Anda di halaman 1dari 17

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No.

3 (2014)

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN PENGUNGKAPAN


CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP KINERJA KEUANGAN

Nora Silvia
norasilvia@rocketmail.com
Andayani
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya

ABSTRACT
The purpose of this research is to examine the influence of Good Corporate Governance to the financial
performance and Corporate Social Responsibility disclosure to the financial performance. The population is
companies which have performed Good Corporate Governance and have performed the Corporate Social
Responsibility disclosure in company annual report in Indonesia Stock Exchange during the period of 2010 –
2012. The samples are 11 companies and sample collection technique is using purposive sampling.This research
is using secondary data in the form of company’s annual report which have been obtained from official websites
and SWA magazine. Data analysis is performed by using data normality test and classic assumption test which
consist of multicolinearity test, heteroscedasticity test, and autocorrelation test. The hypoyhesis test is using
multiple linear regressions analysis.The result of research shows that Good Corporate Governance has
significant influence to the financial performance and Corporate Social Responsibility disclosure has influence to
the financial performance. Each of variable has significant influence to the company’s financial performance with
significance value which has been generated by these variables are less than α = 5% level.

Keywords: Good Corporate Governance, Corporate Social Responsibility Disclosure, and Financial Performance.

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh Good Corporate Governance terhadap kinerja
keuangan dan pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap kinerja keuangan. Populasi yang
diteliti adalah perusahaan yang menerapkan Good Corporate Governance dan yang melakukan
pengungkapan Corporate Social Responsibility pada laporan tahunan perusahaan di Bursa Efek
Indonesia selama kurun waktu 2010-2012. Sampel yang digunakan sebanyak 11 perusahaan dengan
teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Panelitian ini menggunakan
data sekunder berupa laporan tahunan perusahaan yang diperoleh dari website resmi BEI dan majalah
SWA. Analisis data dilakukan dengan pengujian normalitas data dan uji asumsi klasik yang terdiri
dari uji multikolinearitas, uji heteroskedatisitas, dan uji autokorelasi. Adapun pengujian hipotesis
menggunakan model analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Good
Corporate Governance berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangandanpengungkapan Corporate
Sosial Resposibility berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Masing-masingmempunyai pengaruh
signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan dengan nilai signifikansi yang dihasilkan variabel
tersebut lebih kecil dari tingkat α = 5%.

Kata Kunci: Good Corporate Governance, Pengungkapan Corporate Sosial Resposibility dan Kinerja
Keuangan.

PENDAHULUAN
Peningkatan kinerja keuangan perusahaan adalah tujuan yang seharusnya dicapai
untuk menarik stakeholders untuk membantu menunjang kegiatan operasional perusahaan.
Namun pengelolaan yang kurang sehat menjadi penyebab terjadinya ketidak pastian yang
pada akhirnya menjadi penyebab penurunan kesehatan perusahaan. Hal ini yang
menyebabkan ketidak percayaan stakeholders khususnya pemegang saham atas return yang
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)

dapat diperolah dari investasi yang mereka tanamkan. Akibatnya para pemegang saham
enggan berinvestasi karena pengelolaan manajemen yang kurang sehat pada perusahaan.
Sehingga aliran masuk modal (capital inflows) ke suatu negara mengalami penurunan
sedangkan aliran keluar modal (capital outflows) dari suatu negara mengalami kenaikan.
Masalah ini yang mengakibatkan muncul teori keagenan (agency theory) dimana ada
perbedaan pengambilan keputusan antara pemegang saham dan manajemen perusahaan.
Manajer selaku pengelola perusahaan menginginkann laba yang dihasilkan digunakan
untuk pengembangan usaha. Sedangkan pemegang saham menginginkan laba tersebut
dibagikan dalam bentuk deviden.
Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan, melindungi
stakeholders dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang
berlaku secara umum perusahaan wajib melaksanakan kegiatan usahanya dengan
berpedoman pada prinsip-prinsip Good Corporate Governance (selanjutnya disingkat GCG).
GCG merupakan tata kelola yang mengarahkan dan mengatur perusahaan untuk
menciptakan nilai tambah (value added) dalam menentukan arah kinerja perusahaan. Isu-isu
mengenai corporate governance mulai ada khususnya di Indonesia pada tahun 1998 ketika
Indonesia mengalami krisis yang berkepanjangan. Banyak pihak yang mengatakan proses
perbaikan di Indonesia memakan waktu yang lama disebabkan karena lemahnya corporate
governance yang diterapkan dalam perusahaan Indonesia. Sejak saat itu baik pemerintah
maupun stakeholders mulai memberikan perhatian yang cukup dalam pada penerapan
corporate governance.
Bukti empiris yang diperoleh dari hasil riset Zhuang pada tahun 2000 (Cristiana,
2011) menunjukkan bahwa masih lemahnya perusahaan-perusahaan go public di Indonesia
dalam mengelola perusahaan dibanding dengan negara-negara Asia Tenggara, hal ini
ditunjukkan masih lemahnya standar-standar dan regulasi, pertanggung jawaban terhadap
pemegang saham, standar-standar pengungkapan dan transparansi serta proses-proses
kepengurusan perusahaan. Secara tidak langsung menunjukkan masih lemahnya
perusahaan-perusahaan go public di Indonesia dalam menjalankan manajemen yang baik
dalam memuaskan stakeholders perusahaan.
Melalui penerapan GCG tersebut diharapkan: (1) perusahaan mampu meningkatkan
kinerja melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan
efisiensi operasional perusahaan, serta mampu meningkatkan pelayanan kepada stakeholder,
(2) perusahaan lebih mudah memperoleh dana pembiayaan yang lebih murah sehingga
dapat neningkatkan corporate value, (3) meningkatkan kepercayaan investor untuk
menanamkan modalnya di Indonesia dan (4) pemegang saham akan merasa puas dengan
kinerja perusahaan sekalugus akan meningkatkan shareholders value dan dividen.
Setalah adanya GCG akhir-akhir ini dunia usaha memberikan perhatian lebih pada
informasi pertanggung jawaban sosial atau disebut juga Corporate Sosial Responsibility
(selanjutnya disingkat CSR) yang diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan. CSR
merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan atas dampak yang
ditimbulkan oleh aktivitas operasional perusahaan. Menurut Hackston dan Milne (dalam
Sembiring, 2005) pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan sering disebut juga
sebagai CSR atau social disclosure, corporate social reporting, social reporting merupakan proses
pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi
terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara
keseluruhan.
Di Indonesia wacana mengenai CSR mulai mengemuka pada tahun 2001, namun
sebelum wacana ini mengemuka telah banyak perusahaan yang menjalankan CSR dan
sangat sedikit yang mengungkapkannya dalam sebuah laporan. Hal ini terjadi mungkin
karena belum mempunyai sarana pendukung seperti: standar laporan, tenaga terampil baik
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)

