BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Jalan raya adalah suatu lajur tanah yang disediakan khusus untuk sarana
atau prasarana, perhubungan darat yang dibuat sedemikian rupa untuk melayani
kelancaran arus lalu lintas. Sarana prasarana perhubungan tersebut meliputi semua
bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukan bagi pelayanan arus lalu lintas, guna untuk memindahkan orang dan
barang dari suatu tempat ke tempat lain.
Pengertian lalu lintas disini adalah semua gerakan jenis pemakai jalan
yang terdiri dari manusia pejalan kaki, semua alat pengankut yang digerakan oleh
manusia dan hewan, seperti delman, gerobak dorong, pedati, sepeda, becak, serta
semua jenis kendaraan bermotor dua, roda tiga, roda empat dan seterusnya.
Kelancaran lalu lintas di jalan raya sangat dipengaruhi oleh tingkat
kemampuan pelayanan yang dapat diberikan oleh setiap bagian jalan raya
tersebut, antara lain oleh lebar jalan dan jumlah jalur. Semakin bertambah banyak
jenis dan jumlah lalu lintas yang melewati suatu jalan raya, maka lalu lintas
menjadi semakin ramai. Keadaan seperti ini diartikan bahwa kepadatan lalu lintas
menjadi semakin tinggi dan tingkat pelayanan yang dapat diberikan oleh bagian-
bagian jalan raya semakin rendah.
Sebagai sarana ataupun prasarana di darat jalan raya berfungsi untuk
melayani kelancaran arus lalu lintas. Di mana jalan raya merupakan lajur tanah
yang disediakan khusus, sedangkan lalu lintas didefinisikan sebagai semua
gerakan jenis pemakai jalan yang terdiri dari manusia pejalan kaki, dan semua alat
pengangkut yang digerakan oleh manusia dan hewan.
Adapun dalam undang-undang jalan raya No. 131/1980 bahwa jalan
adalah :
a. Suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun meliputi segala
bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukan bagi lalu lintas.
b. Jalan umum adalah jalan yang diperuntukan bagi lalu lintas umum.
c. Jalan khusus adalah jalan selain daripada yang termasuk di atas.
FEBRY HAFRIZAL 1
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
d. Jalan tol adalah jakan umum yang kepada para pemakainya dikenakan
kewajiban membayar tol.
Lebar jalan dan jumlah jalur yang menjadi tolok ukur dari kempampuan
pelayanan yang dapat diberikan oleh setiap bagian jalan raya dan merupakan
faktor penentu dari kelancaran lalu lintas di jalan raya. Agar terdapat kesesuaian
antara kepadatan lalu lintas dengan tingkat pelayanan jalan maka ditetapkan
klasifikasi dan spesifikasi suatu jalan raya. Hal ini berfungsi untuk memberikan
informasi dan kejelasan dari kepadatan lalu lintas yang perlu dilayani oleh setiap
bagian-bagian jalan.
Klasifikasi dan spesifikasi jalan raya dapat dibedakan menurut fungsi
pelayanannya, menurut kelas jalan, menurut keadaan topografi, penggolongan
layanan administrasi dan menurut jenis-jenis jalan raya.
FEBRY HAFRIZAL 2
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
FEBRY HAFRIZAL 3
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Sejarah Perkembangan Jalan
Jalan Raya memiliki sejarah perkembangan bermula dari yang tadinya
hanyalah beupa bekas jejak berubah disebabkan karena manusia memiliki
hasratuntuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Jalan dibuat karena
manusia perlu bergerak dan berpindah-pindah dari suatu tempat ketempat lain
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan melindungi dari cuaca iklim
dan gangguan binatang buas,Selain itu juga jejak jalan tersebut berfungsi sebgai
penuntun arah dan menjadikan jejak jalan semakin melebar dikarenakan seringa
berpindah-pindahnya mereka.
Kemudian kurang lebih 5000 tahun yang lalu, untuk keperluan tukar
menukar barang pokok mereka mulai menggunakan jalur jalan secara tetap yang
berfungsi sebagai jalan prasarana sosial dan ekonomi.
Dari sejarah perkembangan peradaban manusia dan dari berbagai
penemuan para pakar transportasi tentang sejarah perkembangan jalan dapatlah
diketahui bahwa :
1. Jalan pertama yang menggunakan perkerasan ditemukan didaerah
Mesopotamia yang dibangun kurang lebih 3500 SM. Penemuan ini
dipandang sebagai awal dari sejarah keberadaan jalan raya.
2. Jalan dan susunan blok-blok batu besar ditemukan diantara Babilonia
hingga Mesir yang diperkirakan dibangun 2500-2568 SM yang berfungsi
untuk mengangkut batu-batu besar dalam membangun Great Pyramid.
3. Dipulau Crate (Kereta)Yunani ditemukan jalan yang diperkeras dari
batu-batuan yang dibuat kurang lebih 1500 SM.
4. Diwilayah Babilonia ditemukan permukaan jalan yang dibuat berlapis-
lapis yaitu dari lapisan tanah dasar yang diatasnya disusun lapisan batu-
batu besar, batu beronjol dicampur mortar, batu kerikil dan kemudian
ditutup dengan batu Plat.
