengikuti garis kontur atau
transis.
c. Syarat antara sudut belokan pertama dan sudut belokan kedua diusahakan
sepanjang – panjangnya. ( 3,5 cm pada gambar dengan skala 1 : 10.000).
d. Besar sudut belok disesuaikan dengan kecepatan rencana.
e. Perbandingan galian dan timbunan 1 : 1 s/d 1 : 3.

Walaupun kita tahu bahwa jarak yang tersingkat untuk menghubungkan


dua tempat adalah merupakan garis lurus, tetapi dalam hai ini tidak mungkin
untuk membuat centre line selurus – lurusnya karena banyak menghadapi
rintangan – rintangan yang berupa bukit, lembah, sungai yang sukar dilalui, maka
trase jalan dibuat sedemikian rupa dengan memperhatikan faktor keamanan dan
kenyamanan pemakai jalan.

2.2.2 Perhitungan Koordinat


Untuk menghitung koordinat ada dua alternatif hitungan, yaitu :
a. Pengukuran lapangan langsung.
b. Perhitungan pada peta topografi.

Pada perencanaan disini hanya akan dibahas perhitungan koordinat dari peta
topografi. Yaitu dengan cara menginterpolasi koordinat yang telah ada pada peta
topografi yaitu dengan adanya perpotongan sumbu X dan sumbu Y.
1. Perhitungan jarak dilakukan dengan rumus di bawah ini :

d 1  X1 X0 2  Y1 Y02

FEBRY HAFRIZAL 13
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

2. Perhitungan sudut tangen dengan mengurangkan azimuth awal dan


azimuth akhir.
3. Perhitungan azimuth awal yaitu dengan rumus :
XA X1
α  arctg  Kuadran
YA Y1
o Kuadran I :x=(+)
y=(+)
az = α
o Kuadran II :x=(+)
y=(-)
az = 1800 - α
o Kuadran III : x = ( - )
y=(-)
az = 1800 + α
o Kuadran IV : x = ( - )
y=(+)
az = 3600 – α
2.2.3 Alinyemen Horizontal
Alinyemen horizontal adalah proyeksi sumbu jalan pada bidang horizontal.
Alinyemen horizontal terdiri dari garis – garis lurus yang dihubungkan dengan
garis – garis lengkung. Garis lengkung tersebut dapat terdiri dari busur lingkaran
ditambah busur peralihan (spiral – circle – spiral), busur peralihan saja (spiral–
spiral), ataupun busur lingkaran saja (circle).

2.2.4 Lengkung Peralihan


Lengkung peralihan merupakan lengkung untuk tempat peralihan
penampang melintang dari jalan lurus ke jalan dengan superelevasi.
Bentuk lengkung peralihan yang memberikan bentuk yang sama dengan
jejeak kendaraan ketika beralih dari jalan lurus ke tikungan berbentuk busur
lingkaran dan sebaliknya, dipengaruhi oleh sifat pengemudi, kecepatan kendaraan,
radius lengkung, dan kemiringan melintang jalan.
Keuntungan dari penggunaan lengkung peralihan pada alinyemen
horizontal :

FEBRY HAFRIZAL 14
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

a. Pengemudi dapat dengan mudah mengikuti lajur yang telah disediakan


untuknya, tanpa melintasi lajur lain yang berdampingan.
b. Memungkinkan mengadakan perubahan dari lereng jalan normal ke
kemiringan sebesar superelevasi secara berangsur – angsur sesuai
dengan gaya sentrifugal yang timbul.
c. Memungkinkan mengadakan peralihan pelebaran perkerasan yang
diperlukan dari jalan lurus ke kebutuhan lebar perkerasan pada
tikungan – tikungan yang tajam.
d. Menambah keamanan dan kenyamanan bagi pengemudi, karena
sedikit kemungkinan pengemudi keluar jalur.
e. Menambah keindahan bentuk dari jalan tersebut, menghindari kesan
patahnya jalan pada batasan bagian lurus pada lengkung busur
lingkaran

2.2.5 Kemiringan Melintang (Superelevasi)


Diagram superelevasi menggambarkan pencapaian superelevasi dari lereng
normal ke superelevasi penuh, sehingga dengan menggunakan diagram
superelevasi dapat ditentukan bentuk penampang melintang pada setiap titik di
suatu lengkung horizontal yang direncanakan.
Diagram superelevasi digambar berdasarkan elevasi sumbu jalan sebagai
garis nol. Elevasi tepi perkerasan diberi tanda positifatau negatif ditinjau dari
ketinggian sumbu jalan. Tanda positif untuk elevasi tepi perkerasan yang
terletaklebih tinggi dari sumbu jalan dan tanda negatif untuk elevasi yang terletak
lebih rendah dari sumbu jalan.

Gambar 2.1 Diagram Superelevasi

FEBRY HAFRIZAL 15
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

Gambar 2.1 Kemiringan Melintang

2.2.6 Bentuk Lengkung Peralihan


2.2.6.1 Spiral – Circle – Spiral

Gambar 2.3 Spiral – Circle – Spiral


Lengkung spiral merupakan peralihan dari bagain lurus ke circle. Panjang
lengkung peralihan (spiral) diperhitungkan dengan mempertimbangkan bahwa
perubahan gaya sentripugal dari nol (pada bagian lurus) sampai sebesar :
m.v3
K
R.Ls
3
 Vr.1000
 
Lsmin  0,022 
360  V.K
 2,272
R C
dimana :
Ls = panjang spiral (m)
v = kecepatan rencana (km/jam)
R = jari – jari circle (m)
C = perubahan kecepatan(m/det3) dianjurkan harga C= 0,4 m/det3
k = superelevasi

FEBRY HAFRIZAL 16
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

Jari – jari circle yang diambil harus sedemikian sehingga sesuai dengan
kecepatan rencana yang ditentukan serta tidak mengakibatkan adanya kemiringan
tikungan yang melebihi harga maksimum. Kemiringan tikungan maksimum
dibedakan antara jalan untuk antar kota (maksimum = 0,10) dan untuk jalan kota
(maksimum = 0,08).
Besarnya jari – jari lengkung minimum berdasarkan rumus :
Vr2
R
127(e fm)
dengan miring tikungan maksimum dan koefisien gesekan melintang maksimum.
Dimana :
R = jari – jari lengkung minimum (m)
e = miring tikungan maksimum
fm = koefisien gesekan maksimum
Rumus umum :
Data :

PI.Sta = nomor stasiun


d = jarak PI ke PI yang lain (m)
V = ditetapkan(km/jam)
 = diukur dari gambar (derajat)
R = ditetapkan (m)
Ls = panjang lengkung spiral(m)
s = lihat tabel (derajat)
Ts = (R + p) × tg ½  + k(m)
Es = (R + p) × cos ½  - R(m)
Lc = panjang lengkung circle(m)
e = kemiringan melintang(superelevasi)(m/m)
v = kecepatan rencana (km/jam)
Ls Δc
2θs  x360 Lc = .2π2π.
2.π.R 360
’ =  - 2s L = Lc + 2.L

FEBRY HAFRIZAL 17
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

2.2.6.2 Circle
Batasan yang dipakai di Indonesia dimana diperbolehkan menggunakan
bentuk circle adalah sebagai berikut :

Gambar 2.2Circle
Tabel 2.4 Kecapatan rencana
Kecepatan rencana Jari – jari lengkung
(Km/jam) minimum
(m)

120 2000
100 1500
80 1100
60 700
40 300
30 180

Rumus umum :
Data :

PI.Sta = nomor stasiun


d = jarak PI ke PI yang lain(m)
V = (ditetapkan)(km/jam)
 = (diukur dari gambar)(derajat)
R = (ditetapkan)(m)
T = R × tg ½ (m)

FEBRY HAFRIZAL 18
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

E = T × tg ¼ (m)
L = 0,01744 × × R(m)
e = kemiringan melintang(superelevasi)(m/m)

2.2.6.3 Spiral – Spiral

Gambar 2.5Spiral-spiral
Lengkung horizontal berbentuk spiral – spiral adalah lengkung tanpa busur
lingkaran, sehingga titik SC berimpit dengan titik CS.
Rumus umum :
Data :

PI.Sta = nomor stasiun


d = jarak PI ke PI yang lain(m)
Vr = ditetapkan(km/jam)
R = ditetapkan(m)
θs
Ls = xR (m)
28,648
Ts = (R + p) ×tg ½  + k (m)
(R  p)
Es =  R (m)
cos1/2α
L = 2 × Ls(m)
Dari harga s didapat p* dan k* pada tabel :
P = p* . Ls
K = k* .Ls

FEBRY HAFRIZAL 19
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

2.2.7 Pelebaran Perkerasan pada Lengkung Horizontal


Kendaraan yang bergerakdari jalan lurus menuju ke tikungan, seringkali
tak dapat mempertahankan lintasannya pada lajur yang disediakan. Hal ini
disebabkan karena :
a. Pada waktu membelok yang diberi belkan pertama kali hanya roda depan,
sehingga lintasan roda belakang agak keluar lajur (off tracking).
b. Jejak lintasan kendaraantidak lagi berimpit, karena bemper depan dan
belakang kendaraan akan mempunyai lintasan yang berbeda dengan
lintasan roda depan dan roda belakang kendaraan.
c. Pengemudi akan mengalami kesukaran dalam mempertahankan
lintasannya tetap pada lajur jalannya terutama pada tikungan – tikungan
yang tajam atau pada kecepatan – kecepatan tinggi.
Untuk menghindari hal tersebut di atas, maka pada tikungan – tikungan
yang tajam perlu perkerasan jalan diperlebar. Pelebaran perkerasan ini merupakan
faktor dari jari – jari lengkung, kecepatan kendaraan, jenis dan ukuran kendaraan
rencana yang dipergunakan sebagai dasar perencanaan.