penyusun laporan maupun auditornya. Di samping itu sektor pasar modal Indonesia juga
kurang mendukung dengan belum adanya penerapan indeks yang memasukkan kategori
saham-saham perusahaan yang telah mempraktikkan CSR.
CSR sebagai sebuah gagasan, perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung
jawab yang berpijak pada single bottem line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang
direfleksikan dalam kondisi keuangannya saja. Tapi tanggung jawab perusahaan berpijak
pada triple bottom lines yang berarti perusahaan tidak hanya berpijak pada finansialnya saja
tetapi juga berpijak pada sosial dan lingkungan. Karena kondisi keuangan saja tidak cukup
menjamin perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable). Keberlanjutan perusahaan
hanya terjamin apabila perusahaan memperhatikan aspek sosial dan lingkungan. Sudah
menjadi fakta bagaimana respon masyarakat sekitar, di berbagai tempat ketika muncul
perusahaan yang dianggap tidak memperhatikan aspek-aspek sosial, ekonomi dan
lingkungan.
Menurut Kiroyan (dalam Sayekti dan Wondabio, 2007), perusahaan akan
memperoleh legitimasi sosial dan akan memaksimalkan ukuran keuangan dalam jangka
waktu yang panjang. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang menerapkan CSR
berharap akan direspon positif oleh para pelaku pasar seperi investor dan kreditur yang
nantinya dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Pengungkapan tanggung
jawab sosial dimaksudkan agar bisa digunakan sebagai bahan evaluasi dan juga sebagai alat
komunikasi dengan stakeholders. Adanya pelaporan tersebut adalah cerminan dari perlunya
akuntabilitas perseroan atas pelaksanaan kegiatan CSR, sehingga stakeholders dapat menilai
pelaksanan kegiatan CSR secara transparan. Dengan memberikan pengungkapan atas
informasi pertanggung jawaban sosial maka dapat meningkatkan citra (image) perusahaan
dan sekaligus meningkatkan kinerja perusahaan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh Good Corporate Governancedan
pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap kinerja keuangan.

TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS


Good Corporate Governance
GCG adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang
saham, pengurus (pengelola) perusahan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para
pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan
kewahiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan perusahaan
(Forum for Corporate Governance Indonesia, 2001).Menurut Hidayah (2008) Corporate
Governance merupakan sisitem dan struktur yang baik untuk mengelola perusahaan dengan
tujuan meningkatkan nilai pemegang saham serta mengakomodasi berbagai pihak yang
berkepentingn dengan perusahaan (stakeholders) seperti kreditur, supplier, asosiasi bisnis,
konsumen, karyawan, pemerintah dan masyarakat luas. Berdasarkan definisi atau
pengertian GCG diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya GCG adalah sistem proses
dan seperangkat aturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang
berkepentingan (stakeholders) terutama dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham,
dewan komisaris dan dewan direksi demi tercapainya tujuan perusahaan.

Prinsip-prinsip Dasar Good Corporate Governance


Beberapa prinsip GCG yang perlu diperhatikan menurut Komite Nasional Kebijakan
Governance (KNKG) adalah: (1) Keterbukaan (Transparency), yaitu perusahaan harus menjaga
obyektivitas dalam menjalankan bisnis, serta menyediakan informasi yang material dan
relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan; (2)
Akuntabilitas (Accountability), perusahaan harus dapat mempertanggung jawabkan
kinerjanya secara transparan dan wajar; (3) Responsibilitas (Responsibility), perusahaan harus
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)

mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap


masyarakat dan lingkungan; (4) Independensi (Independency), perusahaan harus dikelola
secara independen, sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi
dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain; (5) Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness), dalam
melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan
pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan
kesetaraan.