Kekaisaran Romawi mengalami kejayaan dalam membangun jalan pada tahun
753- 476 SM. Hal tersebut berdasarkan atas berbagai penemuan antara lain :
FEBRY HAFRIZAL 4
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
a. Penemuan danau aspal Trinidad oleh Sir Walter Religh Tahun 1595,
dimana dengan bahan temuan tersebut dapat dipergunakan untuk
memperkeras lapisan permukaan jalan.
b. Pierre Marie Jereme Tresaquet memperkenalkan konstruksi jalan dari
batu pecah pada periode th 1718 – 1796.
c. Metode perinsip desak diperkenalkan oleh orang Scotlandia yaitu pada
tahun 1790 yaitu Thomas Telford.
d. Th 1815 Jhon london Mc adams memperkenakan prinsip tumpang tindih
atau konstruksi Makadam.
e. Penemuan mesin penggilas (stom roller) ditemukan th 1860 oleh
Lemoine.
FEBRY HAFRIZAL 5
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
1. Aliyement horizontal yaitu garis proyeksi sumbu jalan yang diasumsikan tegak
lurus atau sejajar dengan bidang gambar.
a. Jalan raya dipandang pada suatu bidang datar merupakan sumbu jalan
(garis sumbu jalan) rangkaian dari garis-garis lurus. Tiga syarat pokok
pada jalan yang akan dirancang (geometris) yaitu; Nyaman, Aman,
Efisien/ekonomis.
b. Tikungan atau titik belok.
FEBRY HAFRIZAL 6
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
c. Lengkung horizontal.
d. Kemiringan melintang atau super elevasi.
e. Pelebaran tikungan, khusus mengamati pergeseran antara roda muka
dengan roda belakang.
f. Penomoran jalan (stasioning), penempatan titik station yang digunakan
untuk keperluan desain.
2. Aliyement vertikal yaitu seakan-akan jalan itu naik dan turun atau tegak lurus
bidang gambar. Ada beberapa yang harus diperhatikan yaitu :
a. Lengkung perlalihan vertikal.
b. Cut and fill (penimbunan dan penggalian tanah).
c. Drainase.
d. Bahu Jalan
FEBRY HAFRIZAL 7
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
Lebar jalur lalu lintas untuk mobil, truk dan kendaraan-kendaraan lain
yang sejenis itu tidak dapat ditetapkan dengan setepat-tepatnya karena beraneka
ragam bentuk dan ukuran-ukuran kendaraan-kendaraan tersebut. Sebelum
menetapkan lebar jalur lalu lintas terlebih dahulu harus diadnakan penelitian dan
pengamatan mengmenai keadaan lalu lintas kendaraan-kendaraan di jalan tersebut
di kemudian hari.
Lebar jalan lalu lintas yang normal untuk mobil dan truk yang ditetapkan
diberbagai negara itu tidak sama. Sebagian perbandingan diberikan contoh
sebagai berikut: Lebar jalur lalu lintas yang normal untuk mobil dan truk di
Amerika (U.S.A.) dan di lnggris ialah 12 feet = 3,65 m, di Negeri Belanda 3,60
m dan di Jerman Barat 3,75 m.
Di Indonesia lebar jalur lalu lintas itu ditetapkan oleh Direktorat Jenderal
Bina Marga seperti yang tercantum, pada daftar "Standar Perencanaan
Geometrik".
2. Jalan Sekunder
Jalan Raya Sekunder ialah jalan raya yang melayani lalu lintas yang cukup
tinggi, baik kendaran ringan maupun berat antara kota-kota penting dan kota-kota
yang lebih kecil, serta melayani daerah-daerah di sekitarnya. Adapun cirinya
sebagai berikut :
a. Kendaraan yang melaluinya yaitu kendaraan ringan < 10 ton dan berat >
10 ton.
b. Dilalui oleh kendaraan dengan kecepatan sedang (40-80 km/jam).
FEBRY HAFRIZAL 8
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
FEBRY HAFRIZAL 9
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
komposisi dan sifat lalu lintasnya, dibagi dalam tiga kelas, yaitu : IIA, IIB dan
IIC.
1. Kelas IIA
Adalah jalan-jalan raya sekuder dua jalur atau lebih dengan konlstruksi
permukaan jalan dari jenis aspal beton (hot mix) atau yang setaraf, di mana
dalam komposisi lalu lihtasnya terdapat kendaraan lambat tapi, tanpa
kendaraan tanpa kendaraan yang tak bermotor. Untuk lalu lintas lambat, harus
disediakan jalur tcrsendiri.
2. Kelas IIB
Adalah jalan-jalan raya sekunder dua jalur dengan konstruksi permukaan
jalan dari penetrasi berganda atau yang setaraf di mana dalam komposisi lalu
lintasnya terdapat kendaraan lambat, tapi tanpa kendaraan yang tak bermotor.
