Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH SEMINAR

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

KAS DAN SETARA KAS

MADE GDE SATRIA BELA


A31115753

S1 STAR-BPKP BATCH 2
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-
Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan modul akuntansi forensik ini. Terima kasih
sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Bapak Dosen Dr. H. Arifuddin, S.E., M.Si., Ak.
CA yang telah memberikan bimbingan dan pembelajaran komprehensif kepada penulis.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat menambah wawasan dan memperluas ilmu
tentang akuntansi sektor publik yang penulis sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber, khususnya akuntansi pemerintahan. Kami berharap makalah ini dapat membantu
mahasiswa dalam mempelajari dan memahami konsep dan implementasi dari akuntansi
sektor publik secara lebih mendalam sehingga memberikan manfaat dan kontribusi bagi
perkembangan ilmu akuntansi sektor publik.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Makassar, September 2016

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i


DAFTAR ISI ...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG.................................................................................................... 1
B. RUANG LINGKUP ...................................................................................................... 2
C. TUJUAN ..................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 3
A. GAMBARAN UMUM ................................................................................................... 3
1. Definisi Kas dan Setara Kas.................................................................................... 3
2. Klasifikasi................................................................................................................ 3
B. PENGUKURAN .......................................................................................................... 6
C. PENGAKUAN ............................................................................................................. 6
D. AKUNTANSI KAS DAN SETARA KAS ....................................................................... 6
1. Akuntansi Transaksi Kas......................................................................................... 6
2. Akuntansi Saldo Kas ............................................................................................... 8
3. Pihak-Pihak Terkait ................................................................................................. 9
4. Dokumen Yang Digunakan ................................................................................... 10
5. Jurnal Standar ...................................................................................................... 10
E. PENYAJIAN ............................................................................................................. 11
1. Penyajian Uang Pada Aset Lancar ....................................................................... 11
2. Penyajian Uang Pada Aset Non Lancar ................................................................ 13
F. PENGUNGKAPAN ................................................................................................... 15
BAB III PENUTUP .............................................................................................................. 16
A. KESIMPULAN .......................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Akuntansi didefinisikan sebagai sebuah proses identifikasi, pencatatan, pengukuran,
pengklasifikasian, pengikhtisaran atas semua transaksi dan aktivitas keuangan, penyajian
laporan, serta penginterpretasian atas hasilnya. Definisi tersebut diambil dari Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah yang merupakan
acuan dasar dalam pelaksanaan akuntansi di setiap instansi pemerintahan di Indonesia,
termasuk di Pemerintah Daerah dan satuan kerja di dalamnya.
Proses akuntansi ini akan mengolah semua transaksi dan aktivitas keuangan yang ada
di setiap entitas Pemerintah Daerah. Proses tersebut kemudian menghasilkan informasi
dalam bentuk laporan keuangan yang akan digunakan dalam proses evaluasi dan
pengambilan keputusan manajerial yang kemudian akan mempengaruhi pelaksanaan
pengelolaan keuangan daerah pada periode berikutnya. Jadi, input dari proses akuntansi
adalah transaksi dan ouputnya berupa laporan keuangan.
Pihak yang melaksanakan proses akuntansi ini dibagi menjadi dua entitas, yaitu entitas
akuntansi dan entitas pelaporan. Entitas akuntansi merupakan satuan kerja yang merupakan
pengguna anggaran yang berkewajiban menyelenggarakan akuntansi dan menyajikan
laporan keuangan atas dasar akuntansi yang diselenggarakannya untuk digabungkan pada
entitas pelaporan. Dalam hal ini, yang dimaksud entitas akuntansi adalah SKPD dan PPKD.
Entitas pelaporan merupakan unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas
akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyajikan laporan
pertanggungjawaban berupa laporan keuangan yang bertujuan umum. Dalam hal ini, yang
dimaksud entitas pelaporan adalah Pemerintah Daerah.
Kas merupakan aset pemerintah paling lancar (likuid) dan aktif. Sifat lancar kas
ditunjukkan dengan kemudahan dan kecepatan untuk diubah menjadi aset lain sesuai
kebutuhan, sebagai alat pembayaran atau untuk memenuhi kewajiban pemerintah. Kas
disebut sebagai aset lancar paling aktif karena semua transaksi keuangan pemerintah pada
umumnya akan berhubungan dengan penerimaan atau pengeluaran kas.
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) nomor 01 tentang Penyajian
Laporan Keuangan paragraf 8 mendefinisikan Kas sebagai uang tunai dan saldo simpanan di
bank yang setiap saat dapat digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan. Di dalam
pelaksanaan akuntansi atas kas, masih ditemukan berbagai permasalahan terkait
pemahaman mengenai definisi, pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan kas.