Corporate Social Responsibility


Istilah CSR pertama kali ada dalam tulisan Sosial Reponsibility of the Businessman
tahun 1953. Konsep yang digagas Howard Rothmann Browen ini menjawab keresahan dunia
bisnis. Howard Rothmann Browen mengungkapkan bahwa keberadaan CSR bukan karena
diwajibkan oleh pemerintah atau penguasa, melainkan merupakan komitmen yang lahir
dalam konteks etika bisnis (beyond legal aspects) agar sejahtera bersama masyarakat
berdasarkan prinsip kepentasan sesuai nilai dan kebutuhan masyarakat.
Tanggung jawab sosial dan lingkungan, yaitu merupakan komitmen perseroan untuk
berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas
kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat baik bagi perseroan sendiri, komunitas
setempat, maupun masyarakat pada umumnya (Widjaja dan Yani, 2006).

Konsep Triple Bottom Line


Suatu trobosan besar perkembangan tanggung jawab sosial perusahaan
dikemukakan oleh John Elkington yang terkenal dengan “The Triple Bottom Line”. Menurut
John Elkington (dalam solihin, 2011:30), konsep triple bottom line merupakan perluasan dari
konsep akuntansi tradisional yang hanya memuat bottom line tunggal yakni hasil-hasil
keuangan dari aktivitas ekonomi perusahaan. Selanjutnya konsep ini mengakui bahwa jika
perusahaan ingin sustain maka perlu memperhatikan 3P, yaitu bukan Cuma keuntungan
(profit) yang diburu, namun juga harus memberikan kontribusi positif kepada masyarakat
(people) dan ikut aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet). Konsep triple bottom
line tersebut merupakan kelanjutan dari konsep sustainable development yang secara eksplisit
telah mengaitkan antara dimensi tujuan dan tanggung jawab, baik kepada shareholders
maupun stakeholders (hadi, 2011:56).

Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan merupakan gambaran kondisi keuangan perusahaan pada suatu
periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana,
yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likiuditas, profitabilitas
(Jumingan, 2006:239). Kinerja suatu perusahaan dapat diketahui melalui laporan keuangan,
dari situlah diketahui keadaan finansial dan hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan
selama periode tertentu.
Mereka yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan
sangatlah perlu untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan tersebut, dan kondisi
keuangan suatu perusahaan akan dapat diketahui dilaporan keuangan perusahaan yang
bersangkutan. Pada mulanya laporan keuangan hanyalah sebagai “alat penguji” dari
pekerjaan bagian pembukuan, tetapi sekarang laporan keuangan tidak hanya sebagai alat
penguji saja tetapi juga sebagai dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi keuangan
perusahaan, dimana dengan hasil analisa tersebut pihak-pihak yang berkepentingan dapat
mengambil suatu keputusan. Jadi untuk mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan
serta hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan perlu adanya laporan keuangan dari
perusahaan yang bersangkutan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)

Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan perbaikan diatas


kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Bagi investor,
informasi mengenai kinerja perusahaan dapat digunakan untuk melihat apakah mereka
akan mempertahankan investasi mereka di perusahaan tersebut atau mencari keputusan
lain. Selain itu pengukuran dilakukan untuk memperlihatkan kepada penanam modal
maupun pelanggan atau masyarakat secara umum bahwa perusahaan memiliki kredibilitas
yang baik.

Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan
Penerapan GCG di Indonesia mulai menarik banyak investor, sehingga banyak
perusahaan bersaing untuk memperbaiki sistem tata kelola perusahaan mereka. Jika
perusahaan menerapkan GCG maka investor akan bersedia menanamkan modalnya
sehingga kinerja keuangan perusahaan akan meningkat. Berdasarkan penjelasan diatas
maka hipotesis dirumuskan sebagai berikut:
H1: terdapat pengaruh Good Corporate Governance (GCG) terhadap kinerja keuangan

Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja Keuangan


Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 tahun 2007 yang mewajibkan
perusahaan melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan bagi perusahaan yang
kegiatan usahanya berkaitan dengan sumber daya alam, membuat perusahaan harus
mengungkapkan kegiatan tersebut dalam laporan tahunan perusahaan. Dengan begitu para
penanam modal akan merespon positif apa yang dilakukan perusahaan, sehingga citra
perusahaan akan baik dimata para penanam modal yang mengakibatkan kinerja keuangan
perusahaan tersebut meningkat. Sehingga hipotesis dirumuskan sebagai berikut:
H2: terdapat pengaruh Corporate Social Responsibility(CSR) terhadap kinerja keuangan.

METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel Penelitian
Jenis peneletian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif dimana menekankan
pada pengujian teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan
analisis data dengan prosedur statistik (Indriantoro dan Supono, 1999:44). Populasi
merupakan keseluruhan kejadian atau hal yang ingin di teliti oleh peneliti dengan
karakteristik tertentu yang hendak diduga. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel adalah sub kelompok
atau bagian dari populasi. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive
sampling, artinya bahwa pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan yang dilakukan oleh
peneliti. Adapun pertimbangan yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah (1)
Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2012 (2) Perusahaan yang
memperoleh score dalam pemeringkatan CGPI pada tahun 2010-2012 (3) Perusahaan yang
melakukan pengungkapan CSR pada laporan tahunan perusahaan tahun 2010-2012.