3. Kelas IIC
Adalah jalan-jalan raya sekunder dua jalur dengan konstruksi permukaan
jalan dari jenis penetrasi tunggal di mana dalam komposisi lalu lintasnya
terdapat kendaraan lambat dari kendaraan tak bermotor.
c. Kelas III
Kelas jalan ini mencakup semua jalan-jalan penghubung dan merupakan
konstruksi jalan berjalur tunggal atau dua. Konstruksi pcrmukaan jalan yang
paling tinggi adalah pelaburan dengan aspal.
FEBRY HAFRIZAL 10
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
dikemudian hari tanpa ada perbaikan yang berarti, misalnya dapat mencapai umur
rencana 15-20 tahun yang mendatang.
Umur rencana jalan adalah jangka waktu sejak jalan itu dibuka hingga saat
diperlukan perbaikan berat atau telah dianggap perlu untuk memberi lapisan
pengerasan baru. Ramainya lalu-lintas kendaraan yang melewati sesuatu jalan itu
dapat diteliti dengan menghitung jumlah (volume) kendaraan yang lewat sesuai
dengan masing-masing jenis kendaraan.
Pekerjaan penelitian ini dilakukan tiap-tiap hari selama 24 jam terus-
menerus selama jangka waktu yang tertentu misalnya sdanra 2 minggu berturut-
turut. Angka-angka yang menunjukkan hasil penelitian (pencatatan) jumlah
kendaraan yang lewat itu disebut "Lalu-lintas Harian Rata-rata" disingkat L.H.R.
Karena beraneka ragam jenis-jenisnya kendaraan maka diadakan suatu
angka perbandingan antara jenis-jenis kendaraan itu. Untuk mobil
penumpang/sepeda-motor disebut "Satuan Mobil Penumpang" disingkat S.M.P.
yang besar angka perbandingannya ditetapkan sama dengan satu. Besar angka-
angka perbandingan untuk kendaraan jenis lainnya dapat dibaca pada Tabel 2.1
dibawah ini.
Tabel 2.1 Jenis-jenis kendaraan dan angka perbandingannya
Jenis-Jenis Kendaraan Angka Perbandingan
Sepeda 0,5
Mobil Penumpang/seperla motor 1
Truk ringan (berat kotor 5 ton) 2
Truk sedang (5 ton) 2,5
Bus 3
Truk berat (10 ton) 3
Kendaraan tak bermotor (gerobak, 7
Cikar den sebagainya)
Bila suatu jalan terdapat berbagai jenis kcndaraan dengan jurnlah yang
berbeda, maka dengan angka perbandingan pada Daflar I dibuat daftar yang akan
menghasilkan angka "S.M.P."-nya.
FEBRY HAFRIZAL 11
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
FEBRY HAFRIZAL 12
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
Pada perencanaan disini hanya akan dibahas perhitungan koordinat dari peta
topografi. Yaitu dengan cara menginterpolasi koordinat yang telah ada pada peta
topografi yaitu dengan adanya perpotongan sumbu X dan sumbu Y.
1. Perhitungan jarak dilakukan dengan rumus di bawah ini :
FEBRY HAFRIZAL 13
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
FEBRY HAFRIZAL 14
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
FEBRY HAFRIZAL 15
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
FEBRY HAFRIZAL 16
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
Jari – jari circle yang diambil harus sedemikian sehingga sesuai dengan
kecepatan rencana yang ditentukan serta tidak mengakibatkan adanya kemiringan
tikungan yang melebihi harga maksimum. Kemiringan tikungan maksimum
dibedakan antara jalan untuk antar kota (maksimum = 0,10) dan untuk jalan kota
(maksimum = 0,08).
Besarnya jari – jari lengkung minimum berdasarkan rumus :
Vr2
R
127(e fm)
dengan miring tikungan maksimum dan koefisien gesekan melintang maksimum.
Dimana :
R = jari – jari lengkung minimum (m)
e = miring tikungan maksimum
fm = koefisien gesekan maksimum
Rumus umum :
Data :
FEBRY HAFRIZAL 17
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
2.2.6.2 Circle
Batasan yang dipakai di Indonesia dimana diperbolehkan menggunakan
bentuk circle adalah sebagai berikut :
Gambar 2.2Circle
Tabel 2.4 Kecapatan rencana
Kecepatan rencana Jari – jari lengkung
(Km/jam) minimum
(m)
120 2000
100 1500
80 1100
60 700
40 300
30 180
Rumus umum :
Data :
FEBRY HAFRIZAL 18
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
E = T × tg ¼ (m)
L = 0,01744 × × R(m)
e = kemiringan melintang(superelevasi)(m/m)
Gambar 2.5Spiral-spiral
Lengkung horizontal berbentuk spiral – spiral adalah lengkung tanpa busur
lingkaran, sehingga titik SC berimpit dengan titik CS.