2.2.8 Jarak Pandang pada Lengkung Peralihan


Dalam peninjauan jarak pandangan pada suatu lengkung peralihan
(tikungan) ada dua kemungkinan :
a. Keadaaan dimana jarak pandangan (S) lebih kecil dari pada panjang
tikungan yang bersangkutan (L), sehingga seluruh jarak pandangan ada
dalam daerah lengkung ( S< L).
b. Keadaan dimana jarak pandangan (S) lebih besar dari pada panjang
tikungan (L), sehingga jarak pandangan sebagian dalam lengkungan
sepanjang (L) dan sisanya dalam garis lurus ( S< L ).

2.2.9 Alinyemen Vertikal


Alinyemen vertikal adalah perpotongan bidang vertikal dengan bidang
permukaan perkerasan jalan melalui sumbu jalan untuk jalan 2 lajur 2 arah atau

FEBRY HAFRIZAL 20
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

melalui tepidalam masing – masing perkersan untuk jalan dengan median.


Seringkali disebut juga sebagai penampang memanjang jalan.
Penarik
an alinyemen vertikal sangat dipengaruhi oleh berbagai pertimbangan, seperti :
a. Kondisi tanah dasar
b. Keadaan medan
c. Fungsi jalan
d. Muka air banjir
e. Muka air tanah

2.2.10 Lengkung Vertikal

Pergantian dari suatu kelandaian ke kelandaian yang lain dilakukan dengan


mempergunakan lengkung vertikal. Lengkung vertikal tersebut direncanakan
sedemikian rupa sehingga memenuhi keamanan, kenyamanan dan drainase.
1. Lengkung vertikal adalah lengkung yang dipakai untuk mengadakan
peralihan secara berangsur – angsur dari suatu landai ke landai berikutnya.
2. Lengkung vertikal disebut cembung apabila titik perpotongan antara kedua
tangen yang bersangkutan (PPV) ada di atas permukaan jalan.
3. Lengkung vertikal disebut cekung apabila titik perpotongan antara kedua
tangen yang bersangkutan (PPV) ada di bawah permukaan jalan.
Jenis-jenis lengkung vertikal ialah sebagai berikut :
a) Busur lingkaran
b) Parabola sederhana
c) Parabola tingkat tiga
d) Spiral
Pada umumnya di Indonesia menggunakan lengkung parabola sederhana
untuk lengkung vertikal cembung maupun cekung.
Rumus umum
A1 = (+ a ) – (– b)
A2 = (+ c ) – (– b)
A.Lv
Ev 
800

FEBRY HAFRIZAL 21
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

2
 x 
y  .E  A .x2
 1 Lv  v 200Lv
 2 
Dimana :
Ev = pergeseran vertikal (m)
x = jarak horizontal dari setiap titik pada garis kelandaian terhadap PLV (m)
y = panjang pergeseran vertikal dari titik yang bersangkutan (m)
Lv = jarak horizontal antara PLV dan PTV, disebut panjang lengkung (m)
A = perbedaan aljabar landai jalan (persen (%) )
Dalam perencanaan lengkung vertikal, biasanya elevasi PPV telah
ditentukan terlebih dahulu, kemudian baru dihitung harga – harga sebagai berikut
• Panjang Lv
• Pergeseran vertikal Ev
• Elevasi dari permukaan rencana jalan tepat dibawah atau di atas PPV
• Elevasi dari titik – titik PLV dan PTV
• Elevasi dari permukaan rencana jalan PLV, PPV dan PTV yang diambil
pada setiap nomor – nomor stasiun yang tersebut dalam alinyemen
horizontal.
Data :
PPVI. Sta = nomor stasiun
A.Lv
Elev = elevasi PPVI (m) Ev = (m)
800

Gambar 2.6 Lengkung Vertikal


2.2.11 Galian dan Timbunan

FEBRY HAFRIZAL 22
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

Pekerjaan galian dan timbunan tanah (cut dan fill) pada perencanaan dan
pada pembangunan jalan raya tidak pernah dapat dihindarkan. Hal ini diakibatkan
karena route garis trase jalan tidak selalu dapat diposisikan terletak diatas
permukaan tanah asli, sekalipun dapat dilakukan, akan tetapi tanah asli tersebut
belum tentu memenuhi syarat daya dukung yang diaharapkan sebagaii landasan
pondasi jalan raya.

Gambar 2.7 Galian Timbunan


Sebagai pedoman yang dapat dijadikan pertimbangan dalam perencanaan
geometrik jalan raya, antara lain yaitu:
a. Hendaklah diupayakan agar volume galian dan timbunan tanah
direncanakan dalam jumlah yang sebanding sama besar untuk sepanjang
segmen jalan raya yang bersangkutan, yaitu dengan
mengkombinasikannya pada perencanaan alinyement hrizontal dan
alinyement vertikal, sehingga memungkinkan perencana untuk
memperoleh total jumlah volume dan galian tanah yang sama besar
tersebut.
b. Volume galian dan timbunan tanha pada perencanaan alinyemen haruslah
dipilih se-minimal mungkin, sehingga pekerjaan pemindahan tanah dan
pekerjaan stabilisasi tanah dasar dapat dikurangi, waktu penyelesaian
proyek dapat dipercepat, dan biaya pembangunan jalan dapat dulakukan
se-efisien mungkin.
c. Pada perencanaan dan penetapan tinggi tanah galian harus
mempertimbangkan kemampuan daya operasional maksimum alat-alat
berat yang digunakan.

FEBRY HAFRIZAL 23
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

d. Penetapan badan jalan diatas tanah timbunan haruslah dipertimbangkan


faktor keamana bagi kendaraan yang bersangkutan, mempertimbangkan
stabilitas dan kemiringan lereng.
e. Hanya karena keadaan topografi yang sulit dan berat, serta keadaan lain
yang sangat memaksa, maka perbandingan jumlah total volume galian
terhadapa jumlah timbunan tanah dapat diambil “3:1” dengan disertai
pertimbangan-pertimbangan lainnya diatas.

2.2.11.1 Perhitungan Volume Galian dan Timbunan


Untuk menghitung volumme galian dan timbunan tanah dari masing-
masing irisan penampang melintang dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Dengan menggunakan panimetri atau milimeter kolom, hitung luas masing
–masing irisan gambar potongan melintang tersebut.
b. Setelah luas masing-masing irisan penampang melintang diperoleh,
selanjutnya hitung volume galian dan timbunan masing-masing dengan
rumus sebagai berikut:
(𝑎1+𝑎2)
Volume = + 𝑑
2

Dimana :
V = volume galian atau timbunan tanah (m3)
A1 = luas bidang galian atau timbunan pada titik awal proyek (m2)
A2 = luas bidang galian atau timbunan pada irisan penampang berikutnya (m2)
d = panjang antara 2 titik irisan melintang (meter)
Hitung total jumlah volume galian dan timbunan tanah tersebut.
2.2.11.2 Langkah-langkah Perhitungan
Adapun langkah-langkah perhitungan galian dan timbunan dalah sebagai
berikut :
1. Tetapkan titik-titik stasioning pengamatan sebagai posisi titik irisan
penampang melintang yang diperlukan pada sepanjang garis sumbu jalan.
2. Berdasarkan gambar perencanaan alinyemen horizontal dan perencanaan
alinyemen vertikal, gambarkan masing-masing penampang melintang yang
bersangkutan yang memperlihatkan perbedaan tinggi muka tanah asli
dengan tinggi permukaan perkerasan yang direncanakan.

FEBRY HAFRIZAL 24
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

3. Dengan menggunakan planimetri atau milimeter kolom hitung masing-


masing luas penampang galian dan timbunan tanh yang bersangkutan.
4. Hitung volume galian dan timbunan tanah dengan menggunakan rumus
diatas.
Namun dalam tugas ini perhitungan volume galian dan timbunan
dilakukan menggunakan software AutoCAD dengan perintah Area.