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel


Variabel Independen
a. Good Corporate Governance
Variabel independen yang pertama dalam penelitian ini adalah GCG. Pengukuran
penerapan GCG dilakukan dengan menggunakan skor penerapan GCG (CGPI). CGPI
meliputi empat tahapan penilaian dengan bobot nilai: self assessment (15%), kelengkapan
dokumen (20%), makalah dan presentasi (14%), dan observasi (51%). Hasil CGPI berupa
indeks persepsi Corporate Governance yang menjelaskan kualitas penerapan GCG di
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)

perusahaan peserta CGPI berdasarkan pemanfaatan pengetahuan dan diklasifikasikan


menurut kategorisasi pemeringkatan yaitu sangat terpercaya (85-100), terpercaya (70-84),
dan cukup terpercaya (55-69).

b. Corporate Social Responsibility


Sedangkan variabel independen yang kedua adalah tingkat pengungkapan CSR pada
laporan tahunan perusahaan. Pengungkapan CSR merupakan data yang diungkap oleh
perusahaan berkaitan dengan aktivitas sosialnya yang meliputi tema lingkungan,
energy, kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, lain-lain tentang tenaga kerja, produk,
keterlibatan masyarakat dan umum. Pengungkapan CSR dilakukan dengan metode
Checklist yang diadopsi dari penelitian Hackson dan Milne (1996) dalam Sembiring (2005)
yang terdiri 90 item pengungkapan. Berdasarkan Bapepam No. VIII.G.2 tentang laporan
tahunan dilakukan penyesuaian untuk dapat diaplikasikan di Indonesia yaitu 78
item.Tingkat pengungkapan CSR pada laporan tahunan perusahaan dinyatakan dalam
Corporate Social Responsibility Disclosure Index (CSRDI) yang akan dinilai dengan
membandingkan jumlah pengungkapan yang dilakukan perusahaan dengan
pengungkapan yang disyaratkan oleh Bapepam meliputi 78 item pengungkapan.

Variabel Dependen
Kinerja Keuangan
Menurut Sugiono (2008:4) variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat karena adanya variabel independen. Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah kinerja keuangan dengan indikator sebagai berikut:
Return On Equity (ROE)
Menurut Brigham and Gapenski (1996) Return On Equity merupakan kemampuan
perusahaan dalam menggunakan modalnya untuk memperoleh laba. Formula yang
digunakan untuk menghitung besarnya nilai ROE adalah sebagai berikut:

Return On Equity =

Pengujian Hipotesis
Dalam penelitian ini metode analisis data dilakukan dengan metode analisis statistik.
Model persamaan regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

KK =
Keterangan:
KK = Kinerja Keuangan
a = Konstanta
= Koefisien Regresi
GCG = Good Corporate Governance
CSR = Corporate Social Responsibility
= Error (tingkat kesalahan)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Uji Normalitas Data
Uji normalitas data merupakan metode dengan melihat distribusi normal probability
plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal (Ghozali, 2011). Untuk
mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal, dapat diuji dengan metode
Kolmogorov Smirnov maupun pendekatan grafik.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)

1. Pendekatan Kolmogorov Smirnov


Menurut Santoso, (2001 : 214) dasar pengambilan keputusan, yaitu sebagai berikut: (a)
Nilai Probabilitas > 0,05, maka hal ini berarti bahwa data tersebut berdistribusi normal
(b) Nilai Probabilitas < 0,05, maka hal ini berarti bahwa data tersebut tidak berdistribusi
normal.Berdasarkan hasil Uji Normalitas yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai
berikut :
Tabel 1
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 33
Normal Parameters Mean 0,0000000
Std. Deviation 33,125011
Most Extreme Differences Absolute 0,269
Positive 0,240
Negative -0,269
Kolmogorov-Smirnov Z 1,546
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,017
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.

Sumber : Hasil Output SPSS

Berdasarkan pada tabel di atas dapat diketahui bahwa besarnya nilai Asymp sig (2-tailed)
sebesar 0,017 < 0,050, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan maka dapat
disimpulkan bahwa data tersebut belum berdistribusi normal sehingga tidak layak untuk
digunakan dalam penelitian.

2. Pendekatan Grafik
Pendekatan kedua yang dipakai untuk menilai normalitas data dengan pendekatan
grafik, yaitu grafik Normal P-PPlot of regresion standard, dengan pengujian ini
disyaratkan bahwa distribusi data penelitian harus mengikuti garis diagonal antara 0
dan pertemuan sumbu X dan Y. Grafik normalitas disajikan dalam gambar berikut:
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: KInerja Keuangan


1.0

0.8

0.6

0.4
Exp ected Cu m Prob

0.2

0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob

Gambar 1
Grafik Pengujian Normalitas Data

Menutut Santoso (2001: 214) jika penyebaran data (titik) di sekitar sumbu diagonal
dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi Normalitas. Dari
grafik diatas dapat diketahui bahwa distribusi data belum mengikuti garis diagonal antara 0
(nol) dengan pertemuan sumbu Y (Expected Cum Prob) dengan sumbu X (Observed Cum Prob).
Hal ini menunjukkan bahwa data dalam penelitian ini belum berdistribusi normal. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa baik melalui pendekatan Kolmogorov Smirnov maupun
pendekatan grafik model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
Hasil pengujian yang telah dilakukan menunjukkan masih terjadi gangguan pada
normalitas dengan demikian model analisis belum layak untuk diregresikan. Untuk
menghindari terjadinya estimasi yang bias dalam model penelitian dan menghindari
penafsiran yang keliru terhadap hasil penelitian, maka asumsi yang terlanggar harus
dilakukan penanggulangan, salah satu cara yaitu dengan merubah dalam bentuk log
natural.