Rumus umum :
Data :
FEBRY HAFRIZAL 19
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
FEBRY HAFRIZAL 20
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
FEBRY HAFRIZAL 21
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
2
x
y .E A .x2
1 Lv v 200Lv
2
Dimana :
Ev = pergeseran vertikal (m)
x = jarak horizontal dari setiap titik pada garis kelandaian terhadap PLV (m)
y = panjang pergeseran vertikal dari titik yang bersangkutan (m)
Lv = jarak horizontal antara PLV dan PTV, disebut panjang lengkung (m)
A = perbedaan aljabar landai jalan (persen (%) )
Dalam perencanaan lengkung vertikal, biasanya elevasi PPV telah
ditentukan terlebih dahulu, kemudian baru dihitung harga – harga sebagai berikut
• Panjang Lv
• Pergeseran vertikal Ev
• Elevasi dari permukaan rencana jalan tepat dibawah atau di atas PPV
• Elevasi dari titik – titik PLV dan PTV
• Elevasi dari permukaan rencana jalan PLV, PPV dan PTV yang diambil
pada setiap nomor – nomor stasiun yang tersebut dalam alinyemen
horizontal.
Data :
PPVI. Sta = nomor stasiun
A.Lv
Elev = elevasi PPVI (m) Ev = (m)
800
FEBRY HAFRIZAL 22
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
Pekerjaan galian dan timbunan tanah (cut dan fill) pada perencanaan dan
pada pembangunan jalan raya tidak pernah dapat dihindarkan. Hal ini diakibatkan
karena route garis trase jalan tidak selalu dapat diposisikan terletak diatas
permukaan tanah asli, sekalipun dapat dilakukan, akan tetapi tanah asli tersebut
belum tentu memenuhi syarat daya dukung yang diaharapkan sebagaii landasan
pondasi jalan raya.
FEBRY HAFRIZAL 23
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
Dimana :
V = volume galian atau timbunan tanah (m3)
A1 = luas bidang galian atau timbunan pada titik awal proyek (m2)
A2 = luas bidang galian atau timbunan pada irisan penampang berikutnya (m2)
d = panjang antara 2 titik irisan melintang (meter)
Hitung total jumlah volume galian dan timbunan tanah tersebut.
2.2.11.2 Langkah-langkah Perhitungan
Adapun langkah-langkah perhitungan galian dan timbunan dalah sebagai
berikut :
1. Tetapkan titik-titik stasioning pengamatan sebagai posisi titik irisan
penampang melintang yang diperlukan pada sepanjang garis sumbu jalan.
2. Berdasarkan gambar perencanaan alinyemen horizontal dan perencanaan
alinyemen vertikal, gambarkan masing-masing penampang melintang yang
bersangkutan yang memperlihatkan perbedaan tinggi muka tanah asli
dengan tinggi permukaan perkerasan yang direncanakan.
FEBRY HAFRIZAL 24
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
FEBRY HAFRIZAL 25
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
BAB III
PERHITUNGAN PERENCANAAN TRASE GEOMETRI JALAN RAYA
B. Spesifikasi jalan kelas IIC yaitu (Lampiran 01, Geometrik Jalan Raya:materi
perkulihan spl.541):
1. Lalu lintas harian rata – rata (LHR) : < 2000 smp
2. Kecepatan rencana (Vr) : 30 – 60 km/jam
3. Lebar daerah penguasaan (DMJ) : 30 m
4. Lebar perkerasan : 2 x 3,00 m
5. Lebar bahu jalan : 1,00 – 2,50 m
6. Lereng melintang perkerasan :3%
7. Lereng melintang bahu :6%
8. Miring tikungan maksimum : 10 %
9. Jari-Jari lengkung minimum : 30-115 m
10. Landai maksimum : 6 – 10 %
FEBRY HAFRIZAL 26
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
Titik X Y
A -2498.5 -13688.9
PI-1 -2608.7 -13770.7
PI-2 -2862.3 -14082.3
PI-3 -3162.8 -14145.0
B -3275.2 -14277.8
FEBRY HAFRIZAL 27
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
αA-1 = arctg−13688.9152−(−13770,7182)
−2489.5250−(−2608,7396)
= 0,969404 rad = 55,54276°
FEBRY HAFRIZAL 28
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
= 144,582 m
= 401,711 m
FEBRY HAFRIZAL 29
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
FEBRY HAFRIZAL 30
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
BAB IV
PERHITUNGAN ALINYEMEN HORIZONTAL
1. Perhitungan Tikungan Pertama (PI 1)
∆ = 16,405o
Vr = 60 km/jam
D = 144,582m
emax = 0,10(daftar 16, hal 70)
fmax = 0,153(daftar 16, hal 70)
Vr 2 60 2
Rmin 112,04m
127(e f ) 127(0,10 0.153)
Karena pada kecepatan Vr= 60 km/jam R = 300<R desain <700 (daftar 18,
hal 94), Maka diambil Rdesain = 480 m, dengan bentuk tikungan Sp – Cr – Sp.