FEBRY HAFRIZAL 25
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

BAB III
PERHITUNGAN PERENCANAAN TRASE GEOMETRI JALAN RAYA

Perencanaan geometrik jalan raya disini merupakan perencanaan dari


awal dengan menggunakan peta topografi. Rencana kelas jalan yang diambil
yaitu kelas IIC, dengan kecepatan 30 – 60 km/jam.
Data – Data Perencanaan
Data – data perencanaan yang diperlukan untuk perencanaan
pembuatan jalan raya adalah:
A. Peta topografi skala 1 : 2000

B. Spesifikasi jalan kelas IIC yaitu (Lampiran 01, Geometrik Jalan Raya:materi
perkulihan spl.541):
1. Lalu lintas harian rata – rata (LHR) : < 2000 smp
2. Kecepatan rencana (Vr) : 30 – 60 km/jam
3. Lebar daerah penguasaan (DMJ) : 30 m
4. Lebar perkerasan : 2 x 3,00 m
5. Lebar bahu jalan : 1,00 – 2,50 m
6. Lereng melintang perkerasan :3%
7. Lereng melintang bahu :6%
8. Miring tikungan maksimum : 10 %
9. Jari-Jari lengkung minimum : 30-115 m
10. Landai maksimum : 6 – 10 %

C. Sudut belok patokan


181913,53(e max  f max)
D max    toleransi
Vr 2
181913,53(0.10  0.173)
D max 30   25  80 010'49,57"
30 2
181913,53(0.10  0.153)
D max 40  2
 13  51014'35,25"
60
181913,53(0.10  0.160)
D max 60  2
 5  25 0 47'4,12"
80

FEBRY HAFRIZAL 26
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

Tabel 3.1 Sudut Belok Patokan


Vr D max D min
30 80010 ‘ 49,57 “ 510 14 ’ 35,25 “
40 510 14 ’ 35,25 “ 250 47 ’ 4,12 “
60 250 47 ’ 4,12 “ 120 1 ’ 14,61 “

D. Perencanaan garis trase jalan


Sesuai dengan ketentuan dan persyaratan tersebut, maka dipilih tiga
alternatif trase jalan yang memenuhi syarat tersebut diatas, maka garis alternatif
yang dipilih dalam tugas perencanaan ini adalah garis alternative tiga, masing –
masing direncanakan :
 Kecepatan rencana pada titik belok PI1 = 60 km/jam
 Kecepatan rencana pada titik belok PI2 = 40 km/jam
 Kecepatan rencana pada titik belok PI3 = 40 km/jam

E. Perhitungan Sudut Belok Betul


Data – data perhitungan :
 Koordinat
Tabel 3.2 Data Koordinat

Titik X Y

A -2498.5 -13688.9
PI-1 -2608.7 -13770.7
PI-2 -2862.3 -14082.3
PI-3 -3162.8 -14145.0
B -3275.2 -14277.8

FEBRY HAFRIZAL 27
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

 Panjang garis tangen pada peta topografi


Tabel 3.3 Data Panjang Tangen pada Topografi
Garis tangen Panjang tangen (m)
D1 144.7
D2 401.7
D3 307.1
D4 173.9

 Sudut belok pada peta topografi


∆PI1 = 16.410
∆PI2 = 39,090
∆PI3 = 38,010
Rumus yang digunakan untuk perhitungan ini :
(𝑋𝑎−𝑋1)
Perhitungan azimuth : ∝ = 𝑎𝑟𝑐𝑡𝑔 (𝑌𝑎−𝑌1)

Perhitungan sudut tangent : ΔPI = αA-1 - α1-2

Perhitungan hasil koordinat

 αA-1 = arctg−13688.9152−(−13770,7182)
−2489.5250−(−2608,7396)
= 0,969404 rad = 55,54276°

αA-1 = 1800 + (56,54276)0 = 235,5428° (kuadran III)

 α1-2 = arctg −2608,7396−(−2862,2924)


−13770,7182−(−14082,2995)
= 0,683076 rad = 39,13736°

α1-2 = 1800+ (39,13740) = 219,13740 (kuadran III)

 α2-3= arctg −2862,2924−3162,8164


−14082,2995−14144,9684
= - 1,3652 rad = 78,2208°

α2-3= 1800+ (78,22080) = 258,22080 (kuadran III)

 α3-B = arctg −3162,8164−3275,1738


−14144,9684−14277,8222
= 0,70473 rad = 40,37808°

α3-B = 1800+ (40,37810) = 220,3781o (kuadran III)

maka sudut belok betul diperoleh :

ΔPI = αA-1 - α1-2

= |235,5428°– 219,13740| = 16.4050

FEBRY HAFRIZAL 28
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

ΔP2 = α1-2 – α2-3

= |219,13740 – 258,22080| = 39,0830

ΔP3 = α2-3 – α3-B

= |258,22080 - 220,22190| = 37,9990


F. Perhitungan panjang tangen
Rumus : 𝑑𝑥 = √(𝑋1 − 𝑋0)2 + (𝑌1 − 𝑌0)2

D1 = (-2608,7396 - 2489,5250)2  (13770,7182  13688,9152) 2

= 144,582 m

D2 = (-2862,2924 - 2608,7396) 2  (14082,2995  13770,7182) 2

= 401,711 m

D3= (3162,8164  2862,2924) 2  (14144,9684  14082,2995) 2


= 306,989 m

D4 = (3275,1738  3162,8164)2  (14277,8222  14144,9684)2


= 173,995m
Maka ∑D = D1 + D2 + D3+ D4 = 1027.277m
 Kontrol hasil perencanaan sudut belok
Tabel 3.4 Kontrol Hasil Perencanaan Sudut Belok
Sudut belok Kontrol
Vr Sudut belok rencana sudut
Dmax Dmin Peta dihitung

60 25047‘ 4,12 “ 120 1 ’ 14,61 “ 16,41o 16,405 o 0,0046


km/jam
40 510 14 ’ 35,25 “ 25 0 47’ 4,12 “ 39,09 o 39,083 o 0,00657
km/jam
40 510 14‘ 35,25 “ 25047’ 4,12 “ 38,01 o 37,999 o 0,01114
km/jam

FEBRY HAFRIZAL 29
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

 Kontrol hasil perencanaan panjang garis tangen


Tabel 3.5 Kontrol Hasil Perencanaan Sudut Belok
Garis Panjang tangen Kontrol jarak
tangen Pada peta Dihitung ( <3% )
D1 144,73 144,582 -0,10251
D2 401,7 401,711 0.00031
D3 307,1 306,989 -0,03299
D4 173,9 173,995 0,08350
∑Panjang 1027,38 1027,277 -0,01005

Maka perencanaan dan perhitungan trase jalan……………OK

FEBRY HAFRIZAL 30
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

BAB IV
PERHITUNGAN ALINYEMEN HORIZONTAL
1. Perhitungan Tikungan Pertama (PI 1)
∆ = 16,405o
Vr = 60 km/jam
D = 144,582m
emax = 0,10(daftar 16, hal 70)
fmax = 0,153(daftar 16, hal 70)
Vr 2 60 2
Rmin    112,04m
127(e  f ) 127(0,10  0.153)
Karena pada kecepatan Vr= 60 km/jam R = 300<R desain <700 (daftar 18,
hal 94), Maka diambil Rdesain = 480 m, dengan bentuk tikungan Sp – Cr – Sp.
Elemen yang dihitung :
a). Panjang TS d). Panjang L
b). Panjang LC e). Panjang LS
c). Panjang ES

Gambar 4.1 Spiral – Circle – Spiral


 Perhitungan elemen tikungan :
c = 0,54
Vr 2 602
k =   0.06
127 xR 127 x 480
Vr 3 Vr.k
Ls min  0,022  2,727
R.c c
603 60.0,06
Lsmin  0,022  2,727
480.0,54 0,54
Lsmin  0,44 m
Diambil Ls desain = 100 m.

FEBRY HAFRIZAL 31
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

Ls 100
2s  x360  x360  11,940
2. .R 2. .480
s = 5,970
’ =  - 2s
= 16,4050 –11,940=4,47o
Ls3 1003
x  Ls   100   99,89m
40.480
2
40.R 2

Ls 2 1002
y   3,47m
6.R 6.480
K *  x  R sin   89,93  480. sin 5,970  49,98
P*  y  R(1  cos  )  2,70  480(1  cos 5,970 )  0,87
Maka diperoleh :
Ts1 = (R + P*) tg ½  + K*
= ( 480 +0,87) tg ½ 16,405+ 44,98
= 119,32m
( R  P*) (480  0,87)
Es1  R   480  5,84m.
cos 12  cos 12 16,4050
Lc = 0,01744 . ’ . R
= 0,01744 x 4,47x 480 = 37,41m
L = Lc + 2Ls = 37,41+ 2.90 = 237,41 m
Kontrol : L <2Ts
237,41 < 238,60 OK...!!!