Pengujian Data Dalam Bentuk Log Natural


Uji Normalitas Data
Setelah merubah data dalam bentuk log natural, hasil pengujian normalitas yang
telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Pendekatan Kolmogorov Smirnov
Berdasarkan hasil Uji Normalitas yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)

Tabel 2
Hasil Uji Normalitas dalam Bentuk Log Natural
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual
N 31
Normal Parameters Mean 0,0000000
Std. Deviation 0,953595
Most Extreme Differences Absolute 0,230
Positive 0,112
Negative -0,230
Kolmogorov-Smirnov Z 1,278
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,076
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.

Sumber : Hasil Output SPSS

Berdasarkan pada tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa besarnya nilai Asymp sig (2-
tailed) sebesar 0,076 > 0,050, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan maka dapat
disimpulkan bahwa data tersebut telah berdistribusi normal sehingga layak untuk
digunakan dalam penelitian.

2. Pendekatan Grafik
Pendekatan kedua yang dipakai untuk menilai normalitas data dengan pendekatan
grafik, yaitu grafik Normal P-P Plot of regresion standard, dengan pengujian ini
disyaratkan bahwa distribusi data penelitian harus mengikuti garis diagonal antara 0
dan pertemuan sumbu X dan Y. Grafik normalitas disajikan dalam gambar berikut:
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)

10

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: Kinerja Keuangan

1.0

0.8

0.6

0.4

Exp ected Cu m Prob

0.2

0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob

Gambar 2
Grafik Pengujian Normalitas Datadalam Bentuk Log Natural

Menutut Santoso (2001: 214) jika penyebaran data (titik) di sekitar sumbu diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi Normalitas. Dari
grafik diatas dapat diketahui bahwa distribusi data telah mengikuti garis diagonal antara
0 (nol) dengan pertemuan sumbu Y (Expected Cum. Prob.) dengan sumbu X (Observed Cum
Prob.) Hal ini menunjukkan bahwa data dalam penelitian ini telah berdistribusi normal.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa baik melalui pendekatan Kolmogorov
Smirnov maupun pendekatan grafik model regresi telah memenuhi asumsi normalitas.

Uji Asumsi Klasik dalam Bentuk Log Natural


Setelah merubah model analisis dalam bentuk log natural, maka hasil pengujian
asumsi klasik dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Pengujian Multikolinieritas
Cara yang digunakan untuk mendeteksi adanya gejala multikolinieritas dilakukan
dengan mengetahui nilai Varians Inflation Factor dari variabel independen dalam
penelitian. Nilai VIF disajikan dalam tabel 13 di bawah ini.

Tabel 3
Nilai Variance Inflation Faktor
dalam Bentuk Log Natural
Variabel VIF Keterangan
Good Corporate Governance 1,628 Bebas Multikolinieritas
Corporate Sosial Resposibility 1,628 Bebas Multikolinieritas
Sumber Data : Hasil Output SPSS

Dari tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa semua variabel bebas yang terdiri dari Good
Corporate Governance maupun Corporate Sosial Resposibility tidak ada yang memiliki nilai
VIF melebihi 10. Hal ini mengindikasikan bahwa kedua variabel yang digunakan model
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)

11

penelitian tersebut tidak memiliki keterikatan atau hubungan yang sangat kuat,
sehingga dapat disimpulkan model penelitian tidak terjadi gangguan multikolinieritas.

2. Pengujian Heteroskedastisitas
a. Pendeteksian melalui grafik
Pendeteksian adanya heteroskedastisitas menurut Santoso (2001:210), jika sebaran
titik-titik berada diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y dan tidak membentuk
pola yang jelas, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Grafik pengujian
Heterokedaktisitas disajikan berikut:

Scatterplot

Dependent Variable: Kinerja Keuangan

-1

-2

-3
Regr ession Stud entiz ed R esidu al

-4
-2 -1 0 1 2
Regression Standardized Predicted Value

Gambar 3
Heterokedaktisitas dalam Bentuk Log Natural

Dari gambar 3 diatas setelah merubah model analisis dalam bentuk log natural
terlihat sebaran titik-titik berada diatas dan dibawah sumbu Y dan tidak membentuk
pola yang jelas, maka dapat disimpulkan bahwa model analisis tidak terjadi
gangguan heteroskedastisitas.

b. Pendektesian Melalui Rank Spearman Corelations


Gejala heterokedastisitas ini dapat diketahui dengan menggunakan analisis Rank
Spearman Corelations. Caranya adalah dengan melakukan perhitungan koefisien Rank
Spearman Corelations dan kemudian membandingkannya dengan nilai kritis r yang
ada pada variabel Rank Spearman Corelations dengan tingkat signifikansi sebesar 95%
(α = 5%). Menurut Santoso, (2001 : 301) deteksi adanya Heteroskedastisitas, yaitu
sebagai berikut : (1)Nilai Probabilitas > 0,05, maka hal ini berarti bahwa variabel
tersebut bebas dari Heteroskedastisitas (2)Nilai Probabilitas < 0,05, maka hal ini
berarti bahwa variabel tersebut terkena Heteroskedastisitas.Berdasarkan hasil Uji
Heteroskedastisitas yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)

12

Tabel 4
Hasil Uji Heteroskedastisitas dalam Bentuk Log Natural

Probabilitas
Variabel Keterangan
(Sig (2 - tailed)

Good Corporate Governance 0,475 Bebas Heteroskedastisitas

Corporate Sosial Resposibility 0,719 Bebas Heteroskedastisitas

Sumber : Hasil Output SPSS

Berdasarkan pada tabel 4 di atas dapat diketahui bahwa besarnya nilai probabilitas (Sig (2
– tailed)) pada seluruh variabel bebas tersebut diatas lebih besar dari 0,05, dan sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan maka hal ini berarti dalam model regresi tidak
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya
atau bisa disebut juga dengan bebas dari Heteroskedastisitas, sehingga variabel tersebut
dapat digunakan dalam penelitian.