Elemen yang dihitung :
a). Panjang TS d). Panjang L
b). Panjang LC e). Panjang LS
c). Panjang ES
FEBRY HAFRIZAL 31
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
Ls 100
2s x360 x360 11,940
2. .R 2. .480
s = 5,970
’ = - 2s
= 16,4050 –11,940=4,47o
Ls3 1003
x Ls 100 99,89m
40.480
2
40.R 2
Ls 2 1002
y 3,47m
6.R 6.480
K * x R sin 89,93 480. sin 5,970 49,98
P* y R(1 cos ) 2,70 480(1 cos 5,970 ) 0,87
Maka diperoleh :
Ts1 = (R + P*) tg ½ + K*
= ( 480 +0,87) tg ½ 16,405+ 44,98
= 119,32m
( R P*) (480 0,87)
Es1 R 480 5,84m.
cos 12 cos 12 16,4050
Lc = 0,01744 . ’ . R
= 0,01744 x 4,47x 480 = 37,41m
L = Lc + 2Ls = 37,41+ 2.90 = 237,41 m
Kontrol : L <2Ts
237,41 < 238,60 OK...!!!
Vr 2 40 2
Rmin 47,36m
127(e f ) 127(0,10 0.166)
FEBRY HAFRIZAL 32
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
Karena pada kecepatan Vr= 40 km/jam R = 180>R desain <300 (daftar 18, hal
94), Maka diambil Rdesain = 180 m, dengan bentuk tikungan Sp – Cr – Sp.
Elemen yang dihitung :
a). Panjang TS d). Panjang L
b). Panjang LC e). Panjang LS
c). Panjang ES
Ls 2 902
y 6,75 m
6.R 6.200
FEBRY HAFRIZAL 33
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
FEBRY HAFRIZAL 34
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
Ls 2 902
y 6,75m
6.R 6.200
K * x R sin 89.54 200.sin 12,890 44.92
P* y R(1 cos ) 6,75 200(1 cos12,890 ) 1,71
Maka diperoleh :
Ts3 = (R + P*) tg ½ + K*
= (200+1,71) tg ½ 37,9990 + 44,92
= 114,37 m
FEBRY HAFRIZAL 35
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
Td R 2 A(2 P A) R
Vr
z 0,105
R
Dimana :
b’ = Lebar tambahan perkerasan pada tikungan.
Td = Lebar tambahan akibat tonjolan depan mobil.
n = jumlah jalur ( direncanakan 2 jalur ).
R = Jari – jari.
FEBRY HAFRIZAL 36
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
Tikungan PI1
Vr 60
z 0,105 0,105 0,29m
R 480
Td R 2 A2 P A R 4802 0,914(2.6,09 0,914) 480 0,012m
b' n( R R 2 P 2 ) (n 1).Td z
b' 2(480 4802 6,092 ) (2 1)0,012 0,29 0.377m
karena b’ = 0,377m.
Tikungan PI2
Vr 40
z 0,105 0,105 0,30m
R 200
Td R 2 A2 P A R 2002 0,914(2.6,09 0,914) 200 0,030m
b' n( R R 2 P 2 ) (n 1).Td z
b' 2(200 2002 6,092 ) (2 1)0,030 0,30 0,512m
karena b’ = 0,512m
Tikungan PI3
Vr 40
z 0,105 0,105 0,30m
R 200
Td R 2 A2 P A R 2002 0,914(2.6,09 0,914) 200 0,030m
b' n( R R 2 P 2 ) (n 1).Td z
b' 2(200 2002 6,092 ) (2 1)0,030 0,30 0,512m
karena b’ = 0,512m.
FEBRY HAFRIZAL 37
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
3. Perhitungan Superelevasi
Data – data yang didapat :
Tabel 4.1 Data Perhitungan Super Elevasi
Data PI1 PI2 PI3
Vr 60 km/jam 40 km/jam 40 km/jam
R 480 m 200 m 200 m
En 2,9 % 2,9 % 2,9 %
Em 5,9 % 7,5 % 7,5 %
B 2x3 2x3 2x3
b’ 0,377 0,512 0,512
Ls1 100 90 90
Lc 37,41 46,39 42,61
S’ 1/160 1/120 1/120
TIKUNGAN P11
FEBRY HAFRIZAL 38
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
hm = em . ½ (B + b’)
= 0,059. ½ (6+0,377)
= 0,188
hm’ = em . ½ (B + b’)
= 0,059 . ½ (6+0,377)
= 0,188
en.Ls 0,029 x100
a 32,955m
en em 0,029 0,059
Kontrol :
= Ls – ( 2.a )
= 100– ( 2.32,955 ) = 34,09m … Ok !!
Syarat Nyaman
en em 1
S x ( B b' ) S ' 0.0063
LS 160
0,029 0,059
S x(6 0,368) 0.0063
100
S 0,0056 0,0063 OK ( nyaman )
Syarat Aman
hn hm'
emax x100% emax data
B b'
0,092 0,188
emax x100% 5,3%
6 0,377
emax 4,40% 5,3%
OK ( aman )
Tikungan PI2
FEBRY HAFRIZAL 39
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
FEBRY HAFRIZAL 40
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
Tikungan PI2
FEBRY HAFRIZAL 41
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
Syarat Aman
en em 1
S x ( B b' ) S ' 0.0083
LS 120
0,029 0,075
S x(6 0,512) 0.0083
90
S 0.0075 0.0083 OK ( nyaman )
Syarat Aman
hn hm'
emax x100% emax data
B b'
0,095 0,244
emax x100% 8,0%
6 0,512
emax 5,2% 8,0%
OK ( aman )
4. Titik Stasioning
Tikungan PI1
Sta A = 0 + 0,00
Sta PI1 = Sta A + d1 = 0 + 144,582 =144,582 m
Sta TS1 = Sta PI1 – TS1 = 144,582 –119,30 = 25,282 m
Sta SC1 = Sta TS1 + Ls1 = 25,28 + 100 = 125,282 m
Sta CS1 = Sta SC1 + Lc1 = 125,282 + 37,41 = 162,691 m
Sta ST1 = Sta CS1 + Ls1 = 162,691+ 100 = 262,691 m
Sta PI2 = Sta ST1 + d2 – TS1 = 262,691 + 401,711 – 119,30 =545,103 m
Tikungan PI2
Sta A = 0 + 0,00
Sta PI1 = 144,582m
Sta PI2 = Sta ST1 + d2 – TS1 = 262,691 + 401,711 – 119,30 = 545,103 m
Sta TS2 = Sta PI2 – TS2 = 545,103 –116,52 = 428,586 m
Sta SC2 = Sta TS2 + Ls2 = 428,586+ 90 = 518,586m
Sta CS2 = Sta SC2 + Lc2 = 518,586+ 46,39 = 564,977m
Sta ST2 = Sta CS2 + Ls2 = 564,977+ 90 = 654,977m
Sta PI3 = Sta ST2 + d3 – TS2 = 654,977 + 307,989 – 116,52 = 845,499 m
Tikungan PI3
Sta A = 0 + 0,00
FEBRY HAFRIZAL 42
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
1027,277−1013,303
=( 1027,277
) 𝑥100% < 3%
= 1,36% < 3% 𝑶𝑲 … ‼!
FEBRY HAFRIZAL 43
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
FEBRY HAFRIZAL 44
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
FEBRY HAFRIZAL 45
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
Tikungan PI1
Perhitungan Jarak Pandang Menyiap
Untuk Vr1= 60 km/jam ; dengan landai maksimum 6% ( jalan naik ) (Lampiran
01, Geometrik Jalan Raya:materi perkulihan spl.541)
Data :
t1 = 2,12 + 0,026v = 2,12 + 0,026 x 60 = 3.68 dt
t2 = 6,56 + 0,048v = 6,56 + 0,048 x 60 = 9,44 dt
a = 2,052 +0,0036 v km/jam = 2,052 +0,0036 x 60 km/jam = 2,27 km/jam
m = 20 m
d1 = 0,278 . t1 {Vr – m + ( ½ . a . t1 ) }
= 0,278 x 3,68 { 60 – 20 + ( ½ x 2,268 x 3,68}
= 45,19 m
d2 = 0,278 . Vr . t2
= 0,278 x 60 x 9,440
= 157,46 m
d3 = 75 m untuk Vr = 60 km/jam
d4 = 2/3 d2
= 2/3 x 157,4592
= 104,9728 m
d = 45,19 + 157,46 + 75 + 104,97 = 382,62 m
Dari tabel II PPGJR, untuk Vr = 60 km/jam didapat dmin = 380 m(lampiran 02,
geometrik jalan raya: materi perkuliahan spl.541)
dhitung = 382,62 m > dmin = 380 m
diambil d = 400 m
FEBRY HAFRIZAL 46
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
Vr 2
dp = 0,278 . Vr . t +
254. fm L
602
dp = 0,278 . 60 .2,5 + 84,62m
254.0,33 0,06
Dari tabel II PPGJR, untuk Vr = 60 km/jam didapat dmin = 75 m(lampiran 02,
geometrik jalan raya: materi perkuliahan spl.541)
dhitung = 84,62 m > dmin = 75 m, maka diambil dp = 80 m
maka pada perencanaan ini diambil untuk rencana Smenyiap= 350 m, dan
Shenti = 80 m
untuk jarak pandang menyiap karena nilai Smenyiap = 350 m > L1 = 237,41
m maka digunakan nilai m dicari dengan rumus :
Tikungan PI2=PI3
Perhitungan Jarak Pandang Menyiap
Untuk Vr1= 40 km/jam ; dengan landai maksimum 7% ( jalan naik ) (Lampiran
01, Geometrik Jalan Raya:materi perkulihan spl.541)
Data :
t1 = 2,12 + 0,026v = 2,12 + 0,026 x 40 = 3,16 dt
t2 = 6,56 + 0,048v = 6,56 + 0,048 x 40 = 8,48 dt
a = 2,052 +0,0036 v km/jam = 2,052 +0,0036 x 40 km/jam = 2,20 km/jam
FEBRY HAFRIZAL 47
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
m = 15 m
d1 = 0,278 . t1 {Vr – m + ( ½ . a . t1 ) }
= 0,278 x 3,16 { 40 – 15 + ( ½ x 2,20 x 3,16}
= 25,01 m
d2 = 0,278 . Vr . t2
= 0,278 x 40 x 8,48
= 94,30 m
d3 = 40 m untuk Vr = 40 km/jam
d4 = 2/3 d2
= 2/3 x 94,30
= 62,87 m
d = 25,01 + 94,30 + 40 + 62,87 = 222.17 m
Dari tabel II PPGJR, untuk Vr = 40 km/jam didapat dmin = 140 m(lampiran 02,
geometrik jalan raya: materi perkuliahan spl.541)
dhitung = 222,17 m > dmin = 140 m
diambil d = 200 m
402
dp = 0,278 . 40 .2,5 + 44,58m
254.0,375 0,08
FEBRY HAFRIZAL 48
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
FEBRY HAFRIZAL 49
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
BAB V
PERHITUNGAN ALINYEMEN VERTIKAL
A. Perencanaan landai jalan
Dari Sta 0 + 000 s/d Sta 0 + 196.5
Data :
t1 = 500 m
t2 = 500 m
d= 196.5 m
t2 t1 500 500
g1 x100% x100% 0,0% ( jalan datar )
d1 196.5
Dari Sta 0 + 196.5 sd Sta 0 + 426,7
Data :
t2 = 500 m
t3 = 495 m
d2 = 230,2 m
t3 t2 495 500
g2 x100% x100% 2,17% ( jalan turun)
d2 230,2
Dari Sta 0 + 426,72 sd Sta 0 + 569,06
Data :
t3 = 495 m
t4 =496 m
d3 = 142,33 m
t 4 t3 496 495
g3 x100% x100% 0,70% ( jalannaik)
d3 142.33
Dari Sta 0 +569,06 s/d Sta 0 + 1027,4
Data :
t4 = 496 m
t5 = 510 m
d4= 458.32 m
t5 t4 510 496
g x100% x100% 3,05% ( jalan naik )
d4 458.32
FEBRY HAFRIZAL 50
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
FEBRY HAFRIZAL 51
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
602
dp = 0,278 . 60 .2,5 + 84,618m
254.0,33 0.06
Dari tabel II PPGJR, untuk Vr = 60 km/jam didapat dmin = 75 m
dhitung = 84,618 m > dmin = 75 m
diambil dp = 80 m
maka pada perencanaan ini diambil untuk rencana Shenti = 80 m
PPV2
Perhitungan Jarak Pandang Menyiap
Untuk Vr2 = 40 km/jam
Data :
t1 = 2,12 + 0,026v = 2,12 + 0,026 x 40 = 3,16 dt
t2 = 6,56 + 0,048v = 6,56 + 0,048 x 40 = 8,48 dt
a = 2,052 +0,0036 v km/jam = 2,052 +0,0036 x 40 km/jam = 2,196 km/jam
m = 15 m
d1 = 0,278 . t1 {Vr – m + ( ½ . a . t1 ) }
= 0,278 x 3,16 { 40 – 15 + ( ½ x 2,196 x 3,16}
= 25,01 m
d2 = 0,278 . Vr . t2
= 0,278 x 40 x 8,48
= 94,3 m
d3 = 40 m untuk Vr = 40 km/jam
d4 = 2/3 d2
= 2/3 x 94,3
= 62,87 m
d = 25,01 + 94,3 + 40 + 62,87 = 222,17 m
Dari tabel II PPGJR, untuk Vr = 40 km/jam didapat dmin = 140 m(lampiran
02, geometrik jalan raya: materi perkuliahan spl.541)
dhitung = 222,17 m < dmin = 140 m
diambil d = 200 m
Perhitungan Jarak Pandang Henti
Vr2 = 40 km/jam ; Landai maks = 8%
FEBRY HAFRIZAL 52
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
402
dp = 0,278 . 40 .2,5 + 43,536m
254.0,375 0,08
Dari tabel II PPGJR, untuk Vr = 40 km/jam didapat dmin = 40 m(lampiran
02, geometrik jalan raya: materi perkuliahan spl.541)
dhitung = 43,536 m > dmin = 40 m, maka diambil dp = 45 m
maka pada perencanaan ini diambil untuk rencana Shenti = 45 m
PPV3
Perhitungan Jarak Pandang Menyiap
Untuk Vr1= 40 km/jam
Data :
t1 = 2,12 + 0,026v = 2,12 + 0,026 x 40 = 3,16 dt
t2 = 6,56 + 0,048v = 6,56 + 0,048 x 40 = 8,48 dt
a = 2,052 +0,0036 v km/jam = 2,052 +0,0036 x 40 km/jam = 2,20 km/jam
m = 15 m
d1 = 0,278 . t1 {Vr – m + ( ½ . a . t1 ) }
= 0,278 x 3,16 { 40 – 15 + ( ½ x 2,20 x 3,16}
= 25,01 m
d2 = 0,278 . Vr . t2
= 0,278 x 40 x 8,48
= 94,30 m
d3 = 40 m untuk Vr = 40 km/jam
d4 = 2/3 d2
= 2/3 x 94,30
= 62,87 m
d = 25,01 + 94,30 + 40 + 62,87 = 222,17m
Dari tabel II PPGJR, untuk Vr = 40 km/jam didapat dmin = 140 m(lampiran
02, geometrik jalan raya: materi perkuliahan spl.541)
FEBRY HAFRIZAL 53
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
402
dp = 0,278 . 40 .2,5 + 43,536m
254.0,375 0,8
Dari tabel II PPGJR, untuk Vr = 40 km/jam didapat dmin = 40 m
dhitung = 43,536 m > dmin = 40 m
diambil dp = 45 m
maka pada perencanaan ini diambil untuk rencana Shenti = 45 m
C. Perhitungan Lengkung
Perhitungan Lengkung Vertikal Cembung(PPV1)
FEBRY HAFRIZAL 54
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
FEBRY HAFRIZAL 55
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
5
Titik 1 = 499,83,00+ (1 x (500 – 495)= 499,71 meter
380
2
190
PPV = 499,83+ (1 x (500 – 495))= 495meter
380
2
FEBRY HAFRIZAL 56
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
d ( A xi )
2
xi
ti xh Yi Ev
d ( A PPV ) 1 / 2 Lv
FEBRY HAFRIZAL 57
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
Catatan : Perhitungan grade line dari titik PPV sampai dengan titik PTV, adalah
merupakan kebalikan dari keadaan titik PPV hingga PLV.