 Data perencanaan PI2


∆ = 39,0830
Vr = 40 km/jam
D = 401,711 m
emax = 0,10(daftar 16, hal 70)
fmax = 0,166(daftar 16, hal 70)

Vr 2 40 2
Rmin    47,36m
127(e  f ) 127(0,10  0.166)

FEBRY HAFRIZAL 32
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

Karena pada kecepatan Vr= 40 km/jam R = 180>R desain <300 (daftar 18, hal
94), Maka diambil Rdesain = 180 m, dengan bentuk tikungan Sp – Cr – Sp.
Elemen yang dihitung :
a). Panjang TS d). Panjang L
b). Panjang LC e). Panjang LS
c). Panjang ES

Gambar 4.2 Spiral – Circle – Spiral


 Perhitungan elemen tikungan :
c = 0,68
Vr 2 402
k =   0,06
127 xR 127 x 200
Vr 3 Vr.k
Ls min  0,022  2,727
R.c c
403 40.0,06
Lsmin  0,022  2,727
200.0,68 0,68
Lsmin  0,25 m
Diambil Ls desain = 90 m.
Ls 90
2s  x360  x360  25,780
2. .R 2. .200
s = 12,890
’ =  - 2s
= 39,0830 – 25,780 =13,300
Ls3 903
x  Ls   90   89,54m
40.200
2
40.R 2

Ls 2 902
y   6,75 m
6.R 6.200

FEBRY HAFRIZAL 33
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

K *  x  R sin   89,44  200.sin 12,890  44,92


P*  y  R(1  cos )  7,5  200(1  cos12,890 )  1,71
Maka diperoleh :
Ts2 = (R + P*) tg ½  + K*
= ( 200 +1,71) tg ½ 39,083+ 44,92
= 116,52m
( R  P*) (200  1,71)
Es2  R   200  14,04m.
cos 12  cos 12 39,083
Lc = 0,01744 . ’ . R
= 0,01744 x 13,300 x 200 = 46,39m.
L = Lc + 2Ls = 46,39+ 2 .90 = 226,39 m
Kontrol : L <2Ts
226,39 < 233,03 OK...!!!

 Data perencanaan PI3


∆ = 37,999o
Vr = 40 km/jam
D = 307,989m
emax = 0,10(daftar 16, hal 70)
fmax = 0,166(daftar 16, hal 70)
Vr 2 40 2
Rmin    47,36m
127(e  f ) 127(0,10  0.166)
Karena pada kecepatan Vr= 40 km/jam R = 180 >R desain <300 (daftar 18, hal
94), Maka diambil Rdesain = 200 m, dengan bentuk tikungan Sp – Cr – Sp.
Elemen yang dihitung :
a). Panjang TS d). Panjang L
b). Panjang LC e). Panjang LS
c). Panjang ES

FEBRY HAFRIZAL 34
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

Gambar 4.3 Spiral – Circle – Spiral


 Perhitungan elemen tikungan :
c = 0,68
Vr 2 402
k =   0.06
127 xR 127 x200
Vr 3 Vr.k
Ls min  0,022  2,727
R.c c
403 40.0,06
Lsmin  0,022  2,727
200.0,68 0,68
Lsmin  0,25m
Diambil Ls desain = 90 m.
Ls 90
2s  x360  x360  25,780
2. .R 2. .200
s = 12,890
’ =  - 2s
= 37,9990 –25,780=12,220
Ls3 903
x  Ls   90   89,54m
40.200
2
40.R 2

Ls 2 902
y   6,75m
6.R 6.200
K *  x  R sin   89.54  200.sin 12,890  44.92
P*  y  R(1  cos )  6,75  200(1  cos12,890 )  1,71
Maka diperoleh :
Ts3 = (R + P*) tg ½  + K*
= (200+1,71) tg ½ 37,9990 + 44,92
= 114,37 m

FEBRY HAFRIZAL 35
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

( R  P*) (200  1,71)


Es3  R   200  13,33m.
cos 2 
1 cos 12 37,9990
Lc = 0,01744 . ’ . R
= 0,01744 x 12,220 x 200 = 42,61m
L = Lc + 2Ls = 42,61+2.90 = 222,61 m
Kontrol : L <2Ts
222,61 < 228,75 OK...!!!

 Kontrol panjang tangen


Data PI1 → L1 = 237,41m d2 = 401,711 m
Data PI2 → L2 = 226,39 m d3 = 306.989m
Data PI3 → L3 = 222,61m

Maka x1= d2 – ½ (L1 + L2)


= 401,711 – ½ (237,41 + 226,39) = 169,81 m
Maka x1 = 169,81 m > 128 m → Vr = 60 km/jam… OK!!

Maka x2 = d3 – ½ (L2 + L3)


= 307,989 – ½ (226,39 + 222,61) = 82,49 m
Maka x2 = 82,49 m > 56 m → Vr = 40 km/jam……OK!!

2. Perhitungan Pelebaran Perkerasan Pada Tikungan

Rumus : b'  n( R  R  P )  (n  1).Td  z


2 2

Td  R 2  A(2 P  A)  R

Vr
z  0,105
R
Dimana :
b’ = Lebar tambahan perkerasan pada tikungan.
Td = Lebar tambahan akibat tonjolan depan mobil.
n = jumlah jalur ( direncanakan 2 jalur ).
R = Jari – jari.

FEBRY HAFRIZAL 36
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

P = Jarak gandar ( untuk kendaraan jenis Su, P = 6,09 m )(daftar 18,


hal 103).
A = Panjang tonjolan depan ( untuk jenis Su, A = 1,218m )(daftar 18,
hal 103.
z = Lebar tambahan untuk mengimbangi pergeseran roda akibat
kelalaian pengemudi.

Tikungan PI1
Vr 60
z  0,105  0,105  0,29m
R 480
Td  R 2  A2 P  A  R  4802  0,914(2.6,09  0,914)  480  0,012m
b'  n( R  R 2  P 2 )  (n  1).Td  z
b'  2(480  4802  6,092 )  (2  1)0,012  0,29  0.377m
karena b’ = 0,377m.

Tikungan PI2
Vr 40
z  0,105  0,105  0,30m
R 200
Td  R 2  A2 P  A  R  2002  0,914(2.6,09  0,914)  200  0,030m
b'  n( R  R 2  P 2 )  (n  1).Td  z
b'  2(200  2002  6,092 )  (2  1)0,030  0,30  0,512m
karena b’ = 0,512m

Tikungan PI3
Vr 40
z  0,105  0,105  0,30m
R 200
Td  R 2  A2 P  A  R  2002  0,914(2.6,09  0,914)  200  0,030m
b'  n( R  R 2  P 2 )  (n  1).Td  z
b'  2(200  2002  6,092 )  (2  1)0,030  0,30  0,512m
karena b’ = 0,512m.

FEBRY HAFRIZAL 37
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

3. Perhitungan Superelevasi
Data – data yang didapat :
Tabel 4.1 Data Perhitungan Super Elevasi
Data PI1 PI2 PI3
Vr 60 km/jam 40 km/jam 40 km/jam
R 480 m 200 m 200 m
En 2,9 % 2,9 % 2,9 %
Em 5,9 % 7,5 % 7,5 %
B 2x3 2x3 2x3
b’ 0,377 0,512 0,512
Ls1 100 90 90
Lc 37,41 46,39 42,61
S’ 1/160 1/120 1/120

TIKUNGAN P11

Gambar 4.4 Diagram Superelevasi

Gambar 4.5 Kemiringan Melintang


hn = en . ½ (B+b)
= 0,029. ½ (6+0,377)
= 0,092

FEBRY HAFRIZAL 38
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

hm = em . ½ (B + b’)
= 0,059. ½ (6+0,377)
= 0,188
hm’ = em . ½ (B + b’)
= 0,059 . ½ (6+0,377)
= 0,188
en.Ls 0,029 x100
a   32,955m
en  em 0,029  0,059
Kontrol :
= Ls – ( 2.a )
= 100– ( 2.32,955 ) = 34,09m … Ok !!

 Syarat Nyaman
en  em 1
S x ( B  b' )  S '   0.0063
LS 160
0,029  0,059
S x(6  0,368)  0.0063
100
S  0,0056  0,0063  OK ( nyaman )
 Syarat Aman
hn  hm'
emax  x100%  emax data
B  b'
0,092  0,188
emax  x100%  5,3%
6  0,377
emax  4,40%  5,3% 
 OK ( aman )

Tikungan PI2

Gambar 4.5 Kemiringan Melintang

FEBRY HAFRIZAL 39
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

Gambar 4.4 Diagram Superelevasi


hn = en . ½ (B+b)
= 0,029. ½ (6+0,512)
= 0,094
hm = em . ½ (B + b’)
= 0,075 . ½ (6+0,512)
= 0,244
hm’ = em . ½ (B + b’)
= 0,075. ½ (6+0,512)
= 0,244
en.Ls 0,029 x90
a   25,096m
en  em 0,029  0,075
Kontrol :
= Ls – ( 2.a )
= 90 – ( 2.25,096 ) = 39,808 m ..Ok !!
 Syarat Nyaman
en  em 1
S x ( B  b' )  S '   0.0083
LS 120
0,029  0,075
S x(6  0,512)  0.0083
90
S  0.0075  0.0083  OK ( nyaman )
 Syarat Aman
hn  hm'
emax  x100%  emax data
B  b'
0,095  0,244
emax  x100%  8,0%
6  0,512
emax  5,2%  8,0% 
 OK ( aman )

FEBRY HAFRIZAL 40
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

Tikungan PI2

Gambar 4.4 Diagram Superelevasi

Gambar 4.5 Kemiringan Melintang


hn = en . ½ (B+b)
= 0,029. ½ (6+0,512)
= 0,094
hm = em . ½ (B + b’)
= 0,075 . ½ (6+0,512)
= 0,244
hm’ = em . ½ (B + b’)
= 0,075. ½ (6+0,512)
= 0,244
en.Ls 0,029 x90
a   25,096m
en  em 0,029  0,075
Kontrol :
= Ls – ( 2.a )
= 90 – ( 2.25,096 ) = 39,808 m ..Ok !!

FEBRY HAFRIZAL 41
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

 Syarat Aman
en  em 1
S x ( B  b' )  S '   0.0083
LS 120
0,029  0,075
S x(6  0,512)  0.0083
90
S  0.0075  0.0083  OK ( nyaman )
 Syarat Aman
hn  hm'
emax  x100%  emax data
B  b'
0,095  0,244
emax  x100%  8,0%
6  0,512
emax  5,2%  8,0% 
 OK ( aman )

4. Titik Stasioning
Tikungan PI1
Sta A = 0 + 0,00
Sta PI1 = Sta A + d1 = 0 + 144,582 =144,582 m
Sta TS1 = Sta PI1 – TS1 = 144,582 –119,30 = 25,282 m
Sta SC1 = Sta TS1 + Ls1 = 25,28 + 100 = 125,282 m
Sta CS1 = Sta SC1 + Lc1 = 125,282 + 37,41 = 162,691 m
Sta ST1 = Sta CS1 + Ls1 = 162,691+ 100 = 262,691 m
Sta PI2 = Sta ST1 + d2 – TS1 = 262,691 + 401,711 – 119,30 =545,103 m
Tikungan PI2
Sta A = 0 + 0,00
Sta PI1 = 144,582m
Sta PI2 = Sta ST1 + d2 – TS1 = 262,691 + 401,711 – 119,30 = 545,103 m
Sta TS2 = Sta PI2 – TS2 = 545,103 –116,52 = 428,586 m
Sta SC2 = Sta TS2 + Ls2 = 428,586+ 90 = 518,586m
Sta CS2 = Sta SC2 + Lc2 = 518,586+ 46,39 = 564,977m
Sta ST2 = Sta CS2 + Ls2 = 564,977+ 90 = 654,977m
Sta PI3 = Sta ST2 + d3 – TS2 = 654,977 + 307,989 – 116,52 = 845,499 m
Tikungan PI3
Sta A = 0 + 0,00

FEBRY HAFRIZAL 42
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

Sta PI1 = 144,582 m


Sta PI2 = 545,103m
Sta PI3 = Sta ST2 + d3 – TS2 = 654,977 + 307,989 – 116,52 = 845,499 m
Sta TS3 = Sta PI3 – TS3 = 845,499 – 114,37 =731,074m
Sta SC3 = Sta TS3 + Ls3 = 731,074 + 90 = 821,074m
Sta CS3 = Sta SC3 + Lc3 = 821,074+ 42,61 = 863,682m
Sta ST3 = Sta CS3 + Ls3 = 863,682+ 90 = 953,682m
Sta B = Sta ST3 + d4 – TS3 = 953,682 + 173,995 – 114,37 = 1013,303m
 Kontrol Stationing
∑𝑑−𝑆𝑡𝑎.𝐵
X =( ∑𝑑
) 𝑥100% < 3%

1027,277−1013,303
=( 1027,277
) 𝑥100% < 3%

= 1,36% < 3% 𝑶𝑲 … ‼!

5. Posisi Titik dan Keadaan Kemiringan Melintang


Tikungan Pertama (PI1)
a) Posisi dan keadaan kemiringan titik A
* Sta. A = Sta. TS1 = Sta. PI1 – TS1 = d1 – TS1
= 144,582 –119,30= 25,282 meter
* Keadaan Miring
Kemiringan sebelah kiri = kemiringan sebelah kanan = hn = - 0,092 meter

b) Posisi dan keadaan kemiringan titik B


* Sta B = Sta A + a
= 25,2582 + 32,995= 58,277 meter
* Keadaan Kemiringan : Kemiringan sebelah kiri = + 0,00 meter
Kemiringan sebelah kanan = - hn = - 0,092 meter

c) Posisi dan keadaan kemiringan titik C


* Sta C = Sta B + a atau Sta A + 2a
= 58,277 + 32,995 = 91,272 meter
* Kemiringan : sebelah kiri = + hm = + 0,188 meter

FEBRY HAFRIZAL 43
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

sebelah kanan = - hm = - 0,188meter


d) Posisi dan keadaan kemiringan titik D
* Sta.D = Sta.C + ( d-2A ), atau Sta. SC1 = 125,282m
* Keadaan Kemiringan : sebelah kiri = + hm = + 0,188 meter
Sebelah kanan = - hm = - 0,188 meter

Tikungan Kedua (PI2)


a) Posisi dan keadaan kemiringan titik A
* Sta. A = Sta. TS2 = Sta. PI2 – TS2 = d2 – TS2
= 545,103 –116,52 = 428,586 meter
* Keadaan Miring
Kemiringan sebelah kiri = kemiringan sebelah kanan = hn = - 0,094 meter

b) Posisi dan keadaan kemiringan titik B


* Sta B = Sta A + a
= 428,586 + 25,096 = 453,628meter
* Keadaan Kemiringan : Kemiringan sebelah kiri = + 0,00 meter
Kemiringan sebelah kanan = - hn = - 0,094 meter

c) Posisi dan keadaan kemiringan titik C


* Sta C = Sta B + a atau Sta A + 2a
= 453,628 + 25,096 = 478,778 meter
* Kemiringan : sebelah kiri = + hm = + 0,24 m
sebelah kanan = - hm = - 0,244 meter

d) Posisi dan keadaan kemiringan titik D


* Sta.D = Sta.C + ( d-2A ), atau Sta. SC2 = 518,586 m
* Keadaan Kemiringan : sebelah kiri = + hm = + 0,244 meter
Sebelah kanan = - hm = - 0,244 meter

Tikungan Ketiga (PI3)


a) Posisi dan keadaan kemiringan titik A

FEBRY HAFRIZAL 44
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

* Sta. A = Sta. TS3 = Sta. PI3 – TS3 = d3 – TS3


= 845,499 – 114,37 = 731,074m
* Keadaan Miring
Kemiringan sebelah kiri = kemiringan sebelah kanan = hn = - 0,094 meter

b) Posisi dan keadaan kemiringan titik B


* Sta B = Sta A + a
= 731,074+25,096= 756,170 meter
* Keadaan Kemiringan : Kemiringan sebelah kiri = + 0,00 meter
Kemiringan sebelah kanan = - hn = - 0,094 meter

c) Posisi dan keadaan kemiringan titik C


* Sta C = Sta B + a atau Sta A + 2a
= 756,170 + 25,096 = 781,266 meter
* Kemiringan : sebelah kiri = + hm = + 0,244 m
sebelah kanan = - hm = - 0,244 meter

d) Posisi dan keadaan kemiringan titik D


* Sta.D = Sta.C + ( d-2A ), atau Sta. SC3 = 863,682m
* Keadaan Kemiringan : sebelah kiri = + hm = + 0,244 meter
Sebelah kanan = - hm = - 0,244 meter

6. Menghitung kebebasan samping


Rumus :
90.S
m  ( R(1  cos ) SL
R
m  R(1  Cos)  1 ( S  L).Sin S L
2
Dimana :
R = Radius lengkung horizontal, S = jarak pandang
 = 3.14 atau 22
7

FEBRY HAFRIZAL 45
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

Tikungan PI1
Perhitungan Jarak Pandang Menyiap
Untuk Vr1= 60 km/jam ; dengan landai maksimum 6% ( jalan naik ) (Lampiran
01, Geometrik Jalan Raya:materi perkulihan spl.541)
Data :
t1 = 2,12 + 0,026v = 2,12 + 0,026 x 60 = 3.68 dt
t2 = 6,56 + 0,048v = 6,56 + 0,048 x 60 = 9,44 dt
a = 2,052 +0,0036 v km/jam = 2,052 +0,0036 x 60 km/jam = 2,27 km/jam
m = 20 m
d1 = 0,278 . t1 {Vr – m + ( ½ . a . t1 ) }
= 0,278 x 3,68 { 60 – 20 + ( ½ x 2,268 x 3,68}
= 45,19 m
d2 = 0,278 . Vr . t2
= 0,278 x 60 x 9,440
= 157,46 m
d3 = 75 m untuk Vr = 60 km/jam
d4 = 2/3 d2
= 2/3 x 157,4592
= 104,9728 m
d = 45,19 + 157,46 + 75 + 104,97 = 382,62 m
Dari tabel II PPGJR, untuk Vr = 60 km/jam didapat dmin = 380 m(lampiran 02,
geometrik jalan raya: materi perkuliahan spl.541)
dhitung = 382,62 m > dmin = 380 m
diambil d = 400 m

Perhitungan Jarak Pandang Henti


Vr = 60 km/jam ; dengan landai maksimum 6% ( jalan naik ) (Lampiran 01,
Geometrik Jalan Raya:materi perkulihan spl.541)
t = 2,5 menurut ASSHTO 1990
fm = 0,33 , dari tabel daftar 20 panjang jarak henti

FEBRY HAFRIZAL 46
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

Vr 2
dp = 0,278 . Vr . t +
254. fm  L

602
dp = 0,278 . 60 .2,5 +  84,62m
254.0,33  0,06
Dari tabel II PPGJR, untuk Vr = 60 km/jam didapat dmin = 75 m(lampiran 02,
geometrik jalan raya: materi perkuliahan spl.541)
dhitung = 84,62 m > dmin = 75 m, maka diambil dp = 80 m
maka pada perencanaan ini diambil untuk rencana Smenyiap= 350 m, dan
Shenti = 80 m
 untuk jarak pandang menyiap karena nilai Smenyiap = 350 m > L1 = 237,41
m maka digunakan nilai m dicari dengan rumus :

m  R(1  Cos)  1 ( S  L).Sin


2
125 x 400 1 125 x 400
m  480(1  Cos )  (400  237,41) sin
x 480 2 x 480
m  122,62m ( jarak pandang menyiap)

 untuk jarak pandang menyiap karena nilai Shenti = 80 m < L1 = 237,41 m


maka digunakan nilai m dicari dengan rumus :
90.S
m  ( R(1  cos )
R
90 x80
m  (480(1  cos )  1,67m ( jarak pandang henti)
x480
pada perencanaan ini digunakan jarak pandang Henti, karena jika
menggunakan jarak pandang menyiap tidak memenuhi syarat

Tikungan PI2=PI3
Perhitungan Jarak Pandang Menyiap
Untuk Vr1= 40 km/jam ; dengan landai maksimum 7% ( jalan naik ) (Lampiran
01, Geometrik Jalan Raya:materi perkulihan spl.541)
Data :
t1 = 2,12 + 0,026v = 2,12 + 0,026 x 40 = 3,16 dt
t2 = 6,56 + 0,048v = 6,56 + 0,048 x 40 = 8,48 dt
a = 2,052 +0,0036 v km/jam = 2,052 +0,0036 x 40 km/jam = 2,20 km/jam

FEBRY HAFRIZAL 47
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

m = 15 m
d1 = 0,278 . t1 {Vr – m + ( ½ . a . t1 ) }
= 0,278 x 3,16 { 40 – 15 + ( ½ x 2,20 x 3,16}
= 25,01 m
d2 = 0,278 . Vr . t2
= 0,278 x 40 x 8,48
= 94,30 m
d3 = 40 m untuk Vr = 40 km/jam
d4 = 2/3 d2
= 2/3 x 94,30
= 62,87 m
d = 25,01 + 94,30 + 40 + 62,87 = 222.17 m
Dari tabel II PPGJR, untuk Vr = 40 km/jam didapat dmin = 140 m(lampiran 02,
geometrik jalan raya: materi perkuliahan spl.541)
dhitung = 222,17 m > dmin = 140 m
diambil d = 200 m

Perhitungan Jarak Pandang Henti


Vr = 40 km/jam ; dengan landai maksimum 8%(Lampiran 01, Geometrik Jalan
Raya:materi perkulihan spl.541)
t = 2,5 menurut ASSHTO 1990
fm = 0,375 , dari tabel daftar 20 panjang jarak henti
Vr 2
dp = 0,278 . Vr . t +
254. fm  L

402
dp = 0,278 . 40 .2,5 +  44,58m
254.0,375  0,08

Dari tabel II PPGJR, untuk Vr = 40 km/jam didapat dmin = 45 m


dhitung = 44,58 m < dmin = 45 m
diambil dp = 45 m
maka pada perencanaan ini diambil untuk rencana Smenyiap = 200m, dan Shenti =
45m (lampiran 02, geometrik jalan raya: materi perkuliahan spl.541)

FEBRY HAFRIZAL 48
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

 untuk jarak pandang menyiap karena nilaiSmenyiap = 200 m>L3=222,61m,


L2= 226,39m maka digunakan nilai m dicari dengan rumus :
90.S
m  ( R(1  cos )
R
90 x200
m  (200(1  cos )  24,48 m ( jarak pandang henti)
x200

 untuk jarak pandang menyiap karena nilaiShenti = 45 m <L3=222,61m, L2=


226,39m maka digunakan nilai m dicari dengan rumus :
90.S
m  ( R(1  cos )
R
90 x45
m  (200(1  cos )  1.26 m ( jarak pandang henti)
x200
pada perencanaan ini digunakan jarak pandang Henti, karena jika
menggunakan jarak pandang menyiap tidak memenuhi syarat

FEBRY HAFRIZAL 49
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

BAB V
PERHITUNGAN ALINYEMEN VERTIKAL
A. Perencanaan landai jalan
 Dari Sta 0 + 000 s/d Sta 0 + 196.5
Data :
t1 = 500 m
t2 = 500 m
d= 196.5 m
t2  t1 500  500
g1  x100%  x100%  0,0% ( jalan datar )
d1 196.5
 Dari Sta 0 + 196.5 sd Sta 0 + 426,7
Data :
t2 = 500 m
t3 = 495 m
d2 = 230,2 m
t3  t2 495  500
g2  x100%  x100%  2,17% ( jalan turun)
d2 230,2
 Dari Sta 0 + 426,72 sd Sta 0 + 569,06
Data :
t3 = 495 m
t4 =496 m
d3 = 142,33 m
t 4  t3 496  495
g3  x100%  x100%  0,70% ( jalannaik)
d3 142.33
 Dari Sta 0 +569,06 s/d Sta 0 + 1027,4
Data :
t4 = 496 m
t5 = 510 m
d4= 458.32 m
t5  t4 510  496
g x100%  x100%  3,05% ( jalan naik )
d4 458.32

FEBRY HAFRIZAL 50
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

B. Perhitungan Jarak Pandang


PPV1
 Perhitungan Jarak Pandang Menyiap
Untuk Vr1= 60 km/jam
Data :
t1 = 2,12 + 0,026v = 2,12 + 0,026 x 60 = 3.68 dt
t2 = 6,56 + 0,048v = 6,56 + 0,048 x 60 = 9,44 dt
a = 2,052 +0,0036 v km/jam = 2,052 +0,0036 x 60 km/jam = 2,27 km/jam
m = 20 m
d1 = 0,278 . t1 {Vr – m + ( ½ . a . t1 ) }
= 0,278 x 3,68 { 60 – 20 + ( ½ x 2,268 x 3,68}
= 45,19 m
d2 = 0,278 . Vr . t2
= 0,278 x 60 x 9,440
= 157,46 m
d3 = 75 m untuk Vr = 60 km/jam
d4 = 2/3 d2
= 2/3 x 157,4592
= 104,9728 m
d = 45,19 + 157,46 + 75 + 104,97 = 382,62 m
Dari tabel II PPGJR, untuk Vr = 60 km/jam didapat dmin = 380 m(lampiran
02, geometrik jalan raya: materi perkuliahan spl.541)
dhitung = 382,62 m > dmin = 380 m
diambil d = 400 m

 Perhitungan Jarak Pandang Henti


Vr = 60 km/jam ; Landai maks = 6%
t = 2,5 menurut ASSHTO 1990
fm = 0,330 , dari tabel daftar 20 panjang jarak henti
Vr 2
dp = 0,278 . Vr . t +
254. fm  L

FEBRY HAFRIZAL 51
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

602
dp = 0,278 . 60 .2,5 +  84,618m
254.0,33  0.06
Dari tabel II PPGJR, untuk Vr = 60 km/jam didapat dmin = 75 m
dhitung = 84,618 m > dmin = 75 m
diambil dp = 80 m
maka pada perencanaan ini diambil untuk rencana Shenti = 80 m

PPV2
 Perhitungan Jarak Pandang Menyiap
Untuk Vr2 = 40 km/jam
Data :
t1 = 2,12 + 0,026v = 2,12 + 0,026 x 40 = 3,16 dt
t2 = 6,56 + 0,048v = 6,56 + 0,048 x 40 = 8,48 dt
a = 2,052 +0,0036 v km/jam = 2,052 +0,0036 x 40 km/jam = 2,196 km/jam
m = 15 m
d1 = 0,278 . t1 {Vr – m + ( ½ . a . t1 ) }
= 0,278 x 3,16 { 40 – 15 + ( ½ x 2,196 x 3,16}
= 25,01 m
d2 = 0,278 . Vr . t2
= 0,278 x 40 x 8,48
= 94,3 m
d3 = 40 m untuk Vr = 40 km/jam
d4 = 2/3 d2
= 2/3 x 94,3
= 62,87 m
d = 25,01 + 94,3 + 40 + 62,87 = 222,17 m
Dari tabel II PPGJR, untuk Vr = 40 km/jam didapat dmin = 140 m(lampiran
02, geometrik jalan raya: materi perkuliahan spl.541)
dhitung = 222,17 m < dmin = 140 m
diambil d = 200 m
 Perhitungan Jarak Pandang Henti
Vr2 = 40 km/jam ; Landai maks = 8%

FEBRY HAFRIZAL 52
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

t = 2,5 menurut ASSHTO 1990


fm = 0,375 , dari tabel daftar 20 panjang jarak henti
Vr 2
dp = 0,278 . Vr . t +
254. fm  L

402
dp = 0,278 . 40 .2,5 +  43,536m
254.0,375  0,08
Dari tabel II PPGJR, untuk Vr = 40 km/jam didapat dmin = 40 m(lampiran
02, geometrik jalan raya: materi perkuliahan spl.541)
dhitung = 43,536 m > dmin = 40 m, maka diambil dp = 45 m
maka pada perencanaan ini diambil untuk rencana Shenti = 45 m

PPV3
 Perhitungan Jarak Pandang Menyiap
Untuk Vr1= 40 km/jam
Data :
t1 = 2,12 + 0,026v = 2,12 + 0,026 x 40 = 3,16 dt
t2 = 6,56 + 0,048v = 6,56 + 0,048 x 40 = 8,48 dt
a = 2,052 +0,0036 v km/jam = 2,052 +0,0036 x 40 km/jam = 2,20 km/jam
m = 15 m
d1 = 0,278 . t1 {Vr – m + ( ½ . a . t1 ) }
= 0,278 x 3,16 { 40 – 15 + ( ½ x 2,20 x 3,16}
= 25,01 m
d2 = 0,278 . Vr . t2
= 0,278 x 40 x 8,48
= 94,30 m
d3 = 40 m untuk Vr = 40 km/jam
d4 = 2/3 d2
= 2/3 x 94,30
= 62,87 m
d = 25,01 + 94,30 + 40 + 62,87 = 222,17m
Dari tabel II PPGJR, untuk Vr = 40 km/jam didapat dmin = 140 m(lampiran
02, geometrik jalan raya: materi perkuliahan spl.541)

FEBRY HAFRIZAL 53
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

dhitung = 222,17 m > dmin = 140 m


diambil d = 200 m
 Perhitungan Jarak Pandang Henti
Vr = 40 km/jam ; Landai maks = 8%
t = 2,5 menurut ASSHTO 1990
fm = 0,375 , dari tabel daftar 20 panjang jarak henti
Vr 2
dp = 0,278 . Vr . t +
254. fm  L

402
dp = 0,278 . 40 .2,5 +  43,536m
254.0,375  0,8
Dari tabel II PPGJR, untuk Vr = 40 km/jam didapat dmin = 40 m
dhitung = 43,536 m > dmin = 40 m
diambil dp = 45 m
maka pada perencanaan ini diambil untuk rencana Shenti = 45 m

C. Perhitungan Lengkung
Perhitungan Lengkung Vertikal Cembung(PPV1)

Gambar 5.1 Lengkung Vertikal


Data Perencanaan :
g1 = 0,0 % ; Smenyiap = 400 m ; Shenti = 80 m ; g2 = -2,17 % ; L = 426,72m
A = g2 – g1
=| -2,17 % - (0,0) % |
= -2,17 %

FEBRY HAFRIZAL 54
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

a). Lengkung Vertikal Minimum


Shenti = 80 m < L = 426,72 m
Digunakan rumus :
A.S 2
Lv 
100( 2.h1  2.h2 )2
(2,17).802
Lv   34,87m
100( 2.(1.2)  2.(0.1) )2
Smenyiap =400 m <L = 426,7 m
Digunakan rumus :
A.S 2
Lv 
100( 2.h1  2.h2 )2
(2,17).4002
Lv   362,0m
100( 2.(1.2)  2.(1.2) )2
Oleh sebab itu Lv minimum menggunakan Lv henti karena dilarang
untuk menyiap pada jarak ini
Diambil Lv disain = 380 m

b). Eksternal Vertikal


A.Lv (2,17) x380
Ev    1,03m
800 800

c). Perhitungan Parabola Lengkung Vertikal Cembung


pada perhitungan ini dihitung untuk jarak ½ Lv
½ Lv = ½ x 380 = 190 m
rumus :
2
 X 
y    .Ev

 1 / 2 Lv 
interval setiap jarak 5 meter :

FEBRY HAFRIZAL 55
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

Table. Perhitungan Parabola Lengkung Vertikal Cembung


No x (m) y (m) No x (m) y (m)
1 5 0.001 20 100 0.286
2 10 0.003 21 105 0.315
3 15 0.006 22 110 0.346
4 20 0.011 23 115 0.378
5 25 0.018 24 120 0.411
6 30 0.026 25 125 0.447
7 35 0.035 26 130 0.483
8 40 0.046 26 135 0.521
9 45 0.058 27 140 0.560
10 50 0.071 28 145 0.601
11 55 0.086 29 150 0.643
12 60 0.103 30 155 0.687
13 65 0.121 31 160 0.732
14 70 0.140 32 165 0.778
15 75 0.161 33 170 0.826
16 80 0.183 34 175 0.875
17 85 0.206 35 180 0.926
18 90 0.231 36 185 0.978
19 95 0.258 37 190 1.032

d). Perhitungan elevasi Ketinggian Titik Pada Landai Jalan di Daerah


Lengkung
Contoh Perhitungan :
1
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝐴 𝑘𝑒 𝑃𝑃𝑉1− 𝐿𝑉
2
PLV = elevasi A + ( x beda tinggi A- PPV1)
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝐴 𝑘𝑒 𝑃𝑃𝑉1
196.5−190
PLV = 500 + ( x (500-495,00)) =499,83meter
196.5
𝑥1
Titik n = elevasi PLV + (1 x beda tinggi PLV – PPV)
𝐿𝑉
2

5
Titik 1 = 499,83,00+ (1 x (500 – 495)= 499,71 meter
380
2

190
PPV = 499,83+ (1 x (500 – 495))= 495meter
380
2

FEBRY HAFRIZAL 56
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

Table. Perhitungan Elevasi Ketinggian Pada Landai Jalan


Titik x (m) Elevasi Titik x (m) Elevasi
PLV 0 499.83 20 100 497.29
1 5 499.71 21 105 497.16
2 10 499.58 22 110 497.04
3 15 499.45 23 115 496.91
4 20 499.33 24 120 496.78
5 25 499.20 25 125 496.65
6 30 499.07 26 130 496.53
7 35 498.94 27 135 496.40
8 40 498.82 28 140 496.27
9 45 498.69 29 145 496.15
10 50 498.56 30 150 496.02
11 55 498.44 31 155 495.89
12 60 498.31 32 160 495.76
13 65 498.18 33 165 495.64
14 70 498.05 34 170 495.51
15 75 497.93 35 175 495.38
16 80 497.80 36 180 495.25
17 85 497.67 37 185 495.13
18 90 497.54 38 190 495.00
19 95 497.42

e). Perhitungan Elevasi Grade Line Lengkung Vertikal Cembung


Rumus :

d ( A  xi )
2
 xi 
ti  xh  Yi   Ev
d ( A  PPV ) 1 / 2 Lv 

Table. Perhitungan Elevasi Grade Line Lengkun Vertikal Cembung


Elv.
Titik X Ti Yi Grade
PLV 0 499.83 0.00 499.83
1 5 499.71 0.00 499.71
2 10 499.58 0.00 499.58
3 15 499.45 0.01 499.45
4 20 499.33 0.01 499.31
5 25 499.20 0.02 499.18
6 30 499.07 0.03 499.05

FEBRY HAFRIZAL 57
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

7 35 498.94 0.04 498.91


8 40 498.82 0.05 498.77
9 45 498.69 0.06 498.63
10 50 498.56 0.07 498.49
11 55 498.44 0.09 498.35
12 60 498.31 0.10 498.21
13 65 498.18 0.12 498.06
14 70 498.05 0.14 497.91
15 75 497.93 0.16 497.77
16 80 497.80 0.18 497.62
17 85 497.67 0.21 497.47
18 90 497.54 0.23 497.31
19 95 497.42 0.26 497.16
20 100 497.29 0.29 497.00
21 105 497.16 0.32 496.85
22 110 497.04 0.35 496.69
23 115 496.91 0.38 496.53
24 120 496.78 0.41 496.37
25 125 496.65 0.45 496.21
26 130 496.53 0.48 496.04
27 135 496.40 0.52 495.88
28 140 496.27 0.56 495.71
29 145 496.15 0.60 495.54
30 150 496.02 0.64 495.37
31 155 495.89 0.69 495.20
32 160 495.76 0.73 495.03
33 165 495.64 0.78 494.86
34 170 495.51 0.83 494.68
35 175 495.38 0.88 494.51
36 180 495.25 0.93 494.33
37 185 495.13 0.98 494.15
38 190 495.00 1.03 493.97

Catatan : Perhitungan grade line dari titik PPV sampai dengan titik PTV, adalah
merupakan kebalikan dari keadaan titik PPV hingga PLV.

FEBRY HAFRIZAL 58
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

Perhitungan Lengkung Vertikal Cekung (PPV2)

Gambar 5.2 Lengkung Vertikal


Data Perencanaan :
g2 = -2,17 % ; Smenyiap = 400 m ; Shenti = 80 m; g3= 0,70% % ; L = 372,56 m
A = g3 – g2
=| -2,17 % - (0,70) % |
= 2,9 %
a). Lengkung Vertikal Minimum
Shenti = 45 m < L = 372,56 m
Digunakan rumus :
A.S 2
Lv 
(120  3,5.S )
(2,9).452
Lv   140,2m
(120  3,5.45)
Smenyiap = 200 m <L = 372,56 m
Digunakan rumus :
A.S 2
Lv 
(120  3,5.S )
(2,9).2002
Lv   20,98m
(120  3,5.200)
Oleh sebab itu Lv minimum menggunakan Lv henti karena dilarang
untuk menyiap pada jarak ini
Diambil Lv disain = 60 m

FEBRY HAFRIZAL 59
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

b). Eksternal Vertikal


A.Lv (2,9) x60
Ev    0,22m
800 800
c). Perhitungan Parabola Lengkung Vertikal Cekung
pada perhitungan ini dihitung untuk jarak ½ Lv
½ Lv = ½ x 60 = 30 m
rumus :
2
 X 
y    .Ev

 1 / 2 Lv 

interval setiap jarak 5 meter :

Tabel. Perhitungan Parabola Lengkung Vertikal Cekung

No x (m) y (m)
1 5 0,01
2 10 0,02
3 15 0,05
4 20 0,10
5 25 0,15
6 30 0,22

d). Perhitungan elevasi Ketinggian Titik Pada Landai Jalan di Daerah


Lengkung
Contoh Perhitungan :
1
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝐴 𝑘𝑒 𝑃𝑃𝑉1− 𝐿𝑉
2
PLV = elevasi A + ( x beda tinggi A- PPV1)
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝐴 𝑘𝑒 𝑃𝑃𝑉1
230,2− 30
PLV = 495 + ( x (496-495)) = 495,87 meter
230,2
𝑥1
Titik n = elevasi PLV + (1 x beda tinggi PLV – PPV)
𝐿𝑉
2

5
Titik 1 = 495,87+ (1 x (496-495,87))= 495,89 meter
30
2

30
PPV = 495,87 + (1 x (496-495,87)) = 496 meter
30
2

FEBRY HAFRIZAL 60
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

Table. Perhitungan Elevasi Ketinggian Titik Pada Landai Jalan


Titik x (m) Elevasi
PLV 0 495,87
1 5 495,89
2 10 495,91
3 15 495,93
4 20 495,96
5 25 495,98
6 30 496,00

e). Perhitungan Elevasi Grade Line Lengkung Vertikal Cekung


Rumus :

d ( A  xi )
2
 xi 
ti  xh  Yi   Ev
d ( A  PPV ) 1 / 2 Lv 

Tabel. Perhitungan Elevasi Grade Line Lengkung Vertikal Cekung


Titik X Ti Yi Elv. Grade
PLV 0 495,87 0,00 495,87
1 5 495,89 0,01 495,89
2 10 495,91 0,02 495,89
3 15 495,93 0,05 495,88
4 20 495,96 0,10 495,86
5 25 495,98 0,15 495,83
6 30 496,00 0,22 495,78

Catatan : Perhitungan grade line dari titik PPV sampai dengan titik PTV, adalah
merupakan kebalikan dari keadaan titik PPV hingga PLV.
Perhitungan Lengkung Vertikal Cekung (PPV3)

Gambar 5.3 Lengkung Vertikal

FEBRY HAFRIZAL 61
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

Data :
g3 = 0,70 % ; S menyiap = 200 m ; S henti = 45 m ; g4= 3,05 % ; L = 600,66 m
A = g4 – g3
= 3,05 % –0,70 %
= 2,4 %
a). Lengkung Vertikal Minimum
- Smenyiap = 200 m < L = 600,66 m
Digunakan rumus :
A.S 2
Lv 
(120  3,5.S )
(2,9).2002
Lv   114,7m
(120  3,5.200)
- Shenti = 45 m < L =313,39 m
Digunakan rumus :
A.S 2
Lv 
(120  3,5.S )
(2,9).452
Lv   17,16m
(120  3,5.45)
Oleh sebab itu Lv minimum menggunakan Lv menyiap karena
dibolehkan untuk menyiap pada jarak ini
Diambil Lv disain = 120 m
b).Perhitungan Eksternal Vertikal (EV)
A.Lv 2,4 x120
Ev    0,35m
800 800
c). Perhitungan Parabola Lengkung Vertikal Cekung
pada perhitungan ini dihitung untuk jarak ½ Lv
½ Lv = ½ x 120 = 60 m
rumus :
2
 X 
y    .Ev
 1 / 2 Lv 
Interval setiap 5 m :

FEBRY HAFRIZAL 62
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

Table. Perhitungan Parabola Lengkung Vertikal Cekung


No x (m) y (m)
1 5 0.002
2 10 0.010
3 15 0.022
4 20 0.039
5 25 0.061
6 30 0.088
7 35 0.120
8 40 0.157
9 45 0.198
10 50 0.245
11 55 0.296
12 60 0.353

d). Perhitungan elevasi Ketinggian Titik Pada Landai Jalan di Daerah


Lengkung
Contoh Perhitungan :
1
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝐴 𝑘𝑒 𝑃𝑃𝑉1− 𝐿𝑉
2
PLV = elevasi A + ( x beda tinggi A- PPV1)
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝐴 𝑘𝑒 𝑃𝑃𝑉1
142,33− 60
PLV = 496 + ( x (496-510)) = 504,10 meter
142,33
𝑥1
Titik n = elevasi PLV + (1 x beda tinggi PLV – PPV)
𝐿𝑉
2

5
Titik 1 = 504,10+ (1 x (510-504,10))= 504,59meter
120
2

60
PPV = 504,10+ (1 x (510-504,10)) = 510meter
120
2

Table. Perhitungan Elevasi Ketinggian Titik Pada Landai Jalan


Titik x (m) Elevasi
PLV 0 504.10
1 5 504.59
2 10 505.08
3 15 505.57
4 20 506.07
5 25 506.56
6 30 507.05
7 35 507.54
8 40 508.03
9 45 508.52

FEBRY HAFRIZAL 63
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

10 50 509.02
11 55 509.51
12 60 510.00

e). Perhitungan Elevasi Grade Line Lengkung Vertikal Cekung


Rumus yang digunakan :

d ( A  xi )
2
 xi 
ti  xh  Yi    .Ev
d ( A  PPV ) 1 / 2 Lv 

Table. Perhitungan Elevasi Grade Line Lengkung Vertukal Cekung


Titik X Ti Yi Elv. Grade
PLV 0 504.10 0.00 504.10
1 5 504.59 0.00 504.59
2 10 505.08 0.01 505.07
3 15 505.57 0.02 505.55
4 20 506.07 0.04 506.03
5 25 506.56 0.06 506.50
6 30 507.05 0.09 506.96
7 35 507.54 0.12 507.42
8 40 508.03 0.16 507.88
9 45 508.52 0.20 508.33
10 50 509.02 0.25 508.77
11 55 509.51 0.30 509.21
12 60 510.00 0.35 509.65

Catatan : Perhitungan grade line dari titik PPV sampai dengan titik PTV, adalah
merupakan kebalikan dari keadaan titik PPV hingga PLV.

FEBRY HAFRIZAL 64
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

BAB VI
PERHITUNGAN VOLUME GALIAN DAN TIMBUNAN TANAH
6.1 Perhitungan Galian Timbunan
Pada perhitungan kali ini dilakukan dengan metode Cross Section yaitu

dengan mengkombinasikan gambar perencanaan alinyemen horizontal dengan

alinyemen vertikal, sehingga irisan penampang melintang jalan dapat

digambarkan tegak lurus terhadap sumbu jalan sedemikian rupa sejauh daerah

badan jalan, sesuai dengan topografi dan keadaan daerah setempat, serta ketentuan

spesifikasi jalan yang bersangkutan. Irisan cross section yang digambarkan pada

perhitungan ini hanya pada keadaan super elevasi tikungan pertama, sehingga

sebenarnya tidak menggambarkan perbandingan cut and fill secara keseluruhan.

(a1  a 2 )
Rumus : Volume = xd
2
Keterangan :
V = Volume galian dan timbunan tanah (m3)
A1 = Luas bidang galian atau timbunan pada titik awal proyek (m2)
A2 = Luas bidang galian atau timbunan pada irisan penampang berikutnya (m2)
d = Panjang antara 2 (dua) titik irisan melintang (meter)

FEBRY HAFRIZAL 65
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

Tabel 6.1 Perhitungan Galian Timbunan


Luas Penampang jarak Volume (m3)
No Stasioning
Galian Timbunan (meter) Galian Timbunan
Sta
1 0+000 0 0
25.28 0 0
Sta TS
2 0+25.28 0 0
100 5581.5 0
Sta SC
3 0+125.28 111.63 0
37.41 5793.13 0
Sta CS
4 0+162.69 198.08 0
37.31 3695.18 403.88
Sta 0+
5 200.00 0 21.65
62.69 0 1668.81
Sta ST
6 0+262.69 0 31.59

Jumlah 15069.81 2072.69

Perbandingan CUT : FILL


15069.81 : 2072.69
7.27 : 1
Perbandingan yang dihasilkan tidak mewakili seluruh perbandingan cut dan fill
karena hanya dilakukan analisis sebagian perencanaan.

FEBRY HAFRIZAL 66
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017

DAFTAR PUSTAKA

FEBRY HAFRIZAL 67
GEOMETRI JALAN RAYA

Anda mungkin juga menyukai