3. Pengujian Autokorelasi
Setelah merubah model analisis dalam bentuk log natural diperoleh nilai Durbin Watson
sebesar 1,622 dengan N = 31 dan ‘k = 2, taraf signifikansi yang digunakan ( α ) adalah 5%
diperoleh ‘dL = 1,237 dan ‘dU = 1,570 serta 4–‘dU = 2,430 dan 4–‘dL = 2,763 yang dilihat
dari tabel statistik Durbin-Watson. Adapun kriteria pengujiannya adalah nampak dalam
tabel berikut:
Tabel 5
Batas-batas Daerah Test Durbin Watson
dalam Bentuk Log Natural
Distribusi Interpretasi
DW < 1,237 Autokorelasi positif
1,237 ≤ DW < 1,570 Daerah keragu-raguan/inconclusif
1,570 ≤ DW < 2,430 Tidak ada autokorelasi
2,430 ≤ DW < 2,763 Daerah keragu-raguan/inconclusif
DW ≥ 2,763 Autokorelasi negatif
Sumber Data : Diolah

Dari tabel 5 batas-batas distribusi nilai test durbin-Watson dan kurva Pengujian auto
korelasi Durbin-Watson di atas dapat disimpulkan bahwa nilai test durbin-Watson berada
pada daerah non autokolerasi, dapat disimpulkan model yang digunakan dalam
penelitian tidak terjadi gangguan autokorelasi.
Hasil pengujian yang telah dilakukan setelah merubah model analisis dalam bentuk
log natural menunjukkan tidak terjadi gangguan pada normalitas data demikian juga pada
uji asumsi klasik tidak diketemukan terjadi gangguan baik multikolinieritas, autokorelasi,
maupun heteroskedastisitas dengan demikian model analisis layak untuk diregresikan.

Uji Hipotesis
Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh faktor yang digunakan dalam model penelitian berkaitan dengan Good Corporate
Governance dan pengungkapan Corporate Sosial Resposibilityterhadap kinerja keuangan
perusahaan di Bursa Efek Indonesia secara linier. Dari pengujian yang telah dilakukan
melalui regresi berganda diperoleh hasil sebagai berikut:
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)

13

Tabel 6
Hasil Uji Regresi Berganda

Variabel Bebas Koefisien Regresi Sig. r


Good Corporate Governance 9,099 0,008 0,447
Corporate Sosial Resposibility 2,301 0,003 0,692
Konstanta 0,437
Sig. F 0,005
R 0,639
Adj R2 0,366
Sumber Data : Hasil Output SPSS

Dari data tabel di atas persamaan regresi yang didapat adalah:

KK = 0,437 + 9,099GCG + 2,301CSR

Dari persamaan regresi di atas dapat diuraikan sebagai berikut:


1. Konstanta (α)
Konstanta (α) adalah intersep Y jika X = 0, menunjukkan bahwa jika variabel dependen
yang digunakan dalam model penelitian sebesar konstanta tersebut. Besarnya nilai
konstanta (α) adalah 0,437 menunjukkan bahwa jika variabel independen yang terdiri
Good Corporate Governance dan Corporate Sosial Resposibility = 0, maka variabel kinerja
keuangan perusahaan sebesar 0,437.
2. Koefisien Regresi Good Corporate Governance
Besarnya nilai 1 adalah 9,099 menunjukkan arah hubungan positif (searah) antara Good
Corporate Governance dengan kinerja keuangan perusahaan. Hasil ini mengindikasikan
bahwa semakin tinggi tingkat nilai Good Corporate Governance yang dihasilkan
perusahaan akan diikuti dengan peningkatan kinerja keuangan perusahaan tersebut.
Dengan kata lain jika nilai Good Corporate Governance naik sebesar satu satuan maka
kinerja keuangan perusahaan juga akan naik sebesar 1 yaitu 9,099 dengan asumsi
variabel yang lainnya konstan.
3. Koefisien Regresi Corporate Sosial Resposibility
Besarnya nilai 2 adalah 2,301 menunjukkan arah hubungan positif (searah) antara
Corporate Sosial Resposibilitydengan kinerja keuangan perusahaan. Hasil ini
mengindikasikan bahwa semakin baik nilai pengungkapan Corporate Sosial Resposibility
suatu perusahaan akan diikuti dengan peningkatan kinerja keuangan perusahaan
tersebut. Dengan kata lain jika pengungkapan nilai Corporate Sosial Resposibilitynaik
sebesar satu satuan maka kinerja keuangan perusahaan juga akan naik sebesar 2 yaitu
2,301 dengan asumsi variabel yang lainnya konstan.