FEBRY HAFRIZAL 58
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
FEBRY HAFRIZAL 59
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
No x (m) y (m)
1 5 0,01
2 10 0,02
3 15 0,05
4 20 0,10
5 25 0,15
6 30 0,22
5
Titik 1 = 495,87+ (1 x (496-495,87))= 495,89 meter
30
2
30
PPV = 495,87 + (1 x (496-495,87)) = 496 meter
30
2
FEBRY HAFRIZAL 60
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
d ( A xi )
2
xi
ti xh Yi Ev
d ( A PPV ) 1 / 2 Lv
Catatan : Perhitungan grade line dari titik PPV sampai dengan titik PTV, adalah
merupakan kebalikan dari keadaan titik PPV hingga PLV.
Perhitungan Lengkung Vertikal Cekung (PPV3)
FEBRY HAFRIZAL 61
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
Data :
g3 = 0,70 % ; S menyiap = 200 m ; S henti = 45 m ; g4= 3,05 % ; L = 600,66 m
A = g4 – g3
= 3,05 % –0,70 %
= 2,4 %
a). Lengkung Vertikal Minimum
- Smenyiap = 200 m < L = 600,66 m
Digunakan rumus :
A.S 2
Lv
(120 3,5.S )
(2,9).2002
Lv 114,7m
(120 3,5.200)
- Shenti = 45 m < L =313,39 m
Digunakan rumus :
A.S 2
Lv
(120 3,5.S )
(2,9).452
Lv 17,16m
(120 3,5.45)
Oleh sebab itu Lv minimum menggunakan Lv menyiap karena
dibolehkan untuk menyiap pada jarak ini
Diambil Lv disain = 120 m
b).Perhitungan Eksternal Vertikal (EV)
A.Lv 2,4 x120
Ev 0,35m
800 800
c). Perhitungan Parabola Lengkung Vertikal Cekung
pada perhitungan ini dihitung untuk jarak ½ Lv
½ Lv = ½ x 120 = 60 m
rumus :
2
X
y .Ev
1 / 2 Lv
Interval setiap 5 m :
FEBRY HAFRIZAL 62
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
5
Titik 1 = 504,10+ (1 x (510-504,10))= 504,59meter
120
2
60
PPV = 504,10+ (1 x (510-504,10)) = 510meter
120
2
FEBRY HAFRIZAL 63
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
10 50 509.02
11 55 509.51
12 60 510.00
d ( A xi )
2
xi
ti xh Yi .Ev
d ( A PPV ) 1 / 2 Lv
Catatan : Perhitungan grade line dari titik PPV sampai dengan titik PTV, adalah
merupakan kebalikan dari keadaan titik PPV hingga PLV.
FEBRY HAFRIZAL 64
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
BAB VI
PERHITUNGAN VOLUME GALIAN DAN TIMBUNAN TANAH
6.1 Perhitungan Galian Timbunan
Pada perhitungan kali ini dilakukan dengan metode Cross Section yaitu
digambarkan tegak lurus terhadap sumbu jalan sedemikian rupa sejauh daerah
badan jalan, sesuai dengan topografi dan keadaan daerah setempat, serta ketentuan
spesifikasi jalan yang bersangkutan. Irisan cross section yang digambarkan pada
perhitungan ini hanya pada keadaan super elevasi tikungan pertama, sehingga
(a1 a 2 )
Rumus : Volume = xd
2
Keterangan :
V = Volume galian dan timbunan tanah (m3)
A1 = Luas bidang galian atau timbunan pada titik awal proyek (m2)
A2 = Luas bidang galian atau timbunan pada irisan penampang berikutnya (m2)
d = Panjang antara 2 (dua) titik irisan melintang (meter)
FEBRY HAFRIZAL 65
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
FEBRY HAFRIZAL 66
GEOMETRI JALAN RAYA
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA 2017
DAFTAR PUSTAKA
FEBRY HAFRIZAL 67
GEOMETRI JALAN RAYA