1
Berbagai permasalahan teridentifikasi dan memerlukan pengaturan lebih lanjut atas
akuntansi dan pelaporan kas antara lain adalah:
a. Terdapat saldo kas yang berasal dari retur belanja,
b. Terdapat saldo kas yang timbul dari belanja sudah dipertanggungjawabkan tetapi belum
dibayarkan,
c. Terdapat perbedaan saldo fisik kas dengan saldo buku kas,
d. Terdapat kehilangan atau kekurangan saldo kas,
e. Terdapat kelebihan kas tak berpemilik,
f. Tertengarai potensi penyalahgunaan wewenang atas pengelolaan kas,
g. Terdapat hubungan antara pengelolaan dan saldo kas dengan Saldo Anggaran Lebih
(SAL), dan
h. Terdapat penyajian aset yang dibatasi penggunaannya.
Dengan memperhatikan latar belakang di atas, maka dirasakan perlunya makalah
tentang Akuntansi Kas dan Setara Kas, untuk memberikan panduan agar terdapat kesamaan
pemahaman tentang cara mengindentifikasi, mengukur, dan menyajikan pos piutang, baik
oleh penyusun laporan, pengguna laporan, dan institusi yang melakukan audit atas Laporan
Keuangan Pemerintah.

B. RUANG LINGKUP
Makalah Akuntansi Kas ini secara khusus mempelajari akuntansi untuk transaksi tunai
dan saldo kas dalam penerapan akuntansi berbasis akrual. Aturan akuntansi atas transaksi
yang mempengaruhi kas meliputi transaksi pendapatan, belanja, penerimaan dan
pengeluaran transfer, penerimaan dan pengeluaran pembiayaan, serta penerimaan dan
pengeluaran non anggaran. Akuntansi atas saldo kas mencakup penjelasan mengenai pos-
pos kas, setara kas, kas yang dibatasi penggunaannya serta hal-hal tertentu sehubungan
dengan pos kas seperti rekonsiliasi dan selisih kas.

C. TUJUAN
Makalah ini bertujuan untuk membantu mahasiswa dalam proses pembelajaran
mengenai akuntansi kas pada umumnya, khususnya dalam proses mengakui, mengukur,
menyajikan, dan mengungkapkan posisi kas dan peristiwa/kejadian/transaksi yang
mempengaruhi saldo kas dalam laporan keuangan pemerintah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM
1. Definisi Kas dan Setara Kas
Mengacu pada Paragraf 8 PSAP Nomor 1 tentang Penyajian Laporan Keuangan
mendefinisikan kas sebagai uang tunai dan saldo simpanan di bank yang setiap saat dapat
digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintah daerah yang sangat likuid yang siap
dijabarkan/dicairkan menjadi kas serta bebas dari risiko perubahan nilai yang signifikan. Kas
juga meliputi seluruh Uang Yang Harus Dipertanggungjawabkan (UYHD) yang wajib
dipertanggungjawabkan dan dilaporkan dalam neraca. Saldo simpanan di bank yang setiap
saat dapat ditarik atau digunakan untuk melakukan pembayaran. Dalam pengertian kas ini
juga termasuk setara kas.
Uang yang berada dalam pengelolaan pemerintah tidak semua dapat diakui sebagai
Kas dan disajikan pada laporan keuangan sebagai aset lancar. Uang dalam pengelolaan
pemerintah disajikan sebagai aset non pada laporan keuangan sebagai aset lancar. Uang
dalam pengelolaan pemerintah disajikan sebagai aset non lancar apabila uang tersebut tidak
memenuhi definisi aset lancar dan definisi kas pada PSAP No 01 tentang Penyajian Laporan
Keuangan. Sebagai contoh, uang pemerintah yang penggunaannya dibatasi, atau sengaja
dialokasikan untuk kebutuhan khusus.
PSAP Nomor 1 tentang Penyajian Laporan Keuangan paragraf 8, mendefinisikan setara
kas sebagai investasi jangka pendek yang sangat likuid yang siap dijabarkan menjadi kas
serta bebas dari risiko perubahan nilai yang signifikan. Setara kas pada pemerintah daerah
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan kas jangka pendek atau untuk tujuan lainnya. Untuk
memenuhi persyaratan setara kas, investasi jangka pendek harus segera dapat diubah
menjadi kas dalam jumlah yang dapat diketahui tanpa ada risiko perubahan nilai yang
signifikan. Oleh karena itu, suatu investasi disebut setara kas kalau investasi dimaksud
mempunyai masa jatuh tempo kurang dari 3 (tiga) bulan dari tanggal perolehannya.

2. Klasifikasi
Proses bisnis pengelolaan kas pada pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang
menjadi acuan dalam pemilihan kaidah akuntansi mengacu pada PP Nomor 39 tahun 2007
tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah beserta peraturan-peraturan pelaksana terkait.
Pada umumnya saldo kas pemerintah bertambah karena adanya pendapatan atau
penerimaan pembiayaan, atau penerimaan transfer atau transaksi penerimaan lainnya/non

3
anggaran. Saldo kas berkurang apabila terdapat belanja atau pengeluaran pembiayaan, atau
pengeluaran transfer atau transaksi pengeluran lainnya/non anggaran.
Sejalan dengan pengaturan di dalam IPSAP 2 tentang Pengakuan Pendapatan yang
Diterima pada Rekening Kas Umum Negara/Daerah, pendapatan juga mencakup
Pendapatan kas yang diterima oleh bendahara penerimaan sebagai pendapatan
negara/daerah yang hingga tanggal pelaporan belum disetorkan ke RKUN/RKUD, dengan
ketentuan bendahara penerimaan tersebut merupakan bagian dari BUN/BUD.
Apabila bendahara penerimaan bukan merupakan bagian BUN/BUD, pendapatan kas
yang diterima oleh bendahara penerimaan sebagaimana tersebut di atas tidak diakui sebagai
pendapatan. Ketentuan ini diterapkan secara analogis pada belanja negara/daerah.
Ketentuan terkait bendahara merupakan bagian atau bukan bagian dari BUN/BUD diatur oleh
Pemerintah.
a. Kas Pemerintah dalam Pengelolaan Bendahara Umum Negara (BUN)
Bendahara Umum Negara adalah pejabat yang diberi tugas untuk melaksanakan fungsi
bendahara umum negara. Sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang ada,
Menteri Keuangan adalah Bendahara Umum Negara yang menguasai Uang Negara.
Rekening tempat penyimpanan Uang Negara yang ditentukan Menteri Keuangan selaku BUN,
sebagai Rekening untuk menampung seluruh penerimaan negara dan seluruh pengeluaran
negara pada bank sentral adalah Rekening Kas Umum Negara (RKUN).
Kas pemerintah yang dikuasai dan dibawah tanggung jawab Bendahara Umum Negara
atau Kuasa. Bendahara Umum Negara dapat ditempatkan pada RKUN di Bank Sentral pada
Rekening Khusus Pemerintah, pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN), dan
pada Rekening Lainnya. Kas pada Rekening Khusus Pemerintah adalah rekening atas nama
Menteri Keuangan RI sebagai BUN, yang merupakan rekening khusus untuk keperluan
tertentu sesuai peraturan yang berlaku. Misalnya rekening khusus untuk menampung
penarikan di muka (advance) Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN). Kas di Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara meliputi rekening penerimaan dan rekening pengeluaran
pada bank umum/persepsi.
Kas pada Rekening Lainnya merupakan rekening yang digunakan untuk
penampungan sementara penerimaan negara sebelum ditransfer ke RKUN atau
penampungan penerimaan yang didalamnya masih terkandung hak pihak ketiga, antara lain
Rekening Sumber Daya Alam (SDA) Migas dan Non Migas. Rekening SDA Migas untuk
menampung seluruh penerimaan dan membayar pengeluaran terkait kegiatan usaha hulu
migas. Rekening SDA Non Migas terdiri dari dua buah rekening yaitu Rekening
Penerimaan Bidang Pertambangan dan Perikanan, dan Rekening Penerimaan Panas
Bumi. Rekening Penerimaan Bidang Pertambangan dan Perikanan dibentuk untuk
menampung penerimaan tunai yang berasal dari bidang pertambangan dan perikanan

4
dan Rekening Penerimaan Panas Bumi untuk menampung penerimaan dan membayar
pengeluaran terkait dengan kegiatan usaha panas bumi.
b. Kas Pemerintah Daerah
Uang Daerah adalah uang yang dikuasai oleh Bendahara Umum Daerah meliputi rupiah
dan valuta asing. Pengelola Uang Daerah meliputi:
1) Bendahara Umum Daerah (BUD) adalah pejabat yang diberi tugas untuk
melaksanakan fungsi bendahara umum daerah yaitu Kepala Satuan Kerja Pengelola
Keuangan Daerah (SKPKD),
2) Bendahara Penerimaan, dan
3) Bendahara Pengeluaran.
Kas dan setara kas pada pemerintah daerah mencakup kas yang dikuasai, dikelola dan
dibawah tanggung jawab bendahara umum daerah (BUD) dan kas yang dikuasai, dikelola dan
di bawah tanggung jawab selain bendahara umum daerah, misalnya bendahara pengeluaran.
Kas dan setara kas yang yang dikuasai dan dibawah tanggung jawab bendahara umum
daerah terdiri dari:
1) saldo rekening kas daerah, yaitu saldo rekening-rekening pada bank yang ditentukan
oleh kepala daerah untuk menampung penerimaan dan pengeluaran.
2) setara kas, antara lain berupa surat utang negara (SUN)/obligasi dan deposito kurang
dari 3 bulan, yang dikelola oleh bendahara umum daerah.

5
c. Kas Pemerintah di Luar Pengelolaan Bendahara Umum Negara/Daerah (BUN/D)
Kas pemerintah yang penguasaan, pengelolaan, dan pertanggungjawabannya
dilakukan oleh selain Bendahara Umum Negara/Daerah meliputi:
1) Kas di Bendahara Penerimaan, apabila Bendahara Penerimaan bukan merupakan
bagian dari BUN.
2) Kas di Bendahara Pengeluaran, apabila Bendahara Pengeluaran bukan bagian dari
BUN.
3) Saldo Kas Lainnya yang Diterima karena Penyelenggaraan Pemerintahan.
4) Kas di Badan Layanan Umum/Badan Layanan Umum Daerah.

B. PENGUKURAN
Kas dan Setara Kas diukur dan dicatat sebesar nilai nominal. Nilai nominal artinya
disajikan sebesar nilai rupiahnya. Apabila terdapat kas dalam bentuk valuta asing, dikonversi
menjadi rupiah menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca. (PSAP 01
paragraf 69 dan IPSAP 01).

C. PENGAKUAN
Terkait dengan pengakuan aset dalam paragraf 67 dan 68 PSAP 01, secara umum
pengakuan aset dilakun:
1) Pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh oleh pemerintah daerah
dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal;
2) Pada saat diterima atau kepemilikannya danatau kepenguasaannya berpindah.
Artinya dapat dikatakan bahwa Kas dan Setara Kas diakui pada saat kas dan setara kas
diterima dan/atau dikeluarkan/dibayarkan.

D. AKUNTANSI KAS DAN SETARA KAS


1. Akuntansi Transaksi Kas
Transaksi kas dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu transaksi penerimaan kas
dan transaksi pengeluaran kas. Transaksi penerimaan kas adalah transaksi yang menambah
saldo uang negara/daerah. Transaksi pengeluaran kas adalah transaksi yang mengurangi
saldo uang negara/daerah.
Transaksi penerimaan kas dapat berupa:
a. Transaksi Pendapatan
Pendapatan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang
menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang
menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah. Penerimaan
kas bersumber dari pendapatan terdiri dari:

6
1) Pemerintah Pusat: pendapatan negara, antara lain Penerimaan Perpajakan,
Penerimaan Negara Bukan Pajak, dan Hibah,
2) Pemerintah Daerah: pendapatan daerah, antara lain Pendapatan Asli Daerah, dan
Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah;
b. Transaksi Penerimaan Pembiayaan
Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan
maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah
terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.
Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum
Negara/Daerah antara lain berasal dari penerimaan pinjaman, penjualan obligasi
pemerintah, hasil privatisasi perusahaan negara/daerah, penerimaan kembali pinjaman
yang diberikan kepada fihak ketiga, penjualan investasi permanen lain,pencairan dana
cadangan, dan hasil penjualan kekayaan negara/daerah yang dipisahkan.
c. Transaksi Penerimaan Transfer
Penerimaan transfer atau transfer masuk merupakan penerimaan uang dari entitas
pelaporan lain, yang menambah ekuitas dana lancar dan tidak wajib dikembalikan,
misalnya penerimaan dana perimbangan dan dana bagi hasil dari pemerintah
pusat/provinsi.
d. Transaksi Penerimaan Lainnya / Non Anggaran
Penerimaan Negara/Daerah lainnya adalah penerimaan kas yang tidak mempengaruhi
pendapatan,penerimaan pembiayaan dan penerimaan transfer pemerintah, antara lain
berupa penerimaan perhitungan pihak ketiga.
Transaksi pengeluaran kas dapat dipengaruhi oleh:
a. Transaksi Belanja Negara/Daerah
Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang
mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak
akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.
b. Transaksi Pengeluaran Pembiayaan
Pengeluaran pembiayaan adalah semua pengeluaran Rekening Kas Umum
Negara/Daerah antara lain pemberian pinjaman kepada pihak ketiga, penyertaan modal
pemerintah, pembayaran kembali pokok pinjaman dalam periode tahun anggaran tertentu,
dan pembentukan dana cadangan.
c. Transaksi Pengeluaran Transfer
Pengeluaran transfer atau transfer keluar adalah pengeluaran kas dari entitas pelaporan
ke entitas pelaporan lain dalam pemerintahan seperti pengeluaran dana perimbangan
oleh pemerintah pusat dan dana bagi hasil oleh pemerintah daerah.

7
d. Transaksi Pengeluaran Lainnya/Non Anggaran
Pengeluaran Lainnya/Non Anggaran adalah pengeluaran kas yang tidak mempengaruhi
anggaran pendapatan, belanja, pengeluaran pembiayaan dan pengeluaran transfer
pemerintah, antara lain pengeluaran perhitungan pihak ketiga.

2. Akuntansi Saldo Kas


a. Rekonsiliasi Bank
Rekonsiliasi bank dilakukan untuk mencocokkan saldo kas di bank menurut catatan
bank disbanding catatan akuntansi pada entitas pemerintah yang mengelola rekening pada
bank tersebut. Entitas pemerintah melakukan koreksi saldo kas di akun kas pada bank
tersebut, apabila perlu. Selain itu, rekonsiliasi bank berguna untuk mengecek ketelitian
pencatatan dalam rekening kas dan catatan bank. Rekonsiliasi juga berguna untuk
mengetahui penerimaan atau pengeluaran yang sudah terjadi di bank tetapi belum dicatat
pada akuntansi pemerintah atau sebaliknya
Catatan akuntansi entitas pemerintah dan catatan menurut bank seharusnya
menunjukkan saldo yang sama. Namun demikian, dalam kenyataan, jika rekening koran bank
dibandingkan dengan catatan akuntansi entitas pemerintah, kemungkinan dijumpai adanya
perbedaan yang dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
1) Transaksi sudah dicatat oleh entitas pemerintah, tetapi belum dilaporkan oleh bank
dan belu tercatat pada rekening koran;
2) Transaksi sudah dilaporkan di rekening koran bank, tetapi belum dicatat oleh entitas
pemerintah;
3) Salah Catat.
b. Selisih Kas
Selisih kas adalah perbedaan saldo kas menurut catatan akuntansi dengan saldo fisik
kas tunai di (on hand) yang ada pada tanggal tertentu. Selisih kas dapat berbentuk selisih
lebih dan selisih kurang. Selisih lebih kas terjadi bila catatan akuntansi kas (buku kas) lebih
kecil dari jumlah fisik kas pada tanggaltertentu, sedangkan selisih kurang kas terjadi bila
catatan akuntansi kas (buku kas) lebih besar dari jumlah fisikka s pada tanggal tertentu. Atas
selisih kas yang ada perlu dilakukan penelusuran lebih dalam penyebab terjadinya selisih kas
tersebut. Penelusuran dapat memberi kesimpulan apakah:
1) Penyebab selisih kas dapat diidentifikasikan dengan pasti.
a) Kesalahan dalam pencatatan akuntansi, baik kurang catat ataupun lebih catat.
b) Kecurangan yang dilakukan oleh karyawan entitas pemerintah.
2) Penyebab selisih kas tidak dapat diidentifikasikan secara pasti.

8
3. Pihak-Pihak Terkait
a. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Pihak-pihak yang terkait dalam sistem akuntansi kas dan setara kas pada SKPD antara
lain Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPKSKPD), Bendahara Penerimaan SKPD,
Bendahara Pengeluaran SKPD dan Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran
(PA/KPA).
1) Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD)
Dalam sistem akuntansi kas dan setara kas, PPK-SKPD melaksanakan Fungsi
Akuntansi SKPD, memiliki tugas sebagai berikut:
a) mencatat transaksi/kejadian kas dan setara kas berdasarkan bukti-bukti transaksi
yang sah ke Buku Jurnal Umum
b) memposting jurnal-jurnal transaksi/kejadian kas dan setara kas ke dalam Buku
Besar masing-masing rekening (rincian objek)
c) membuat laporan keuangan, yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA),
Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), Neraca dan
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
2) Bendahara Penerimaan SKPD
Dalam sistem akuntansi kas dan setara kas, Bendahara Penerimaan SKPD memiliki
tugas menyiapkan dan menyampaikan dokumen-dokumen atas transaksi yang terkait
dengan proses pelaksanaan sistem akuntansi kas dan setara kas ke PPK-SKPD.
3) Bendahara Pengeluaran SKPD
Dalam sistem akuntansi kas dan setara kas, Bendahara Pengeluaran SKPD memiliki
tugas menyiapkan dan menyampaikan dokumen-dokumen atas transaksi yang terkait
dengan proses pelaksanaan sistem akuntansi Kas dan Setara Kas ke PPK-SKPD.
4) Pengguna Anggaran (PA)
Dalam sistem akuntansi Kas dan Setara Kas, Pengguna Anggaran memiliki tugas:
a) menandatangani laporan keuangan SKPD sebelum diserahkan dalam proses
penggabungan/konsolidasi yang dilakukan oleh Fungsi Akuntansi PPKD pada
PPKD (PPK-PPKD)
b) menandatangani surat pernyataan tanggung jawab Pengguna Anggaran.
b. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD)
Pihak-pihak yang terkait dalam sistem akuntansi kas dan setara kas pada PPKD antara
lain Pejabat Penatausahaan Keuangan PPKD (PPKPPKD), Bendahara Penerimaan PPKD,
Bendahara Pengeluaran PPKD dan PPKD.
Pihak-pihak yang terkait dalam sistem akuntansi kas dan setara kas pada PPKD antara
lain Pejabat Penatausahaan Keuangan PPKD (PPKPPKD), Bendahara Penerimaan PPKD,
Bendahara Pengeluaran PPKD dan PPKD.

9
1) Pejabat Penatausahaan Keuangan PPKD (PPK-PPKD)
Dalam sistem akuntansi kas dan setara kas, PPK-PPKD melaksanakan fungsi akuntansi
PPKD, memiliki tugas sebagai berikut:
a) mencatat transaksi/kejadian kas dan setara kas berdasarkan bukti-bukti transaksi
yang sah ke Buku Jurnal Umum;
b) memposting jurnal-jurnal transaksi/kejadian kas dan setara kas ke dalam Buku
Besar masing-masing rekening (rincian objek);
c) membuat laporan keuangan, yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA),
Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan SAL (LPSAL), Laporan Perubahan
Ekuitas (LPE), Laporan Arus Kas (LAK), Neraca dan Catatan atas Laporan
Keuangan (CaLK).
2) Bendahara Penerimaan PPKD
Dalam sistem akuntansi kas dan setara kas, Bendahara Penerimaan PPKD memiliki
tugas menyiapkan dan menyampaikan dokumen-dokumen atas transaksi yang terkait
dengan proses pelaksanaan sistem akuntansi kas dan setara kas ke fungsi akuntansi
PPKD (PPK-PPKD).
3) Bendahara Pengeluaran PPKD
Dalam sistem akuntansi kas dan setara kas, Bendahara Pengeluaran PPKD memiliki
tugas menyiapkan dan menyampaikan dokumen-dokumen atas transaksi yang terkait
dengan proses pelaksanaan sistem akuntansi kas dan setara kas ke fungsi akuntansi
PPKD (PPK-PPKD).
4) PPKD
Dalam sistem akuntansi kas dan setara kas, PPKD memiliki tugas:
a) menandatangani laporan keuangan PPKD sebelum diserahkan dalam proses
penggabungan/konsolidasi yang dilakukan oleh Fungsi Akuntansi PPKD (PPK-
PPKD)
b) menandatangani surat pernyataan tanggung jawab PPKD.

4. Dokumen Yang Digunakan


Dokumen yang digunakan dalam sistem akuntansi kas dan setara kas pada SKPD
maupun PPKD mengikuti dokumen terkait penerimaan kas dan pengeluaran kas pada sistem
akuntansi akun-akun Pendapatan-LO, Beban, Aset, Kewajiban, dan Ekuitas.

5. Jurnal Standar
Jurnal standar terkait kas dan setara kas pada SKPD maupun PPKD mengikuti transaksi
penerimaan kas dan pengeluaran kas pada sistem akuntansi akun-akun Pendapatan-LO,

10
Beban, Aset, Kewajiban, dan Ekuitas. Jika kas dan setara kas bertambah maka akan dicatat
disisi “debit” sedangkan jika kas dan setara kas berkurang akan dicatat disisi “kredit”.
Jurnal Standar – Kas dan Setara Kas Saat Bertambah
Jurnal LO dan Neraca
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debet Kredit
Bukti Rekening
xxx xxx xxx Kas dan Setara Kas xxx
xxx Pendapatan-LO/Aset/Kewajiban/Ekuitas xxx

Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debet Kredit
Bukti Rekening
xxx xxx xxx Perubahan SAL xxx
xxx Pendapatan-LRA/Retribusi xxx

Jurnal Standar – Kas dan Setara Kas Saat Berkurang


Jurnal LO dan Neraca
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debet Kredit
Bukti Rekening
xxx xxx xxx Beban/Aset/Kewajiban/Ekuitas xxx
xxx Kas dan Setara Kas xxx

Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debet Kredit
Bukti Rekening
xxx xxx xxx Belanja xxx
xxx Perubahan SAL xxx

E. PENYAJIAN
Seluruh uang yang dikuasai pemerintah dilaporkan dalam Neraca, dan dapat disajikan
dalam kelompok aset lancar dan aset non lancar berdasarkan dari karakteristik uang tersebut.
1. Penyajian Uang Pada Aset Lancar
Jika uang memenuhi definisi aset lancar yaitu suatu aset yang diharapkan segera
untuk dapat direalisasikan atau dimiliki untuk dipakai atau dijual dalam waktu 12 (dua belas)
bulan sejak tanggal pelaporan, dan memenuhi definisi kas pada paragraf 8 PSAP 01
tentang Penyajian Laporan Keuangan, yang mendefinisikan kas sebagai uang tunai dan
saldo simpanan di bank yang setiap saat dapat digunakan untuk membiayai kegiatan

11
pemerintahan, maka uang tersebut diklasifikasikan sebagai Aset Lancar. Penyajian uang
sebagai aset lancar pada neraca tergantung pada dua kriteria, yaitu apakah uang tersebut (a)
merupakan hak pemerintah dan (b) telah melalui mekanisme APBN/D. Uang pada Aset
Lancar disajikan sebagai Kas dan Setara Kas.
Jika uang tersebut merupakan hak milik pemerintah dan telah melalui mekanisme
APBN/D maka uang tersebut disajikan sebagai kas dan setara kas yang merupakan bagian
dari SAL/SiLPA pada entitas pelaporan. Pemerintah Pusat maupun pemerintah daerah. Uang
yang merupakan hak pemerintah dan telah melalui mekasime APBN pada entitas pelaporan
kementerian negara/lembaga disajikan sebagai kas dan setara kasdengan akun pasangan
ekuitas dana lancar. Jika uang tersebut dikuasai pemerintah dan merupakan hak pemerintah
namun pada saat pelaporan. uang tersebut belum memenuhi kriteria telah melalui mekanisme
APBN/D, maka uang tersebut disajikan sebagai kas dan setara kas dengan akun pasangan
ekuitas dana lancar selain SAL/SiLPA pada entitas pelaporanPemerintah Pusat maupun
pemerintah daerah, contohnya Kas BLU dan Kas Hibah Langsung yang belumdisahkan.
Penyajian uang merupakan hak pemerintah namun pada saat pelaporan uang tersebut belum
melalui mekanisme APBN pada kementerian negara/lembaga, misalnya Kas di Bendahara
Penerimaan yang belum disetorkan ke KUN, disajikan sebagai kas dan setara kas dengan
akun lawan pendapatan yang ditangguhkan. Jika uang tersebut belum/tidak memenuhi kriteria
pengakuan hak pemerintah dan belum melalui mekanisme APBN/D, uang tersebut dapat
disajikan sebagai kas dan setara kas dengan akun lawan berupa:
a. Pendapatan yang Ditangguhkan, jika uang tersebut merupakan penerimaan yang
belum selesai earning proses-nya. Termasuk di dalamnya adalah uang yang berasal
dari penerimaan yang belum menjadi pendapatan negara misalnya penerimaan
migas.
b. Utang kepada Pihak Ketiga, jika uang tersebut dikuasai dan dikelola oleh Pemerintah
namun uang tersebut merupakan hak pihak ketiga, meliputi antara lain Kas di
Bendahara Pengeluaran yang bukan berasal dari uang persediaan berupa dana yang
berasal dari SPM LS kepada Bendahara Pengeluaran yang belum seluruhnya
diserahkan kepada yang berhak per tanggal neraca.
Penyajian di neraca diserahkan pada kebijakan akuntansi, dengan mengacu pada
kriteria apakah kas dan setara tersebut telah memenuhi sebagai hak pemerintah dan/atau
telah melalui mekanisme APBN/D. Kas dan Setara Kas pada Aset Lancar meliputi saldo kas
pada BUN/BUD, saldo kas pada bendahara, kas di bendahara pengeluaran yang bukan
berasal dari uang persediaan, kas di BLU dan setara kas.
Saldo kas dan setara kas harus disajikan dalam Neraca dan Laporan Arus Kas. Mutasi
antar pos-pos kas dan setara kas tidak diinformasikan dalam laporan keuangan karena

12
kegiatan tersebut merupakan bagian dari manajemen kas dan bukan merupakan bagian dari
aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris pada Laporan Arus Kas.
Hal-hal yang harus diungkapkan dalam laporan keuangan pemerintah daerah berkaitan,
antara lain:
1) Rincian dan nilai kas yang disajikan dalam laporan keuangan;
2) Rincian dan nilai kas yang ada dalam rekening kas umum daerah namun merupakan
kas transitoris yang belum disetorkan ke pihak yang berkepentingan, tetapi belum
disetorkan ke Kas Negara, Iuran Tunjangan Kesehatan/Taspen/Taperum yang belum
disetorkan dan lain-lain.

2. Penyajian Uang Pada Aset Non Lancar


Uang yang disajikan pada aset non Lancar merupakan uang yang tidak memenuhi
definisi aset lancar yaitu suatu aset yang diharapkan segera untuk dapat direalisasikan atau
dimiliki untuk dipakai atau dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan,
dan uang yang tidak memenuhi definisi kas menurut paragraf 8 PSAP 01 tentang Penyajian
Laporan Keuangan yaitu uang tunai dan saldo simpanan di Bank yang dapat digunakan setiap
saat untuk membiayai kegiatan pemerintah.
Uang tersebut diklasifikasikan dalam kelompok aset nonlancar, yang disajikan secara
terpisah dari saldo kas dan setara kas pada aset lancar. Penyajian uang pada aset nonlancar
tergantung pada tiga kriteria, yaitu apakah uang tersebut (a) merupakan hak pemerintah, (b)
dicadangkan untuk tujuan tertentu, dan (c) dibatasi/tidak penggunaannya. Uang pada aset
nonlancar dapat disajikan sebagai dana cadangan, aset yang dibatasi penggunaannya, dan
aset nonlancar lainnya.
Berdasarkan hal-hal diatas maka contoh format penyajian uang dalam neraca dalam
kelompok aset lancar dan aset nonlancar adalah sebagai berikut:

13
14
F. PENGUNGKAPAN
Pengungkapan kas dan setara kas dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CALK)
sekurang-kurangnya mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:
1) Kebijakan akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas;
2) Penjelasan dan sifat dari tiap akun kas yang dimiliki dan dikuasai pemerintan;
3) Rincian dan daftar dari masing-masing rekening kas yang signifikan;
4) Kas di Bendahara Pengeluaran yang mencakup bukti-bukti pengeluaran
yang belum dipertanggungjawabkan;
5) Jumlah kas yang dibatasi penggunaannya, bila ada;
6) Selisih kas, bila ada;
7) Rincian setara kas, termasuk jenis dan jangka waktunya;
8) Rincian dana cadangan, bila ada;
9) Rincian uang yang disajikan sebagai aset yang dibatasi penggunaannya;
10) Rincian uang yang disajikan sebagai aset nen lancar lainnya;
11) Selisih kurs atas kas, baik yang telah terealisasi (realized) dan belum terealisasi
(unrealized);
12) Kurs yang digunakan pada tanggal neraca;
Saldo kas dan setara kas harus disajikan dalam Neraca dan Laporan Arus Kas. Mutasi
antar pos-pos kas dan setara kas tidak diinformasikan dalam laporan keuangan karena
kegiatan tersebut merupakan bagian dari manajemen kas dan bukan merupakan bagian dari
aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris pada Laporan Arus Kas.

15
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Paragraf 8 PSAP No. 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan mendefinisikan Kas
sebagai uang tunai dan saldo simpanan di bank yang setiap saat dapat digunakan untuk
membiayai kegiatan pemerintahan. Berdasarkan definisi tersebut, wujud kas dapat dibedakan
atas:
 Uang tunai. Kas berupa uang tunai, terdiri atas uang kertas dan logam dalam mata
uang rupiah dan mata uang asing yang dikuasai oleh pemerintah.
 Saldo simpanan di bank .Kas berbentuk saldo simpanan di bank adalah uang pada
seluruh rekening bank yang dikuasai pemerintah yang dapat digunakan setiap saat.
PSAP No 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan paragraf 8, mendefinisikan Setara
Kas sebagai investasi jangka pendek yang sangat likuid yang siap dijabarkan menjadi kas
serta bebas dari risiko perubahan nilai yang signifikan. Setara Kas ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan kas jangka pendek atau untuk tujuan lain. Untuk memenuhi persyaratan setara
kas, investasi jangka pendek yang termasuk dalam setara kas harus segera dapat diubah
menjadi tunai kas dalam jumlah yang dapat diketahui tanpa ada risiko perubahan nilai yang
signifikan.
Kas dicatat sebesar nilai nominal. Nilai nominal artinya disajikan sebesar nilai rupiahnya.
Apabila terdapat kas dalam bentuk valuta asing, dikonversi menjadi rupiah menggunakan kurs
tengah bank sentral pada tanggal neraca.
Saldo kas dan setara kas harus disajikan dalam Neraca dan Laporan Arus Kas. Mutasi
antar pos-pos kas dan setara kas tidak diinformasikan dalam laporan keuangan karena
kegiatan tersebut merupakan bagian dari manajemen kas dan bukan merupakan bagian dari
aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris pada Laporan Arus Kas.
Pengungkapan kas dan setara kas dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CALK)
sekurang-kurangnya mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:
 Rincian kas dan setara kas;
 Kebijakan manajemen setara kas; dan
 Informasi lainnya yang dianggap penting.

16
DAFTAR PUSTAKA

Bulektin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 14. Akuntansi Kas. 2013. Komite
Standar Akuntansi Pemerintahan.

Lampiran I Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual. Peraturan Pemerintah Republik


Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah dan SKPD. 2014. Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan. Kementerian Keuangan.

Modul 1 Konsep Dan Siklus Akuntansi Pemerintah Daerah. 2014. Kementerian Dalam Negeri.

Modul 2 pengantar Ilustrasi Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah. 2014. Kementerian


Dalam Negeri.

Modul 3 Pengantar Modul Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah. 2014. Kementerian Dalam
Negeri.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 238 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Sistem
Akuntansi Pemerintahan.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual di Pemerintah Daerah.

17

Anda mungkin juga menyukai