Pengujian Secara Simultan


1. Koefisien Korelasi dan Determinasi
Koefisien korelasi berganda digunakan untuk mengukur keeratan hubungan secara
simultan model yang digunakan dalam penelitian dengan struktur model. sedangkan
koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar prosentase
kontribusi yang diberikan oleh Good Corporate Governance dan Corporate Sosial
Resposibility terhadap kinerja keuangan perusahaan. Dari perhitungan yang telah
dilakukan tingkat koefisien korelasi dan determinasi berganda sebagai berikut :
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)

14

Tabel 7
Model Summary

Adjusted Std. Error of Durbin-


Model R R Square
R Square the Estimate Watson

1 0,639 0,408 0,366 0,9871 1,622

a Predictors: (Constant), Corporete Sosial Resposibility, Good Corporate


Governance
b Dependent Variable: Kinerja Keuangan

Sumber : Hasil Output SPSS

Dari tabel 7 tersebut di atas diketahui adjusted R square (R2) sebesar 0,366 atau 36,6%
yang menunjukkan kontribusi dari model yang digunakan dalam penelitianterdiri atas
Good Corporate Governance dan Corporate Sosial Resposibility secara bersama-sama terhadap
kinerja keuangan perusahaan. Sedangkan sisanya (100 % - 36,6 % = 63,4 %) dikontribusi
oleh faktor lainnya. Koefisien korelasi berganda digunakan untuk mengukur keeratan
hubungan secara simultan antara model yang digunakan dalam penelitianterdiri atas
Good Corporate Governance dan Corporate Sosial Resposibility secara bersama-sama terhadap
kinerja keuangan perusahaan. Koefisien korelasi berganda ditunjukkan dengan (R)
sebesar 0,639 atau 63,9% yang menunjukkan bahwa hubungan antara model yang
digunakan dalam penelitian tersebut terhadap kinerja keuangan adalah erat.

2. Uji Simultan / Uji F


Uji F adalah uji kelayakan model (goodness of fit) yang harus dilakukan dalam analisis
regresi linear dengan taraf signifikan 5%. Adapun prosedur pengujian yang digunakan,
sebagai berikut : (a) Jika Sig F > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak (b) Jika Sig F <
0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Dari pengujian yang telah dilakukan diperoleh
hasil sebagai berikut.
Tabel 8
Anova
Sum of Mean
Model df F Sig.
Squares Square

1 Regression 18,829 2 9,414 9,663 0,005

Residual 27,280 28 0,974

Total 46,109 30
a Predictors: (Constant), Corporete Sosial Resposibility, Good
Corporate Governance
b Dependent Variable: Kinerja Keuangan

Sumber : Hasil Output SPSS

Dari tabel 8 di atas didapat tingkat signifikan uji F = 0,005 < 0.05 (level of signifikan),
maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang menunjukkan bahwa uji kelayakan model
(goodness of fit) bisa digunakan untuk prediksi atau peramalan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)

15

Pengujian Secara Parsial


Analisis Pengujian Hipotesis Uji t
Uji hipotesis yang kedua adalah uji t yaitu menguji koefisien regresi secara parsial
untuk mengetahui apakah masing-masing variabel bebas yang dijadikan model penelitian
yaitu; Good Corporate Governance dan Corporate Sosial Resposibility mempunyai pengaruh
terhadap kinerja keuangan perusahaan.Adapun prosedur pengujian yang digunakan,
sebagai berikut : (a) Jika nilai signifikansi Uji t > 0.05, maka H0diterima danH1 ditolak, yang
berarti variabel bebas yang terdiri dari Good Corporate Governance dan Corporate Sosial
Resposibility secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan
perusahaan. (b) Jika nilai signifikansi Uji t < 0.05, maka H0 ditolak danH1 diterima, yang
berarti variabel bebas yang terdiri dari Good Corporate Governance dan Corporate Sosial
Resposibility secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan
perusahaan.Hasil pengujian yang telah dilakukan akan tampak dalam tabel berikut.
Tabel 9
Tingkat Signifikan Model Penelitian

Variabel Sig Keterangan

Good Corporate Governance 0,008 Signifikan

Corporate Sosial Resposibility 0,003 Signifikan

Sumber: Hail Output SPSS

a. Uji Parsial Pengaruh Variabel Good Corporate GovernanceTerhadap Kinerja Keuangan


Perusahaan
Hasil analisis diperoleh tingkat signifikanvariabel profitabilitas = 0,008 < = 0,050
(level of signifikan). Hasil ini menunjukkan H0ditolak danH1 diterima. Dengan
demikian pengaruh Good Corporate Governance terhadap kinerja keuangan perusahaan
di Bursa Efek Indonesia secara parsial adalah signifikan.
b. Uji Parsial Pengaruh Variabel Corporate Sosial Resposibility Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan
Hasil analisis diperoleh tingkat signifikanvariabel profitabilitas = 0,003 < = 0,050
(level of signifikan). Hasil ini menunjukkan H0 ditolak danH1 diterima. Dengan
demikian pengaruh Corporate Sosial Resposibility terhadap kinerja keuangan
perusahaan di Bursa Efek Indonesia secara parsial adalah signifikan.

1. Koefisien Determinasi Parsial


Koefisien determinasi parsial ini digunakan untuk mengetahui faktor manakah yang
paling berpengaruh dari model yang digunakan dalam penelitian terdiri dari Good
Corporate Governance dan Corporate Sosial Resposibilityterhadap kinerja keuangan
perusahaan. Tingkat koefisien determinasi masing-masing variabel tersebut adalah
sebagai berikut :
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)

16

Tabel 10
Koefisien Korelasi dan Determinasi Parsial

Variabel r r2

Good Corporate Governance 0,447 0,1999

Corporate Sosial Resposibility 0,692 0,4790

Sumber data : Hasil Output SPSS

Dari korelasi parsial diatas maka dapat diperoleh koefisien determinasi parsial dan
pengertiannya sebagai berikut:
a. Koefisien determinasi parsial variabel Good Corporate Governance = 0,1999 yang
menunjukkan besarnya kontribusi variabel tersebutterhadap kinerja keuangan
perusahaan sebesar 19,99%.
b. Koefisien determinasi parsial variabel Corporate Sosial Resposibility = 0,4790 yang
menunjukkan besarnya kontribusi variabel tersebutterhadap kinerja keuangan
perusahaan sebesar 47,90%.
Dari hasil tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa variabel yang mempunyai
pengaruh yang dominan terhadap kinerja keuangan perusahaan adalah Corporate Sosial
Resposibility karena mempunyai koefisien determinasi parsialnya paling besar.

SIMPULAN DAN KETERBATASAN


Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, penelitian ini menghasilkan kesimpulan
sebagai berikut : (1)Good Corporate Governance yang diukur dengan Corporate
GovernancePerception Indexberpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan yang diukur
dengan Return On Equity (ROE) pada perusahaan yang terdaftar di BEI. Kondisi ini
mencerminkan bahwa semakin baik nilai Good Corporate Governance yang dimiliki oleh
perusahaan akan semakin meningkatkan kinerja keuangannya. Corporate governance
merupakan upaya yang dilakukan oleh semua pihak yang memiliki kepentingan didalam
suatu perusahaan agar perusahaan tersebut dapat berjalan dengan baik sesuai dengan hak
dan kewajiban masing-masing. (2) Hasil pengujian menunjukkan pengungkapan Corporate
Social Responsibility yang diukur dengan Corporate Social Responsibility Disclosure Index
berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan Return On Equity
(ROE) pada perusahaan yang terdaftar di BEI. Pengungkapan Corporate Social Responsibility
merupakan salah satu upaya yang dilakukan perusahaan untuk meningkatkan citra
perusahaan dihadapan stakeholders sehingga akan berdampak pada naiknya kinerja
perusahaan dan menjamin keberlangsungan perusahaan jangka panjang .

Keterbatasan
Penelitian ini memiliki keterbatasan penggunaan variabel-variabel yang digunakan,
jumlah sampel dan periode pengamatan. Sehingga berdasarkan hasil penelitian,
pembahasan dan keterbatasan dalam penelitian ini, maka saran-saran yang dapat
dikemukakan sebagai berikut : (1) Sebaiknya menambah variabel independen selain Good
Corporate Governancedan pengungkapan Corporate Social Responsibilityagar penelitian
selanjutnya memperoleh hasil pengaruh yang lebih kuat. (2) Menambah jumlah sampel agar
dapat lebih menggambarkan kondisi dari pengaruh Good Corporate Governance dan
pengungkapan Corporate Social Responsibilityterhadap kinerja keuangan. (3) Memperpanjang
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3 (2014)

17

periode penelitian dengan menambah tahun pengamatan untuk mendapatkan hasil yang
lebih baik dari sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA
Brigham, E. F and Gapenski. 1996. Intermediate Financial Management. Fifth edition.Dryden
Christiana, D. 2011. Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi.
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA). Surabaya.
Forum for Corporate Governance Indonesia. 2001. Corporate Governance: Tata Kelola
Perusahaan. Edisi ketiga. Jakarta.
Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Cetakan IV. Badan
Penerbitan Universitas Diponegoro. Semarang.
Hadi, N. 2011. Corporate Social Responsibility. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Hidayah, E. 2008. Pengaruh Kualitas Pengungkapan Informasi terhadap Hubungan antara
Penerapan Corporate Governance dengan Kinerja Perusahaan di Bursa Efek Jakarta.
Jurnal Akuntansi & Auditing Indonesia 12(1): 53-64.
Indriantoro, N. dan B. Supomo. 1999. Metode Penelitian Bisnis. Edisi 1. BPFE-UGM.
Yogyakarta.
Jumingan. 2006. Analisis Laporan Keuangan. PT. Bumi Aksara. Jakarta.
Komite Nasional Kebijakan Governance. 2006. Pedoman Good Corporate Governance Indonesia.
KNKG. Jakarta.
Santoso. S. 2001. SPSS Statistik Parametrik. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.
Sayekti, Y. dan L. S. Wondabio. 2007. Pengaruh CSR Disclosure terhadap Earning Response
Coefficient(Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta).
Simposium Nasional Akuntansi X. 26-28 Juli.
Sembiring, E.R. 2005. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial:
Studi Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta. Simposium
Nasional Akuntansi VIII. 15-16 September: 379-395.
Sugiono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Kesepuluh. CV. Alfabeta. Bandung.
Solihin, I. 2011. Corporate Social Responsibility from Charity to Sustainability. Salemba Empat.
Jakarta.
Widjaja, G. dan A. Yani. 2006. Perseroan Terbatas. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai